Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


(TERM OF REFERENCE)

PEMBANGUNAN RUMAH KHUSUS


DAN PSU
SUKU TERASING BELITUNG TIMUR

TAHUN ANGGARAN 2019

SNVT PENYEDIAAN PERUMAHAN


PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBANGUNAN RUMAH KHUSUS DAN PSU

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat
Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Program : Pengembangan Perumahan
Hasil : Terselenggaranya Pembangunan Rumah Khusus
yang baik, tepat waktu, tepat mutu, dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Unit Eselon II/Satker :Direktorat Rumah Khusus/Satuan Kerja Non
VertikalTertentu (SNVT) Penyediaan Perumahan
Kepulauan Bangka Belitung
Kegiatan : Penyediaan Rumah Khusus
Indikator Kinerja Kegiatan : Terbangunnya Rumah Khusus
Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : Tersedianya Rumah Khusus Layak Huni
Volume : 40 (empat puluh) Unit, Koppel

A. LATAR BELAKANG
I. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
4. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Khusus;
5. Undang-undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
9. PeraturanPemerintahNomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;
11. PeraturanPemerintah Nomor 79 Tahun 2015 tentang PerubahanKedua Atas
PeraturanPemerintahNomor 29 Tahun 2000 tentang PenyelenggaraanJasa
Konstruksi;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
PenyelenggaraanPerumahan dan Kawasan Permukiman;
13. Peraturan PemerintahNomor 54 tahun 2016 tentang
PerubahanKetigaAtasPeraturanPemerintahNomor 29 Tahun 2000
tentangPenyelenggaraanJasaKonstruksi;
14. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;
15. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
16. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah;
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/M/1992 tentang
PersyaratanTeknis Pembangunan Rumah Khusus;
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman PersyaratanTeknis Bangunan Gedung;
19. Peraturan Menteri PekerjaanUmumNomor 33/PRT/M/2006 tentang Sistem
Pengendalian dan Manajemen Penyelenggaraan Kontrak Jasa Konsultansi;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 34/PRT/M/2006 tentang Sistem
Pengendalian dan Manajemen Penyelenggaraan Kontrak Jasa Konstruksi;
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Pemeriksaan Dalam Rangka Pengawasan Fungsional Di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pengawasan Penyelenggaraan Dan Pelaksanaan Pemeriksaan Konstruksi Di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 4/PRT/M/2009 tentang Sistem
ManajemenMutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum;
27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan
Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;
28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5/PRT/M/2014 tentangPedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang PekerjaanUmum;
29. Peraturan Menteri PekerjaanUmum No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PekerjaanUmum dan Perumahan Rakyat;
30. Peraturan Menteri PekerjaanUmum dan Perumahan Rakyat No.
5/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
31. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
6/PRT/M/2017 tentang PerubahanPeraturan Menteri PekerjaanUmum dan
Perumahan Rakyat No. 5/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan Bangunan
Gedung;
32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/PRT/M/2018 tentang Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah
Khusus;
33. Peraturan Menteri PekerjaanUmum dan Perumahan Rakyat No.
22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
34. Peraturan Lembaga LKPP No. 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan
Pengadaan Barang/JasaPemerintah;
35. Peraturan Lembaga LKPP No. 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia;
36. Peraturan Lembaga LKPP No. 17 Tahun 2018 tentang Sanksi Daftar Hitam
dalam PengadaanBarang/Jasa Pemerintah;
37. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
897/KPTS/M/2017 Tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi
Konstruksi;
38. Surat Edaran Menteri PekerjaanUmum dan Perumahan Rakyat No.
10/SE/M/2018,
tentangPemberlakuanStandarDokumenPemilihanPengadaanJasaKonstruksiDal
amRangkaLelang Dini di Kementerian PekerjaanUmum dan Perumahan
Rakyat Untuk Tahun Anggaran 2019.

II. StandarNasional Indonesia (SNI)


SNI yang berlaku :
1. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil
dan Sedang di Indonesia (revisi 2017 sedang proses di Badan Standardisasi
Nasional);
2. SNI 03-1735-2000 tentang Tata cara perencanaan akses bangunan dan
akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
Gedung;
3. SNI 03-1736-2000 tentang Tata cara perencanaan system proteksipasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunanrumah dan Gedung;
4. SNI 03-6462-2000 tentang Tata cara pemasangan damper kebakaran;
5. SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengelolaan
teknik sampah perkotaan (revisi 2017 sedang proses di BSN);
6. SNI 3242:2008 Pengelolaan sampah di permukiman;
7. SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung dan Non Gedung;
8. SNI 1727:2013 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain;
9. SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung;
10. SNI 7973:2013 Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu;
11. SNI 1729:2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural;
12. SNI 8153:2015 Perencanaan Dasar Plumbing dalam Bangunan Gedung;
13. SNI 2398:2017 TangkiSeptik dan Pengolahan Lanjutan;
14. SNI 8455:2017 Pengolahan Air Limbah Sistem ABR;
15. SNI tentang Tata Cara Perencanaan Sarana Jalan Keluar (NFPA 101);
16. SNI tentang Pengendalian Asap Kebakaran (NFPA 92A);
17. SNI tentang Manajemen Asap Kebakaran (NFPA 92B);
18. SNI Deteksi dan Alarm (NFPA 72);
19. SNI Sprinkler;
20. SNI Pipa Tegak dan SelangKebakaran;
21. SNI PompaKebakaran.

III. Gambaran Umum Singkat


Rumah khusus diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah
untuk kebutuhan khusus. Rumah khusus dan rumah negara disediakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pembangunan rumah khusus dan
rumah negara dibiayai melalui anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Perumahan sebagai salah
satu kebutuhan dasar manusia, perlu mendapat perhatian penting dalam
penyediaannya sebagai upaya meningkatkankesejahteraan masyarakat. Kendala
yang dihadapi di bidang pengembangan perumahan saat ini antara lain adalah
kemampuan daya beli masyarakat yang rendah, dan kendala pasokan rumah
akibat dari keterbatasan sumber pembiayaan perumahan.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk perkotaan yang terus
meningkat terhadap kebutuhan ka nperumahan, namun menghadapi kendala
keterbatasan dan semakin tingginya harga lahan perkotaan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut,masyarakat memanfaatkan lahan-lahan secara illegal seperti
di bantaran sungai, rel kereta dan lain-lain, sehingga timbul kantong-kantong
permukiman kumuh terutama di lokasi yang padatpenduduk dan
strategis/dekatpusat perekonomian atau bisinis.
Mengatasi permasalahan tersebut diatas, pembangunanhunian kearah
vertikal dapat dijadikan satu solusi bagi sebagian segmen masyarakat perkotaan
terutama yang berpenghasilan rendah dalam memperoleh tempat tinggal yang
layak dan terjangkau. Upaya percepatan pemenuhan kebutuhan perumahan
tersebut sesuai dengan gagasan penyelenggaraan Rumah Khusus Sewa yang
ditetapkan dalam UU No. 20/2011 tentang Rumah Khusus yang menjelaskan
tujuan dari pembangunan rumah Khusus.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan atas pembangunan Rumah Khusus ini,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan mempunyai tugas untuk membangunRumahKhusus.
IV. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), maka diperlukan pembangunan rumah Khusus. Hal
ini dikarenakan belum membudaya dalam kehidupan masyarakat perkotaan.
Oleh karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merasa
perlu untuk membangun Rumah Khusus, guna memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan.

B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


1. Uraian Kegiatan
Lingkup kegiatan berupa pembangunan Rumah khusus. Adapun pekerjaan-
pekerjaan dalam lingkup kegiatan tersebut antara lain:
a. Pekerjaan Persiapan;
b. Pekerjaan Struktur Bangunan mulai dari pondasi, sloof sampai atap;
c. Pekerjaan Utilitas Bangunan (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing);
d. Pekerjaan Arsitektur termasuk finishing.
2. Batasan Kegiatan
Kegiatan pembangunan rumah Khususini akan dilaksanakan selama 5 (lima)
bulan. Dimana batasan pembangunan rumah Khusus ini terbatas pada
pembangunan rumah khusus beserta utilitas bangunan dalam gedung.Sedangkan
perijinan IMB, penyambungan listrik dan penyambungan air bersih tidak termasuk
dalam lingkup kegiatan ini dan akan menjadi tanggung jawab pihak penerima
bantuan yang akan menggunakan rumah Khusus ini.

C. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN


1. Maksud Kegiatan
Melaksanakan pembangunan rumah Khusus peruntukan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) yang nantinya akan diserah terimakan kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Tujuan Kegiatan
Pembangunan rumah Khusus peruntukan bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) ini adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah/tempat hunian yang
layak.
D. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
1. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Tersedianya rumah khusus yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR).
2. Keluaran (Kuantitatif)
Terbangunnya rumah Khusus sebanyak 40(empat puluh) unit Koppel beserta
kelengkapan administrasi proyek.

E. PENERIMA MANFAAT
Sepanjang penelusuran kami, baik dalam UU 1/2011 maupun dalam Permen PUPR
20/2017 memang tidak dijelaskan secara ekplisit arti kebutuhan khusus dari
pengertian rumah khusus.Tetapi jika dilihat dari peruntukannya, maka penerima
manfaat Penyediaan Rumah Khusus tersebut adalah masyarakat yang memenuhi
kriteria untuk menghuni Rumah Khusus. Kriteria tersebut meliputi:
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan negara;
masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan
pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan;
masyarakat korban bencana, merupakan masyarakat yang terkena dampak langsung
dari bencana skala dan/atau berdampak nasional. Bencana skala dan/atau
berdampak nasional dapat berupa bencana alam, bencana non alam, dan/atau
bencana sosial.[7]
masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi terpencar di pulau terluar, daerah
terpencil, dan daerah tertinggal; dengan kriteria:[8]
masyarakat yang tinggal di pulau-pulau yang secara geografis masuk dalam
kawasan perbatasan atau pulau terluar;
tinggal di daerah yang sulit dijangkau karena:
keadaan geografi yang merupakan kepulauan, pegunungan, daratan, hutan, dan
rawa;
transportasi, sosial, dan ekonomi yang merupakan daerah terpencil; dan/atautinggal
di daerah yang relatif kurang berkembang dalam skala nasional yang merupakan
daerah tertinggal.masyarakat yang terkena dampak program pembangunan
Pemerintah Pusat, merupakan masyarakat yang harus meninggalkan tempat tinggal
asalnya akibat dampak program atau kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat;
pekerja industri merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh atau pekerja
industri yang berada di kawasan industri;
pekerja pariwisata merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh atau pekerja
pariwisata yang berada di daerah tujuan pariwisata atau destinasi pariwisata;
transmigran merupakan masyarakat yang berpindah melalui program transmigrasi;
masyarakat sosial meliputi masyarakat lanjut usia, miskin, penyandang disabilitas,
yatim piatu, dan/atau anak terlantar yang secara sosial memerlukan perhatian dan
bantuan; dan/ataumasyarakat yang memerlukan penanganan khusus lainnya,
meliputi masyarakat pemuka adat atau agama, masyarakat di daerah pedalaman
dan suku terasing, masyarakat dalam kawasan cagar budaya, petugas medis atau
masyarakat yang bekerja di wilayah pengolahan sumber daya alam

F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Metode Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pembangunan Rumah Khusus tersebut direncanakan selesai
dalam waktu 3 (tiga) bulan dengan pembangunan struktur menggunakan sistem
non konvensional yang diharapkan pelaksanaan menjadi lebih cepat dengan
mutu yang lebih baik demikian pula dari aspek kerapihan dan kekuatan.

2. Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan pembangunan rumah Khusus ini antara lain:
a. Pekerjaan Persiapan;
b. Pekerjaan Struktur Bangunan mulai dari pondasi, sloof sampai atap;
c. Pekerjaan Utilitas Bangunan (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing);
d. Pekerjaan Arsitektur termasuk finishing.

G. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


Lokasi pembangunan Rumah Khususperuntukan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) ini di Desa Terasing Belitung Timur, Provinsi kepulauan Bangka
Belitung.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN


1. Pelaksana kegiatan adalah Kepala SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi
kepulauan Bangka Belitung yang didukung oleh Pejabat Pembuat Komitmen
beserta staf terkait.
2. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi
kepulauan Bangka Belitung,Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

I. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah khusus ini adalah 3
(tiga) bulan terhitung sejak terbit SPMK sampai dengan Serah Terima Pertama
Pekerjaan Fisik T.A. 2019, ditambah dengan Pemantauan pada Masa Pemeliharaan
Pekerjaan Fisik dan Serah Terima Kedua Pekerjaan Fisik T.A. 2019.

J. DAFTAR PERSONIL
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, pihak Penyedia Jasa harus menyediakan
tenaga-tenaga ahli dalam suatu Struktur Organisasi untuk menjalankan
kewajibannya sesuai dengan lingkup jasa yang tercantum dalam KAK ini yang
bersertifikat dan disetujui oleh PEMBERI TUGAS. Struktur Organisasi serta daftar
tenaga ahli beserta kualifikasinya, minimal sebagai berikut :

JABATAN DALAM
JUMLAH KUALIFIKASI
PEKERJAAN
NO
1. Site Manager 1 orang Disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S1)
Jurusan Teknik Sipil/Arsitektur dengan
pengalaman minimal 6 (enam) tahun lulusan
Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta yang
telah disamakan dan pengalaman sebagai
Site Manager Sipil pada proyek pembangunan
Perumahan harus mempunyai SKA Madya
Ahli Teknik Bangunan Gedung (TA 201).
2. Pelaksana 1 orang Disyaratkan adalah Sarjana Strata Satu
lapangan (S1)/D3 Teknik Sipil lulusan Perguruan Tinggi
Negeri atau Swasta yang disamakan dengan
pengalaman dibidangnya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun pada proyek
pembangunan Perumahan. SKA Pelaksana
Bangunan Perumahan/Permukiman (TA 023)
3. Ahli K3 Konstruksi 1 orang Disyaratkan adalah minimal S1 Teknik Sipil
Negeri atau Swasta yang disamakan dengan
pengalaman dibidangnya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun pada proyek
pembangunan perumahan memiliki SKA
Muda Ahli K3 Konstruksi (TA 603)
4 Pelaksana 1 Orang Disyaratkan adalah minimal S1 Teknik
Pekerjaan Sipil/D3 Negeri atau Swasta yang disamakan
Mekanikal Dan dengan pengalaman dibidangnya sekurang-
Elektrikal kurangnya 5 (lima) tahun pada proyek
pembangunan perumahan memiliki SKA
Pelaksana Bangunan Perumahan/Permukiman
(TA 023)
5. Juru Gambar/ 1 orang Disyaratkan adalah minimal SMK Jurusan
Draftman – Sipil Bangunan/D3 Sipil Negeri atau Swasta yang
disamakan dengan pengalaman dibidangnya
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun pada
proyek pembangunan Perumahan Memiliki
SKT Juru Gambar/ Draftman – Sipil (TS 003)
6. Quantity Surveyor 1 orang Disyaratkan adalah minimal SMK Jurusan
Bangunan (D3) Sipil lulusan Perguruan Tinggi
Negeri atau Swasta yang disamakan dengan
pengalaman dibidangnya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun pada proyek
pembangunan Perumahan dan Memiliki SKT
Quantity Surveyor (TL 003)
8 Mandor Tukang Disyaratkan adalah minimal SMK Jurusan
Batu / Bata / Bangunan/ (D3) Sipil lulusan Perguruan Tinggi
Beton Negeri atau Swasta yang disamakan dengan
pengalaman dibidangnya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun pada proyek
pembangunan Perumahan dan Memiliki SKT
Mandor Tukang Batu / Bata / Beton (TL 005)
9. Tenaga 1 orang Disyaratkan adalah minimal Diploma Tiga
Administrasi (D3) Ekonomi atau Administrasi lulusan
Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta yang
disamakan dengan pengalaman dibidangnya
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

Apabila diperlukan, pemberi tugas berhak untuk menghadirkan tenaga ahli yang
dimaksud diatas untuk dilakukan verifikasi dan klarifiasi (personil, ijazah asli, NPWP
asli, SKA Asli dan referensi dari Pemberi Tugas asli). SKA yang diakui adalah SKA
yang telah diakreditasi oleh LPJKN. Masing-masing Tenaga Penunjang Teknis
melampirkan fotokopi Ijazah, KTP, NPWP.

K. DAFTAR PERALATAN
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, pihak Penyedia Jasa harus menyediakan
peralatan untuk menjalankan kewajibannya sesuai dengan lingkup jasa yang
tercantum dalam KAK ini dan disetujui oleh PEMBERI TUGAS. Daftar peralatan
minimal sebagai berikut :

JENIS KEPEMILIKAN/
NO KAPASITAS JUMLAH
PERALATAN STATUS
1. Dump Truck 3-4 M3 1 (satu) buah Milik/Sewa
2. Concrete Mixer 0,3-0,6 M3 2 (dua) buah Milik
3. Concrete Vibrator 32 mm – 4 A 1 (satu) buah Milik
4. Genset YMB 1300-1000 W 1 (satu) buah Milik/sewa
5. Mesin Pompa Air 100 W jet pump 1 (satu) buah Milik
6. Theodolith Nikon NE 100 1 (satu) buah Milik/sewa
7. Motor Grader 10 hp 1 (satu) buah Milik/sewa
8. Bar Cutter 1 Set 1 (satu) buah Milik/sewa
9 Bar Bending 1 Set 1 (satu) buah Milik/sewa
10. Alat Bantu Tukang Lengkap 1 Set Milik
Perlengkapan Milik
11. Lengkap 1 Set
K3/APD
12. Ready Mix Lengkap 1 Unit Dukungan
L. IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, pihak Penyedia Jasa harus menyediakan
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menghindari hal-hal yang
bersifat membahayakan sesuai dengan lingkup jasa yang tercantum dalam KAK ini
dan disetujui oleh PEMBERI TUGAS.
Identifikasi jenis bahaya yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

NO JENIS/TIPE PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi a. Kecelakaan saat perjalanan
b. Alat berat terguling dari tronton
2. Pengendalian Lalu Lintas a. Rawan Kecelakaan
b. Keselamatan Pekerja
c. Keselamatan Pengguna Jalan
II. PEKERJAAN GEDUNG
1. Struktur a. Kejatuhan benda dari atas
b. Diesel hammer terpental dari leader
c. Kabel sling putus
d. Tiang pancang patah saat pengangkatan
e. Tertimbun bahan material
f. Terbentur alat berat
g. Terjatuh saat mendorong gerobak berisi
campuran
h. Terkena adukan beton pada mata
i. Iritasi kulit, mata
j. Terjatuh dari ketinggian
k. Terkena alat pemotong besi
l. Terjepit/tertimpa Scaffolding
2. Arsitektur a. Tertimpa alat, bahan/material
b. Terkena gergaji/martil
c. Terjatuh dari ketinggian
a. Menginjak paku
b. Iritasi kulit, mata
c. Terhirup debu kotoran dari alat,
bahan/material
d. Terpotong alat pemotong
e. Terjepit/tertimpa Scaffolding
3. Mekanikal, Elektrikal, dan a. Terkena gergaji/martil
Plambing b. Terkena alat las
c. Tersengat listrik
d. Iritasi kulit, mata
e. Tertimpa pipa
f. Tertimbun material
g. Terlilit kabel
h. Terjatuh dari ketinggian
i. Terkena alat pemotong
j. Terhirup debu kotoran dari alat,
bahan/material

M. Syarat Kualifikasi
Peserta yang berbadan usaha harus memilikiIzin Usaha Jasa Konstruksi
(IUJK);Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan Kualifikasi Usaha Menengah
serta disyaratkan: a. Klasifikasi Bangunan Gedung;Subklasifikasi Jasa Pelaksana
Konstruksi Bangunan Hunian Tunggal dan Koppel (BG001) dengan kualifikasi
menengah;Dalam hal ber-KSO, persyaratan kualifikasi usaha harus dipenuhi oleh
leadfirm. Untuk pekerjaan yang diperuntukkan bagi Kualifikasi Usaha Menengah
dan Besar, memiliki Kemampuan Dasar (KD) dengan nilai KD sama dengan 3 x
NPt (Nilai pengalaman tertinggi):untuk kualifikasi Usaha
Menengah,pengalaman pekerjaan sesuai subklasifikasiSBU yang disyaratkan,
atauuntuk kualifikasi Usaha Besar, pengalamanpekerjaan pada subklasifikasi
SBU yang disyaratkan dan jenis pekerjaan serta dapat mensyaratkan kegiatan
pokok/key activities yang sesuai dengan persyaratan dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir.Nilai KD paling kurang sama dengan HPS;Memiliki Sertifikat Manajemen
Mutu, Sertifikat Manajemen Lingkungan, serta Sertifikat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja; (hanya disyaratkan untuk Pekerjaan Konstruksi yang bersifat
Kompleks/Berisiko Tinggi dan/atau diperuntukkan bagi Kualifikasi Usaha Besar);
Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan (SPT Tahunan)
tahun pajak 2018; (tuliskan tahun pajak yang diminta dengan
memperhatikan batas akhir pemasukan penawaran dan batas akhir
pembayaran pajak sesuai peraturan perpajakan) Memiliki akta pendirian perusahaan
dan akta perubahan perusahaan (apabila ada perubahan); Tidak masuk
dalam Daftar Hitam, keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan
kepentingan pihak yang terkait,tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak
pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau yang bertindak
untuk danatas nama Badan Usaha tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, dan
pengurus/pegawai tidak berstatus Aparatur Sipil Negara, kecuali yang
bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan Negara;Pengalaman paling kurang
1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali bagi pelaku
usaha yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;Memenuhi Sisa Kemampuan
Paket (SKP) dengan perhitungan:SKP = 5 – P, dimana P adalah Paket pekerjaan yang
sedang dikerjakan (hanyauntuk pekerjaan yang diperuntukkan bagi Kualifikasi Usaha
Kecil) Memiliki paling kurang:1(satu) tenaga tetap bersertifikat terampil (SKT) yang
sesuai dengan Klasifikasi SBU yang disyaratkan (untuk Usaha Kecil);1 (satu) tenaga
tetap bersertifikat ahli (SKA) Muda yang sesuai dengan Sub klasifikasi SBU yang
disyaratkan (untuk Usaha Menengah); dan1 (satu) tenaga tetap bersertifikat ahli
(SKA) Madya yang sesuai dengan Sub klasifikasiSBU yang disyaratkan (untuk
Usaha Besar).Memiliki Sisa Kemampuan Nyata (SKN) dengan nilai paling kurang
sama dengan 10% (sepuluh perseratus) dari nilai total HPS, yang disertai dengan
laporan keuangan (untuk pekerjaan yang diperuntukkan bagi Usaha Menengah dan
Besar. Khusus untuk Usaha Besar, laporan keuangan wajib telah diaudit);

N. BIAYA
Total biaya yang diperlukan untuk Pembangunan Rumah Khusus ini sebanyak 40 unit
Koppel sebesar Rp5.120.000.000,- (Lima Milyar Seratus Dua Puluh Juta Rupiah).
Pangkal Pinang, Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai