PROYEK PERUBAHAN
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN IX
Oleh :
Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si.
NIP.197501042000031001
NIP : 197501042000031001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Di Sukamandi
Pada hari :
Tanggal :
Project Leader
Edy Sutanto, S.Pi, M.Pd Drs. Munasor, MM Dr. Ir. Tri Haryanto, MM
196303031986031005 195412191977021001 195812021986031011
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan
Proyek Perubahan yang merupakan salah satu tahapan Diklat
Kepemimpinan Tingkat III. Laporan Proyek Perubahan ini mengambil
tema “Peningkatan Produktivitas Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon” sesuai degan area perubahan
yang dipilih penulis dengan memperhatikan urgensi, tugas dan fungsi
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon.
1. Dr. Ir. Tri Haryanto, MM, selaku mentor atas dorongan, arahan dan
bimbingannya,
2. Edy Sutanto, A.Pi, M.Si selaku coach atas arahan dan bimbingannya,
3. Seluruh Widyaiswara dan narasumber yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan
4. Panitia penyelenggara dan seluruh pihak yang telah membantu
pelaksanaan Diklatpim III Angkatan IX.
5. Teman-teman seperjuangan peserta Diklatpim III Angkatan IX atas
kekompakannya dan kebersamaan selama ini,
6. Rekan kerja lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon atas kerjasama tim yang solid,
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun spiritual.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I. PENDAHULUAN.....……………….........................…..……...... 1
A. Latar Belakang..…..………….........……………………….. 1
E. Kriteria Keberhasilan........................................................ 8
B. Stakeholder Proyek 11
Perubahan........................................
C. Strategi Komunikasi.......................................................... 15
ii
A. Kesimpulan....................................................................... 36
B. Rekomendasi................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kualitas air di Teluk Ambon Dalam dan Kesesuaiannya
dengan Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Laut (BPBL 4
Ambon 2016).............
Tabel 2. Tahapan (milestone) Proyek Perubahan Peningkatan 9
Sarana Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon.......
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Proyek Perubahan Peningkatan
Produktivitas Benih Clown Fish di BPBL Ambon ...........
10
Tabel 4. Diskripsi peranan, dukungan, pengaruh dan hubungan
kerja antara stakeholder .....................................................
12
Tabel 5. Perbandingan Uji Coba Sistem Resirkulasi Akuakultur 27
dengan Sistem Konvensional .......................
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 10. Uji coba produksi benih ikan hias Clown Fish
pada sistem resirkulasi akuakultur ........................ 29
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi 41
Teluk Ambon Dalam dan permasalahan utama
pada produksi benih ikan hias ..........................
Lampiran 2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif .... 59
Lampiran 3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi ............. 61
Lampiran 4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi ................ 63
Lampiran 5. Penyambungan dengan sistem air dan aerasi ....... 65
Lampiran 6. Uji coba (running test) sistem resirkulasi ............... 67
Lampiran 7. Membuat lembar monitoring ................................ 70
Lampiran 8. Monitoring dan evaluasi ........................................ 74
Lampiran 9. Kegiatan peserta Diklatpim III selama tahap 83
Laboratorium Kepemimpinan (Breakthrough II)...
Lampiran 10. Implementasi Leadership Laboratory Proyek 86
Perubahan Diklat PIM III di Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon.........................................
Lampiran 11. Foto dukungan atasan ............................. 89
vi
RINGKASAN EKSEKUTIF
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan perikanan pada saat ini menjadi sangat urgent
dengan kecenderungan terjadinya peningkatan permintaan terhadap ikan
konsumsi oleh masyarakat dunia. Berdasarkan catatan FAO tahun 2012,
bahwa trend produksi perikanan dunia tumbuh sebesar 1,9% per tahun
sejak tahun 2001 – 2010. Sementara realita yang dihadapi untuk
memenuhi permintaan tersebut ternyata tidak dapat diandalkan hanya
melalui perikanan tangkap saja. Trend pertumbuhan produksi perikanan
tangkap cenderung stagnan bila dibandingkan pertumbuhan perikanan
budidaya yang mengalami peningkatan signifikan (Soebjakto, 2013).
Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah mempersiapkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke- 3
untuk 5 tahun mendatang yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Khusus untuk sub sektor perikanan budidaya, pengembangan marikultur
menjadi bagian yang fokus akan digarap sebagai prioritas. Sebuah
kebijakan strategis yang diharapkan akan mampu terealisasi secara nyata
sebagai tanggung jawab moral dalam upaya mendorong optimalisasi
pemanfaatan SDA bagi pembangunan ekonomi nasional.
Prospek marikultur sangat besar karena kegiatan budidaya laut
dapat dikembangkan mulai wilayah garis pantai kurang dari 4 mil, area
pantai 4 – 12 mil hingga area lepas pantai atau off shore di atas 12 mil.
Dengan garis pantai mencapai 81.000 km dengan total potensi lahan
budidaya laut seluas 8,36 juta ha, menjadikan sebuah peluang ekonomi
yang sangat besar. Ikan hias laut merupakan salah satu komoditas
budidaya laut yang sejauh ini belum dikembangkan secara optimal.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada tahun 2016 ditargetkan
berproduksi 1,6 milyar ikan hias dan pada tahun 2017 meningkat menjadi
2,1 milyar (Soebjakto, S. 2016).
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon merupakan Unit Pelayanan
Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bawah dan
1
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
Berdasarkan Peraturan Merteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.
6/PERMEN-KP/2014 tanggal 3 Pebruari 2014 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar,
Perikanan Budidaya Air Payau, Dan Perikanan Budidaya Laut. Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon mempunyai tugas melaksanakan uji
terap teknik dan kerja sama, produksi, pengujian laboratorium kesehatan
ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis perikanan budidaya laut.
Sedangkan dalam melaksanakan tugas sebagaimana, Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon menyelenggarakan fungsi:
3
periode kandungan amoniak dapat mencapai 0,3 mg/L dan
kekeruhan mencapai 1,47 NTU (BPBL Ambon 2016)
5). Serangan penyakit baik virus, bakteri dan parasit sering terjadi pada
proses produksi benih ikan hias. Pada bulan dengan curah hujan
tinggi Februari-Mei dan September-November selalu terjadi outbreak
penyakit (BPBL Ambon 2016).
6). Suhu air laut yang sangat berfluktuasi 26,1-31,3 0C membuat
produksi benih menjadi tidak stabil.
Kualitas
No Parameter Kualitas Air PIL Kesesuaian
TAD
4
kebutuhan, sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi benihnya
(Balai Budidaya Laut Ambon. 2016).
Setelah melihat berbagai kondisi terkini terkait produksi benih ikan
hias laut Clown Fish yang ada di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
seperti, pelayanan penyediaan benih yang masih rendah, kualitas air
sumber di Teluk Ambon Dalam yang menurun dan fluktuatif akibat
degradasi lingkungan serta teknologi sarana produksi benih ikan yang
masih sederhana, maka perlu dilakukan upaya meningkatkan
produktivitas melalui peningkatan teknologi sarana produksi benih untuk
mendukung peningkatan produksi benih ikan hias laut Clown Fish dan
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, sehingga Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon dapat meningkatkan perannya sebagai pelayanan
penyediaan benih ikan hias laut Clown Fish terkemuka di Indonesia.
5
tradisional, diantaranya adalah konsistensi kualitas produknya,
pengurangan yang besar pada penggunaan lahan dan air, tingkat yang
tinggi pada kontrol lingkungan, siklus produksi yang pendek dan
meningkatkan pengembangan konversi pakan (Michaud, 2007),
terbatasnya pembuangan air limbah dan berkurangnya resiko menurunya
kualitas lingkungan serta konversi pakan yang lebih baik (Guiterrez-Wing
dan Malone, 2006).
6
C. Ruang Lingkup
7
hias
- Meningkatkan produksitivitas
2. Tujuan jangka menengah (1 tahun)
- Meningkatkan produksi benih 30.000 ekor/bulan
- Menyediakan petunjuk operasional (manual operation) produksi
benih dengan sistem resirkulasi akuakultur
- Meningkatnya kemampuan SDM
3. Tujuan jangka panjang (2 tahun)
- Menyediakan buku petunjuk (program manual) pemeliharaan benih
ikan hias
- Meningkatan produksi benih mencapai 500.000 ekor/tahun
- Menciptakan kesadaran pentingnya inovasi teknologi
E. Kriteria Keberhasilan
Proyek perubahan ini dikatakan berhasil mencapai tujuannya pada
akhir tahun 2018, apabila memenuhi kriteria :
1. Diterapkannya sistem produksi benih ikan hias Clown Fish dengan RAS
2. Tersedianya sarana Sistem Resirkulasi Akuakultur
3. Produktivitas meningkat sebesar dari 300 ekor/lt menjadi 500 ekor/lt
4. Meningkatnya pemahaman Sumber Daya Manusia pada RAS
5. Produksi benih ikan hias Clown Fish mencapai 500.000 ekor pertahun
Terwujud 1 data produksi benih dengan sistem resirkulasi, 1 buah
petunjuk operasional (manual operation) pengelolaan sistem resirkulasi
akuakultur, dan 1 buah buku petunjuk (program manual) produksi benih
ikan hias Clown Fish, dan
6. Terciptanya kesadaran pentingnya inovasi teknologi dalam produksi
benih pada setiap pegawai di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
8
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
No Kegiatan Waktu
A Jangka Pendek
1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Minggu III Maret
Teluk Ambon Dalam dan permasalahan utama 2017
pada produksi benih ikan hias
2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif Minggu IV Maret
2017
3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi Minggu I-II April
2017
4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi Minggu III-IV
April 2017
5 Penyambungan dengan sistem air dan aerasi Minggu I Mei
2017
6 Uji coba (running test) sistem resirkulasi Minggu II Mei
2017
7 Membuat lembar monitoring kualitas air harian Minggu II-III Mei
pada sistem resirkulasi 2017
8 Monitoring dan evaluasi harian produksi benih Minggu II-III Mei
ikan hias pada sistem resirkulasi 2017
9 Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Minggu III Mei
tahap I 2017
B Jangka Menengah
1. Penyempurnaan sistem Juni 2017
2. In House Training bagi teknisi produksi ikan hias Juli 2017
3. Operasional harian produksi benih Agust-Nov 2017
4. Membuat petunjuk operasional (manual September
operation) produksi benih ikan hias dengan
9
sistem resirkulasi 2017
5. Monitoring dan evaluasi bulanan Agust-Nov 2017
6. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Nov 2017
tahap II
C Jangka Panjang
1. Membuat buku petunjuk (program manual) 2018
pemeliharaan benih
2. Monitoring dan evaluasi bulanan 2018
3. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Nov 2018
tahap III
10
B. Stakeholder Proyek Perubahan
1. Jenis Stakeholder
Jenis Stakeholder yang terlibat dalam proyek perubahan
antara lain :
a. Stakeholder Primer : yaitu orang atau kelompok yang
langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek
perubahan, antara lain :
1) Kepala Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama BPBL
Ambon
2) Kepala Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis BPBL
Ambon
3) Kepala Subbagian Tata Usaha BPBL Ambon
4) Koordinator Hama Penyakit Ikan dan Lingkungan BPBL
Ambon
5) Koordinator Ikan Hias BPBL Ambon
6) Anggota Tim
7) Coach
b. Stakeholder Sekunder : yaitu orang atau kelompok yang tidak
langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek
perubahan, antara lain :
1) Direktur Produksi dan Usaha DJPB
2) Direktur Pakan dan Obat Ikan DJBP
3) Dinas KP Provinsi/Kab/Kota
4) Pembudidaya Ikan Hias
c. Stakeholder Utama : yaitu orang atau kelompok yang memiliki
pengaruh baik positif atau negative terhadap proyek
perubahan, antara lain :
1) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
3) Direktur Perbenihan DJBP
4) Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan DJPB
11
2. Peranan Stakeholder
Dirjen DJPB
Working Team I
Intalasi Sistem
Working Resirkulasi
Working Team
Team II
Direktur pakan
Dinas KP dan obat ikan
Prov/Kab
Kepala UPT
Kasi Pengujian
dan Dukungan KasubagTata
Teknis Usaha
Pegawai
Pembudidaya
BPBL Ambon
13
4. Analisa Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder
Stakeholder yang telah teridentifikasi selanjutnya dikelompokan
berdasarkan kekuatan yang dimiliki dan ketertarikan terhadap proyek
perubahan (gambar 3).
IFLUENCE
Latent Promoter
Direktur Jenderal Perikanan 1. Sekretaris Direktorat Jenderal
Budidaya Perikanan Budidaya
2. Kepala Seksi Pengujian dan
Kepala Seksi Uji Terap Teknik Dukungan Teknis
dan Kerjasama 3. Tenaga Ahli
4. Coach
Direktur Perbenihan
5. Anggota Tim
Direktur Sarana dan Prasarana
INTEREST
Koordinator Pembenihan
Apathetics Defender
C. Strategi Komunikasi
15
channel of communication agar mampu menyampaikan pesan perubahan
melalui orang-orang yang tepat dengan model komunikasi yang mudah
dipahami oleh mereka sehingga proses adopsi idea / teknologi berjalan
efektif dan memberi keuntungan/benefit yang nyata bagi para pengadopsi
(adopter) ide / teknologi baru tersebut.
Agen Perubahan berfungsi meyakinkan target perubahan untuk
mengadopsi ide, rancangan, proyek perubahan atau teknologi yang
ditawarkan dengan meyakinkan manfaat / keuntungan menggunakan ide,
melaksanakan proyek perubahan dan teknologi baru bagi institusinya.
Selanjutnya memonitor proses tahapan pelaksanaannya dan
membuktikan keuntungannya. Dan kemudian menjadikan pegawai
menjadi Agen Perubahan (baru) bagi pegawai lainnya.
1. Unsur-unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur komunikasi yang mutlak
harus dipenuhi sebagai berikut :
a. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender,
komunikator. Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau
menyandikan pesan dengan baik dan jelas. Pengirim pesan juga
membuat encoding yang ditujukan kepada seseorang atau
beberapa orang, dan memilih media, serta meminta kejelasan
kepada penerima apakah pesan telah diterima.
b. Penerima pesan atau sering disebut sebagai receiver atau
komunikan. Penerima pesan harus mendengarkan atau
berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan
memberikan umpan balik yang disebut dengan decoding kepada
pengirim pesan bahwa pesan telah diterima dengan benar.
c. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk
mengirimkan pesan. Media ini dapat berupa telepon, televisi, fax,
telecopier, sandi morse, semapore, SMS, E-mail , dan lain-lain.
2. Proses Komunikasi
Salah satu proses komunikasi adalah model linier. Model ini
mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus,
16
di mana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir
pada komunikan.
Contoh: Formula Laswell. Formula ini dikenal dengan rumusan cara
untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi, yaitu
dengan menjawab pertanyaansebagai berikut :
a. Who (siapa);
b. Says what (mengatakan apa);
c. In which channel (dengan saluran yang mana);
d. To whom (kepada siapa); dan
e. With what effect (dengan efek seperti apa)
Proses ini dapat digambarkan dengan formula Lasswell sebagai
berikut:
3. Komunikasi Efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh
komunikator/sender dapat diterima dengan baik (menyenangkan,
aktual/nyata) oleh komunikan/receiver. Kemudian penerima pesan
menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan
benar. Artinya, bahwa ada komunikasi dua arah atau komunikasi yang
timbal balik.
Lima (5) aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif adalah :
a. clarity, bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas;
b. accuracy, bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-
betul akurat alias tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai
dan informasi yang disampaikan harus benar. Benar ini artinya
17
sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan;
c. contex, bahasa dan informasi yang disampaikanharus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi;
d. flow, keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti
dalam menjalin komunikasi yang efektif; dan
e. culture, ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi
juga tatakrama atau etika.
18
b. Membuat gambar Sistem Resirkulasi Akuakultur
Gambar Sistem Resirkulasi Akuakultur sangat diperlukan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam tahap ini
melakukan komunikasi secara intensif dengan Tim Pengujian
dan Dukungan Teknis untuk memperoleh masukan dan saran.
c. Pengadaan Sistem Resirkulasi Akuakultur
Pada tahap ini peserta Diklatpim Tingkat III melakukan
komunikasi secara intensif dengan Kasubag Tata Usaha dan
Tim Pengadaan Barang dan Jasa perihal rencana pengadaan
sarana pendukung proyek perubahan. Pada tahap ini output
yang dihasilkan yaitu tersedianya sarana Sistem Resirkulasi
Akuakultur.
d. Instalasi Sistem Resirkulasi Akuakultur
Pada tahap instalasi Sistem Resirkulasi Akuakultur, peserta
Diklatpim Tingkat III melakukan komunikasi yang intensif dengan
Tim Pengujian dan Dukungan Teknis untuk menginstal sistem
resirkulasi sesuai dengan gambar yang telah ditetapkan. Output
yang dihasilkan pada tahap ini terpasangnya Sistem Resirkulasi
Akuakultur secara baik
e. Uji coba (running test) Sistem Resirkulasi Akuakultur
Setelah tahap instalasi Sistem Resirkulasi Akuakultur,
selanjutnya dilakukan tahap uji coba (running test) Sistem.
Tahap ini bertujuan untuk memastikan Sistem Resirkulasi
Akuakultur yang telah terpasang bisa berfungsi secara baik.
f. Membuat lembar monitoring harian terhadap uji coba
operasional Sistem Resirkulasi Akuakultur. Hasil monitoring
tercatat dalam lembar monitoring.
g. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh tahapan
Breakthrough II – Leadership Laboratory. Pada tahap ini peserta
Diklatpim Tingkat III melakukan komunikasi yang intensif dengan
semua Tim agar data yang diolah lengkap.
19
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
20
Agar lebih fokus dalam pelaksanaan tugasnya maka dalam
pembentukan team work ini juga sekaligus dilakukan pembagian
tugas dari masing anggota tim dan waktu pelaksanaan kegiatan.
Sedangkan untuk memperkuat legalitas maka team work ini
dituangkan dalam suatu Surat Keputusan Kepala Balai Budidaya
Laut Ambon (Lampiran 1).
21
c. Pembuatan Gambar Sistem Resirkulasi Akuakultur
Layout dan gambar perencanaan Sistem Resirkulasi
Akuakultur untuk produksi ikan hias Clown Fish disesuaikan
dengan rencana kapasitas produksi yang diinginkan, kondisi lokasi
sistem dan teknologi yang mudah, murah dan bersifat lokal.
Penentuan sketsa sistem yang digunakan dilakukan melalui diskusi
dengan seluruh kasie dan koordinator lingkup BPBL Ambon,
dengan masukan dan persetujuan dari Mentor. Gambar rencana
tersebut dapat dilihat pada (Lampiran 1).
23
Gambar 6. Pengadaan komponen sistem resirkulasi akuakultur
24
Gambar 7. Instalasi sistem resirkulasi akuakultur
25
Gambar 8. Penyambungan sistem air dan aerasi
26
diaplikasikan tidak mengganti air selama pemeliharaan, hanya mengganti
air sebanyak ± 5% setiap harinya.
Tabel 5. Perbandingan Uji Coba Sistem Resirkulasi Akuakultur dengan
Sistem Konvensional
Tingkat Kelulusan
1. 50,40 71,60 21,20
Hidup (%)
Produktivitas
2. 5.443 12.888 7.445
(ekor)
27
2,5
2
Panjang (cm)
1,5
Sist Konv
1
Sist Res
0,5
0
0 3 6 9 12 15
Hari Pengukuran
28
dapat digunakan jika kondisi tanah atau air terbatas, atau jika kondisi
lingkungan tidak ideal untuk budidaya (Wingfield, 2004). Pengembangan
sistem resirkulasi akuakultur untuk produksi perikanan telah meningkat
secara drastis beberapa tahun belakangan ini. Kunci dari keberlanjutan
produksi budidaya perikanan laut adalah sistem resirkulasi akuakultur,
dimana sistem ini mampu memproduksi dengan produktivitas yang tinggi,
pengelolaan lingkungan perairan yang optimal, penerapan animal walfare,
disamping menciptakan usaha yang minim dampak terhadap ekologinya
(Martins dkk, 2010).
Gambar 10. Uji coba produksi benih ikan hias Clown Fish pada sistem
resirkulasi akuakultur
29
Sistem resirkulasi mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
sistem tradisional, diantaranya adalah konsistensi kualitas produknya,
pengurangan yang besar pada penggunaan lahan dan air, tingkat yang
tinggi pada kontrol lingkungan, siklus produksi yang pendek dan
meningkatkan pengembangan konversi pakan (Michaud, 2007),
terbatasnya pembuangan air limbah dan berkurangnya resiko menurunya
kualitas lingkungan serta konversi pakan yang lebih baik (Guiterrez-Wing
dan Malone, 2006). Courtland (1999) mengemukakan bahwa keuntungan
penggunaan sistem resirkulasi pada pembenihan ikan laut dalah
peningkatan biosecurity dari potensi kontaminasi sumber air terbuka,
kualitas air yang lebih stabil dan tidak terpengaruh dengan kondisi
perairan, meningkatkan produksi hingga 30%, mengurangi biaya produksi
karena produktivitas meningkat, mengurangi kematian akibat lingkungan
dan penyakit serta pergantian air yang sangat kecil. Akhirnya limbah
produksi pada sistem resirkulasi (partikel dan larutan) dapat dikontrol dan
diminimalkan, sehingga menjadikan sistem ini ramah lingkungan
(Michaud, 2007).
30
segera diatasi. Adanya sistem monitoring dengan lember monitoring
memudahkan mengontrol sistem yang berjalan (Lampiran 7).
32
Gambar 14. Pengamatan Pertumbuhan Benih
33
dan evaluasi kondisi ikan sangat erat kaitanya dengan kondisi sistem
resirkualsi itu sendiri. Sistem yang optimal akan memberikan kesehatan
ikan yang baik, pertumbuhan yang optimal dan kematian yang minim.
Selama ujicoba pemeliharaan didapatkan kondisi ikan cukup baik
dan kematian yang tidak terlalu besar serta pertumbuhan yang cukup
optimal yaitu kelulusan hidup sebesar 71,60%, dimana angka ini
meningkat cukup banyak dibandingkan sistem konvensional yang rata-
rata menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 50,40% (BPBL
Ambon 2016). Uji coba juga menghasilkan pertumbuhan yang sedikit
lebih baik dibandingkan sistem konvensional, pada uji coba setelah
benih dipelihara 15 hari rata-rata mencapai ukuran 2,2 cm sedangkan
pada sistem konvensional menghasilkan pertumbuhan panjang 1,9 cm
setelah 15 hari pemeliharaan. Hal ini juga didukung oleh ualitas air
selama pemeliharaan yang selalu didalam ambang batas kelayakan
pemeliharaan, salinitas 30-31 ppt, DO 4,2,5,0 mg/L, suhu 29-30 oC dan
kadar amoniak 0,001-0,002 mg/L
34
dan ketidaksempurnaan laporan.
Sedangkan kendala eksternal atau faktor-faktor berasal dari luar
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon yang menghambat pelaksanaan
kegiatan Leadership Laboratory Diklatpim III, antara lain adalah undangan
kegiatan pada masa pelaksanaan proyek perubahan dan pengadaan
beberapa komponen yang tidak tersedia secara cepat.
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan laboratorium kepemimpinan yang berjudul “Peningkatan
Sarana Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di BPBL Ambon “ telah
selesai dilaksanakan dengan baik dalam kurun waktu 13 Maret sampai
13 Mei 2017.
Pelaksanaan proyek perubahan di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon telah berhasil mencapai tujuan jangka pendek yaitu :
1. Menyediakan desain sitem resirkulasi akuakultur yang sesuai
dengan komoditas dan kondisi lingkungan.
2. Tersedianya sistem resirkulasi akuakultur yang dapat diterapkan
untuk produksi benih ikan hias Clown Fish di Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon.
3. Meningkatkan produktivitas produksi ikan hias Clown Fish di
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dengan cukup signifikan.
Produktivitas sistem pemeliharaan konvensional sebesar 5.443
ekor meningkat menjadi 12.888 ekor menggunakan sistem
resirkulasi akuakutur
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kegiatan laboratorium kepemimpinan, terdapat
rekomendasi Rekomendasi untuk pengembangan selanjutnya yaitu:
1. Ujicoba lebih lanjut untuk lebih mengoptimalkan sistem
resirkulasi akuakultur pada produksi ikan hias Clown Fish
sehingga lebih meningkatkan produktivitasnya.
2. Aplikasi teknologi sistem resirkulasi akuakultur untuk
memproduksi benih ikan laut secara umum.
3. Peningkatan kemampuan teknis dan pemahaman terhadap
teknologi terkini pada bidang budidaya laut.
4. Penurunan kualitas air secara terus menerus terjadi di Teluk
36
Ambon Dalam akibat dari aktivitas manusia didaratan maupun di
laut. Disisi lain Air di Teluk Ambon Dalam sebagai sumber air
pembenihan maupun aktivitas budidaya masyarakat setempat
sehingga diperlukan dorongan para stakeholder untuk
memanfaatkan Teluk Ambon Dalam secara lestari melalui
sosialisai, seminar, dan gerakan peduli Teluk Ambon Dalam.
5. Penyebar luasan teknologi sistem resirkulasi akukultur terhadap
masyarakat umum, guna meningkatkan kualkitas dan kuantitas
benih ikan laut di Indonesia.
37
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Teluk
Ambon Dalam dan permasalahan utama pada produksi
benih ikan hias
41
Ambon, 17 Maret 2017
No : 01/Diklatpim III-PP/III/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Di .-
Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka pencapaian target DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership,
Maka kami mengundang Bapak atau Ibu, untuk dapat menghadiri rapat yang akan
diselengarakan pada:
Hari/tanggal : Senin , 20 Maret 2017
Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : Sosialisasi Proyek Perubahan di BPBL Ambon dalam
rangka DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership
Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima kasih.
Project Leader
Tinggal Hermawan
42
43
44
NOTULEN SOSIALISASI PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS CLOWN
FISH DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON
Tinggal Hermawan
45
46
Ambon, 17 Maret 2017
No : 01/Diklatpim III-PP/III/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Di .-
Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka pencapaian target DIKLATPIM III tahap Laboratory
Leadership, Maka kami mengundang Bapak atau Ibu, untuk dapat menghadiri
rapat yang akan diselengarakan pada:
Hari/tanggal : Senin , 20 Maret 2017
Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : Sosialisasi Proyek Perubahan di BPBL Ambon dalam
rangka DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership
Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima kasih.
Project Leader
Tinggal Hermawan
47
48
49
NOTULEN PEMBENTUKAN TEAM WORK PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PROUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS CLOWN FISH
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON
Project Sponsor
Dr. Ir. Tri Haryanto, MM
1.
Project Sponsor
Project Sponsor bertugas sebagai pengawas dan mengarahkan Project Leader
pada suatu unit kerja. Project sponsor memberikan kewenangan tim membuat
keputusan sendiri tetapi juga memberikan petunjuk mengenai arah usaha yang
dilakukan. Secara umum tugas sponsor adalah:
a. Mendukung terlaksananya proyek perubahan terutama terkait dengan
pembiayaan yang dibutuhkan proyek
b. Memberikan arahan agar proyek perubahan sesuai dengan program dan
mendukung indikator kinerja organisasi
c. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Project Leader
d. Memberikan persetujan dan kesepakatan proposal proyek perubahan
2.
Project Leader
Project Leader adalah seseorang yang menerima tanggung jawab untuk
mengemban tugas dengan didasari oleh keyakinan bahwa sumber daya tertentu
yang diberikan kepadanya layak untuk dapat dikelola dan diproses menjadi
keluaran-keluaran yang diharapkan. Selain menggunakan seperangkat alat-alat
50
manajemen yang tersedia, diharapkan dapat mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk mempengaruhi, menyesuaikan, dan mengkoordinasi
semua sumber daya tersebut dalam melaksanakan sebuah proyek atau lebih.
Secara umum tugas Project Leader adalah:
a. Membuat acuan kerja berupa proposal proyek perubahan
b. Memimpin pelaksanaan proyek perubahan
c. Mengatasi hambatan dan kendala pada level operasional
d. Bersama working team menjamin tercapainya output dan outcome
e. Berkonsultasi dengan coach, mentor serta menjalin komunikasi dengan
stakeholder
f. Menyetujui buku petunjuk (program manual) pemeliharaan benih
g. Menyetujui petunjuk operasional (manual operation) peralatan pengolah air
h. Menyetujui lembar monitoring kualitas dan kuantitas air harian
i. Mematuhi time schedule agar target masing-masing tahapan tercapai
j Membuat laporan kegiatan proyek perubahan
3. Coach
Coach membimbing project leader agar dapat menemukan berbagai potensi
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, untuk menciptakan produkstifitas dalam
pencapaian tujuan proyek perubahan. Secara umum tugas Coach adalah:
a. Memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan proposal,
pelaksanaan dan pelaporan proyek perubahan
Tinggal Hermawan
52
Layout Sistem Resirkulasi Akuakultur pada Proyek Perubahan
53
Ambon, 22 Maret 2017
No : 03/Diklatpim III-PP/III/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Dengan hormat,
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait proyek perubahan
DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership, Maka kami mengundang Bapak atau Ibu,
untuk dapat menghadiri rapat yang akan diselengarakan pada:
Hari/tanggal : Jumat , 24 Maret 2017
Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : Kompilasi data dukung kondisi lokasi kegiatan pada
proyek perubahan
Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima kasih.
Project Leader
Tinggal Hermawan
54
NOTULEN RAPAT PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS CLOWN
FISH DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON
55
3. Tabel di atas menunjukan bahwa salah satu parameter kualitas air
(kecerahan) kurang sesuai untuk kegiatan pembenihan. Menurut Baehaqi
(2013), Hawkes (1989), dan Nirmala (2001) kekeruhan sangat berperan
dalam keberhasilan produksi benih. Sedangkan kondisi pengelolaan air
saat ini di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon masih sangat sederhana,
yaitu berupa pengendapan dan penggunaan sand filter satu kali.
Sedangkan untuk pemeliharaan induk masih mempergunakan air langsung
dari laut (Hartanto N. 2012).
4. Adanya permasalahan dan dampak yang ditimbulkannya serta melihat
kondisi pengelolaan air di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon saat ini
maka perlu upaya perubahan meningkatkan sarana sistem produksi benih
untuk mendukung peningkatan produksi benih ikan hias Clown Fish di Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon.
Tinggal Hermawan
56
57
Lampiran 2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif
58
Foto-foto Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif
59
Lampiran 3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi
60
Foto-foto Pengadaan sarana sistem resirkulasi
61
Lampiran 4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi
62
Foto-foto Pemasangan sarana sistem resirkulasi
63
Lampiran 5. Penyambungan dengan sistem air dan aerasi
64
Foto-foto Penyambungan dengan sistem air dan aerasi
65
Lampiran 6. Uji coba (running test) sistem resirkulasi
66
Data Mortalitas dan Pertumbuhan Uji coba (running test) sistem
resirkulasi
67
Foto-foto kegiatan uji coba (running test) sistem resirkulasi
68
Lampiran 7. Membuat lembar monitoring
69
DAFTAR CHECK LIST KONDISI SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR
Bulan :
Protein
Tgl Akuarium Pompa Sand Filter Biofilter UV Petugas
Skimmer
baik rusak baik rusak baik rusak baik rusak baik rusak baik rusak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
70
KONDISI BENIH PADA SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR
Bulan :
Kematian Panjang
Tgl Kondisi Benih
(ekor) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
71
KUALITAS AIR SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR
Bulan :
72
Lampiran 8. Monitoring dan evaluasi
73
Kegiatan monitoring pada Uji Coba Sistem
74
Ambon, 2 Mei 2017
No : 04/Diklatpim III-PP/V/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Dengan hormat,
Project Leader
Tinggal Hermawan
75
76
NOTULEN MONITORING DAN EVALUASI PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PROUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS
CLOWN FISH
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON
Tinggal Hermawan
77
Lampiran 9. Kegiatan peserta Diklatpim III selama tahap Laboratorium
Kepemimpinan (Breakthrough II)
78
KEGIATAN PESERTA DIKLATPIM III TAHAP
LABORATORIUM KEPEMIMPINAN (BREAKTHROUGH II)
Dinfokan
Paraf
No Hari/Tgl Kegiatan Output ke Coach
Mentor
Tgl
Kegiatan Milestone 1 : Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Teluk Ambon
Dalam dan permasalahan utama pada produksi benih ikan hias
1. Senin Melakukan - Daftar hadir 13/4/17
20/3/17 sosialisasi proyek - Notulensi
perubahan
- Foto kegiatan
2. Selasa Melakukan - Daftar hadir 13/4/17
21/3/17 pembentukan team - Draft SK
work
- Foto kegiatan
3. Rabu Membuat gambar Gambar rencana RAS 13/4/17
22/3/17 rencana
79
Kegiatan Milestone 5 : Penyambungan sistem air dan aerasi
8. Sel Melakukan Foto kegiatan 15/5/17
25/4/17- Penyambungan
11/5/17 sistem air dan
aerasi
Kegiatan Milestone 6 : Uji Coba Sarana Sistem Resirkulasi
9. Sel-Jum Uji coba sistem - Data mortalitas dan 15/5/17
27/4/17- pertumbuhan
11/5/17 - Foto kegiatan
Kegiatan Milestone 7 : Membuat lembar monitoring
10. Rab Membuat lembar Lembar monitoring RAS, 15/5/17
26/4/17 monitoring kondisi ikan dan kualitas air
80
Lampiran 10. Implementasi Leadership Laboratory Proyek Perubahan
Diklat PIM III di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
81
Nama Proyek Perubahan Peningkatan Peningkatan Produktivitas Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon
Area Perubahan a. Pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan budidaya laut.
b. Teknologi produksi benih ikan hias Clown Fish masing mnggunakan sistem onvensional yang
menghasilkan produktivitas rendah.
c. Ada tiga kegiatan yang akan menjadi fokus dalam proyek perubahan ini, yaitu: (1) Aplikasi sistem
resirkulasi akuakultur pada produksi benih ikan hias Clown Fish, (2) Penyediaan data bioteknis produksi
benih ikan hias Clown Fish, peningkatan kapasitas teknisi dan petunjuk operasional (manual operation), buku
petunjuk (program manual) produksi benih dan (3) Kesadaran pegawai akan inovasi teknologi sebagai kunci
keberhasilan produksi benih
d. Pada Leadership Laboratory dengan waktu hanya dua bulan akan fokus pada penerapan sistem resirkulasi
akuakultur pada produksi benih ikan hias Clown Fish
No. Program Aksi / Indikator Capaian Prosentase Kendala & Instansi Terkait
Kegiatan Keberhasilan Capaian Solusi
1. Sosialisasi dan Data dukung proyek - Pegawai paham 100 % Tidak ada -Kasie PDT dan staf
Pembentukan Team perubahan pentingnya teknologi -Kasie UTK
Work Proyek produksi benih pada
Perubahan proyek perubahan yang -Kasubah TU
akan dilakukan -Koord. HPIL
- jadwal kegiatan tersusun -Koord. Ikan Hias
- tugas dan peran dalam -Bagian Program
82
tim terdistribusi -Panitia PBJ
-Pengelola BMN
2. Pengumpulan data Data dukung proyek - Isu kondisi kualitas air 100 % Tidak ada -LIPI
dan informasi perubahan TAD -BMG Bandara Pattimura
kualitas air, - aktivitas pada catchment
klimatologi, -Kasie PDT
area dan perairan TAD
bioteknis -Kasie UTK
pembenihan ikan - SOP Prod Benih Ikan
hias Clown Fish. Hias di BPBL Ambon -Koord. HPIL
-Koord. Ikan Hias
3. Pengadaan sarana Tersedianya Sarana - Gambar rencana dan 100 % Tidak ada -Kasubag TU
sistem resirkulasi Sistem Resirkulasi komponen penyusun
-PPK
Akuakultur sistem resirkulasi
-Panitia PBJ
-Pengelola BMN
4. Instalasi sistem Terpasangnya Sistem - Sistem Resirkulasi 100 % Tidak ada - Kasie PDT
resirkulasi Resirkulasi Akuakultur Akuakultur untuk produksi
- Koordinator Ikan Hias
ikan hias Clown Fish
Uji coba (running Kepastian sistem - Sistem Resirkulasi 100 % Tidak ada - Kasie PDT
test) sistem resirkulasi terinstal Akuakultur untuk produksi
5. - Koordinator Ikan Hias
resirkulasi dengan baik ikan hias Clown Fish
83
Monitoring dan Kepastian alat yang - Sistem Resirkulasi 100 % Tidak ada - Kasie PDT
pengamatan terpasang berfungsi Akuakultur berjalan
6. - Koordinator Ikan Hias
dengan baik dengan baik
- Koordinator HPIL
7. Penyusunan Tersusunnya laporan Berhasilya proyek 100 % Tidak ada Peserta Diklat
laporan akhir proyek proyek perubahan perubahan
perubahan tahap I
84
Lampiran 11. Dukungan Atasan terhadap Proyek Perubahan
85
86
87