Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN

PROYEK PERUBAHAN
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN IX

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI


BENIH IKAN HIAS CLOWN FISH DI BALAI
PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON

Oleh :
Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si.
NIP.197501042000031001

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBERDAYA MANUSIA KELAUTAN
DAN PERIKANAN
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR
SUKAMANDI 2017
i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI BENIH


IKAN HIAS CLOWN FISH DI BALAI PERIKANAN
BUDIDAYA LAUT AMBON

Nama : Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si

NIP : 197501042000031001

Sukamandi, Mei 2017

Mengetahui Project Leader


Coach

Edy Sutanto, A.Pi, M.Pd Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si.


NIP. 196303031986031005 NIP. 197501042000031001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI BENIH


IKAN HIAS CLOWN FISH DI BALAI PERIKANAN
BUDIDAYA LAUT AMBON
TELAH DISEMINARKAN

Di Sukamandi

Pada hari :
Tanggal :

Sukamandi, Mei 2017

Project Leader

Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si.


NIP. 197501042000031001

Coach Narasumber Mentor

Edy Sutanto, S.Pi, M.Pd Drs. Munasor, MM Dr. Ir. Tri Haryanto, MM
196303031986031005 195412191977021001 195812021986031011
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan
Proyek Perubahan yang merupakan salah satu tahapan Diklat
Kepemimpinan Tingkat III. Laporan Proyek Perubahan ini mengambil
tema “Peningkatan Produktivitas Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon” sesuai degan area perubahan
yang dipilih penulis dengan memperhatikan urgensi, tugas dan fungsi
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon.

Laporan Proyek Perubahan ini merupakan hasil dari pelaksanaan


Breaktrough II: Leadership Laboratory selama 60 hari.

Pada kesempatan ini ini penulis mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
proyek perubahan, yaitu:

1. Dr. Ir. Tri Haryanto, MM, selaku mentor atas dorongan, arahan dan
bimbingannya,
2. Edy Sutanto, A.Pi, M.Si selaku coach atas arahan dan bimbingannya,
3. Seluruh Widyaiswara dan narasumber yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan
4. Panitia penyelenggara dan seluruh pihak yang telah membantu
pelaksanaan Diklatpim III Angkatan IX.
5. Teman-teman seperjuangan peserta Diklatpim III Angkatan IX atas
kekompakannya dan kebersamaan selama ini,
6. Rekan kerja lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon atas kerjasama tim yang solid,
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa laporan proyek perubahan ini masih


belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun kami
nantikan. Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembacanya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya.

Sukamandi, Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ……………….........………………….………….....… i

DAFTAR ISI ……………………………........……………………………….. iii

DAFTAR TABEL …………………………........……..…......………………. iv

DAFTAR GAMBAR …………………………........…………......………….. v

DAFTAR LAMPIRAN ………………………........………… ………………. vi

LEMBAR PENGESAHAN

BAB I. PENDAHULUAN.....……………….........................…..……...... 1

A. Latar Belakang..…..………….........……………………….. 1

B. Area Proyek Perubahan..............…………….……...……. 6

C. Ruang Lingkup ................................................................ 7

D. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat......................................... 7

E. Kriteria Keberhasilan........................................................ 8

BAB II. DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN....................................... 9

A. Milestone Proyek Perubahan .......................................... 9

B. Stakeholder Proyek 11
Perubahan........................................
C. Strategi Komunikasi.......................................................... 15

BAB III. PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN................................ 20

A. Capaian Proyek Perubahan............................................. 20

B. Kendala Internal dan Eksternal........................................ 34

C. Strategi Mengatasi Kendala............................................. 35

BAB IV. PENUTUP............................................................................. 36

ii
A. Kesimpulan....................................................................... 36

B. Rekomendasi................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kualitas air di Teluk Ambon Dalam dan Kesesuaiannya
dengan Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Laut (BPBL 4
Ambon 2016).............
Tabel 2. Tahapan (milestone) Proyek Perubahan Peningkatan 9
Sarana Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon.......
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Proyek Perubahan Peningkatan
Produktivitas Benih Clown Fish di BPBL Ambon ...........
10
Tabel 4. Diskripsi peranan, dukungan, pengaruh dan hubungan
kerja antara stakeholder .....................................................
12
Tabel 5. Perbandingan Uji Coba Sistem Resirkulasi Akuakultur 27
dengan Sistem Konvensional .......................

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Net Map proyek perubahan.................. 13

Gambar 2. Kuadran pengaruh dan ketertarikan Stakeholder


proyek perubahan.................................................. 14

Gambar 3. Proses Komunikasi Model Linier .......................... 17

Gambar 4. Kondisi tempat dan sistem produksi benih ikan


hias Clown Fish di BPBL Ambon sebelum proyek
perubahan ............................................................ 21

Gambar 5. Proses pembongkaran fasilitas lama .................. 23

Gambar 6. Pengadaan komponen sistem resirkulasi


akuakultur ............................................................. 24

Gambar 7. Instalasi sistem resirkulasi akuakultur .................. 25

Gambar 8. Penyambungan sistem air dan aerasi ................... 26

Gambar 9. Perbandingan Pertumbuhan Benih Uji Coba


Sitem Resirkulasi dengan Sistem Konvensional ... 27

Gambar 10. Uji coba produksi benih ikan hias Clown Fish
pada sistem resirkulasi akuakultur ........................ 29

Gambar 11. Lembar Monitoring Sistem Resirkulasi Akuakultur 31


.

Gambar 12. Lembar Monitoring Kualitas Air ............................. 31

Gambar 13. Lembar monitoring kondisi benih ........................... 32

Gambar 14. Pengamatan Pertumbuhan Benih ......................... 33

Gambar 15. Pengecekan kualitas air ........................................ 33

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi 41
Teluk Ambon Dalam dan permasalahan utama
pada produksi benih ikan hias ..........................
Lampiran 2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif .... 59
Lampiran 3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi ............. 61
Lampiran 4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi ................ 63
Lampiran 5. Penyambungan dengan sistem air dan aerasi ....... 65
Lampiran 6. Uji coba (running test) sistem resirkulasi ............... 67
Lampiran 7. Membuat lembar monitoring ................................ 70
Lampiran 8. Monitoring dan evaluasi ........................................ 74
Lampiran 9. Kegiatan peserta Diklatpim III selama tahap 83
Laboratorium Kepemimpinan (Breakthrough II)...
Lampiran 10. Implementasi Leadership Laboratory Proyek 86
Perubahan Diklat PIM III di Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon.........................................
Lampiran 11. Foto dukungan atasan ............................. 89

vi
RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan ini merupakan hasil kegiatan laboratorium kepemimpinan atau


proyek perubahan jangka pendek yang dilaksanakan mulai tanggal 17
Maret sampai 17 Mei 2017. Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
merupakan salah satu produsen utama ikan hias Clown Fish di Indonesia,
namun produksinya belum optimal. Indikasi-indikasi belum optimalnya
sistem pemeliharaan benih ikan hias Clown Fish antara lain produksi
bulanan benih ikan hias Clown Fish belum stabil (BPBL Ambon 2016) dan
kualitas air yang tidak stabil dimana intensitas hujan untuk beberapa tahun
terakhir ini sangat tinggi. Melihat berbagai kondisi terkini terkait produksi
benih ikan hias laut Clown Fish yang ada di Balai Perikanan Budidaya
Laut Ambon seperti, pelayanan penyediaan benih yang masih rendah,
kualitas air sumber di Teluk Ambon Dalam yang menurun dan fluktuatif
akibat degradasi lingkungan serta teknologi sarana produksi benih ikan
yang masih sederhana, maka perlu dilakukan upaya meningkatkan
produktivitas melalui peningkatan teknologi sarana produksi benih untuk
mendukung peningkatan produksi benih ikan hias laut Clown Fish dan
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, sehingga Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon dapat meningkatkan perannya sebagai pelayanan
penyediaan benih ikan hias laut Clown Fish terkemuka di Indonesia.
Beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain: (1) Mengumpulkan data
dan informasi, (2) Pembongkaran fasilitas lama (3) Pengadaan sarana
resirkulasi, (4) Pemasaangan sarana resirkulasi, (5) Penyambungan
sistem air dan aerasi, (6) Uji coba sistem (7) Membuat lembar monitoring
dan (8) Monitoring dan evaluasi kegiatan. Pelaksanaan proyek perubahan
di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon telah berhasil mencapai tujuan
jangka pendek yang meliputi (1) Penerapan sistem resirkulasi akuakultur
pada produksi benih ikan Clown Fish. (2) Tersedianya sarana sistem
resirkulasi akuakultur pada produksi benih ikan Clown Fish. (3)
Meningkatkan produksi benih ikan Clown Fish sebesar 21,20% untuk
tingkat kelulusan hidup dan meningkatkan produktivitas sebesar 130%,

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan perikanan pada saat ini menjadi sangat urgent
dengan kecenderungan terjadinya peningkatan permintaan terhadap ikan
konsumsi oleh masyarakat dunia. Berdasarkan catatan FAO tahun 2012,
bahwa trend produksi perikanan dunia tumbuh sebesar 1,9% per tahun
sejak tahun 2001 – 2010. Sementara realita yang dihadapi untuk
memenuhi permintaan tersebut ternyata tidak dapat diandalkan hanya
melalui perikanan tangkap saja. Trend pertumbuhan produksi perikanan
tangkap cenderung stagnan bila dibandingkan pertumbuhan perikanan
budidaya yang mengalami peningkatan signifikan (Soebjakto, 2013).
Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah mempersiapkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke- 3
untuk 5 tahun mendatang yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Khusus untuk sub sektor perikanan budidaya, pengembangan marikultur
menjadi bagian yang fokus akan digarap sebagai prioritas. Sebuah
kebijakan strategis yang diharapkan akan mampu terealisasi secara nyata
sebagai tanggung jawab moral dalam upaya mendorong optimalisasi
pemanfaatan SDA bagi pembangunan ekonomi nasional.
Prospek marikultur sangat besar karena kegiatan budidaya laut
dapat dikembangkan mulai wilayah garis pantai kurang dari 4 mil, area
pantai 4 – 12 mil hingga area lepas pantai atau off shore di atas 12 mil.
Dengan garis pantai mencapai 81.000 km dengan total potensi lahan
budidaya laut seluas 8,36 juta ha, menjadikan sebuah peluang ekonomi
yang sangat besar. Ikan hias laut merupakan salah satu komoditas
budidaya laut yang sejauh ini belum dikembangkan secara optimal.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada tahun 2016 ditargetkan
berproduksi 1,6 milyar ikan hias dan pada tahun 2017 meningkat menjadi
2,1 milyar (Soebjakto, S. 2016).
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon merupakan Unit Pelayanan
Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bawah dan

1
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
Berdasarkan Peraturan Merteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.
6/PERMEN-KP/2014 tanggal 3 Pebruari 2014 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar,
Perikanan Budidaya Air Payau, Dan Perikanan Budidaya Laut. Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon mempunyai tugas melaksanakan uji
terap teknik dan kerja sama, produksi, pengujian laboratorium kesehatan
ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis perikanan budidaya laut.
Sedangkan dalam melaksanakan tugas sebagaimana, Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan rencana kegiatan teknis dan anggaran, pemantauan


dan evaluasi serta laporan;
2. pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya laut;
3. pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya
laut;
4. pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya laut;
5. pelaksanaan kerja sama teknis perikanan budidaya laut;
6. pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi
perikanan budidaya laut;
7. pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan
teknis perikanan budidaya laut;
8. pelaksanaan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya
laut;
9. pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana
produksi perikanan budidaya laut;
10. pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya laut; dan
11. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

Berdasarkan hasil diskusi dengan seluruh pejabat structural dan


fungsional di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon serta analisis APKL,
maka yang disepakati menjadi area perubahan adalah “Pelaksanaan
produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi
perikanan budidaya laut”..
2
Keberadaan Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon sangat strategis
karena: 1) Wilayah kerja di Indonesia timur, yaitu: Sulawesi, Maluku,
Maluku Utara, dan Papua yang mempunyai potensi pengembangan
budidaya laut yang besar, 2) Terletak pada segitiga karang dunia yang
kaya akan jenis ikan konsumsi maupun ikan hias laut. 3) Terletak di
daerah MP3EI Kawasan Timur sehingga peran Balai sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir melalui kegiatan budidaya laut. 4)
Salah satu produsen ikan hias laut, terutama Clown Fish utama di
Indinesia (BPBL Ambon, 2015).
Walaupun BPBL Ambon merupakan salah satu produsen utama ikan
hias Clown Fish di Indonesia, namun produksinya belum optimal. Indikasi-
indikasi belum optimalnya sistem pemeliharaan benih ikan hias Clown
Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon antara lain :
1) Produksi bulanan benih ikan hias Clown Fish belum stabil (BPBL
Ambon 2016)
2) Kualitas air yang tidak stabil dimana intensitas hujan untuk beberapa
tahun terakhir ini sangat tinggi. Tahun 2014 curah hujan 571,95
mm3/tahun dengan jumlah hari hujan 24,33 hari/bulan (LIPI, 2015).
Pada tahun 2012 curah hujan 384,18 mm3/tahun dengan jumlah hari
hujan rata-rata 21,41 hari/bulan (Stasiun Meteorologi Bandara
Pattimura, Ambon 2016)
3) Balai Budidaya Laut Ambon terletak di Desa Hunuth, Kecamatan
Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon posisinya berada di pesisir Teluk
Ambon bagian dalam., diapit oleh dua buah sungai yang cukup
besar. Dengan keberadaan sungai tersebut sangat mempengaruhi
stabilitas kualitas air yang ada di lokasi budidaya maupun
pembenihan terutama jika terjadi hujan (BPBL Ambon, 2015)
4) Kisaran kandungan amoniak dan kekeruhan pada perairan teluk
dalam seringkali berada pada kondisi yang melewati ambang batas.
Batas aman untuk berbudidaya laut menurut PP No. 20/1990 adalah
amoniak <0,02 mg/L dan kekeruhan <0,5 NTU. Pada beberapa

3
periode kandungan amoniak dapat mencapai 0,3 mg/L dan
kekeruhan mencapai 1,47 NTU (BPBL Ambon 2016)
5). Serangan penyakit baik virus, bakteri dan parasit sering terjadi pada
proses produksi benih ikan hias. Pada bulan dengan curah hujan
tinggi Februari-Mei dan September-November selalu terjadi outbreak
penyakit (BPBL Ambon 2016).
6). Suhu air laut yang sangat berfluktuasi 26,1-31,3 0C membuat
produksi benih menjadi tidak stabil.

Tabel 1. Kualitas air di Teluk Ambon Dalam dan Kesesuaiannya dengan


Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Laut (BPBL Ambon 2016)

Kualitas
No Parameter Kualitas Air PIL Kesesuaian
TAD

1 Suhu (0C) 26,1-31,3 30-32 Kurang


2 Salinitas (ppt) 28.2-33,4 30-33 Sesuai
3 DO (mg/l) 4,0-8,0 >5 Sesuai
4 pH 8,2-8,4 7-8 Sesuai
5 Kesadahan (mg/l) - 80-120 -
6 Kekeruhan (NTU) 0,00-1,47 <0,5 Kurang
7 Ammonia (NH3-N) (mg/l) 0,0003 - 0,032 <0,02 Kurang
8 Nitrite (NO2-N) (mg/l) 0,000 - 0,008 <1,0 Sesuai
9 Ortofosfat (mg/l) 0,000 - 0,123 - -
10 TBU (kol/ml) 3.2 x 108-2.5 x - -
1010
11 TBV (kol/ml) 5,8 x 104 - -
12 Kekuatan Cahaya (lux) - 500-700 -
13 Photoperiode - Alami -

Benih ikan hias Clown Fish sangat diperlukan untuk mendukung


produksi ikan hias laut guna memenuhi kebutuhan ikan hias dalam negeri
maupun eksport. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada tahun
2017 ditargetkan berproduksi 2,1 milyar ikan hias, dimana salah satu yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi adalah ikan hias laut (DJPB,
2016). Sejauh ini kontribusi ikan hias laut masih sangat sedikit, BPBL
Ambon yang merupakan salah satu produsen ikan hias laut budidaya saat
ini baru mampu memproduksi benih 275.000 ekor pada Tahun 2016.
Dengan demikian produksi benih ikan hias laut masih sangat jauh dari

4
kebutuhan, sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi benihnya
(Balai Budidaya Laut Ambon. 2016).
Setelah melihat berbagai kondisi terkini terkait produksi benih ikan
hias laut Clown Fish yang ada di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
seperti, pelayanan penyediaan benih yang masih rendah, kualitas air
sumber di Teluk Ambon Dalam yang menurun dan fluktuatif akibat
degradasi lingkungan serta teknologi sarana produksi benih ikan yang
masih sederhana, maka perlu dilakukan upaya meningkatkan
produktivitas melalui peningkatan teknologi sarana produksi benih untuk
mendukung peningkatan produksi benih ikan hias laut Clown Fish dan
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, sehingga Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon dapat meningkatkan perannya sebagai pelayanan
penyediaan benih ikan hias laut Clown Fish terkemuka di Indonesia.

Peningkatan sarana produksi yang akan digarap dalam proyek


perubahan ini adalah merubah sarana produksi benih dan meningkatan
teknologi sarana produksi benih ikan Hias Clown Fish. Perubahan sarana
produksi dilakukan dengan merubah wadah produksi yang kurang optimal
sehingga menghasilkan benih dengan jumlah yang lebih banyak.
Sedangkan peningkatan teknologi sarana produksi benih ikan hias
dilakukan dengan meningkatkan teknologi produksi benih tradisional (flow
through) menjadi teknologi produksi dengan sistem resirkualasi
akuakultur. Selain itu untuk mendukung keberhasilan sistem ini harus
didukung juga dengan peningkatan kemampuan SDM dalam hal
pemahaman terhadap RAS

Sistem Resirkulasi Akuakultur (SRA) adalah sistem produksi benih


ikan dengan penggunaan air buangan dengan perlakuan secara mekanik
dan biologi (Guiterrez-Wing dan Malone, 2006). Sistem resirkulasi
umumnya membutuhkan tempat yang terbatas, sedikit air jika
dibandingkan dengan sistem konvensional dan menyediakan lingkungan
yang konstan serta dapat diprediksi untuk melakukan kegiatan budidaya.
Sistem resirkulasi mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan sistem

5
tradisional, diantaranya adalah konsistensi kualitas produknya,
pengurangan yang besar pada penggunaan lahan dan air, tingkat yang
tinggi pada kontrol lingkungan, siklus produksi yang pendek dan
meningkatkan pengembangan konversi pakan (Michaud, 2007),
terbatasnya pembuangan air limbah dan berkurangnya resiko menurunya
kualitas lingkungan serta konversi pakan yang lebih baik (Guiterrez-Wing
dan Malone, 2006).

B. Area Proyek Perubahan


Area perubahan yang disepakati adalah “Pelaksanaan produksi
induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan
budidaya laut” dimana hasil produksi belum sesuai dengan kapasitas
produksi yang ada”. Untuk kegiatan proyek perubahan yang akan
dilakukan adalah Peningkatan Produktivitas Produksi Benih ikan Hias
Clown Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, melalui
peningkatkan produksi benih ikan hias Clown Fish dengan teknologi
sistem resirkualasi akuakultur dan peningkatan kapasitas suber daya
manusia di BPBL Ambon. Sistem Resirkulasi Akuakultur (SRA) adalah
sistem produksi benih ikan dengan penggunaan air buangan dengan
perlakuan secara mekanik dan biologi. Sistem resirkulasi umumnya
membutuhkan tempat yang terbatas, sedikit air jika dibandingkan dengan
sistem konvensional dan menyediakan lingkungan yang konstan serta
dapat diprediksi untuk melakukan kegiatan budidaya.
Sistem resirkulasi mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
sistem tradisional, diantaranya adalah konsistensi kualitas produknya,
pengurangan yang besar pada penggunaan lahan dan air, tingkat yang
tinggi pada kontrol lingkungan, siklus produksi yang pendek dan
meningkatkan pengembangan konversi pakan. Peningkatan teknologi ini
dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi benih ikan hias laut
Clown Fish sehingga Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dapat
meningkatkan perannya sebagai pelayanan penyediaan benih ikan hias
laut Clown Fish terkemuka di Indonesia.

6
C. Ruang Lingkup

Kegiatan-kegiatan penting yang akan dilakukan dalam proyek


perubahan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi kualitas air,
aktivitas pada catchment area Teluk Ambon Dalam, klimatologi,
bioteknis pembenihan ikan laut.
2. Menyusun proposal perubahan peningkatan produksi benih
3. Mengadakan sarana sistem resirkulasi akuakultur produksi ikan hias
4. Memasang peralatan yang sudah tersedia (Installing)
5. Melakukan uji coba sarana yang terpasang (Running Test)
6. Mengoperasionalkan, mengontrol dan merawat sistem resirkulasi
akuakultur produksi benih ikan hias
7. Training sistem resirkulasi akuakultur bagi teknisi
8. Monitoring dan evaluasi
9. Membuat petunjuk operasional (manual operation) produksi benih
dengan sistem resirkulasi akuakultur
10. Membuat buku petunjuk (program manual) pemeliharaan benih ikan
hias laut
11. Penyusunan laporan akhir

D. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat


Proyek perubahan ini akan dimulai dari awal bulan Maret 2017.
Tujuan yang akan dicapai didasarkan pada jangka waktu pelaksanaan.
Tujuan jangka pendek akan dicapai pada waktu 2 bulan atau masa
laboratorium kepemimpinan (leadership laboratory). Tujuan jangka
menengah akan dicapai setelah satu tahun proyek perubahan berjalan.
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah capaian sampai akhir tahun
proyek perubahan. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan jangka pendek (2 bulan)
- Penerapan sistem resirkulasi akuakultur yang sesuai untuk
memproduksi ikan hias
- Tersedianya sarana sistem resirkulasi akuakultur produksi ikan

7
hias
- Meningkatkan produksitivitas
2. Tujuan jangka menengah (1 tahun)
- Meningkatkan produksi benih 30.000 ekor/bulan
- Menyediakan petunjuk operasional (manual operation) produksi
benih dengan sistem resirkulasi akuakultur
- Meningkatnya kemampuan SDM
3. Tujuan jangka panjang (2 tahun)
- Menyediakan buku petunjuk (program manual) pemeliharaan benih
ikan hias
- Meningkatan produksi benih mencapai 500.000 ekor/tahun
- Menciptakan kesadaran pentingnya inovasi teknologi

Proyek perubahan ini mempunyai sasaran meningkatnya


produktivitas produksi benih ikan hias Clown Fish. Sedangkan manfaat
proyek perubahan ini adalah adanya peningkatan produksi benih ikan hias
Clown Fish, pelayanan penyediaan benih, jumlah dan kesejahteraan
pembudidaya, produksi ikan serta devisa negara.

E. Kriteria Keberhasilan
Proyek perubahan ini dikatakan berhasil mencapai tujuannya pada
akhir tahun 2018, apabila memenuhi kriteria :
1. Diterapkannya sistem produksi benih ikan hias Clown Fish dengan RAS
2. Tersedianya sarana Sistem Resirkulasi Akuakultur
3. Produktivitas meningkat sebesar dari 300 ekor/lt menjadi 500 ekor/lt
4. Meningkatnya pemahaman Sumber Daya Manusia pada RAS
5. Produksi benih ikan hias Clown Fish mencapai 500.000 ekor pertahun
Terwujud 1 data produksi benih dengan sistem resirkulasi, 1 buah
petunjuk operasional (manual operation) pengelolaan sistem resirkulasi
akuakultur, dan 1 buah buku petunjuk (program manual) produksi benih
ikan hias Clown Fish, dan
6. Terciptanya kesadaran pentingnya inovasi teknologi dalam produksi
benih pada setiap pegawai di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon

8
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. Road Map/Milestone Proyek Perubahan


Tahapan (milestone) dalam suatu proyek perubahan sangat penting
diperhatikan agar menjamin terlaksananya proyek perubahan secara tepat
waktu dan tepat sasaran. Milestone dalam proyek perubahan ini tertera
pada tabel 2.

Tabel 2. Tahapan (milestone) Proyek Perubahan Peningkatan


Produktivitas Benih Clown Fish di BPBL Ambon

No Kegiatan Waktu
A Jangka Pendek
1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Minggu III Maret
Teluk Ambon Dalam dan permasalahan utama 2017
pada produksi benih ikan hias
2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif Minggu IV Maret
2017
3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi Minggu I-II April
2017
4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi Minggu III-IV
April 2017
5 Penyambungan dengan sistem air dan aerasi Minggu I Mei
2017
6 Uji coba (running test) sistem resirkulasi Minggu II Mei
2017
7 Membuat lembar monitoring kualitas air harian Minggu II-III Mei
pada sistem resirkulasi 2017
8 Monitoring dan evaluasi harian produksi benih Minggu II-III Mei
ikan hias pada sistem resirkulasi 2017
9 Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Minggu III Mei
tahap I 2017
B Jangka Menengah
1. Penyempurnaan sistem Juni 2017
2. In House Training bagi teknisi produksi ikan hias Juli 2017
3. Operasional harian produksi benih Agust-Nov 2017
4. Membuat petunjuk operasional (manual September
operation) produksi benih ikan hias dengan
9
sistem resirkulasi 2017
5. Monitoring dan evaluasi bulanan Agust-Nov 2017
6. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Nov 2017
tahap II
C Jangka Panjang
1. Membuat buku petunjuk (program manual) 2018
pemeliharaan benih
2. Monitoring dan evaluasi bulanan 2018
3. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Nov 2018
tahap III

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Proyek Perubahan Peningkatan Produktivitas


Benih Clown Fish di BPBL Ambon
No Kegiatan Waktu
1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Minggu III Maret
Teluk Ambon Dalam dan permasalahan utama 2017
pada produksi benih ikan hias
- Sosialisasi Proyek Perubahan
- Pembentukan Team Work
- Pembuatan gambar rencana
- Pengumpulan informasi kondisi lokasi kegiatan
2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif Minggu IV Maret
2017
3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi Minggu I-II April
2017
4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi Minggu III-IV
April 2017
5. Penyambungan dengan sistem air dan aerasi Minggu I Mei
2017
6. Uji coba (running test) sistem resirkulasi Minggu II Mei
2017
7. Membuat lembar monitoring kualitas air harian Minggu II-III Mei
pada sistem resirkulasi 2017
8. Monitoring dan evaluasi harian produksi benih Minggu II-III Mei
ikan hias pada sistem resirkulasi 2017
9. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan Minggu III Mei
tahap I 2017

10
B. Stakeholder Proyek Perubahan
1. Jenis Stakeholder
Jenis Stakeholder yang terlibat dalam proyek perubahan
antara lain :
a. Stakeholder Primer : yaitu orang atau kelompok yang
langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek
perubahan, antara lain :
1) Kepala Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama BPBL
Ambon
2) Kepala Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis BPBL
Ambon
3) Kepala Subbagian Tata Usaha BPBL Ambon
4) Koordinator Hama Penyakit Ikan dan Lingkungan BPBL
Ambon
5) Koordinator Ikan Hias BPBL Ambon
6) Anggota Tim
7) Coach
b. Stakeholder Sekunder : yaitu orang atau kelompok yang tidak
langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek
perubahan, antara lain :
1) Direktur Produksi dan Usaha DJPB
2) Direktur Pakan dan Obat Ikan DJBP
3) Dinas KP Provinsi/Kab/Kota
4) Pembudidaya Ikan Hias
c. Stakeholder Utama : yaitu orang atau kelompok yang memiliki
pengaruh baik positif atau negative terhadap proyek
perubahan, antara lain :
1) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
3) Direktur Perbenihan DJBP
4) Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan DJPB

11
2. Peranan Stakeholder

Uraian lengkap mengenai peranan dan dukungan hubungan antara


stakeholder tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 4. Diskripsi peranan, dukungan, pengaruh dan hubungan kerja


antara stakeholder
Pengaruh/
Nama
No Peranan Dukungan Hubungan
Stakeholder
Kerja

1 Dirjen Atasan langsung Motivasi, Kuat/


Perikanan Anggaran Rendah
Budidaya
2 Sekretaris Mentor, Pengarahan, Motivasi,
Direktorat supervisi, memeriksa, Anggaran,
Kuat/ Kuat
Perikanan dan mengarahkan wewenang,
Budidaya proyek perubahan personil
3 Kepala Seksi Penyiapan data yang Penyiapan
Uji Terap mendukung proyek data dan Kuat/
Teknik dan SOP Rendah
Kerjasama
4 Kepala Seksi Penyiapan data Insalling,
Pengujian & persyaratan sesuai operasinal
Kuat/ Kuat
Dukungan CPIB, SOP operasional dan
Teknis dan perawatan sistem monitoring
5 Kepala Penyediaan barang Penyediaan
Rendah/
Subbag Tata peralatan
Kuat
Usaha
6 Koordinator Monitoring dan evaluasi Penyiapan Rendah/
HPIL kualitas air & keskanling data & SOP Kuat
7 Koordinator Pengguna sistem Saran
Kuat/Kuat
Ikan Hias resirkulai
8 Caoch Pembimbing Project Motivasi,
Leader. Memberikan arahan
arahan, memeriksa Kuat/Kuat
mengkoreksi, monitoring
project sponsor
9 Tenaga ahli Memberikan arahan, Arahan
memeriksa, sesuai
Kuat/Kuat
mengkoreksi, keahlian
memonitoring
10 Anggota Tim Melaksanakan arahan Data,
project leader, pemikiran,
Pengumpulan & dan tenaga Kuat/kuat
pengolahan data,
evaluasi & dokumentasi
12
11 Direktur Prod Memberikan arahan Motivasi, Rendah/
& Usaha arahan Kuat
12 Direktur Memberikan arahan Motivasi, Rendah/
Pakan arahan Kuat
13 Direktur Memberikan arahan, Motivasi, Rendah/
Perbenihan kebijakan arahan Kuat
14 Direktur Memberikan arahan, Motivasi,
Rendah/
Kawasan & kebijakan arahan
Kuat
Kesling
15 Pegawai Penerima pelayanan Kerjasama, Rendah/
BPBL Ambon pengelolaan air & tenaga Kuat
16 Dinas KP Sinergi pengembangan Karja sama, Rendah/
budidaya ikan hias data Kuat
17 Pembudidaya Mitra pengembangan Kerja sama
Kuat/ Kuat
ikan hias ikan hias laut

3. Mekanisme Hubungan Antar Stakeholder


Kompleksitas pengaruh stakeholder terhadap proyek perubahan
dapat terlihat dalam gambar berikut.

Direktur Produsi Direktur


dan Usaha Perbenihan

Dirjen DJPB

Working Team I
Intalasi Sistem
Working Resirkulasi
Working Team
Team II
Direktur pakan
Dinas KP dan obat ikan
Prov/Kab
Kepala UPT

Kasi Uji Terap Perguruan


Teknik dan KS Tinggi
Team Work

Kasi Pengujian
dan Dukungan KasubagTata
Teknis Usaha
Pegawai
Pembudidaya
BPBL Ambon

Gambar 1. Net Map Proyek Perubahan

13
4. Analisa Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder
Stakeholder yang telah teridentifikasi selanjutnya dikelompokan
berdasarkan kekuatan yang dimiliki dan ketertarikan terhadap proyek
perubahan (gambar 3).

IFLUENCE
Latent Promoter
 Direktur Jenderal Perikanan 1. Sekretaris Direktorat Jenderal
Budidaya Perikanan Budidaya
2. Kepala Seksi Pengujian dan
 Kepala Seksi Uji Terap Teknik Dukungan Teknis
dan Kerjasama 3. Tenaga Ahli
4. Coach
 Direktur Perbenihan
5. Anggota Tim
 Direktur Sarana dan Prasarana
INTEREST

 Kepala Subbagian Tata Usaha

 Koordinator Hama Penyakit Ikan


dan Lingkungan

 Koordinator Pembenihan

 Koordinator Ikan Hias

Apathetics Defender

Gambar 2. Kuadran pengaruh dan ketertarikan Stakeholder proyek


perubahan

Dari gambar kuadran tersebut di atas, selanjutnya kita dapat


menetapkan strategi mempengaruhi stakeholder untuk mendukung secara
penuh proyek perubahan yang akan dilakukan.
1. Terhadap Stakeholder dengan katagori Promoters akan dilakukan
langkah pemantapan terhadap pemahaman bersama berkaitan
dengan substansi proyek perubahan, memberikan kemudahan
mengakses informasi yang diperlukan, memberikan kesempatan
meningkatkan kemampuan teknis yang diperlukan, melibatkan dalam
pengambilan keputusan, merespon masukan yang dapat
memaksimalkan capaian hasil proyek perubahan.
14
2. Terhadap Stakeholder dengan katagori Latents: diperlukan
pendekatan informal melalui dialog terkait dengan pentingnya proyek
perubahan ini guna menunjang eksistensi Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya.
3. Terhadap Stakeholder dengan katagori Defenders akan dilakukan
dengan memberikan pengertian tentang maksud dan tujuan proyek
perubahan guna kepentingan bersama, bahwa tanpa peran aktif dari
mereka proyek ini tidak berhasil.
4. Untuk Stakeholder yang dikatagorikan Apathetics dalam proyek
perubahan ini tidak ditemukan.

C. Strategi Komunikasi

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai upaya menyampaikan


pesan, pendapat, perasaan, atau memberikan berita atau informasi
kepada orang lain. Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi
dalam kehidupan dunia kerja. Bila komunikasi berjalan efektif, maka arus
informasi dalam dinamika kerja pun akan berjalan lancar sehingga dapat
mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan. Sebaliknya, bila
komunikasi terhambat, arus informasipun tersendat, dan akibatnya tentu
akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan.
Dalam konteks dunia kerja, arus komunikasi antara atasan,
bawahan, dan sesama rekan sekerja bahkan dengan pihak lain yang
terkait dalam kegiatan suatu pekerjaan akan sangat berdampak pada
kinerja semua unsur yang ada di lingkungan dunia kerja tersebut. Oleh
karena itu, siapapun yang memasuki dunia kerja harus menyadari dan
memahami pentingnya efektifitas komunikasi dalam menjalin hubungan
yang sehat di lingkungan tempatnya beraktifitas.
Strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi perubahan baik
program atau kebijakan kepada pihak internal dan eksternal. Dalam
proses tersebut ditumbuhkan suatu proses pembelajaran dua arah
tentang cara berpikir, merasakan dan bertindak untuk menghasilkan
perubahan. Untuk menjadi Agen Perubahan, seseorang wajib memahami

15
channel of communication agar mampu menyampaikan pesan perubahan
melalui orang-orang yang tepat dengan model komunikasi yang mudah
dipahami oleh mereka sehingga proses adopsi idea / teknologi berjalan
efektif dan memberi keuntungan/benefit yang nyata bagi para pengadopsi
(adopter) ide / teknologi baru tersebut.
Agen Perubahan berfungsi meyakinkan target perubahan untuk
mengadopsi ide, rancangan, proyek perubahan atau teknologi yang
ditawarkan dengan meyakinkan manfaat / keuntungan menggunakan ide,
melaksanakan proyek perubahan dan teknologi baru bagi institusinya.
Selanjutnya memonitor proses tahapan pelaksanaannya dan
membuktikan keuntungannya. Dan kemudian menjadikan pegawai
menjadi Agen Perubahan (baru) bagi pegawai lainnya.
1. Unsur-unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur komunikasi yang mutlak
harus dipenuhi sebagai berikut :
a. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender,
komunikator. Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau
menyandikan pesan dengan baik dan jelas. Pengirim pesan juga
membuat encoding yang ditujukan kepada seseorang atau
beberapa orang, dan memilih media, serta meminta kejelasan
kepada penerima apakah pesan telah diterima.
b. Penerima pesan atau sering disebut sebagai receiver atau
komunikan. Penerima pesan harus mendengarkan atau
berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan
memberikan umpan balik yang disebut dengan decoding kepada
pengirim pesan bahwa pesan telah diterima dengan benar.
c. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk
mengirimkan pesan. Media ini dapat berupa telepon, televisi, fax,
telecopier, sandi morse, semapore, SMS, E-mail , dan lain-lain.
2. Proses Komunikasi
Salah satu proses komunikasi adalah model linier. Model ini
mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus,

16
di mana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir
pada komunikan.
Contoh: Formula Laswell. Formula ini dikenal dengan rumusan cara
untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi, yaitu
dengan menjawab pertanyaansebagai berikut :
a. Who (siapa);
b. Says what (mengatakan apa);
c. In which channel (dengan saluran yang mana);
d. To whom (kepada siapa); dan
e. With what effect (dengan efek seperti apa)
Proses ini dapat digambarkan dengan formula Lasswell sebagai
berikut:

Gambar 3. Proses Komunikasi Model Linier

3. Komunikasi Efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh
komunikator/sender dapat diterima dengan baik (menyenangkan,
aktual/nyata) oleh komunikan/receiver. Kemudian penerima pesan
menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan
benar. Artinya, bahwa ada komunikasi dua arah atau komunikasi yang
timbal balik.
Lima (5) aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif adalah :
a. clarity, bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas;
b. accuracy, bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-
betul akurat alias tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai
dan informasi yang disampaikan harus benar. Benar ini artinya

17
sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan;
c. contex, bahasa dan informasi yang disampaikanharus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi;
d. flow, keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti
dalam menjalin komunikasi yang efektif; dan
e. culture, ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi
juga tatakrama atau etika.

Strategi dalam membangun komunikasi efektif yaitu ketahui mitra


bicara (audience), ketahui tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur,
dan pahami bahasa.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan
secaralisan/verbal melalui kata-kata. Penyampaikan informasi seperti
ini dinamakan berbicara. Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif
apabila diikuti dengan tinggi rendah, lemah lembut, dan perubahan
nada suara yang disesuaikan. Dengan demikian kata-kata adalah isi
sebuah pesan, sedangkan bahasa tubuh, nada suara adalah konteks
di mana pesan itu melekat.

4. Strategi Komunikasi Efektif Selama Pelaksanaan Proyek Perubahan


Strategi komunikasi efektif yang diterapkan selama tahap
Breakthrough II – Leadership Laboratory yaitu :
a. Penyusunan tim kerja dan rencana kegiatan proyek perubahan
Pada tahap ini peserta Dikltapim Tingkat III melakukan
komunikasi verbal (konsultasi) dengan Sekretaris Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (sebagai Mentor) untuk memohon
arahan tekait rencana, anggaran dan tim pendukung kegiatan
proyek perubahan yang kemudian dilanjutkan dengan
melakukan komunikasi verbal dengan Kepala Sub Bagian Tata
Usaha, Kepala Seksi Uji Terap Teknis dan Kerjasama, Kepala
Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis, Koordinator Ikan Hias,
Koordinatorr HPI, dalam menyusun rencana kegiatan proyek
perubahan.

18
b. Membuat gambar Sistem Resirkulasi Akuakultur
Gambar Sistem Resirkulasi Akuakultur sangat diperlukan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam tahap ini
melakukan komunikasi secara intensif dengan Tim Pengujian
dan Dukungan Teknis untuk memperoleh masukan dan saran.
c. Pengadaan Sistem Resirkulasi Akuakultur
Pada tahap ini peserta Diklatpim Tingkat III melakukan
komunikasi secara intensif dengan Kasubag Tata Usaha dan
Tim Pengadaan Barang dan Jasa perihal rencana pengadaan
sarana pendukung proyek perubahan. Pada tahap ini output
yang dihasilkan yaitu tersedianya sarana Sistem Resirkulasi
Akuakultur.
d. Instalasi Sistem Resirkulasi Akuakultur
Pada tahap instalasi Sistem Resirkulasi Akuakultur, peserta
Diklatpim Tingkat III melakukan komunikasi yang intensif dengan
Tim Pengujian dan Dukungan Teknis untuk menginstal sistem
resirkulasi sesuai dengan gambar yang telah ditetapkan. Output
yang dihasilkan pada tahap ini terpasangnya Sistem Resirkulasi
Akuakultur secara baik
e. Uji coba (running test) Sistem Resirkulasi Akuakultur
Setelah tahap instalasi Sistem Resirkulasi Akuakultur,
selanjutnya dilakukan tahap uji coba (running test) Sistem.
Tahap ini bertujuan untuk memastikan Sistem Resirkulasi
Akuakultur yang telah terpasang bisa berfungsi secara baik.
f. Membuat lembar monitoring harian terhadap uji coba
operasional Sistem Resirkulasi Akuakultur. Hasil monitoring
tercatat dalam lembar monitoring.
g. Penyusunan laporan akhir proyek perubahan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh tahapan
Breakthrough II – Leadership Laboratory. Pada tahap ini peserta
Diklatpim Tingkat III melakukan komunikasi yang intensif dengan
semua Tim agar data yang diolah lengkap.

19
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

A. Capaian Proyek Perubahan


1. Pengumpulan Data dan Informasi
a. Sosialisasi Proyek Perubahan
Sosialisasi proyek perubahan dilakukan guna mengenalkan
dan memberikan pengertian tentang pentingnya proyek perubahan
mengenai Peningkatan Produktivitas Produksi Benih Clown Fish
untuk mendukung pelayanan terhadap kebutuhan benih ikan hias di
masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dilakukan pada tingkatan pejabat
struktural dan pejabat koordinator penanggung jawab produksi di
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon berjumlah 9 orang. Hasil
sosialisasi ini untuk kemudian dilanjutkan oleh para pejabat
struktural dan koordinator produksi terhadap bawahannya
(Lampiran 1). Selain itu rencana proyek perubahan disosialisasikan
juga pada atasan langsung yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal dan
Dirjen Perikanan Budidaya. Sosialisasi terhadap atasan langsung
bertujuan untuk mendapat dukungan dalam pelaksanaan proyek
perubahan.
Implementasi Leadership Laboratory Diklatpim III dan kegiatan
harian Project Leader dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.
Sedangkan daftar hadir, undangan rapat dan notulen rapat dapat
dilihat pada Lampiran 1.

b. Pembentukan Team Work


Tahap awal Leadership Laboratory adalah pembentukan team
work. Tim bekerja membantu mensukseskan proyek perubahan
yang sedang dilakukan oleh peserta Diklatpim III sebagai Project
Leader. Anggota tim adalah Kepala Seksi, Kasubag, dan
Koordinator beserta stafnya sesuai dengan pekerjaan dan
keahliannya di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon.

20
Agar lebih fokus dalam pelaksanaan tugasnya maka dalam
pembentukan team work ini juga sekaligus dilakukan pembagian
tugas dari masing anggota tim dan waktu pelaksanaan kegiatan.
Sedangkan untuk memperkuat legalitas maka team work ini
dituangkan dalam suatu Surat Keputusan Kepala Balai Budidaya
Laut Ambon (Lampiran 1).

Gambar 4. Kondisi tempat dan sistem produksi benih ikan hias


Clown Fish di BPBL Ambon sebelum proyek
perubahan

21
c. Pembuatan Gambar Sistem Resirkulasi Akuakultur
Layout dan gambar perencanaan Sistem Resirkulasi
Akuakultur untuk produksi ikan hias Clown Fish disesuaikan
dengan rencana kapasitas produksi yang diinginkan, kondisi lokasi
sistem dan teknologi yang mudah, murah dan bersifat lokal.
Penentuan sketsa sistem yang digunakan dilakukan melalui diskusi
dengan seluruh kasie dan koordinator lingkup BPBL Ambon,
dengan masukan dan persetujuan dari Mentor. Gambar rencana
tersebut dapat dilihat pada (Lampiran 1).

d. Pengumpulan Informasi Lokasi Kegiatan


Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon berada di pesisir Teluk
Ambon Dalam. Lokasi ini diapit oleh dua buah sungai yang cukup
besar (Lampiran 1) yang sangat mempengaruhi stabilitas kualitas
air pada lokasi budidaya maupun pembenihan terutama pada
musim hujan. Intensitas hujan di Ambon sangat tinggi. Tahun 2014
curah hujan mencapai 571,95 mm3/tahun dengan jumlah hari hujan
24,33 hari/bulan (LIPI, 2015). Pada tahun 2011 curah hujan 384,18
mm3/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 21,41 hari/bulan
(Stasiun Meteorologi Bandara Pattimura, Ambon 2012). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sumber air pembenihan pada Balai
Perikanan Budidaya Laut mempunyai kualitas air yang berfluktuasi
sepanjang tahun.
Adanya permasalahan dan dampak yang ditimbulkannya serta
melihat kondisi pengelolaan air di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon saat ini maka perlu upaya perubahan meningkatkan sarana
sistem produksi benih untuk mendukung peningkatan produksi
benih ikan hias Clown Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon.

2. Pembongkaran Sarana Lama yang Tidak Efektif


Pembangunan sarana sistem resirkulasi akuakultur untuk produksi
ikan hias Clown Fish berada pada bagian hatchery yang tidak produktif,
sehingga diperlukan kegiatan pembongkaran fasilitas yang ada.
22
Pembongkaran di lakukan oleh Team Work I yang akan menangani
instalasi sistem. Pembongkaran dilakukan dengan membuang bak
fiberglass pemeliharaan dan memanfaatkan bak fiberglass yang masih
bisa digunakan (lampiran 2).

Gambar 5. Proses pembongkaran fasilitas lama

3. Pengadaan Sarana Sistem Resirkulasi Akuakultur


Komponen sarana penyusun sistem resirkulasi yang digunakan
sebagian besar menggunakan komponen lokal. Beberapa komponen yang
harus didatangkan dari luar daerah adalah filter mekanik, filter biologi dan
pompa resirkulasi. Pengadaan dilakukan oleh Tim Pengadaan BPBL
Ambon dibawah koordinasi Kasubag Tata Usaha. Komponen komponen
yang diadakan adalah pompa resirkulasi, mekanikal filter, biological filter,
UV system, protein skimmer, meja akuarium, akuarium pemeliharaan, bak
tandon fiberglass, sistem pipanisasi air, dan sistem aerasi (Lampiran 3).

23
Gambar 6. Pengadaan komponen sistem resirkulasi akuakultur

4. Pemasangan Sistem Resirkulasi Akuakultur


Kegiatan instalasi sistem dilakukan dengan menggabungkan
komponen-komponen penyusun sistem resirkulasi (akuarium
pemeliharaan, tandon air, mekanikal filter, biological filter, protein
skimmer dan UV system) sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan
(Lampiran 4). Sistem yang dibangun terdiri dari dua set Sistem
Resirkulasi Akuakultur dengan kapasitas akuarium pemeliharaan 36 x
100 L/set. Instalasi sistem dikerjakan oleh Team Work I (Tim Instalasi
Sistem) bekerja sama dengan Koordinator ikan hias.

24
Gambar 7. Instalasi sistem resirkulasi akuakultur

5. Penyambungan Sistem Air dan Aerasi


Penyambungan jalur air dan aerasi sistem resirkulasi dengan
sistem utama jalur distribusi air dan aerasi dilakukan untuk
menyempurnakan sistem resirkulasi yang dibuat. Penyambungan
dilakukan oleh team work I yang merupakan tim instalasi sistem.
Penyambungan kedua sistem ini dilakukan karena sistem
resirkulasi yang dibangun tidak termasuk pengadaan sistem air dan aerasi
yang baru dan mandiri (Lampiran 5). Penyambungan kedua sistem ini
penting untuk mendukung sistem resirkulasi yang lengkap, tanpa kedua
sistem ini, pemeliharaan benih tidak dapat dilakukan.

25
Gambar 8. Penyambungan sistem air dan aerasi

6. Uji Coba Pemeliharaan


Uji coba pemeliharaan dilakukan setelah proses instalasi sistem
selesai. Uji coba dilakukan untuk mengevaluasi dan mencoba operasional
sistem, sehingga bila terjadi ketidaksesuaian dapat segera diperbaiki. Uji
coba dilakukan dengan menebarkan benih ikan hias Clown Fish ukuran ±
1 cm sebanyak 500 ekor/akuarium. Padat tebar ini merupakan
peningkatan dari padat tebar sebelumnya sebanyak 300/ekor/akuarium.
Ujicoba dilakukan selama 15 hari sampai dengan ukuran ikan ± 2 cm dan
siap untuk dibesarkan. Manajemen pakan sama dengan sistem
sebelumnya, dimana pakan adalah artemia dan pelet, yang diberikan
sebanyak empat kali dalam sehari. Uji coba dilakukan oleh Team Work II
(Penyusun SOP).
Uji coba sistem dilakukan hanya pada satu set sistem resirkulasi
terlebih dahulu, mengingat keterbatasan waktu dan larva yang akan
diujicobakan. Larva Clown Fish ukuran ± 1 cm ditebar sebanyak 18.000
ekor. Guna mengetahui pertumbuhan dilakukan pengukuran pertumbuhan
setiap 3 hari sekali dan pada akhir pemeliharaan dilakukan penghitungan
untuk menentukan tingkat kelulusan hidup benih. Sistem resirkulasi yang

26
diaplikasikan tidak mengganti air selama pemeliharaan, hanya mengganti
air sebanyak ± 5% setiap harinya.
Tabel 5. Perbandingan Uji Coba Sistem Resirkulasi Akuakultur dengan
Sistem Konvensional

Sistem Sistem Peningkatan


No Parameter
Konvensional RAS

Tingkat Kelulusan
1. 50,40 71,60 21,20
Hidup (%)

Produktivitas
2. 5.443 12.888 7.445
(ekor)

Hasil uji coba pemeliharaan memberikan angka kelulusan hidup


sebesar 71,60%, dimana angka ini meningkat cukup banyak dibandingkan
sistem konvensional yang rata-rata menghasilkan tingkat kelulusan hidup
sebesar 50,40% (BPBL Ambon 2016). Uji coba juga menghasilkan
pertumbuhan yang sedikit lebih baik dibandingkan sistem konvensional,
pada uji coba setelah benih dipelihara 15 hari rata-rata mencapai ukuran
2,2 cm sedangkan pada sistem konvensional menghasilkan pertumbuhan
panjang 1,9 cm setelah 15 hari pemeliharaan (Gambar 9). Selain itu
sistem resirkulasi memberikan peningkatan produktivitas yang cukup
signifikan. Produktivitas sistem pemeliharaan konvensional sebesar 5.443
ekor meningkat menjadi 12.888 ekor menggunakan sistem resirkulasi
akuakutur (Tabel 5).
Hasil uji coba dengan sistem resirkulasi akuakultur pada
laboratorium proyek perubahan yang dilakukan menunjukan peningkatan
hasil yang cukup baik. Produktivitas yang menjadi satalh satu tujuan
utama proyek perubahan ini berrhasil ditingkatkan. Penerapan sistem
resirkulasi akuakultur pada produksi benih ikan Clown Fish cocok untuk
menjawab tantangan perubahan kondisi lingkungan perairan yang
semakin memburuk.

27
2,5

2
Panjang (cm)

1,5

Sist Konv
1
Sist Res

0,5

0
0 3 6 9 12 15
Hari Pengukuran

Gambar 9. Perbandingan Pertumbuhan Benih Uji Coba Sistem


Resirkulasi dengan Sistem Konvensional

Pengembangan sistem resirkulasi akuakultur pada produksi benih


ikan laut sangat penting sebagai revolusi sistem perbenihan ikan laut di
Indonesia, sehingga proses pembenihannya berjalan dengan optimal
serta kebutuhan benih ikan laut secara nasional dapat terpenuhi. Sistem
resirkulasi menjadi suatu alternatif terbaik mengingat sistem ini dapat
dilakukan pada lokasi-lokasi yang secara tradisional tidak memungkinkan.
Pengembangan sistem resirkulasi pada produksi benih yang efesien dan
efektif perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi lokal sehingga
teknologi ini dapat diaplikasikan.
Recirculating Aquaculture System (RAS) adalah sistem produksi
benih ikan dengan penggunaan air buangan dengan perlakuan secara
mekanik dan biologi. Sistem resirkulasi telah diidentifikasikan sebagai
salah satu dari dua area utama dalam penelitian akuakultur dan
merupakan salah satu dari tujuan utama penelitian akuakultur Eropa
(Guiterrez-Wing dan Malone, 2006). Sistem resirkulasi umumnya
membutuhkan tempat yang terbatas, sedikit air jika dibandingkan dengan
sistem konvensional dan menyediakan lingkungan yang konstan serta
dapat diprediksi untuk melakukan kegiatan budidaya. Sistem resirkulasi

28
dapat digunakan jika kondisi tanah atau air terbatas, atau jika kondisi
lingkungan tidak ideal untuk budidaya (Wingfield, 2004). Pengembangan
sistem resirkulasi akuakultur untuk produksi perikanan telah meningkat
secara drastis beberapa tahun belakangan ini. Kunci dari keberlanjutan
produksi budidaya perikanan laut adalah sistem resirkulasi akuakultur,
dimana sistem ini mampu memproduksi dengan produktivitas yang tinggi,
pengelolaan lingkungan perairan yang optimal, penerapan animal walfare,
disamping menciptakan usaha yang minim dampak terhadap ekologinya
(Martins dkk, 2010).

Gambar 10. Uji coba produksi benih ikan hias Clown Fish pada sistem
resirkulasi akuakultur
29
Sistem resirkulasi mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
sistem tradisional, diantaranya adalah konsistensi kualitas produknya,
pengurangan yang besar pada penggunaan lahan dan air, tingkat yang
tinggi pada kontrol lingkungan, siklus produksi yang pendek dan
meningkatkan pengembangan konversi pakan (Michaud, 2007),
terbatasnya pembuangan air limbah dan berkurangnya resiko menurunya
kualitas lingkungan serta konversi pakan yang lebih baik (Guiterrez-Wing
dan Malone, 2006). Courtland (1999) mengemukakan bahwa keuntungan
penggunaan sistem resirkulasi pada pembenihan ikan laut dalah
peningkatan biosecurity dari potensi kontaminasi sumber air terbuka,
kualitas air yang lebih stabil dan tidak terpengaruh dengan kondisi
perairan, meningkatkan produksi hingga 30%, mengurangi biaya produksi
karena produktivitas meningkat, mengurangi kematian akibat lingkungan
dan penyakit serta pergantian air yang sangat kecil. Akhirnya limbah
produksi pada sistem resirkulasi (partikel dan larutan) dapat dikontrol dan
diminimalkan, sehingga menjadikan sistem ini ramah lingkungan
(Michaud, 2007).

7. Pembuatan Lembar Monitoring


Operasional sistem resirkulasi akuakultur membutuhkan dukungan
sistem pencatatan dan monitoring yang baik. Sistem pencatatan dan
monitoring yang dibutuhkan adalah lembar monitoring sistem resirkulasi
akuakultur, lembar monitoring kondisi benih ikan dan lembar monitoring
kualitas air. Lembar monitoring sistem resirkulasi akuakultur berguna
untuk mencatat dan memonitor kondisi komponen-komponen yang
menyusun sistem resirkulasi, lembar monitoring kondisi benih ikan
digunakan untuk mencatat kondisi benih, kematian dan pertumbuhannya,
sedangkan lembar monitoring kualitas air berguna untuk mengontrol
kualitas air pada sistem resirkulasi.
Lembar monitoring sangat penting untuk keberhasilan operasional
sistem resirkulasi, mengingat sistem resirkulasi harus setiao saat berada
dalam kondisi yang diinginkan sehing setiap perubahan pada sistem harus

30
segera diatasi. Adanya sistem monitoring dengan lember monitoring
memudahkan mengontrol sistem yang berjalan (Lampiran 7).

8. Monitoring dan Evaluasi Operasional Sistem


Monitoring harian terhadap sistem resirkulasi, kualitas air media
pemeliharaan dan kondisi benih yang dipelihara dilakukan untuk
memastikan kondisinya baik dan aman. Monitoring ini sangat diperlukan
agar kita bisa cepat mengantisipasi jika terdapat ketidaksesuaian,
sehingga tidak membawa dampak yang merugikan terhadap produksi
dan keamanan kerja. Monitoring ini dilakukan setiap hari. Hasil
monitoring ditulis dalam lembar monitoring (Lampiran 8). Kegiatan
monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Team Work III (Tim Monev).

Gambar 11. Lembar Monitoring Sistem Resirkulasi Akuakultur

Gambar 12. Lembar Monitoring Kualitas Air


31
Gambar 13. Lembar monitoring kondisi benih
Kuaitas air yang di amati tiap hari adalah salinitas, suhu, pH dan
kadar oksigen taerlarut. Benih ikan akan hidup dan tumbuh baik apabila
parameter kualitas air dalam sistem tetap berada pada kisaran yang
disyaratkan. Salah satu tujuan digunakan teknologi sistem resirkulasi
akuakultur adalah untuk menciptakan kualitas air yang terjaga dan stabil
kondisinya, sehingga pertumbuhan dan tingkat kelulusanhidupnya
optimal. Selain itu setiap minggu dilakukan pengejekan kadar amoniak
dalam sistem. Amoniak merupakan salah satu senyawa yang sangat
berbahaya bagi kehidupan benih ikan apabila kadarnya di atas ambang
batas.
Monitoring dan evaluasi kualiats air pada sistem resirkulasi
penting mengingat sistem ini baru mulai di jalankan, sehingga
kemungkinan adanya kesalahan dan belum optimalnya sistem masih
besar. Paling perlu diperhatikan adalah tingkat salinitas dan kadar
amoniak dalam media sistem. Salinitas akan cenderung meningkat
siring terjadinya penguapan sehingga perlu dilakakukan penambahan
air baru atau air tawar, sedangkan kadar amoniak menjadi kunci penting
keberhasilan sistem, dengan akadar amoniak yang stabil, berarti sistem
telah berjalan dengan optimal.

32
Gambar 14. Pengamatan Pertumbuhan Benih

Gambar 15. Pengecekan kualitas air

Kondisi benih ikan juga harus dilakukan monitoring secara rutin,


untuk mengetahui kondisi kesehatan, kematian dan pertumbuhannya.
Pengecekan kondisi kesehatan dan kematian dilakukan setiap hari dan
pertumbuhan dilakukan pengecekan setiap lima hari sekali. Monitoring

33
dan evaluasi kondisi ikan sangat erat kaitanya dengan kondisi sistem
resirkualsi itu sendiri. Sistem yang optimal akan memberikan kesehatan
ikan yang baik, pertumbuhan yang optimal dan kematian yang minim.
Selama ujicoba pemeliharaan didapatkan kondisi ikan cukup baik
dan kematian yang tidak terlalu besar serta pertumbuhan yang cukup
optimal yaitu kelulusan hidup sebesar 71,60%, dimana angka ini
meningkat cukup banyak dibandingkan sistem konvensional yang rata-
rata menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 50,40% (BPBL
Ambon 2016). Uji coba juga menghasilkan pertumbuhan yang sedikit
lebih baik dibandingkan sistem konvensional, pada uji coba setelah
benih dipelihara 15 hari rata-rata mencapai ukuran 2,2 cm sedangkan
pada sistem konvensional menghasilkan pertumbuhan panjang 1,9 cm
setelah 15 hari pemeliharaan. Hal ini juga didukung oleh ualitas air
selama pemeliharaan yang selalu didalam ambang batas kelayakan
pemeliharaan, salinitas 30-31 ppt, DO 4,2,5,0 mg/L, suhu 29-30 oC dan
kadar amoniak 0,001-0,002 mg/L

B. Kendala Internal dan Eksternal


Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan Leadership Laboratory
Diklatpim III lebih banyak berasal dari internal seperti:
1. Persepsi yang berbeda tentang proyek perubahan dari Team
Work yang mengakibatkan adanya ketidakpercayaan pada hasil
yanga akan dicapai.
2. Kemampuan SDM teknisi instalasi yang masih rendah, kurang
percaya diri, selalu tergantung pada project leader sehingga
perlu pendampingan yang terus-menerus dalam instalasi sistem
resirkulasi akuakultur.
3. Banyaknya tugas rutin di kantor, undangan di Kabupaten atau
Provinsi dan perjalanan dinas luar kota sehingga project leader
tidak fokus dari segi waktu dan pemikiran pada tugas
laboratorium kepemimpinan yang mengakibatkan gangguan
jadwal pelaksanaan proyek perubahan, ketidaklengkapan data

34
dan ketidaksempurnaan laporan.
Sedangkan kendala eksternal atau faktor-faktor berasal dari luar
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon yang menghambat pelaksanaan
kegiatan Leadership Laboratory Diklatpim III, antara lain adalah undangan
kegiatan pada masa pelaksanaan proyek perubahan dan pengadaan
beberapa komponen yang tidak tersedia secara cepat.

C. Strategi Mengatasi Kendala


Kendala yang dijumpai dapat diatasi sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam pencapaian target maupun ketepatan waktu. Adapaun
strategi tersebut antara lain:
1. Kemampuan SDM teknisi instalasi air yang masih belum
memadai, kurang percaya diri, selalu tergantung pada project
leader dapat diantisipasi dengan penjelasan teknis singkat
tentang prinsip dasar, fungsi peralatan, tata cara penginstalan
dan secara bertahap diberikan kepercayaan. Agar proyek
perubahan dapat selesai sesuai waktu yang dijadwalkan maka
project leader harus benar-benar berpegang pada jadwal waktu
yang telah ditetapkan, mengoptimalkan waktu yang tersisa,
danbekerja keras.
2. Project leader senantiasa berusaha agar fokus dari segi waktu
dan pemikiran pada tugas laboratorium kepemimpinan sehingga
gangguan jadwal pelaksanaan proyek perubahan,
ketidaklengkapan data dan ketidaksempurnaan laporan dapat
diminimalisir. Selain dari pada itu dapat mengoptimalkan team
work dengan memberi target-target pencapaian.
Sedangkan untuk menanggulangi seringnya undangan keluar dari
Balai, dilakukan dengan mendelagasikan tugas pada setiap koordinator
pada masing-masing Team Work dan untuk kendala pengadaan dilakukan
dengan mencari kesumber-sumber diluar daerah.

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan laboratorium kepemimpinan yang berjudul “Peningkatan
Sarana Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di BPBL Ambon “ telah
selesai dilaksanakan dengan baik dalam kurun waktu 13 Maret sampai
13 Mei 2017.
Pelaksanaan proyek perubahan di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon telah berhasil mencapai tujuan jangka pendek yaitu :
1. Menyediakan desain sitem resirkulasi akuakultur yang sesuai
dengan komoditas dan kondisi lingkungan.
2. Tersedianya sistem resirkulasi akuakultur yang dapat diterapkan
untuk produksi benih ikan hias Clown Fish di Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon.
3. Meningkatkan produktivitas produksi ikan hias Clown Fish di
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dengan cukup signifikan.
Produktivitas sistem pemeliharaan konvensional sebesar 5.443
ekor meningkat menjadi 12.888 ekor menggunakan sistem
resirkulasi akuakutur

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kegiatan laboratorium kepemimpinan, terdapat
rekomendasi Rekomendasi untuk pengembangan selanjutnya yaitu:
1. Ujicoba lebih lanjut untuk lebih mengoptimalkan sistem
resirkulasi akuakultur pada produksi ikan hias Clown Fish
sehingga lebih meningkatkan produktivitasnya.
2. Aplikasi teknologi sistem resirkulasi akuakultur untuk
memproduksi benih ikan laut secara umum.
3. Peningkatan kemampuan teknis dan pemahaman terhadap
teknologi terkini pada bidang budidaya laut.
4. Penurunan kualitas air secara terus menerus terjadi di Teluk

36
Ambon Dalam akibat dari aktivitas manusia didaratan maupun di
laut. Disisi lain Air di Teluk Ambon Dalam sebagai sumber air
pembenihan maupun aktivitas budidaya masyarakat setempat
sehingga diperlukan dorongan para stakeholder untuk
memanfaatkan Teluk Ambon Dalam secara lestari melalui
sosialisai, seminar, dan gerakan peduli Teluk Ambon Dalam.
5. Penyebar luasan teknologi sistem resirkulasi akukultur terhadap
masyarakat umum, guna meningkatkan kualkitas dan kuantitas
benih ikan laut di Indonesia.

37
DAFTAR PUSTAKA

Annonimus. 2007. Buku Saku Parameter Kualitas Air Lingkungan


Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Direktorat
Kesehatan Ikan dan Lingkungan. 31 halaman.
Balai Budidaya Laut Ambon. 2015. Laporan Tahunan Balai Budidaya
Ambon Tahun 2013. 61 halaman. Tidak diterbitkan.
Balai Budidaya Laut Ambon. 2016. Laporan Tahunan Balai Budidaya
Ambon Tahun 2013. 61 halaman. Tidak diterbitkan
Guiterrez-Wing, T.M dan Malone, R.F. 2006. Biological filters in
aquaculture; trends and research directions for fresh and marine
waters application. Aquaculture Engeneering. P163-171
Hartanto N. 2012. Strategi Peningkatan Produksi Benih Balai Budidaya
Laut Ambon. 17. Halaman. Tidak diterbitkan.
Hermawan, T. 2009. Pengembangan sistem resirkulasi untuk pembenihan
ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dalam tahap post weaning.
Tesis. Program Studi Biomanajemen. Institut Teknologi Bandung.
Bandung
Hartanto, N., Evri, N., Lutfi, H. M., dan Dodi, Y. 2013. Strategi Optimalisasi
Produksi Unit Pembenihan Ikan Laut Ditinjau dari Kelayakan
Perairan Teluk Ambon Dalam. Balai Budidaya Laut Ambon. 20 hal.
Makalah. Tidak diterbitkan
Herdikiawan D. 2013. Strategi percepatan penyediaan dan distribusi induk
unggul dalam system perbenihan nasional. Temu Koordinasi
Pemantapan Pelaksanaan Kebijakan Industrialisasi Perikanan
Budidaya Tahun 2013. Bandung 5-8 Maret 2013
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Baku Mutu Air Laut. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 51
tahun 2004 tanggal 8 April 2004. Jakarta
Michaud, L. 2007. Microbial community of recirculating aquaculture
facilities; interaction between heterotrophic and autotrophic bacteria
and the system itself. These pour obtenir le grade de doctoeur de
L’universite Montpellier II.
P3O LIPI. 2012. Potensi, Permasalahan dan Pengelolaan Teluk Ambon
dan Teluk Binnen Maluku. Balai Penelitian dan Pengembangan
sumberdaya Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI Ambon.
P3O LIPI. 2015. Monitoring Teluk Ambon. Balai Penelitian dan
Pengembangan sumberdaya Laut, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi LIPI Ambon.
Permen KP Nomor 6/Permen-KP/2014. 2014. Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar, Perikanan
Budidaya Air Payau dan Perikanan Budidaya Air Laut. 22 halaman
38
Selanno, D. A. J. 2010. Kondisi Perairan Teluk Ambon Dalam.
Pendekatan Parameter Fisik, Kimia, Biologi dan Sosial Masyarakat.
Penerbit IPB Press.
Stasiun Meteorologi Bandara Pattimura, Ambon 2016. Data Curah Hujan
dan Suhu Udara di Ambon. Laporan Stasiun Meteorologi Bandara
Pattimura, Ambon 2012. 5 halaman. Tidak diterbitkan
Wingfield, M. 2004. Recirculation systems, Fisheries, Department of
Primary Industries and Fisheries. Queensland

39
LAMPIRAN

40
Lampiran 1. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Teluk
Ambon Dalam dan permasalahan utama pada produksi
benih ikan hias

1. Sosialisasi Proyek Perubahan


2. Pembentukan Team Work
3. Pembuatan gambar rencana
4. Pengumpulan informasi kondisi lokasi kegiatan

41
Ambon, 17 Maret 2017

No : 01/Diklatpim III-PP/III/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas

Kapada Yth : 1. Kasubag Tata Usaha


2. Kasie Pengujian dan Dukungan Teknis
3. Kasie Uji Terap Teknis dan Kerjasama
4. Koordinator perbenihan
5. Koordinator pembesaran
6. Koordinator Hama Penyakit Ikan dan Lingkungan
7. Pejabat Pembuat Komitment
8. Panitia pengadaan Barang dan Jasa

Di .-
Tempat

Dengan hormat,
Dalam rangka pencapaian target DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership,
Maka kami mengundang Bapak atau Ibu, untuk dapat menghadiri rapat yang akan
diselengarakan pada:
Hari/tanggal : Senin , 20 Maret 2017
Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : Sosialisasi Proyek Perubahan di BPBL Ambon dalam
rangka DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership
Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima kasih.

Project Leader

Tinggal Hermawan

42
43
44
NOTULEN SOSIALISASI PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS CLOWN
FISH DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON

Hari/Tanggal : Senin, 20 Maret 2017


Waktu : 10.00-12.00 WIT
Acara : Sosialiasi Proyek Perubahan dalam rangka Diklat PIM III

1. Proyek perubahan ini adalah Peningkatan Prouktivitas Produksi Benih ikan


Hias Clown Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, melalui
peningkatkan produksi benih ikan hias Clown Fish dengan teknologi sistem
resirkualasi akuakultur dan peningkatan kapasitas suber daya manusia di
BPBL Ambon.
2. Sistem Resirkulasi Akuakultur (SRA) adalah sistem produksi benih ikan
dengan penggunaan air buangan dengan perlakuan secara mekanik dan
biologi. Sistem resirkulasi umumnya membutuhkan tempat yang terbatas,
sedikit air jika dibandingkan dengan sistem konvensional dan menyediakan
lingkungan yang konstan serta dapat diprediksi untuk melakukan kegiatan
budidaya. Sistem resirkulasi mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan sistem tradisional, diantaranya adalah konsistensi kualitas
produknya, pengurangan yang besar pada penggunaan lahan dan air,
tingkat yang tinggi pada kontrol lingkungan, siklus produksi yang pendek
dan meningkatkan pengembangan konversi pakan.
3. Peningkatan teknologi ini dilakukan untuk mendukung peningkatan
produksi benih ikan hias laut Clown Fish sehingga Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon dapat meningkatkan perannya sebagai pelayanan
penyediaan benih ikan hias laut Clown Fish terkemuka di Indonesia

Ambon, 20 Februari 2017

Tinggal Hermawan

45
46
Ambon, 17 Maret 2017

No : 01/Diklatpim III-PP/III/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas

Kapada Yth : 1. Kasubag Tata Usaha


2. Kasie Pengujian dan Dukungan Teknis
3. Kasie Uji Terap Teknis dan Kerjasama
4. Koordinator perbenihan
5. Koordinator pembesaran
6. Koordinator Hama Penyakit Ikan dan Lingkungan
7. Pejabat Pembuat Komitment
8. Panitia pengadaan Barang dan Jasa

Di .-
Tempat

Dengan hormat,
Dalam rangka pencapaian target DIKLATPIM III tahap Laboratory
Leadership, Maka kami mengundang Bapak atau Ibu, untuk dapat menghadiri
rapat yang akan diselengarakan pada:
Hari/tanggal : Senin , 20 Maret 2017
Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : Sosialisasi Proyek Perubahan di BPBL Ambon dalam
rangka DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership
Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima kasih.

Project Leader

Tinggal Hermawan

47
48
49
NOTULEN PEMBENTUKAN TEAM WORK PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PROUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS CLOWN FISH
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017


Waktu : 10.00-12.00 WIT
Acara : Pembentukan Team Work Proyek Perubahan dalam
rangka Diklat PIM III

1. Struktur Proyek perubahan.

Project Sponsor
Dr. Ir. Tri Haryanto, MM

Coach Project Leader


Edy Sutanto Tinggal Hermawan, S.Pi,M.Si

Working Team III Working Team II Working Team I


Monitoring dan Penyedia data dan Intalasi Sistem
Evaluasi Penyusun SOP Resirkulasi

1.
Project Sponsor
Project Sponsor bertugas sebagai pengawas dan mengarahkan Project Leader
pada suatu unit kerja. Project sponsor memberikan kewenangan tim membuat
keputusan sendiri tetapi juga memberikan petunjuk mengenai arah usaha yang
dilakukan. Secara umum tugas sponsor adalah:
a. Mendukung terlaksananya proyek perubahan terutama terkait dengan
pembiayaan yang dibutuhkan proyek
b. Memberikan arahan agar proyek perubahan sesuai dengan program dan
mendukung indikator kinerja organisasi
c. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Project Leader
d. Memberikan persetujan dan kesepakatan proposal proyek perubahan
2.
Project Leader
Project Leader adalah seseorang yang menerima tanggung jawab untuk
mengemban tugas dengan didasari oleh keyakinan bahwa sumber daya tertentu
yang diberikan kepadanya layak untuk dapat dikelola dan diproses menjadi
keluaran-keluaran yang diharapkan. Selain menggunakan seperangkat alat-alat
50
manajemen yang tersedia, diharapkan dapat mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk mempengaruhi, menyesuaikan, dan mengkoordinasi
semua sumber daya tersebut dalam melaksanakan sebuah proyek atau lebih.
Secara umum tugas Project Leader adalah:
a. Membuat acuan kerja berupa proposal proyek perubahan
b. Memimpin pelaksanaan proyek perubahan
c. Mengatasi hambatan dan kendala pada level operasional
d. Bersama working team menjamin tercapainya output dan outcome
e. Berkonsultasi dengan coach, mentor serta menjalin komunikasi dengan
stakeholder
f. Menyetujui buku petunjuk (program manual) pemeliharaan benih
g. Menyetujui petunjuk operasional (manual operation) peralatan pengolah air
h. Menyetujui lembar monitoring kualitas dan kuantitas air harian
i. Mematuhi time schedule agar target masing-masing tahapan tercapai
j Membuat laporan kegiatan proyek perubahan

3. Coach
Coach membimbing project leader agar dapat menemukan berbagai potensi
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, untuk menciptakan produkstifitas dalam
pencapaian tujuan proyek perubahan. Secara umum tugas Coach adalah:
a. Memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan proposal,
pelaksanaan dan pelaporan proyek perubahan

b. Melakukan montoring pada tahap taking ownership dan laboratorium


kepemimpinan proyek perubahan

c. Melakukan koordinasi dengan sponsor untuk membantu project leader

5. Working Team Intalasi Sistem Resirkulasi


Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan proyek perubahan maka dibantu oleh
tim kerja bidang instalasi sarana sistem resirkulasi. Secara umum tugas tim ini
adalah:
a. Membantu mendesain sistem resirkulasi
b. Menginstal sarana sistem resirkulasi
c. Menguji coba sistem sampai dengan berjalan dengan baik
d. Mengisi lembar kerja pengoperasionalan sistem resirkulasi
e. Mengikuti rapat-rapat yang diadakan project leader
6. Working Team Penyedia Data dan Penyusun SOP
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan proyek perubahan maka project leader
dibantu oleh tim kerja bidang penyedia data dan penyusunan SOP. Secara
umum tugas tim ini adalah:
a. Menyediakan data produksi benih ikan hias dengan sistem resirkulasi
(kualitas air, bioteknis, dll)
51
b. Membuat draft petunjuk operasional (manual operation) sarana sistem
resirkulasi produksi benih ikan hias
c Membuat draft buku petunjuk (program manual) pemeliharaan benih ikan
hias dengan sistem resirkulasi
7. Working Team Monitoring dan Evaluasi
Untuk melakukan pengukuran dan mengevaluasi terhadap hasil pengelolaan air,
maka dibentuk tim kerja bidang monitoring dan evaluasi kualitas air secara
umum tugas dan fungsi tim ini adalah:
a. Monitoring dan evaluasi harian dan bulanan parameter-parameter yang
berpengaruh terhadap keberhasilan produksi benih ikan hias dengan sistem
resirkulasi
b. Membuat laporan kepada project leader

Ambon, 21 Maret 2017

Tinggal Hermawan

52
Layout Sistem Resirkulasi Akuakultur pada Proyek Perubahan

Layout sistem produksi konvensional

53
Ambon, 22 Maret 2017

No : 03/Diklatpim III-PP/III/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas

Kapada Yth : 1. Team Work I


2. Team Work II
3. Team Work III

Dengan hormat,
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait proyek perubahan
DIKLATPIM III tahap Laboratory Leadership, Maka kami mengundang Bapak atau Ibu,
untuk dapat menghadiri rapat yang akan diselengarakan pada:
Hari/tanggal : Jumat , 24 Maret 2017
Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : Kompilasi data dukung kondisi lokasi kegiatan pada
proyek perubahan
Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima kasih.

Project Leader

Tinggal Hermawan

54
NOTULEN RAPAT PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS CLOWN
FISH DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON

Hari/Tanggal : Jumat, 24 Maret 2017


Waktu : 10.00-12.00 WIT
Acara : Kompilasi data dukung kondisi lokasi kegiatan pada
proyek perubahan

1. Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon berada di pesisir Teluk Ambon


Dalam (Lampiran 1). Lokasi ini diapit oleh dua buah sungai yang cukup
besar (Lampiran 2) yang sangat mempengaruhi stabilitas kualitas air pada
lokasi budidaya maupun pembenihan terutama pada musim hujan.
Intensitas hujan di Ambon sangat tinggi. Tahun 2014 curah hujan mencapai
571,95 mm3/tahun dengan jumlah hari hujan 24,33 hari/bulan (LIPI, 2015).
Pada tahun 2011 curah hujan 384,18 mm3/tahun dengan jumlah hari hujan
rata-rata 21,41 hari/bulan (Stasiun Meteorologi Bandara Pattimura, Ambon
2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber air pembenihan pada
Balai Perikanan Budidaya Laut mempunyai kualitas air yang berfluktuasi
sepanjang tahun (Lampiran 3).
2. Kualitas air di Teluk Ambon Dalam dan Kesesuaiannya dengan Kualitas Air
Pemeliharaan Benih Ikan Laut.
Kualitas
No Parameter Kualitas Air PIL Kesesuaian
TAD
1 Suhu (0C) 26,1-31,3 30-32 Kurang
2 Salinitas (ppt) 28.2-33,4 30-33 Sesuai
3 DO (mg/l) 4,0-8,0 >5 Sesuai
4 pH 8,2-8,4 7-8 Sesuai
5 Kesadahan (mg/l) - 80-120 -
6 Kekeruhan (NTU) 0,00-1,47 <0,5 Kurang
7 Ammonia (NH3-N) (mg/l) 0,0003 - 0,032 <0,02 Kurang
8 Nitrite (NO2-N) (mg/l) 0,000 - 0,008 <1,0 Sesuai
9 Ortofosfat (mg/l) 0,000 - 0,123 - -
10 TBU (kol/ml) 3.2 x 108-2.5 x - -
1010
11 TBV (kol/ml) 5,8 x 104 - -
12 Kekuatan Cahaya (lux) - 500-700 -
13 Photoperiode - Alami -

55
3. Tabel di atas menunjukan bahwa salah satu parameter kualitas air
(kecerahan) kurang sesuai untuk kegiatan pembenihan. Menurut Baehaqi
(2013), Hawkes (1989), dan Nirmala (2001) kekeruhan sangat berperan
dalam keberhasilan produksi benih. Sedangkan kondisi pengelolaan air
saat ini di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon masih sangat sederhana,
yaitu berupa pengendapan dan penggunaan sand filter satu kali.
Sedangkan untuk pemeliharaan induk masih mempergunakan air langsung
dari laut (Hartanto N. 2012).
4. Adanya permasalahan dan dampak yang ditimbulkannya serta melihat
kondisi pengelolaan air di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon saat ini
maka perlu upaya perubahan meningkatkan sarana sistem produksi benih
untuk mendukung peningkatan produksi benih ikan hias Clown Fish di Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon.

Ambon, 24 Februari 2017

Tinggal Hermawan

56
57
Lampiran 2. Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif

58
Foto-foto Pembongkaran sarana lama yang tidak efektif

59
Lampiran 3. Pengadaan sarana sistem resirkulasi

60
Foto-foto Pengadaan sarana sistem resirkulasi

61
Lampiran 4. Pemasangan sarana sistem resirkulasi

62
Foto-foto Pemasangan sarana sistem resirkulasi

63
Lampiran 5. Penyambungan dengan sistem air dan aerasi

64
Foto-foto Penyambungan dengan sistem air dan aerasi

65
Lampiran 6. Uji coba (running test) sistem resirkulasi

1. Data Tingkat Kelulusan Hidup dan Pertumbuhan


2. Foto-foto kegiatan uji coba

66
Data Mortalitas dan Pertumbuhan Uji coba (running test) sistem
resirkulasi

Juml kematian Panjang (cm)


Hari ke-
(ekor) Resirkulasi Konvensional
1 1224 1,00 1,00
2 1167
3 771
4 625 1,10 1,10
5 463
6 273
7 209 1,40 1,30
8 200
9 106
10 52 1,70 1,50
11 16
12 6
13 - 1,90 1,70
14 -
15 -
16 - 2,10 1,90

67
Foto-foto kegiatan uji coba (running test) sistem resirkulasi

68
Lampiran 7. Membuat lembar monitoring

1. Lembar Monitoring Sistem Resirkulasi Akuakultur


2. Lembar Monitoring Kondisi Benih
3. Lembar Monitoring Kualitas Air

69
DAFTAR CHECK LIST KONDISI SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR

Bulan :
Protein
Tgl Akuarium Pompa Sand Filter Biofilter UV Petugas
Skimmer
baik rusak baik rusak baik rusak baik rusak baik rusak baik rusak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

70
KONDISI BENIH PADA SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR

Bulan :
Kematian Panjang
Tgl Kondisi Benih
(ekor) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

71
KUALITAS AIR SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR

Bulan :

Sal DO Amoniak Suhu


Tgl pH
(ppt) (mg/L) (mg/L) (0C)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

72
Lampiran 8. Monitoring dan evaluasi

1. Monitoring dan evaluasi Sistem Resirkulasi Akuakultur


2. Monitoring dan evaluasi Kondisi Benih
3. Monitoring dan evaluasi Kualitas Air
4. Foto kegiatan monitoring

73
Kegiatan monitoring pada Uji Coba Sistem

74
Ambon, 2 Mei 2017

No : 04/Diklatpim III-PP/V/2017
Perihal : Undangan Rapat
Lampiran : 1 (satu) Berkas

Kapada Yth : 1. Kasubag Tata Usaha


2. Kasie Pengujian dan Dukungan Teknis
3. Kasie Uji Terap Teknis dan Kerjasama
4. Team Work I
5. Team Work II
6. Team Work III
7. Pejabat Pembuat Komitment
Di .-
Tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka pencapaian target DIKLATPIM III tahap Laboratory


Leadership, Maka kami mengundang Bapak atau Ibu, untuk dapat menghadiri
rapat yang akan diselengarakan pada:

Hari/tanggal : Rabu , 4 Mei 2017


Waktu : 10.00 - 12.30 WIT
Tempat : Ruang rapat Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Agenda : 1. Evaluasi Pelaksanaan Proyek Perubahan
2. Tindak Lanjut Permasalahan

Mengingat pentingnya acara tersebut, dimohon untuk hadir tepat pada


waktunya. Atas perhatian dan kerja samanya Bapak atau Ibu kami ucapkan terima
kasih.

Project Leader

Tinggal Hermawan

75
76
NOTULEN MONITORING DAN EVALUASI PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN PROUKTIVITAS PRODUKSI BENIH IKAN HIAS
CLOWN FISH
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON

Hari/Tanggal : Rabu, 4 Mei 2017


Waktu : 10.00-12.00 WIT
Acara : Monev Proyek Perubahan dalam rangka Diklat PIM
III

1. Pembuatan sistem resirkulasi telah selesai dan uji coba telah


dilaksanakan mulai tanggal 24 April 2017, dengan menebar benih
ikan hias clown fish sebanyak 500 ekor/akuarium untuk 36
akuarium dengan total bnih 18.000 ekor.
2. Berdasarkan pengamatan sistem telah berjalan dengan baik,
semua komponen terpasang dan bekerja sesuai yang
direncenakan.
3. Pengamatan terhadap benih ikan yang dipelihara menunjukan
masih terjadi kematian pada awal penebaran, setelah dilakukan
pengecekan disebabkan bukan karena penyakit, namun
kemungkinan stress adaptasi tempat yang baru.
4. Kualitas air yang dimonitoring setiap hari meliputi suhu, salinitas,
pH, DO dan kadar amoniak setiap lima hari menunjukan nilai yang
stabil dan masih didalam ambang batas persyaratan pemeliharaan.
Namun nilai amoniak cenderung meningkat.
5. Beberapa komponen sistem resirkulasi belum bekerja secara
optimal seperti biofilter dengan ditunjukan oleh makin meningkatnya
nilai kadar amoniak. Hal ini disebabkan untuk berkerja optmimal
biofilter memerlukan waktu guna menumbuhkan bakteri
didalamnya.
6. Secara umum sistem resirkulasi yang diujicobakan bekerja sesuai
dengan perencanaan yang diinginkan.

Ambon, 4 Mei 2017

Tinggal Hermawan

77
Lampiran 9. Kegiatan peserta Diklatpim III selama tahap Laboratorium
Kepemimpinan (Breakthrough II)

78
KEGIATAN PESERTA DIKLATPIM III TAHAP
LABORATORIUM KEPEMIMPINAN (BREAKTHROUGH II)

Nama Project Leader : Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si


Instansi : Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Nama Proyek Perubahan : Peningkatan Produktivitas Produksi Benih ikan Hias
Clown Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon

Dinfokan
Paraf
No Hari/Tgl Kegiatan Output ke Coach
Mentor
Tgl
Kegiatan Milestone 1 : Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi Teluk Ambon
Dalam dan permasalahan utama pada produksi benih ikan hias
1. Senin Melakukan - Daftar hadir 13/4/17
20/3/17 sosialisasi proyek - Notulensi
perubahan
- Foto kegiatan
2. Selasa Melakukan - Daftar hadir 13/4/17
21/3/17 pembentukan team - Draft SK
work
- Foto kegiatan
3. Rabu Membuat gambar Gambar rencana RAS 13/4/17
22/3/17 rencana

4. Rabu-Jum Mengumpulan data - Data dukung proyek 13/4/17


23-24/3/17 dan informasi perubahan
- Daftar hadir
- Foto kegiatan
Kegiatan Milestone 2 : Pembongkaran fasilitas lama yang tidak efektif
5. Sen-Rabu Pembongkaran Foto kegiatan 13/4/17
27-29/4/17 fasilitas lama

Kegiatan Milestone 3 : Pengadaan Sarana Sistem Resirkulasi


Sen-Rabu Melakukan - Komponen sistem 13/4/17
27/3/17- pengadaan - Foto-foto komponen
5/4/17 komponen
Kegiatan Milestone 4 : Pemasangan Sarana Sistem Resirkulasi
6. Kam-Mgg Pemasangan - Sistem RAS 13/4/17
6-23/4/17 sistem RAS - Foto kegiatan
7. Kam-Jum Kunjungan Mentor Masukan untuk 25/4/17
20-21/4/17 pelaksanaan proyek
perubahan

79
Kegiatan Milestone 5 : Penyambungan sistem air dan aerasi
8. Sel Melakukan Foto kegiatan 15/5/17
25/4/17- Penyambungan
11/5/17 sistem air dan
aerasi
Kegiatan Milestone 6 : Uji Coba Sarana Sistem Resirkulasi
9. Sel-Jum Uji coba sistem - Data mortalitas dan 15/5/17
27/4/17- pertumbuhan
11/5/17 - Foto kegiatan
Kegiatan Milestone 7 : Membuat lembar monitoring
10. Rab Membuat lembar Lembar monitoring RAS, 15/5/17
26/4/17 monitoring kondisi ikan dan kualitas air

Kegiatan Milestone 8 : Monitoring dan Evaluasi


11. Sab-Sel Monitoring - Data monitoring RAS, 15/5/17
29/4/17- operasional sistem kondisi ikan dan kualitas
11/5/17 RAS air
- Foto kegiatan
12. Rabu Rapat Monev - Daftar hadir 15/5/17
3/5/17 dengan Team - Notulensi
Work II dan III - Foto kegiatan
13. Kam-Mgg Pembuatan draft Tersusunnya laporan PP 15/5/17
11-14/5/17 laporan PP

80
Lampiran 10. Implementasi Leadership Laboratory Proyek Perubahan
Diklat PIM III di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon

81
Nama Proyek Perubahan Peningkatan Peningkatan Produktivitas Produksi Benih ikan Hias Clown Fish di Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon
Area Perubahan a. Pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan budidaya laut.
b. Teknologi produksi benih ikan hias Clown Fish masing mnggunakan sistem onvensional yang
menghasilkan produktivitas rendah.
c. Ada tiga kegiatan yang akan menjadi fokus dalam proyek perubahan ini, yaitu: (1) Aplikasi sistem
resirkulasi akuakultur pada produksi benih ikan hias Clown Fish, (2) Penyediaan data bioteknis produksi
benih ikan hias Clown Fish, peningkatan kapasitas teknisi dan petunjuk operasional (manual operation), buku
petunjuk (program manual) produksi benih dan (3) Kesadaran pegawai akan inovasi teknologi sebagai kunci
keberhasilan produksi benih
d. Pada Leadership Laboratory dengan waktu hanya dua bulan akan fokus pada penerapan sistem resirkulasi
akuakultur pada produksi benih ikan hias Clown Fish

No. Program Aksi / Indikator Capaian Prosentase Kendala & Instansi Terkait
Kegiatan Keberhasilan Capaian Solusi

1. Sosialisasi dan Data dukung proyek - Pegawai paham 100 % Tidak ada -Kasie PDT dan staf
Pembentukan Team perubahan pentingnya teknologi -Kasie UTK
Work Proyek produksi benih pada
Perubahan proyek perubahan yang -Kasubah TU
akan dilakukan -Koord. HPIL
- jadwal kegiatan tersusun -Koord. Ikan Hias
- tugas dan peran dalam -Bagian Program

82
tim terdistribusi -Panitia PBJ
-Pengelola BMN

2. Pengumpulan data Data dukung proyek - Isu kondisi kualitas air 100 % Tidak ada -LIPI
dan informasi perubahan TAD -BMG Bandara Pattimura
kualitas air, - aktivitas pada catchment
klimatologi, -Kasie PDT
area dan perairan TAD
bioteknis -Kasie UTK
pembenihan ikan - SOP Prod Benih Ikan
hias Clown Fish. Hias di BPBL Ambon -Koord. HPIL
-Koord. Ikan Hias

3. Pengadaan sarana Tersedianya Sarana - Gambar rencana dan 100 % Tidak ada -Kasubag TU
sistem resirkulasi Sistem Resirkulasi komponen penyusun
-PPK
Akuakultur sistem resirkulasi
-Panitia PBJ
-Pengelola BMN

4. Instalasi sistem Terpasangnya Sistem - Sistem Resirkulasi 100 % Tidak ada - Kasie PDT
resirkulasi Resirkulasi Akuakultur Akuakultur untuk produksi
- Koordinator Ikan Hias
ikan hias Clown Fish

Uji coba (running Kepastian sistem - Sistem Resirkulasi 100 % Tidak ada - Kasie PDT
test) sistem resirkulasi terinstal Akuakultur untuk produksi
5. - Koordinator Ikan Hias
resirkulasi dengan baik ikan hias Clown Fish

83
Monitoring dan Kepastian alat yang - Sistem Resirkulasi 100 % Tidak ada - Kasie PDT
pengamatan terpasang berfungsi Akuakultur berjalan
6. - Koordinator Ikan Hias
dengan baik dengan baik
- Koordinator HPIL

7. Penyusunan Tersusunnya laporan Berhasilya proyek 100 % Tidak ada Peserta Diklat
laporan akhir proyek proyek perubahan perubahan
perubahan tahap I

84
Lampiran 11. Dukungan Atasan terhadap Proyek Perubahan

85
86
87

Anda mungkin juga menyukai