Epilepsi
Epilepsi
PENDAHULUAN
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi
otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa
gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan
sistem otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang
paling sering terjadi pada pederita epilepsi.1
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna
narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin
mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan
terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.
Epilepsi absens adalah salah satu jenis kejang umum. Jenis ini pertama dijelaskan
oleh Poupart pada 1705, dan kemudian oleh Tissot pada tahun 1770, yang
menggunakan akses
petit
mal.
Pada
tahun
1824,
Calmeil
menggunakan
istilah absence. Pada tahun 1935, Gibbs, Davis, dan Lennox menggambarkan asosiasi
kesadaran gangguan dan 3-Hz spike dan kompleks gelombang lambat pada
Electroencephalograms (EEGs).3
Epilepsi absens ditandai dengan hilangnya kesadaran secara singkat, jarang
berlangsung lebih dari beberapa detik. Sebagai contoh mungkin pasien tiba-tiba
menghentikan pembicaraan, menatap kosong atau berkedip-kedip dengan cepat. Pasien
mungkin mengalami satu atau dua kali kejang sebulan atau beberapa kali sehari.2
Epilepsi sangat berpotensi mengganggu pendidikan, pekerjaan, interaksi sosial
dan rasa percaya diri. Diagnosis tepat dan akurat, disertai tatalaksana medis dan sosial
yang memadai akan dapat mengoptimalisasi keadaan. Dokter keluarga bekerja sama
dengan dokter ahli penyakit saraf dapat membantu mengetahui apakah episode
paroksismal yang terjadi itu adalah epileptic seizures, epilepsy atau merupakan suatu
sindroma epilepsi sehingga penderita dapat tertangani dengan baik. EEG digital akan
sangat membantu untuk mengetahui apakah abnormalitas gelombang otak itu fokal atau
general. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Epilepsi berasal dari kata Yunani epilambanien yang berarti serangan dan
menunjukan bahwa sesuatu dari luar tubuh seseorang menimpanya, sehingga dia jatuh.
Epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun
dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas
muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan.4
Status epileptikus menurut The International Classification of Epileptic Seizure
adalah suatu keadaan dimana serangan epilepsi berlangsung lama (lebih dari 5 menit)
atau berkali-kali dimana penderita tidak pulih diantara kejang5.
Epilepsi absens primer atau disebut juga dengan petit mal adalah serangan absens
pada anak-anak yang berusia 4 sampai 10 tahun dan lenyap secara spontan menjelang
atau setelah usia 10 tahun.
Serangan epileptik yang bersifat absens hilangnya kesadaran sejenak.4
Neokorteks (area korteks yang menutupi permukaan otak ), hipokampus, dan area
fronto-temporal bagian mesial sering kali merupakan letak awal munculnya serangan
epilepsi, Area subkorteks misalnya thalamus, substansia nigra dan korpus striatum
berperan dalam menyebarkan aktivitas serangan dan mencetuskan serangan epilepsi
umum. Pada otak normal, rangsang penghambat dari area subkorteks mengatur
neurotransmiter perangsang antara korteks dan area otak lainnya serta membatasi
meluasnya signal listrik abnormal. Penekanan terhadap aktivitas inhibisi eksitasi di area
tadi pada penderita epilepsi dapat memudahkan penyebaran aktivitas serangan mengikuti
awal serangan parsial atau munculnya serangan epilepsi umum primer.5
2.3 Epidemiologi
2.3.1 Frekuensi
Epilepsi adalah penyakit otak yang banyak dijumpai . Menurut World Health
Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi.
Di Amerika Serikat Insiden ini 1,9-8 kasus per 100.000 penduduk.3 Di Indonesia,
dengan prevalensi berkisar antara 0,5 1,2 %, sehingga dengan jumlah penduduk 210
juta orang maka populasi masyarakat yang menderita epilepsi mencapai 2,1 juta orang.1
2.3.2 Mortalitas / Morbiditas
Tidak ada kematian yang langsung disebabkan oleh absence seizure. Kecelakaan
ketika mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya selama terjadinya kehilangan
kesadaran mungkin dapat mengakibatkan kematian.3
Pada anak dengan kejang absent yang termasuk epilepsi umum skunder, kematian
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya. Morbiditas karena kejang absens
tipikal berhubungan dengan frekuensi dan lamanya kejang, disamping aktivitas dari
pasien, pengobatan yang efektif terhadap faktor yang mempengaruhi.3
2.3.3 Ras
Tidak ada predileksi ras yang diketahui.3
2.4 Patofisiologi
Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf
akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau toksik, yang selanjutnya
menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut. Pada serangan kejang
partial, kelainan hanya terjadi pada satu bagian otak dan pasien tidak mengalami
kehilangan kesadaran. Pada kejang umum, aktifitas abnormal mengenai area yang luas
5
pada otak secara bilateral dan orang tersebut tidak sadar. Beberapa penyelidikan
menunjukan peranan asetilkolin sebagai zat yang merendahkan potensial membran
postsinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja
sehingga manifestasinya timbul sewaktu-waktu. Bila asetikolin sudah cukup tertimbun di
permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kotikal dipermudah.
Asetilkolin diproduksi oleh sel-sel saraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan
otak selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak sehat.
Pada tumor serebri atau adanya sikatriks setempat pada permukaan otak sebagai gejala
sisa dari meningitis, ensefalitis, kontusio serebri atau trauma jalan lahir, dapat terjadi
penimbunan setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan terjadi lepas
muatan listrik sel-sel saraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi
tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat
terjadi. Hal ini merupakan mekanisme fokal yang biasanya simptomatik.
Patofisiologi kejang absence tidak sepenuhnya diketahui. Pada tahun 1947, Jasper
dan Droogleever-Fortuyn memberi rangsangan elektirk pada inti thalamus kucing sebesar
3 Hz dan diproduksi sinkronisasi gelombang runcing lambat bilateral. Pada tahun 1953,
gelombang runcing lambat bilateral dicatat dengan menggunakan elektroda yang
ditempatkan pada thalamus seorang anak dengan kejang absence.3
Hal ini menyebabkan teori corticoreticular dari kejang umum terutama irama
abnormal berosilasi diyakini berkembang di jalur talamokortikal. Hal ini melibatkan
inhibisi GABA-B yang bergantian dengan eksitasi glutamate. Mekanisme selular arus
tipe T. Kanal T dari GABAergic inti neuron thalamik retikuler memiliki peran penting
dalam terbentuknya gelombang spike dari neuron thalamic GABAergic.3
Inhibisi GABA tampaknya diubah pada kejang absence dan potensiasi inhibis
GABA-B dengan tiagabine (Gabitril), vigabatrin (Sabril) dan mungkin Gabapentin
(Neurontin) pada eksaserbasi kejang absens. Tingkat letusan dalam jaringan
kortikothalamik dapat menigkatkan aktivasi reseptor GABA-B di thalamus menimbulkan
aktivasi gelombang runcing umum.3
Feature
Complex Partial
Absence
Onset
Duration
Usually >30 s
Usually <30 s
Automatisms Present
Duration dependent
Awareness
No
No
Ending
Gradual postictal
Abrupt
2.6 Klasifikasi
Tipikal Absens7 :
Kejang epilepsi
Dapat dilihat manifestasi lain, terutama myoclonia kelopak mata, otomatisme, dan
gangguan otonomik
Banyak perubahan dalam suara dan sifat tetapi tidak ada otomatisme
most with atypical absences have other seizure types and are cognitively impaired
EEG menunjukkan gelombang runcing lambat (0,5 sampai 2,5 Hz) dan interictal
EEG lebih sering abnormal (lama, gelombang runcing multiple)
EEG :
- Pola inter ictal normal atau kegiatan delta berirama posterior
- EEG ictal menunjukkanspike atau double-spike yg disamaratakan dan kelombang
kompleks yang lambat pada 3 Hz (tidak lebih lambat dari 2,7 Hz, tidak lebih dari 4 Hz)
pada fase awal, penurunan frekuensi sesuai waktu
- Pelepasan terakhir 4-20 detik
Pengobatan7 :
-
asam valproat & ethosuximide dianggap lini pertama dan sama efektif sebagai
monoterapi untuk absences di CAE (bekerja di lebih dari 80%)
valproate juga pilihan untuk mengontrol GTCS, pilihlah jika bukan bentuk CAE
murni dan jika terdapat resiko tinggi untuk GTCS.
jika resisten terhadap monoterapi, cobalah kombinasi dua AED (bekerja senilai
50%)
amotrigin juga dapat dicoba, tanpa campuran, atau lebih baik dikombinasikan
dengan valproate
11
Epidemiologi :
-
20% dari semua absences epilepsies dan setengahnya seperti JME yg biasa
terdistribusi merata antara jenis kelamin yang berbeda
akan dinilai untuk jumlah yang sama pada orang dewasa dengan absences
menerus vs pyknoleptic
Sering kali memiliki turunan dari keluarga untuk kejang termasuk GTCS
Gambaran Klinis :
-
Tipikal absens dengan onset antara umur 7 dan 16 tahun ( puncaknya pada umur
10-12 tahun)
Kerusakan berat lebih sedikit pada LOC ( dapat melanjutkan aktivitas selama )
Frekuensi absens lebih sedikit dari CAE, terjadi <1-10 per hari tapi dengan durasi
yang lebih lama (16 detik)
GTCS infrequent tetapi setelah kebangkitan, dipicu oleh kurang tidur, alcohol,
fatigue
Prognosis 7:
-
Absences bisa menjadi lebih kurang sesuai dengan umur, dan sentakan myoclonic
tidak begitu menjadi masalah
12
Pengobatan:7
-
Pilihan obat yang sering diberikan pada pasien dengan GTCS adalah valproate
(VPA)
dapat ditambahkan lamotrigine atau ethosuximide jika tidak dapat dikontrol hanya
dengan pemberian VPA
Kejang berulang dalam sehari , terutama pada saat kebangkitan dan dapat dipicu
oleh hyperventilation.
lebih tahan terhadap terapi dan terkait dengan kerusakan mental (sebelum onset
mencapai 45% dan berkembang selama perbaikan mencapai 25%)
13
sindrom yang langka untuk epilepsi umum idiopatik (terhitung 10% dari IGE
dengan absences)
myoclonia kelopak mata terdiri dari sentakan berirama cepat dari kelopak mata,
seringkali dengan sentakan ke atas dari bola mata dan kepala (kemungkinan
memilki komponen tonik dari otot-otot ini juga)
kejang singkat (3-6 detik) dan terjadi terutama setelah penutupan mata
onset biasanya terjadi pada anak usia dini (rata-rata 6 tahun) dengan spells lebih
sering (ratusan per hari);
semua fotosensitif (kurang sensitif dengan usia); terutama umum pada wanita
EEG menunjukkan polyspikes umum singkat (atau gelombang lambat pada 3 sampai 6-Hz) dengan penutupan mata
sentakan myoclonic jarang terjadi secara acak dari anggota badan terjadi pada 1 /2
tahan terhadap pengobatan (bahkan dengan valproate) dan dapat menjadi masalah
seumur hidup
sindrom IGE dengan frequent absence spells dan ictal myoclonus lokal berirama
dari otot-otot wajah perioral (kontraksi orbicularis oris dengan tonjolan bibir,
berkedut dari sudut mulut dari oris depressor anguli; rahang jarang menyentak
dari otot-otot pengunyahan)
14
sentakan terakhir untuk durasi dari pelepasan epileptic / serangan absence dengan
frekuensi sentakan sesuai untuk frekuensi dari pelepasan polyspike
onset mana saja dari umur 2-13 tahun (median 10 tahun); kecerdasan normal
Frekuensi kejang bisa tinggi atau sesekali tetapi berlansung singkat dan hanya
beberapa detik
GTCS biasanya jarang (sekali sebulan atau kurang) dan sering digembargemborkan oleh kelompok-kelompok absences
ictal EEG menunjukkan pelepasan umum dengan nilai amplitude tinggi dan
gelombang spike berirama lambat pada 3-4 Hz (mungkin tidak teratur) tanpa
fotosensitivitas
sering berlanjut ke dalam kehidupan orang dewasa dan tahan terhadap terapi
- Phantom Absences 7:
-
kelompok pasien dengan absences yang begitu halus sehingga tidak terlihat untuk
pengamat dan tidak disadari oleh pasien
biasanya singkat (beberapa detik) dengan 3 sampai 4-Hz gelombang runcing atau
polyspike dan pelepasan gelombang lambat
15
2.7 Diagnosa
Anamnesa
Anamnesis merupakan kunci diagnosis epilepsi. Sebaiknya keterangan diperoleh dari
orang yang telah beberapa kali menyaksikan kejang yang dialami pasien. Jika pasien
cukup umur, hendaknya juga dilakukan autoanamnesis. Hal-hal yang perlu ditanyakan
meliputi5 :
Adanya kejang; apakah pasien memang benar kejang?
Jenis kejang; apa yang dialami atau yang dilakukan pasien selama kejang? Bilamana
mungkin, orang yang menyaksikan kejang diminta untuk menirukannya. Dalam hal
kejang parsial atau fokal, keterangan tentang bagian tubuh yang mengurangi kejang
membantu menemukan fokus awitan kejang di otak.
Kesadaran selama kejang dan ingatan pasien akan kejadian kejang. Lamanya kejang.
Keadaan pasien sesudah kejang dan waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke keadaan
semula.
Frekuensi kejang dan riwayat kejang sebelumnya.
Adanya faktor pencetus, kejang yang tergolong epilepsi tidak didahului faktor pencetus.
Saat terjadinya kejang, seringkali kejang epileptik terjadi pada dini hari atau saat pasien
bangun tidur.
Adanya aura, misalnya berupa rasa takut, mati rasa atau kesemutan pada jari atau
cahaya terang pada satu lapang pandang. Jika tidak ada aura, biasanya pasien tidak dapat
mengingat apaun dari kejadian kejang.
Adanya masa prodromal yang ditandai dengan rasa tidak enak badan, iritabilitas,
perubahan mood, nyeri kepala atau perubahan kepribadian. Masa prodromal dapat
16
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa hari sebelum terjadinya aura dan
kejang.
Jika ada, terapi antiepileptik sebelumnya, dosis dan jenis obat yang didapat, serta respon
terhadap terapi tersebut.
Riwayat tumbuh kembang anak.
Gejala lain yang menyertai, misalnya muntah atau demam. Penting ditanyakan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab kejang lainnya.
Adanya riwayat epilepsi pada keluarga.
Pemeriksaan Fisik 5
Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan neurologi lengkap, ditunjukkan terutama untuk
menyingkirkan penyebab kejang lainnya dan mendiagnosis adanya sindrom epilepsi. Halhal yang perlu diperhatikan meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda rangsang
meningeal, dan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Pemeriksaan Penunjang 5
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai kebutuhan atas dasar anamnesis dan
pemeriksaan klinis, ditunjukan untuk menyingkirkan adanya penyebab kejang
ekstrakranial. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi darah tepi lengkap, gula darah,
elektrolit, kalsium serum dan BUN. Pemeriksaan kadar obat antikonvulsan mungkin
perlu pada kecurigaan ketidakpatuhan pasien terhadap regimen pengobatan.
Elektrosefalografi (EEG) mutlak diperlukan pada setiap kasus yang dicurigai sebagai
epilepsi. EEG bermanfaat dalam menentukan jenis epilepsi dan prognosisnya.
17
EEG Findings
Usually
regular
and
Atonic components
complexes,
and
possible
Tonic component
multiple spike-and-slow-wave
Automatisms
complexes
Autonomic components
Atypical
absence
abnormalities
Pungsi lumbal dilakukan bila dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat.
Pemeriksaan pencitraan berupa CT scan atau MRI kepala dilakukan bila dicurigai
adanya trauma kepala, lesi struktural otak atau peningkatan tekanan intrakranial.
Deteksi dan Diagnosa Banding absens 7
- Mungkin bisa disalah artikan dengan bayi jika tidak berhubungan dengan komponen
gerakan (eg myoklonik)
- Dapat terlewatkan atau tidak terdiagnosa dengan kejang kompleks partial pada orang
dewasa yang biasanya ringan (dengan usia) dan dapat terlihat unsur - unsur ketakutan
atau halusinasi pada mereka.
- Dapat didiagnosa juga sebagai melamun
Petunjuk untuk membedakan sindrom khusus tercantum di bawah ini:7
- Perbedaan dalam prognosis dari berbagai sindrom ini membuat klasifikasi berguna dan
penting
- sindrom murni dengan absences sebagai jenis kejang predominant dan tidak hubungan
yg signifikan pada fitur fitur (jerking, myoclonus, GTCS awal) adalah Childhood absence
epilepsy (CAE) dan Juvenile absence epilepsy (JAE).
- Juvenile myoclonic epilepsy adalah sindrom umum dengan sentakan myoclonic pada
kebangkitan sebagai ciri penyakit tetapi sampai 1 / 3 memiliki absences
yang
19
tidak bingung ketika menutup mata dan terlihat dalam bentuk lain dari absence
dengan sentakan berirama yang terilihat dalam myoclonia kelopak mata.
myoclonic
terutama dari bagian atas tubuh dan terlihat selama absence spells.
perioral myoclonia (PMA) sering tidak terdiagnosis sebagai epilepsi motor fokal
(sentakan dari otot wajah) atau sebagai pyknolepsy pada beberapa anak .
onset dari GTCS pada usia yang sama atau sebelum absences, durasi singkat, dan
absence status menggambarkan sindrom ini vs epilepsies lain
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan primer untuk pasien adalah terapi obat untuk mencegah timbulnya
kejang atau untuk mengurangi frekuensinya sehingga pasien dapat hidup normal. Sekitar
70-80% pasien memperoleh manfaat dari pemberian obat anti kejang.2
Terapi pilihan pertama
Obat alternative
Asam valproat
Lamotrigin
Etosuksimid
Levetiracetam
1. Etosuksimid
Digunakan pada terapi kejang absens. Kanal kalsium merupakan target dari
beberapa obat antiepilepsi. Etosuksimid menghambat pada kanal Ca2+ tipe T.
Talamus berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang diperantarai oleh ion
Ca2+ tipe T pada kejang absens, sehingga penghambatan pada kanal tersebut akan
mengurangi sentakan pada kejang absens.9
20
Dosis etosuksimid pada anak usia 3-6 tahun 250 mg/hari untuk dosis awal dan 20
mg/kg/hari untuk dosis pemeliharaan. Sedangkan dosis pada anak dengan usia
lebih dari 6 tahun dan dewasa 500 mg/hari. 9
Efek samping penggunaan etosuksimid adalah mual dan muntah, efek samping
penggunaan etosuksimid yang lain adalah ketidakseimbangan tubuh, mengantuk,
gangguan pencernaan, goyah (tidak dapat berdiri tegak), pusing dan cegukan. 9
2. Asam valproat
Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial, kejang absens,
kejang mioklonik, dan kejang tonik-klonik. Asam valproat dapat meningkatkan GABA
dengan menghambat degradasi nya atau mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat
juga berpotensi terhadap respon GABA post sinaptik yang langsung menstabilkan
membran serta mempengaruhi kanal kalium.9
-
Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan pencernaan (>20%), termasuk
mual, muntah,anorexia, dan peningkatan berat badan. Efek samping lain yang
mungkin ditimbulkan adalah pusing, gangguan keseimbangan tubuh, tremor, dan
kebotakan. Asam valproat mempunyai efek gangguan kognitif yanringan. Efek
samping yang berat dari penggunaan asam valproat adalah hepatotoksik.
Hyperammonemia (gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan
kadar amonia dalam darah) umumnya terjadi 50%, tetapi tidak sampai
menyebabkan kerusakan hati. 9
21
Interaksi valproat dengan obat antiepilepsi lain merupakan salah satu masalah
terkait penggunaannya pada pasien epilepsi. Penggunaan fenitoin dan valproat
secara bersamaan dapat meningkatkan kadar fenobarbital dan dapat memperparah
efek sedasi yang dihasilkan. Valproat sendiri juga dapat menghambat
metabolisme lamotrigin, fenitoin, dan karbamazepin. Obat yang dapat
menginduksi enzim dapat meningkatkan metabolisme valproat. Hampir 1/3 pasien
mengalami efek samping obat walaupun hanya kurang dari 5% saja yang
menghentikan penggunaan obat terkait efek samping tersebut.9
3. Lamotrigin merupakan obat antiepilepsi generasi baru dengan spektrum luas yang
memiliki efikasi pada parsial dan epilepsi umum. Lamotrigin tidak menginduksi
atau menghambat metabolisme obat anti epilepsi lain. Mekanisme aksi utama
lamotrigin adalah blokade kanal Na, menghambat aktivasi arus Ca2+ serta
memblok pelepasan eksitasi neurotransmiter asam amino seperti glutamat dan
aspartat.9
-
4. Levitirasetam9
Levetiracetam mudah larut dalam air dan merupakan derifatpyrrolidone ((S)- ethyl-2oxo-pyrrolidine acetamide). Levetirasetam digunakan dalam terapi kejang parsial, kejang
absens, kejang mioklonik, kejang tonik-klonik. Mekanisme levetirasetam dalam
mengobati epilepsi belum diketahui. Namun pada suatu studi penelitian disimpulkan
levetirasetam dapat menghambat kanal Ca2+ tipe N dan mengikat protein sinaptik yang
menyebabkan penurunan eksitatori atau meningkatkan inhibitori. Proses pengikatan
levetiracetam dengan protein sinaptik belum diketahui.
22
Efek samping yang umum terjadi adalah sedasi, gangguan perilaku, dan efek pada
SSP. Gangguan perilaku seperti agitasi, dan depresi juga dilaporkan akibat
penggunaan levetirasetam.9
23
DAFTAR PUSTAKA
24