Anda di halaman 1dari 16

1

AKUNTANSI PERPAJAKAN
PENGHASILAN KENA PAJAK
(Penghasilan Final & Tidak Final)

MODUL 4
Mutiah

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

PENGHASILAN KENA PAJAK

A. Pasal 4 ayat (1) :


yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan yaitu :
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dengan undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan :
c. Laba Usaha;
d. Keuntungan karena Penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan Badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal ;
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan Badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan Badan Keagamaan atau Badan
Pendidikan atau Badan Sosial atau Pengusaha Kecil termasuk Koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya;
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

3
f.

Bunga

termasuk

premium,

diskonto

dan

imbalan

karena

jaminan

pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
h. Royalty;
i.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j.

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah


tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP);
l.

Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;


n. Premi Asuransi;
o. Iurang yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.

B. Pasal 4 ayat (2) :


Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan
lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta
penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah (PP).

C. Pasal 4 ayat (3) :


Yang tidak termasuk sebagai objek pajak adalah :
a. 1). Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil
Zakat atau atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh Badan Keagamaan atau Badan
Pendidikan atau Badan Sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

4
yang ditetapkan oleh Men. Keu; sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan;
b. Warisan;
c. Harta

termasuk

setoran

tunai

yang

diterima

oleh

Badan

sebagai

penggantisaham atau sebagai pengganti penyertaan modal;


d. Penggantian atai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yangditerima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
WP atau Pemerintah;
e. Pembayaran

dari

perusahaan

asuransi

kepada

orang

pribadi

sehubungandengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,


asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
f.

Dividen

atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatassebagai WP DN, koperasi, BUMN atau BUMD, dari penyertaan


modal; pada Badan Usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat :
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan usaha yang memberikan dividen paling
rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha
aktif diluar kepemilikan saham tersebut;
g. Iurang yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disyahkan oleh Men. Keu. Baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidangbidang tertentu yang ditetapkan dengan Kep. Men. Keu;
i.

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma dan kongsi;

j.

Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5


th pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa


bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

5
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut :
1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sector-sektor usaha yang ditetapkan dengan Kep. Men.
Keu; dan

2. Sahamnya tidak diperdagangkan dibursa efek di Indonesia.


Dasar Hukum dan Biaya - biaya yang dapat dikurangkan
Berdasarkan Pasal 16 ayat ( 1 ) UU No. 17 Tahun 2000, Penghasilan Kena Pajak
( PhKP ) bagi WP Badan Dalam Negeri yang penghasilanya merupakan objek
PPh yang tidak dikenakan PPh Final, adalah Penghasilan Bruto sebagaimana
dimaksud Pasal 4 ayat ( 1 ) dikurangi :
Biaya yang diperkenankan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat ( 1 ),
yaitu :
a. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
( satu ) tahun ( biaya pada tahun yang bersangkutan )
Contoh :
1.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus,gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,
bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah,
premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak
penghasilan.
2. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
3. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
4. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
5. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang

dilakukan

di Indonesia.
6. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

6
7. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi
komersial,
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negri
atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara ( BUPLN ) atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang /
pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan,
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, dan
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.
b. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (
satu ) tahun.
Contoh :
1. Penyusutan atau pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 ( satu )
tahun.
Biaya yang diperkenankan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat 1 ( satu )
huruf c,d dan e, yaitu :
a. Cadangan piutang yang tertagih untuk usaha bank dan sewa guna
usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi , dan
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak bersangkutan.
c. Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam beentuk natura dan kenikmatan
diidaerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

7
Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
biaya yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Obyek
Pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau
selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.
C. Biaya biaya yang tidak boleh dikurangkan
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap terdapat biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto ( Pasal 9 UU No. 17 Tahun 2000 ) yaitu :
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan.
f.

Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang


saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan.


h. Pajak penghasilan.
i.

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib


Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

j.

Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, fima, atau perseroan


komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi


pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

D. Pengurang penghasilan bruto dalam penghitungan PPh pasal 21 orang pribadi


Dalam penghitungan penghasilan kena pajak bagi orang pribadi terdapat biaya
pengurang tambahan selain biaya biaya yang telah disebutkan diatas, yaitu :
a. Biaya jabatan dan Biaya Pensiun
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih , dan
memelihara penghasilan yang besarnya 5 % dari penghasilan bruto,
maksimal Rp 108.000 sebulan atau Rp 1.296.000 setahun.
Biaya pension adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara uang pensiun yang besarnya 5 % dari penghasilan bruto
berupa uang pensiun setinggi tingginya Rp 432.000.000 setahun atau
Rp 36.000 sebulan.
b. Penghasilan tidak kena pajak ( PTKP )
Berdasarkan Peraturan MKRI No. 137 / PMK.03 / 2005 mulai 1 Januari
2006, yaitu :
1. Rp 13.200.000 untuk diri WP
2. Rp 1.200.000 tambahan untuk WP kawin
3. Rp 1.200.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.
4. Rp 13.200.000 tambahan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri yang mengisi SPT Orang Pribadi ( formulir 1770 ) untuk
seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
E. Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak
Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan dihitung sebesar
Penghasilan netto. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung sebesar
penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

9
Secara ringkas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penghasilan Kena Pajak ( WP Badan )

= Penghasilan Netto

Penghitungan besarnya Penghasilan Netto bagi Wajib Pajak dalam Negeri dan
Penghasilan Kena Pajak ( WP orang pribadi )
= Penghasilan Netto - PTKP
Bentuk Usaha Tetap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Menggunakan Pembukuan.
2. Menggunakan Norma Penghitungan.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir. Waib Pajak
Badan dan Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
diwajibkan menyelenggarakan pembukuan.
Dikecualikan dari kewajiban menyelengggarakan pembukuan tetapi waib
melakukan pencatatan adalah Waib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan
perundang undangan perpajakan :

Diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma


Penghitungan Penghasilan Netto, dan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Pencatatan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha
dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan
penerimaan penghasilan lainnya. Sedangkan bagi mereka yang semata
mata menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas
pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan
penghasilan netto yang merupakan objek Pajak Penghasilan . Disamping itu
pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek pajak atau yang
dikenakan pajak yang bersifat final.

Pembukuan dan Pencatatan harus :

Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan


keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka arab,
satuan mata uang Rupiah, dan
Disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan
oleh Menteri Keuangan ( misalnya, bahasa Inggris )

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

10

1. Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan Pembukuan

Penghasilan Kena Pajak ( WP Badan )


= Penghasilan Netto
= Penghasilan Bruto Biaya yang diperkenankan UU PPh

Penghasilan Kena Pajak ( WP Orang Pribadi )


= Penghasilan Netto PTKP
= ( Penghasilan Bruto Biaya yang diperkenankan UU PPh ) PTKP

2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan menggunakan Norma


Penghitungan Penghasilan Netto
Apabila dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak nya Wajb Pajak
mengunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto, besarnya penghasilan
netto adalah sama besarnya dengan besarnya ( persentase ) Norma
Penghitungan Penghasilan Netto dikalikan dengan jumlah peredaran usaha atau
penerimaan bruto pekerjaan bebas setahun.
Pedoman untuk menentukan penghasilan netto, dibuat dan disempurnakan terus
menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan pegangan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Waiib Pajak yang boleh menggunakan Norma Penghitungan adalah Wajib Pajak
Orang Pribadi yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Peredaran Bruto kurang dari Rp 600.000.000 per tahun.
2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 ( tiga ) bulan pertama dari
tahun buku.
3. Menyelenggarakan pencatatan.
F. Contoh Kasus
a. Wajib Pajak Badan
PT. ABC ( dalam Rupiah )
Laba ( Rugi ) Komersial
Koreksi Positif :
Biaya menjamu tamu
Biaya pemeliharaan kendaraan ( sedan )
Biaya Asuransi kendaraan ( sedan )
Biaya Lain lain
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

382.851.400
1.338.450
3.696.095
611.000
25.977.900+
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

11
31.623.445
Koreksi Negatif :
Jasa Giro
Penyusutan

728.071
18.788.345+
(19.516.416)+
394.958.429

Penghasilan Kena Pajak


b. Wajib Pajak Orang Pribadi
( penghasilan pegawai tetap dengan gaji bulanan )
Gaji sebulan

8.500.000

Pengurangan :
1. Biaya jabatan :
5 % x 850.000
2. Iuran Pensiun ( asumsi )

42.500
30.000 +

Penghasilan Netto sebulan


Penghasilan Netto setahun adalah
12 x 8.427.500
PTKP setahun :
WP
Kawin
Anak ( 2 )

( 72.500 )+
8.427.500
101.130.000

= 13.200.000
= 1.200.000
= 2.400.000+

Penghasilan Kena Pajak setahun

( 16.800.000 )+
84.330.000

c. Norma Penghitungan penghasilan Netto


Wajib Pajak Anto kawin ( isteri tidak bekerja ) dan mempunyai 3 orang anak.
Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri
rotan di Cirebon. Misalnya besarnya perentase norma untuk industri rotan di
Cirebon adalah 12,5 % dan dokter di Jakarta 40 %.
Peredaran usaha dari industri rotan di Cirebon setahun
Penerimaan bruto seorang dokter di Jakarta setahun

400.000.000
75.000.000

Penghasilan netto dihitung sebagai berikut :


Industri Rotan : 12,5 % x 400.000.000
Dokter
: 40 % x 75.000.000
Jumlah Penghasilan Netto
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

50.000.000
30.000.000+
80.000.000
( 18.000.000 )+
62.000.000

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

12

PPh PASAL 4 (2)


PPh Pasal 4 ayat (2) : pajak yang diatur khusus dengan Peraturan Pemerintah (PP)
dalam Undang-undang (UU) disebut secara eksplisit adalah bunga deposito
dan tabungan, transaksi pengalihan tanah dan atau bangunan, transaksi
saham dan sekuritas lainnya di bursa efek serta penghasilan tertentu
lainnya. PPh yang diatur secara khusus dengan PP kebanyakan bersifat
final.
Dilihat dari jenis transaksi yang diatur, PPh pasal 4 ayat (2) sifatnya sama
dengan PPh 23, keduanya dikenakan atas passive income dan pembayaran
jasa. Perbedaan yang mendasar adalah :
-

Sifat Final pada PPh pasal 24 (2) dan

Tidak Final pada PPh pasal 23.

A. SEWA TANAH DAN BANGUNAN


Diatur dalam :
-

PP 29 Tahun 1996 jo PP No.5 Tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002

KMK-120/KMK.03/2002 tanggal 1 April 2002. dengan ketentuan sbb :

a. Penghasilan sewa dan / tanah yang diterima oleh WP OP / badan


dikenakan tariff PPh sebesar 10% dari nilai bruto (FINAL)
b. PPh wajib dipotong oleh penyewa.
c. Dalam hal penyewa bukan sebagai pemotong pajak maka PPh terutang
wajib dibayar sendiri oleh OP / badan yang menerima / memperoleh
penghasilan.
d. Nilai bruto penyewaan tanah dan / bangunan termasuk biaya perawatan,
biaya pemeliharaan, biaya keamanan/fasilitas lain dan service charge,
baik perjanjiannya dipisah maupun disatukan dengan perjanjian sewa
menyewa.
e. Dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23 adalah sewa tanah dan atau
bangunan dengan cara sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease).
Contoh :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

13
Notaris ANDI, SH telah mendapat surat penunjukan sebagai pemotong pajak
dalam tahun 2004 menyewa gedung untuk kantor senilai Rp. 75.000.000,berapakah PPh yang harus dipotong?
PPh yang harus dipotong sebesar 10% x Rp.75.000.000 = Rp.7.500.000,B. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
PP. No.48 tahun 1994 jo PP No.27 tahun 1996 jo.PP No.79 tahun 1999.
OP yang menjual tanah dan atau bangunan yang penjualannya diatas
Rp.60.000.000 tidak terpecah-pecah, dikenakan PPHTB sebesar 5% dari nilai
tertinggi antara akta pengalihan dengan NJOP (FINAL).
Jika penjualan tanah dan atau bangunan dibawah Rp.60.000.000 tidak
dikenakan saat transaksi penjualan, namun akan dilihat terlebih dahulu pada
akhir tahun, jika penghasilan neto melebihi PTKP maka dikenakan PPh 5% dari
jumlah bruto nilai pengalihan (FINAL).
Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas
tanah dan / bangunan dikenakan tariff ps-17 UU PPh.
Badan yang usaha pokoknya tidak melakukan transaksi pengalihan hak atas
tanah dan / bangunan dikenakan tariff 5 % (TIDAK FINAL).
Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer) dikenakan pada saat bangunan
diserahkan, untuk WP OP (FINAL). Dan untuk WP badan merupakan angsuran
PPh pasal 25 yang dibayar sendiri. Dikecualikan PPHTB atas transaksi ini
adalah jika pemegang hak atas tanah dan / bangunan adalah badan
pemerintah.
Tukar menukar (Ruislag) merupakan objek pajak, atas penghasilan tersebut
dikenakan PPHTB sebesar 5 %.
Pembebasan dengan SKB (Surat Keterangan Bebas) PPh atas Pengalihan
Hak atas Tanah dan Bangunan diberikan dalam hal :
Warisan, hibah, kepada keluarga sedarah satu derajat sepanjang tidak ada
hubungan usaha.
Hibah kepada badan keagamaan, social, pendidikan, dan pengusaha kecil
yang ditetapkan Men.Keu.
Merger, lekuidasi, dalam rangka go publik.
C. REVALUASI AKTIVA TETAP
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

14
Revaluasi, berdasarkan UU Pasal 19 dan Kep.Men.Keu.No.486/KMK.03/2002,
revaluasi dikenakan PPh 10% dari nilai selisih lebih antara nilai pasar/wajar
dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang dinilai kembali. (FINAL).
D. PENJUALAN SAHAM DIBURSA EFEK
PPh atas hasil penjualan saham di bursa efek dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Saham Pendiri :
0.1% dari nilai saham pada saat transaksi penjualan ditambah 0.5% dari
nilai saham pada saat penawaran umum perdana.
b. Bukan Saham Pendiri :
0.1% dari nilai saham pada saat transaksi penjualan dibursa efek.
E. BUNGA DAN DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI DURSA EFEK
Atas penghasilan yang diterima / diperoleh WP berupa bunga dan atau
diskonto yang berasal dari obligasi yang diperdagangkan di bursa efek
dikenakan PPh 20% bersifat FINAL.
F. PENJUALAN SAHAM MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA
Penghasilan perusahaan modal ventura dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan

penyertaan

modal

pada

perusahaan

pasangan

usahanya

dikenakan PPh bersifat FINAL.

Daftar Penghasilan WP Orang Pribadi Yang Dikenakan PPh Final


N

OBJEK PAJAK

O
1

Penghasilan

TARIF
yang

diterima/

PP No. 41/1994 jo.

diperoleh WP OP dari transaksi

PP No. 14/1997 jo.

penjualan saham di bursa efek :

KMK-

- untuk transaksi semua saham

0,1% x Ph Bruto

- untuk transaksi penjualan

(0,1% x PPh Bruto) SE-06/Pj.04/1997

saham Pendiri

(0,5%

saham
2

DASAR HUKUM

Penghasilan

WPOP

282/KMK.04/1997

nilai

pada

saat

IPO)
berupa 25% x Ph Bruto

PP No. 132/200

hadiah undian

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

15
3

Penghasilan

bunga

deposito 20% x Ph bruto

PP No. 131/2000

yang diterima WPOP, termasuk


simpanan

pada

bank

KMK-51/KMK.04/2000

Dalam

negeri yang memiliki cabang di


Luar Negeri

Penghasilan

jasa, giro dan diskonto SBI


Penhasilan dari sewa tanah 10% x Ph Bruto

dan/atau bangunan
Penghasilan yang diterima oleh 5% x nilai tertinggi KMKWPOP

bunga

dari

tabungan, 20% x Ph Bruto

investor

PP No. 5/2002

atas dari nilai pasar dan 284/KMK.04/1995

penyerahan bangunan dengan NJOP


kontrak
7

BOT

transfer
Penghasilan

(Built,

Operate,

WPOP

yang 5% x Nilai tertinggi PP No. 48/1994 jo.

melakukan transaksi pengalihan dari nilai pasar dan PP No. 27/1996 jo.
hak atas tanah/bangunan

NJOP

PP No. 79/1999 jo.


KMK392/KMK.04/1996
SE-04/PJ.33/1996

Penghasilan

yang

diterima

/diperoleh WP OP atau Badan

PP No. 139/2000

berupa

KMK-558/KMK.04/200

bunga

atau

diskonto

obligasi yang dijual di bursa efek :

PP No. 6/2002

- Diterima WP DN

20% x Ph Bruto

- Diterima WP LN
Penghasilan berupa selisih lebih

20% x Ph Bruto
10% x selisih dari KMK-

karena revaluasi aktiva tetap

nilai appraisal dan 486/KMK.03/2002


NSBF

10

Penghasilan
diterima/diperoleh

yang
WPOP

DN 0% x s.d 25 juta

sehubungan dengan pekerjaan, 5% x (>25 juta s.d

PP No. 149/2000

jasa dan kegiatan tertentu berupa 50 juta)


:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

10% x (>50 juta s.d


Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

16
- uang tebusan pension & THT 100 juta)
yang

15% x (>100 juta s.d

dibayar sekaligus
11

200 juta)

- Uang pesangon
25% x (>200 juta)
Penghasilan yang diterima oleh 20% x Ph Bruto

Pasal 26 UU PPh jo.

WP dengan status WPLN berupa

KEP-545/Pj./2000

imbalan atas pekerjaan, jasa atau


12

kegiatan
Penghasilan yang diterima oleh 15% x Ph bruto

PP No. 45/1994jo.

pejabat Negara, PNS, TNI/Polri

KMK-

dan

berupa

636/KMK.04/1994

honorarium dan imbalan lainnya

KEP-545/PJ./2000

yang

pensiunan
dibebankan

kepada

keuangan Negara atau keuangan


daerah,
13

14

kecuali

pegawai

golongan II/d Kebawah


Penghasilan WP Orang Pribadi 15% x Ph Bruto

Pasal 23 ayat (1) UU

berupa bunga simpanan anggota

PPh

koperasi

KMK-

kecuali

s/d

Rp.

240.000.000,00
Penghasilan dari penjualan harta 20%

522/KMK.04/1998
perkiraan PPh Pasal 26

di Indonesia yang diterima WP penghasilan bruto

KMK-

Luar Negeri selain BUT (Bentuk

624/KMK.04/1994

Usaha Tetap) di Indonesia dan

SE-23/PJ./1995

premi asuransi yang dibayarkan


kepada perusahaan asuransi di
LN

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai