Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil melihat, mendengar, merasa dan
berfikir yang menjadi dasar untuk bersikap dan bertindak (Sibagariang
E, dkk., 2010).
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa
alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman dan
pengetahuan sejumlah orang yang kemudian dipadukan secara
harmonis dalam suatu bangunan yang teratur (Sutrisno Hadi, 2004).
2.1.2

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua yaitu
faktor internal dan eksternal menurut (Wawan dan Dewi, 2010) antara
lain :

a.

Faktor Internal
1) Pendidikan
Pengetahuan

berarti

bimbingan

yang

diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lainmenuju kearah


cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.

Pendidikan

diperlukan

untuk

mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan


sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup menurut
menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup dalam memotivasi untuk
sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

10

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibuibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya

Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang


mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum, adat

11

istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi


dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan
masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang
mengetahui

beberapa

tradisi

dan

sosial

budaya

yang

bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya


berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.

2.1.3

Proses Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa cara
memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
cara tradisional dan cara modern (ilmiah).
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi cara coba salah, cara kekuasaan,
berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan fikir.
1) Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut ridak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan
apabila tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain
pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah
sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).

12

2) Cara kekuasaan (otoriter)


Sumber

pengetahuan

ini

dapat

berupa

pemimpin

masyarakat baik formal maupun nonformal, ahli agama,


pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan
sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
diperoleh pada otoritas atau kekuasaan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi,
maka untuk memecahkan masalah yang sama, orang dapat
pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia
tidak dapat mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari
jawaban

yang

lain,

sehingga

dapat

berhasil

memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan
jalan pikiran ada dua yaitu dengan cara induksi dan deduksi.
Penalaran induktif, yaitu penalaran yang berdasarkan atas
cara berfikir untuk menarik kesimpulan khusus dari sesuatu
yang bersifat umum. Penalaran deduktif, yaitu penalaran

13

yang

bedasarkan

atas

cara

berfikir

yang

menarik

kesimpulan yang umum dari sesuatu yang bersifat khusus.


b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
populer disebut dengan metodologi penelitian (research
methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van
Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian
yang dewasa ini kita kenal dengan nama penelitian ilmiah.
2.1.4

Proses Pengetahuan
Menurut Rogers (1974), didalam buku (Wawan dan Dewi,
2010), prilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik
yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi prilaku baru di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a.

Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari


dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).

b.

Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh


perhatian dan tertarik pada stimulus.

c.

Evaluation (menimbang nimbang ) individu akan


mempertimbangkan

baik

buruknya

tindakan

terhadap

14

stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden


sudah lebih baik lagi.
d.

Trial, dimana individu mulai mencoba prilaku baru.

e.

Adaption, (penerimaan) dimana subyek telah berprilku baru


sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
Pada

penelitian

selanjutnya,

Rogers

(1974),

menyimpulkan bahwa pengadopsian prilaku yang melalui


proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran yang positif, maka prilaku tersebut akan bersifat
langgeng.
2.1.5

Tingkat Pengetahuan Didalam Kognitif


Menurut notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan yang
tercakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a.

Know (Tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima.

15

b. Comprehensif (Memahami)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplication (Aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya (real).
d. Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Syntesis (Sintesis)
Sintesis

menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam


suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluation (evaluasi)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

16

2.1.6

Kriteria Tingkat Pengetahuan


Menurut Arikunto (2006) didalam buku (Wawan dan Dewi,
2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

2.2

a.

Baik : hasil persentase 76% - 100%

b.

Cukup : hasil persentase 56% - 75%

c.

Kurang : hasil persentase >0 56%

Konsep Penyakit Urolithiasis


2.2.1

Pengertian
Urolithiasis

adalah

suatu

keadaan

terbentuknya

batu

(calculus) pada ginjal dan saluran kemih. Batu terbentuk di traktus


urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu dapat
ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir
atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna
oranye (Toto Suharyanto dan Abdul Madjid, 2009).
Batu ginjal atau urolithiasis, merupakan massa kristal yang
menyerupai batu yang bersama dengan protein, dapat terbentuk pada
setiap tingkat dalam saluran kemih. Jika terbentuk di dalam ginjal,
batu ini disebut nefrolitiasis dan dapat tetap berada dalam ginjal atau

17

bergerak turun sepanjang saluran kemih, dalam saluran ini, batu


tersebut dapat menyebabkan obstruksi (Ester Chang, dkk 2010).
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih),
(Syaifuddin, 2006).
Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi
urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam kandung kemih
untuk menampung sementara dan uretra yang mengalirkan urine
keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal (Toto Suharyanto dan
Abdul Madjid, 2009).

18

Gambar : 2.1 Anatomi saluran Gambar : 2.2 Anatomi saluran


kemih pada pria
kemih pada wanita
Sumber :http://www.ahliwasir.com/image-pload/urinary_structures.jpg
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang,
berwarna merah tua,

terletak dikedua sisi kolumna

vertebralis.

Ginjal terlindungi dengan baik dari trauma langsung karena


disebelah posterior dilindungi oleh tulang kosta dan otot-otot yang
meliputi kosta, sedangkan di bagian anterior dilindungi oleh bantalan
usus yang tebal. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Pada orang
dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya
120-150 gram ( Toto Suharyanto dan Abdul Madjid ).

19

Gambar : 2.3 Anatomi Ginjal (Syaifuddin, 2006)


1) Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua.
Lapisan luar terdapat lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan
lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis)
berbentuk kerucut yang disebut renal pyramid. Puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Masing-masing pyramid saling dilapisi oleh kolumna
renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat pada pyramid disebut tubulus nefron
yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari
glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa Henle,

20

tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla


vateri), (Syaifuddin, 2006).
2) Fungsi ginjal :
a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik
atau racun
b) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
d) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh
e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein
umum, kreatinin dan amoniak
3) Proses Pembentukan Urine
Menurut Syaifuddin (2006) Ada tiga tahap pembentukan urine
adalah:
a) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena penumpukan
aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi
penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air,
natrium, klorida, sulfat dll yang diteruskan ke tubulus ginjal.

21

b) Proses reabsorbsi
Penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida,
fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Penyerapannya terjadi
secara aktif dikenal dengan reabsorbsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
c) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk
ke vesika urinaria.
b. Ureter
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung
dari ginjal ke kandung kemih,panjangnya 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) Lapisan luar adalah jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah adalah lapisan otot polos
3) Lapisan dalam adalah lapisan mukosa

22

Lapisan

dinding

ureter

menimbulkan

gerakan-gerakan

peristaltik yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung


kemih (Syaifuddin, 2006).

Gambar : 2.4 Anatomi Ureter


Sumber : http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikelkedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/
c.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh
otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis
medius.

Dinding kandung kemih terdiri

dari lapisan luar

(peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa dan


lapisan mukosa (lapisan bagian dalam), (Syaifuddin, 2006).

23

Gambar : 2.5 Anatomi Kandung Kemih


Sumber : http://comfora.in/images/Cross%20section
%20of%20the%20bladder%20.jpg

d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada
laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis, panjangnya 20 cm. Sedangkan uretra pada wanita,
terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kea rah atas,
panjangnya 3-4 cm (Syaifuddin, 2006).

24

Gambar : 2.6 Anatomi Uretra


Sumber : https://www.centerforreconstructiveurology.
org/prostate-cancer/images/male-urethra-anatomy.jpg
2.2.3 Proses Miksi ( Berkemih )
Distensi kandung kemih oleh air akan merangsang stress
reseptor yang terdapat pada kandung kemih dengan jumlah 250
cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi refleks kontraksi dinding kandung kemih,
dan pada saat sama terjadi relaksasi sfingter internal, segera diikuti
oleh relaksasi sfingter eksternal, akhirnya terjadi pengosongan
kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung
kemih dan relaksasi sfingter internal dihantarkan melalui serabutserabut saraf parasimpatis. Kontraksi sfingter eksternal secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi.
kontrol volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang

25

menangani kandung kemih,uretra, medula spinalis dan otak masih


utuh. Bila tidak ada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urine (kencing keluar terus-menerus tanpa disadari)
dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan vesika urinaria
diatur oleh torakolumbar dan kranial dari sistem persarafan
otonom. Torakolumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan
kontraksi sfingter internal (Syaifuddin, 2006)
2.2.4 Patofisiologi
Bagaimana batu ginjal terbentuk masih belum dipahami
jelas kendati tugas utama ginjal adalah mengeluarkan produksamping metabolisme yang meliputi : kalsium, oksalat, dan asam
urat. Mineral tersebut dan bahan organik urine lainnya umumnya
dieliminasi dari saluran kemih, akan tetapi jika volume urine
sedikit,bahan tersebut membuat urine sangat jenuh hingga
terbentuk kristal. Garam pembentuk kristal timbul disekitar
sebuah nucleus yang terus membesar hingga membentuk batu.
Ada tidaknya zat inhibitor dalam urine, seperti magnesium,
pirofosfat, sitrat dan substansi lain juga menjadi faktor yang
menentukan dalam pembentukan batu.
Meskipun berbagai substansi dapat membentuk batu, jenis
batu yang sering ditemukan adalah kalsium oksalat (60%) atau
fosfat (10%) atau campuran keduanya (10%). Batu tersebut terkait

26

dengan kalsium yang tinggi didalam urine atau darah atau akibat
dehidrasi. Batu kalsium fosfat cenderung terbentuk didalam urine
yang terinfeksi. Batu struvit (15-20%) terbentuk dari magnesium,
kalsium, dan ammonium fosfat kendati dapat pula terbentuk dari
infeksi

bakteri

(biasanya

Proteus

Mirabilis), penggunaan

antibiotik jangka panjang, urine yang bersifat basa, obstruksi atau


pasca prosedur invasif. Batu asam urat (10%) ditemukan ketika
terjadi peningkatan ekskresi urine, urine yang asam (pH<5,5) atau
kekurangan cairan. Batu yang paling jarang dijumpai adalah batu
sistin (1-5%) yang dapat terbentuk karena kelainan genetic dan
urine yang asam. Selain karena urine sangat jenuh, pembentukan
batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu
sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilisasi
(Ester Chang, dkk, 2010).

Gambar : 2.7 Batu ginjal yang terdapat dalam organ ginjal


dan menutup jalannya saluran kemih. (http://
dokter82.files.wordpress.com/2011/08/batu-ginjal.png

27

2.2.5 Penyebab
Penyebab

terbentuknya

batu

saluran

kemih

diduga

berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,


infeksi saluran kemih, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu :
a.

Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih.
Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dam membentuk
ammonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan
mengendapkan garam-garam fosfat.

b. Obstruksi dan statis urin


Adanya obstruksi dan statis urine akan mempermudah
terjadinya infeksi.
c. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih banyak
ditemukan pada pria. Ratio pria dan wanita yang mengalami
urolitiasis adalah 4:1

28

d. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika, dan
Asia. Di Amerika Serikat, anak-anak berkulit putih sering
terkena urolitiasis dibandingkan dengan anak-anak kulit hitam.
e. Keturunan
Anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih lebih
banyak mempunyai kesempatan untuk menderita batu saluran
kemih daripada yang lain.
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan
mengurangi kemungkinan terjadinya batu, sedangkan bila
kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam
urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan
batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar
mineralnya terutama kalsium diperkiraan mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kemih.
g. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh
dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu
saluran kemih bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang
banyak duduk.

29

h. Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi banyak protein
hewani angka morbiditas batu saluran kemih berkurang.
Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih
sering menderita batu saluran kemih.
i. Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis,
menyebabkan

banyak

mengeluarkan

keringat,

akan

mengurangi produksi urine dan mempermudah pembentukan


saluran kemih.
(Toto Suharyanto dan Abdul Madjid, 2009).
2.2.6

Klasifikasi Urolitiasis
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat)
paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluruh
batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah :
1) Hiperkasiura
Kadar kalsium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus
(hiperkalsiura

absorbtif

),

gangguan

kemampuan

reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria


renal)

dan

adanya

peningkatan

resorpsi

tulang

30

(hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme


primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria
Ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar
konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi, soft
drink, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria
Kadar asam urat urine melebihi 850 gram/24 jam. Asam
urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang
mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam
urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan
kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4) Hipositraturia
Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium
dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat
terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretic golongan thiazide
dalam jangka waktu lama.
5) Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine

31

magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi


magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium dengan oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena
terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih.
Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (urea
spliter seperti: Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Stapikokus) yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
Magnesium Amonium Fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat menjadi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih,
banyak dialami oleh penderita gout. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah urine terlalu asam (pH <6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
( Reny, 2008)
2.2.7

Tanda dan Gejala


Gejala utama batu ginjal adalah awitan nyeri hebat yang
akut dan berubah sesuai dengan ukuran dan lokasi batu di dalam
saluran kemih. Sebagian batu, jika berukuran cukup kecil, dapat

32

keluar tanpa gejala apa pun, namun jika ukurannya besar, dapat
menimbulkan obstruksi dan trauma. Apabila batu menyumbat
aliran urin, tekanan akan meningkat hidrostatik dan menimbulkan
distensi pada pelvis ginjal (hidronefrosis) dan ureter proksimal
(hidroureter). Nyeri yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau
total urine di dalam pelvis ginjal di sebut kolik renal. Jenis nyeri
ini akan disertai dengan rasa sakit yang menetap di daerah
kostovetebra (titik di bagian punggung yang berhubungan dengan
iga ke-12 dan tepi lateral muskulus sakrospinalis). Batu dalam
ureter proksimal dapat menyebabkan nyeri yang menyebar ke
anterior bawah hingga daerah testis pada pria dan kandung kemih
pada wanita. Gejala kolik ginjal dapat sangat hebat hingga timbul
respons saraf simpatik berupa mual, muntah, kulit pucat, dingin
dan lembab (Ester Chang, dkk, 2010).
Secara khas, nyeri yang terjadi karena batu di dalam ureter
disebut kolik ureter dan nyeri ini dapat menyebar ke bagian
bawah abdomen hingga daerah genetalia dan paha sebelah atas.
Rasa nyeri sangat hebat dan bersifat hilang timbul karena spasme
yang terjadi pada ureter ketika berupaya untuk mendorong batu
turun. Inflamasi kontinu akibat permukaan batu yang kasar dapat
mengakibatkan infeksi ginjal (pielonefritis) atau kandung kemih
(sistitis) sehingga timbul demam, menggigil, sering berkemih,

33

hematuria, rasa sakit dan terbakar ketika berkemih (Ester Chang,


dkk, 2010).
2.2.8

Pencegahan

Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah


pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan.
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun
atau kambuh >50% dalam 10 tahun.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur


penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

a. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per


hari dapat di capai diuresis 1,5 liter/hari.
b. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu. Pelaksanaan
diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium
tinggi sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah
purin).
c. Aktivitas harian yang cukup.
d. Medikamentosa

34

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi


kekambuhan adalah :

a.

Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi


kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi
lebih asam

b. Rendah oksalat
c. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuria
d. Rendah purin
e. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada
hiperkalsiuria absorbtif type II
( Reny, 2008 )
2.2.9 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
a.

Penatalaksanaan Medis
1) Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretral
adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan

35

a) Pemberian morfin atau meperidin untuk mencegah syok


dan sinkop akibat nyeri.
b) Mandi air hangat di area panggul.
c) Pemberian cairan, kecuali pada pasien dengan gagal
jantung kongestif

yang memerlukan pembatasan

cairan. Pemberian cairan dapat meningkatkan tekanan


hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga
mendorong pasase batu ke bawah. Masukkan cairan
sepanjang hari mengurangi konsentrasi kritaloid urine,
mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine yang
besar.
2) Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopi dan pasase kateter uretral untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi. Ketika
batu ditemukan, dilakukan analisis kimiawi untuk
menentukan komposisinya dan membuktikan indikasi
mengenai penyakit yang mendasari.
3) Terapi nutrisi
Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor,
dan/atau oksalat. Makanan yang harus dihindari atau
dibatasi adalah :

36

a) Makanan

kaya

vitamin

D,

karena

vitamin

meningkatkan reabsorbsi kalsium.


b) Garam meja dan makanan tinggi natrium, karena Na
bersaing dengan Ca dalam reabsorbsinya di ginjal.
4) Lithotripsi

Gelombang

Kejut

Ekstrakorporeal

(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi = ESWL)


ESWL adalah prosedur noninvasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu pecah
menjadi bagian yang keci-kecil seperti pasir, maka sisa
batu-batu tersebut dikeluarkan secra spontan. Kebutuhan
anestesia pada prosedur ini bergantung pada tipe
lithotripsy yang digunakan, ditentukan oleh jumlah dan
intensitas gelombang kejut yang disalurkan. Rata-rata
penanganan adalah 1000-3000 gelombang kejut.
5) Metode endourologi pengangkatan batu
Metode endourologi pengangkatan batu yaitu metode
untuk mengangkat batu ginjal tanpa pembedahan mayor.
Nefrostomi perkutan dan nefroskop dimasukkan ke dalam
traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam
parenkim ginjal. Batu dapat diangkat dengan forcep atau
jarring tergantung ukurannya. Selain itu alat ultrasound
dapat dimasukkan melalui selang nefrostomi disertai
pemakaian gelombang ultrasonic untuk menghancurkan

37

batu serpihan batu diirigasi dan diisap keluar dari duktus


kolektivus. Batu yang besar selanjutnya dapat dikurangi
dengan disintegrasi dan diangkat dengan forcep atau
jaring.
Setelah batu diambil, selang nefrostomi perkutan
dibiarkan di tempatnya untuk beberapa waktu untuk
menjamin bahwa ureter tidak mengalami obstruksi oleh
edema atau bekuan darah. Komplikasi yang terjadi adalah
perdarahan, infeksi dan ekstravasasi urine.
6) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter
dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan
laser, lithotripsy hidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat. Suatu stent dapat dimasukkan dan dibiarkan
selama 48 jam atau lebih setelah prosedur untuk menjaga
kepatenan ureter.
7) Pelarutan batu
infus cairan kemolitik, misalnya agen pembuat basa
(ankylating) dan pembuat asam (acidifying) untuk
melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative
penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi
laindan menolak metode lain, atau mereka memilik batu

38

yang mudah larut

(struvit). Nefrostomi perkutan

dilakukan, dan cairan irigasi dimasukkan ke duktus


kolektivus melalui ureter atau selang nefrostomi.
8) Pembedahan
Sebelum adanya lithotripsi, pengangkatan batu ginjal
dengan pembedahan merupakan terapi utama. Namun saat
ini pembedahan dilakukan hanya pada 1% sampai 2%
pasien. Pembedahan diindikasikan jika batu tersebut tidak
berespon terhadap penanganan lain.
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan
dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak
berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di dalam
piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu
pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi, dan batu
pada

kandung

kemih

diangkat

dengan

sistostomi.

(Toto Suharyanto dan Abdul Madjid, 2009).


b. Implikasi Keperawatan
Agar batu dapat keluar sendiri, pasien harus dianjurkan
untuk meningkatkan asupan cairan hingga 3L per hari.
Peningkatan volume urine merupakan salah satu cara
terpenting untuk menghambat pembentukan batu. Selama

39

proses ini, sangat penting untuk menyaring seluruh urine guna


mengobservasi apakah batu telah dieksresikan. Pasien harus
ambulasi atau jika dalam keadaan imobilisasi, posisi tubuhnya
harus diubah setiap 2 jam untuk menghindari statis urine.
Sesudah intervensi medis, observasi urine harus dilakukan
untuk mendeteksi hematuria dan materi yang membentuk
kristal. Informasi tentang modifikasi diet dapat diberikan
setelah komposisi batu dianalisis, sebagai contoh makanan
yang mengandung produk susu, oksalat ( sayuran berwarna
hijau gelap ), dan natrium yang dapat mempengaruhi kadar
kalsium harus dihindari (Ester Chang, dkk, 2010).

40

2.3 Kerangka Konseptual


Pengetahuan pasien tentang penyakit Urolithiasis
Faktor faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan :
Faktor Internal:
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
Faktor Eksternal :
4. Lingkungan
5. Sosial budaya
(Wawan dan Dewi, 2010)

Pengetahuan pasien
tentang penyakit
Urolithiasis :
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Klasifikasi
4. Tanda dan gejala
5. Pencegahan
6. Penatalaksanaan
Kriteria Pengetahuan :
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : >0-55%
(Arikunto,2006 didalam
buku Wawan dan Dewi,
2010)

Keterangan:
: yang diteliti

: yang tidak diteliti

Gambar 2.8 Kerangka konseptual pengetahuan pasien tentang Urolithiasis

Anda mungkin juga menyukai

  • Anfis Prin
    Anfis Prin
    Dokumen5 halaman
    Anfis Prin
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen26 halaman
    Agama
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen7 halaman
    Bab V
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen12 halaman
    Bab Iv
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Makalah Anfis
    Makalah Anfis
    Dokumen18 halaman
    Makalah Anfis
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Anfis Finish
    Anfis Finish
    Dokumen8 halaman
    Anfis Finish
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Makalah Anfis
    Makalah Anfis
    Dokumen18 halaman
    Makalah Anfis
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Biokim Asam Basa
    Biokim Asam Basa
    Dokumen27 halaman
    Biokim Asam Basa
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok II, Ilmu Gizi
    Makalah Kelompok II, Ilmu Gizi
    Dokumen14 halaman
    Makalah Kelompok II, Ilmu Gizi
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Biokim Asam Basa
    Biokim Asam Basa
    Dokumen27 halaman
    Biokim Asam Basa
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Medikal Bedah 1
    Keperawatan Medikal Bedah 1
    Dokumen15 halaman
    Keperawatan Medikal Bedah 1
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Proposal Karya Tulis Ilmiah
    Proposal Karya Tulis Ilmiah
    Dokumen16 halaman
    Proposal Karya Tulis Ilmiah
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Polip Hidung Bu Ayu
    Polip Hidung Bu Ayu
    Dokumen14 halaman
    Polip Hidung Bu Ayu
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Dan Perkembangan Keperawatan Di Dunia
    Sejarah Dan Perkembangan Keperawatan Di Dunia
    Dokumen9 halaman
    Sejarah Dan Perkembangan Keperawatan Di Dunia
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Polip Hidung Bu Ayu
    Polip Hidung Bu Ayu
    Dokumen14 halaman
    Polip Hidung Bu Ayu
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 7
    Lampiran 7
    Dokumen4 halaman
    Lampiran 7
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen5 halaman
    Bab 5
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen12 halaman
    SAMPUL
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 1
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen8 halaman
    Bab 3
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Dokumen4 halaman
    Lembar Konsultasi
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN 3 Dan 4
    LAMPIRAN 3 Dan 4
    Dokumen2 halaman
    LAMPIRAN 3 Dan 4
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • ANGKET
    ANGKET
    Dokumen3 halaman
    ANGKET
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 2
    Lampiran 2
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 2
    Jey Oneheart
    Belum ada peringkat