DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
AHMAD JAYADI
SURIADI
SOFA MARWA HATI
DIDIK YUDA PARAWIRA
LEGA SUKMA FIRDAUS
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT Azza
Wjalla, sang Khaliq yang maha perkasa, yang telah melimpahkan segala rahmatnya
kepada kita sehingga kita tetap exis dalam menjalankan seluruh tugas kita sebagai
seorang hamba-Nya dan sebagai seorang Khalifah-Nya dimuka bumi ini. Shalawat
dan salam selalu terucapkan kepada Baginda Rasul SAW, yang revolusioner pertama
yang telah membebaskan umat dari tirani kebodohan menuju singgasana kebebasana
dan kemerdekaan.
Terima kasih kami sampaikan kepada,bapak Maksum Skm,S.Kep,Ns telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami sehingga makalah ini mampu kami
selesaikan tepat pada waktunya..
Sebagai seorang manusia yang selalu identik dengan sifat khilaf dan nisyan, kami
sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna kepada kami khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ....
BAB I PENDAHULUAN .
A.
B.
Rumusan Masalah
C. Tujuan ....
BAB II PEMBAHASAN ....
A. Pengertian ...
B. Keseimbangan Asam Basa ..
C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa .
D. Gangguan keseimbangan asam basa......
Asidosis Metabolik .
Asidosis Respiratorik .
Alkaosis Metabolik .......................
Alkalosis Respiratorik .................................................................................
.
BAB III PENUTUP
A.
Penutup
B.
Saran ..
C.
Kesimpulan .....
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan
Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat
suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa
cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat
suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna
merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang
bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur
pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH
lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat
ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter.
Dengan penjelasan tersebut di atas
keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan
dengan keseimbangan asam basa. Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan
yang di berika pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan.
B.
C.
Rumusam Masalah
1.
2.
3.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang keseimbangan asam basa yang ada dalam tubuh
manusia.
Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan
asam basa, mahasiswa mampu mengetahui apa saja gangguan yang ada pada
keseimbangan asam basa, mahasiswa mampu mengetahui bagaimana
pengaturan
yang ada pada keseimbangan asam basa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen.
Molekul yang mengandung atom atom hidrogen yang dapat melepaskan ion
hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam
hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen ( H + )
dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat ( H 2CO3) berionisasi dalam air
membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat ( HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion
hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H 2CO3). Demikian juga ( HPO4 ) adalah
suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk ( H 2PO4 ).
Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam
amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion
hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-se tubuh
yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah basa sering digunakan secara sinonim dengan alkali. Alkali adalah suatu
molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali natrium, kalium,
litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion Hidroksil ( OH - ).
Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat dengan ion-ion hidrogen
untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu, merupakan basa-basa yang
khas untuk alasan yang serupa, istilah alkolis merujuk pada kelebihan
pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya penambahan ion-ion
hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai asidosis
Asam dan basa yang kuat dan lemah
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam lemah
mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh
karena itu kurang kuat melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H +. Oleh karena itu
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH -, yang
bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah
HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.
Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan
pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
B. KESEIMBANGAN ASAM BASA
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan
dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH >
7.45
2 CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4.Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5.Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.
C.PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion
hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci
dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada
eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme
penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan
intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan
reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu
komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang
terjadi pada asidosis dan alkalalosis.
Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu
nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3
sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang
bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tampa
menyebabkan kematian.
1 Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala
logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO2 ) yang dibebaskan dari
jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang
diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami
alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat
hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan
intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCL
yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa
lambung.
Pengaturan
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam cairan tubuh untuk
mencegah asidosis atau alkalosis adalah:
1.Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstraseluler.
3.Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alakalin, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal
selama asidosis dan alkalisis.
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan
tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini.
Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau
menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetep terikat sampai
keseimbangan tercapai kembali. Kemudian sistem pernafasan juga bekerja dalam
beberapa menit untuk mengeliminasi CO2 dan oleh karena itu H2CO3 dari tubuh.
Kedua pengaturan ini menjaga konsentrasi ion hidrogen dai perubahan yang terlalu
banyak sampai pengaturan yang ketiga bereaksi lebih lambat,Ginjal dapat
mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari tubuh.
Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem penyangga dan
pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat selama
beberapa jam sampai beberapa hari.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah:
1.Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2.Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer).
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH
yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu
2.
H+ + HCO3-
Komponen dari kedua sistem, yaitu garam bikarbonat, terbentuk secara dominan
sebagai natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) dalam cairan ekstraseluler.Oleh karena itu
hasil akhinya adalah kecenderungan penurunan kadar CO2 dalam darah,tetapi
penurunan CO2 dalam darah menghambat pernapasan dan penurunan laju ekspirasi
CO2 . Peningkatan HCO3- yang terjadi didala darah dikompensasi oleh peningkatan
ekskresi
ekstraselular yang paling penting. Sistem alasan bikarbonat kuat karena dua alasan
berikut :
1.pH cairan ekstraseluler sekitar 7,4 , sedangkan pK sistem penyangga bikarbonat
adalah 6,1 . Hal ini berarti bahwa terdapat sistem penyangga bikarbonat dalam bentuk
HCO3- sebanyak 20 kali lebih besar daripada bentuk CO 2 yang terlarut. Karena alasan
inilah sistem tersebut bekerja pada bagian kurva penyangganya buruk.
2. Konsentrasi kedua elemen bikkarbonat, yaitu CO2 dan HCO3- tidak besar ( kecil ).
Selain ciri-ciri ini, sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga ekstraseluler
yang paling kuat dalam tubuh. Sifat berlawanan yang jelas ini terutama akibat
kenyataan bahwa kedua elemen sistem penyangga. HCO3- dan CO2 diatur oleh ginjal
dan paru-paru. pH cairan ekstraseluler dapat diatur dengan tepat oleh kecepatan relatif
dan penambahan HCO3- oleh ginjal dan kecepatan pemindahan CO2 oleh paru-paru.
2. Sistem penyangga fosfat
Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam kuat
menjadi asam lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Natrium hidrogen fosfat
( Na2HPO4) adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat ( Na H2PO4) adalah
asam lemah
HCl + Na2HPO4 NaH2PO4 + NaCl
NaOH + NaH2PO4 Na2HPO4 + H2O
Walaupun sistem penyangga fosfat tidak mempunyai manfaat yang besar sebagai
penyangga cairan ekstraseluler, sistem penyangga ini memainkan peranan penting
dalam penyangga cairan tubulus ginjal dan cairan intraseluler.
Elemen utama dalam sistem penyangga fosfat adalah H 2PO4- dan HPO4- , bila suatu
asam kuat seperti HCL ditambah kedalam campuran kedua zat ini, hidrogen diterima
oleh basa HPO4- dan dikonversikan menjadi H2PO4- :
HCL+Na2HPO4
Na2HPO4 + NaCL
Hasil dari reaksi ini adalah asam kuat, yaitu HCL, digantikan oleh sejumlah asam
lemah tambahan Na2HPO4 dan penurunan pH menjadi minimal.
Penyangga fosfat menpunyai peran yang sangat penting dalam cairan tubulus ginjal
Alasannya :
1.Fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam bentuk tubulus, sehingga meningkatkan
tenaga penyangga sistem fosfat.
2.Cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada airan
ekstraseluler, menyebabkan jangkauan kerja penyangga lebih mendekati pK sistem.
Sistem penyangga fosfat juga penting dalam
konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali lebih besar daripada dalam cairan
ekstraseluler. Juga pH cairan intraseluler lebih rendah daripada pH cairan
ekstraseluler dan oleh karena itu biasanya lebih mendekati pK sistem penyangga
fosfat, dibandingkan dengan pK cairan ekstraseluler.
3. Sistem protein
Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung gugus
karboksil yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai basa.
Protein banyak diantara para penyangga yang paling kuat dalam tubuh karena
konsentrasinya yang tinggi, terutama didalam sel.
pH sel, walaupun sedikit lebih rendah daripada ph dalam cairan ekstraseluler,
perubahannya kira-kira sesuai dengan perubahan pH cairan ekstraseluler. Ada sedikit
ion hidrogen dan ion bikarbonat yang berdifusi melalui membran sel, walaupun ionion ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi seimbang dengan cairan
ekstraseluler, kecuali keseimbangan cepat yang terjadi didalam sel-sel darah merah.
Akan tetapi CO2 dapat dengan cepat berdifusi melalui semua membran sel. Difusi
elemen sistem penyangga bikarbonat ini mrnyebabkan pH cairan intraseluler berubah
ketika terjadi perubahan pH cairan ekstraseluler. Karena alasan ini, sistem penyangga
didalam sel membantu mencegah perubahan pH cairan ekstraseluler tetapi mungkin
membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.
Dalam sel darah merah, hemoglobin adalah penyangga penting sebagai berikut :
H+ + Hb
HHb
Pco2
Yaitu kapanpun konsentrasi ion hidrogen meningkat di atas normal, sistem pernapasan
dirangsang dan diventilasi alveolus meningkat. Keadaan ini menurunkan Pco 2 cairan
ekstraseluler dan mengurangi konsentrasi ion hidrogen kembali menuju normal.
Sebaliknya bila konsentrasi ion turun dibawah normal, pusat pernapasan menjadi
tertekan, ventilasi alveolus menurun dan konsentrasi ion hidrogen meningkat kembali
menuju normal.
5.Efisiensi kontrol pernapasan terhadap konsentrasi ion hidrogen
Kontrol pernapasan tidak mengembalikan konsentrasi ion hidrogen kembali normal
bila beberapa gangguan diluar sistem pernapasan telah menghambat pH, biasanya
mekanisme pernapasan untuk mengontrol konsentrasi ion hidrogen mempunyai
efektifitas antara 50 dan 75 persen. Bila konsentrasi ion hidrogen tiba-tiba meningkat
melalui penambahan asam kedalam cairan ekstraseluler dan pH turun dari 7,4 menjadi
7,0 , sistem pernapasan dapat mengembalikan pH ke nilai sekitar 7,2 sampai 7,3.
Respon ini terjadi dalam waktu 3 sampai 12 menit.
6.Kekuatan pernapasan sistem pernapasan
Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistem
penyangga fisiologis karena pengaturan ini bekerja dengan cepat dan menjaga
konsentrasi ion hidrogen dari perubahan yang terlalu besar sampai respon ginjal yang
kebih lambat dapat menghilangkan ketidak seimbangan. Pada umumnya seluruh
tenaga penyangga sistem pernapasan adalah satu sampai dua kali lebih besar daripada
tenaga penyangga seluruh penyangga kimia lainnya dalam gabungan cairan
ekstrasel.uler. artinya satu sampai dua kali lebih banyak asam atau basa yang secara
normal dapat disangga oleh mekanisme ini daripada oleh penyangga kimia.
Akan tetapi gangguan pernapasan dapat juga menyebabkan perubahan konsentrasi ion
hidrogen. Sebagai contoh, gangguan fungsi paru untuk menghilangkan CO2 keadaan
ini kemudian menyebabkan pembentukan CO2 dalam cairan ekstraseluler dan
kecenderungan ke arah asisdosis respirotarik. Juga kemampuan untuk memberi respon
terhadap oksidasi metabolik menjadi terganggu karena pengurangan kompensasi Pco 2
yang secara normal akan menjadi tumpul. Pada keadaan ini ginjal menjadi
mekanisme fisiologis tunggal yang masih ada untuk mngembalikan pH ke arah
normal setelah terjadi penyanggaan kimia awal dalam cairan ekstraseluler.
Kontrol Keseimbangan Asam-Basa Oleh Ginjal
Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin yang asam
atau yang basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan
ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari
cairan ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme urin asam basa oleh ginjal adalah sebagai berikut : sejumlah
besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus kedalam tubulus, dan bila ion
bikarbonat diekskresikan kedalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah.
Sebaliknya sejumlah besar ion hidrogen juga dieksresikan ke dalam lumen tubulus
oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion
hidrogen yang diekskresikan daripada ion karbonat yang disaring, akan terdapat
kehilangan asam dari ciran ekstraseluler. Sebaliknya bila lebih banyak bikarbonat
yang disaring daripada hidrogen yang dieksresikan, akan terdapat kehilangan
basa.Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 miliekuivalen asam yang tidak
menguap, terutama dari metabolisme protein. Asam-asam ini disebut tidak menguap
karena mereka bukan H2CO3 oleh karena itu tidak dapat diekskresikan oleh paruparu. Mekanisme primer untuk menghilangkan asam-asam ini dari tubuh adalah
melalui ekskresi ginjal. Ginjal juga mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin,
suatu tugas yang seara kuantitatif lebih penting daripada ekskresi asam yang tiak
menguap. Setiap hri ginjal menyaring sekitar 4320 miliekuivalen bikarbonat ( 180
liter/hari x 24 mEg/liter ) dan dalm kondisi normal, hampir semuanya direabsorbsi
dari tubulus, sehingga mempertahankan sistem penyangga utama airan ekstraseluler.
Reabsorbsi bikarboanat dan ekskresi ion hidrogen ole tubulus. Karen ion bikarbonat
harus bereaksi dengan ion hidogen yang disekresikan untuk membentuk H 2CO3
sebelum dapat direabsobsi, 4320 miliekuivalen ion hidrogen harus disekresikan tiap
hari hanya untuk mereabsorbsi bikarbonat yang disaring kemudian penambahan 80
2.
3.
1.Sekresi Ion Hidrogen Dan Reabsorsi Ion Bikarbonat Oleh Tubulus GinjaL
Sekresi ion hidrogen dan reabsorsi bikarbonat sebenarnya terjadi di seluruh bagian
tubulus kecuali cabang tipis desenden dan asenden ansa Henle. Bahwa untuk setiap
bikarbonat yang direabsorsi, harus ada satu ion hydrogen yang disekresikan. Sekitar
80 sampai 90 % reabsorsi bikarbonat ( dan sekresi ion hidrogen ) terjadi ditubulus
proksimal, sehingga hanya sebagian kecil bikarbonat yang mengalir ke dalam tubulus
distal dan duktus koligentes. Mekanisme reabsorsi bikarbonat juga meliputi ekresi ion
hydrogen oleh tubulus, tetapi terdpat beberapa perbedaan dalam hal bahwa segmensegmen tubulus yang menyelesaikan tugas ini adalah berbeda.
Ion Ion hydrogen Disekresikan Oleh Transpor Aktif Sekunder di segmen Tubulus
Awal
Sel sel tobulus proksimal,segmen tebal tobulus ansa Henle, dan tobulus distal
semuanya semuanya menyekresi ion hidrogen kedalam cairan tobulusmelalui
transport imbangan natrium hydrogen. Sekresi aktif sekunder dari ion hydrogen
ini berpasangan dengan transport natrium ke dalam sel pada membrane luminal, dan
energy untuk sekresi ion hydrogen melawan gradient konsentrasi berasal dari gradient
natrium yang membantu pergerakan natrium ke dalam sel. Gradien ini dihasilakan
pompa natrium kalium adenosine trifosfat ( ATPase ) di membrane basolateral.
Lebih dari 90 % bikarbonat dreabsorsi dengan cara ini, mambutuhkan sekitar 3900
miliekuivalen hydrogen untuk dieksresikan setiap hari oleh tobulus. Akan tetapi
melanisme ini tidak mencapai konsentrasi ion hidrogenyang sangat tinggi dalam
cairan tobulus, cairan tobular menjadi sangat asam di bagian berikutnya dari system
tobulus.Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulusatau dibentuk
melelui metabolisme di sel epitel tobulus, CO 2 dibawah pengaruh enzim karbunik
anhidrase , bergabung dengan H2O untuk membentuk H2CO3 yang brdisosiasi HCO3dan H+. Ion ion hydrogen disekresikan dari sel masuk kedalam lumen tubulus
melalui transport - imbangan natrium hydrogen. Artinya ketika natrium bergerak
dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula mula bergabung dengan
protein pembawa di batas luminal membran sel ; pada waktu yang bersamaan, ion
hydrogen di bagian dalam sel bergabung dengan protein pembawa. Natrium bergerak
kedalam melalui gradient konsentrasi yang telah dicapai oleh natrium kalium
ATPase di membrane basolateral. Gradien untuk pergerakan natrium kedlam sel
kemudian menyediakan energy untuk menggerakkan ion hidrigen dalam arah yang
belawanan dari dalam sel ke lumen tubulus.
Ion bikarbonat yang dihasilakan dlam sel ( bila ion hydrogen berdisosiasi dari
H2CO3 ) kemudian bergerak turun melintasi membrane basolateral ke dalam cairan
intertisial ginjal dan darah kapiler peri tubular. Hasil akhirnya adalah bahawa untuk
setiap ion hydrogen yang disekresikan kedalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat
masuk kedalam darah.
Ion Ion Bikarbonat yang Disaring Direabsorsi melalui Interaksi dengan Ion
Hidrogen
dalam Tubulus
Ion ion bikarbonat tidak mudah menembus membrane luminal sel sel tbulus
ginjal; oleh karena itu, ion ion bikarbonat yang di disring oleh glomerulus tidak
dapat direabsorsi secara lagsung. Sebaliknya, bikarbonat direabsorsi melalui proses
khusus dimana bikarbonat pertama kali brgabung dengan ion hydrogen untuk
membentuk H2CO3, yang akhirnya menjadi CO2 dan H2O.Reabsorsi ion ion
bikarbonat ini diawlai oleh reksi diantara tubulus antara ion ion bikarbonat yang
disaring pada glomerulus dan ion ion hydrogen yang disekresi oleh sel sel tubulus.
H2CO3 yang terbentuk kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O. CO2 dapat
bergerak dengan mudah melewati membran tubulus; oleh karena itu, CO 2 bergabung
kembali dengan H2O, dibaeah pengaruh karbonik anhidrase, untuk menghasilakan
molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk ion
bikarboanat dan ion hydrogen; ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membrane
basolateral kedalam cairan intertisial dan dibawa naik ke darah kapilere peritubular.
Jadi setiap kali ion hydrogen dibentuk di dalam sel sel epitel tubular, ion
bikarbonat juga dibentuk dan dilepaskan kembali ke dalam darah. Efek bersih dari
reaksi ini adalah reabsorsi ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion ion
bikarbonat yang sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang
disaring ke dalam tubulus.
Ion ion Bikarbonat Dititrasi Terhadap Ion ion Hidrogen Dalam Tubulus.
Dalam kondisi normal, kecepatan sekresi ion hydrogen tubular adalah sekitar
4400mEq/hari. Jadi, jumalah kedua ion yang memasuki tubulus ini hampir sama, dan
mereka bergabung untuk membentuk CO2 dan H2O. Oleh karena itu peningkatan
bahwa ion ion bikarbonat dan ion ion hydrogen normalnya bertitrasi satu sama lain
dengan tubulus.Proses titrasi ini tidak begitu tepat karena biasanya sedikit kelebiahn
ion hydrogen dalm tubulus akan dieksresikan dalm urin. Kelebihan ion ini sekitar
( 80mEq/hari ) membersihkan tubuh dari asam asam yang tidak menguap yang
dihasilakan oleh metabolisme. Kebanyakan ion hydrogen tidak diekskresikan sebagai
ion hydrogen bebas tetepi lebih dalam bentuk kombinasi dengan penyangga urin
lainya, terutama fosfat dan ammonia.Bila terdapat kelebiahan ion bikarbonat melebihi
ion hydrogen dalam urin, eperti yang terjadi alkalosis metabolic, kelebihan ion
bikarbonat tidak dapat direabsorsi; oleh karena itu, kelebiahan ion bikarbonat
ditinggalkan di dalam tubulus dan akhirnya diekskresiakn ke dalam urin, yang
membantu mengoreksi alkalosis metabolic.
Pada asidosis, teradapat kelebihan jumlah ion hydrogen dibandingkan dengan ion
bikarboanat, menyebabkan reabsorsi menyeluruh bikarbonat,dan kelebiahan ion
hydrogen dikeluarkan kedalam urin. Kelebihan ion hydrogen ini disangga didalam
tubulus olen fosfata dan ammonia dan akhirnya dieksresikan sebagai garam. Jadi,
mekanisme dasar dimana ginjal mengoreksi asidosis atau alkalosis merupakan titrasi
tidak lengkap dari ion hydrogen terhadap ion bikarbonat, meninggalakan salah satu
dari kedua ion ini untuk dikeluarkan ke dalam urin, oleh karena itu dihilangkan dari
cairan ekstraseluler.
Sekresi Aktif Primer dari Ion Hidrogen dalam Sel Sel Intercalated pada Tubulus
Distal Bagian Akhir dan Duktus Koligentes.
Dimulai dari bagian akhir tubulus distal dan berlanjut melelui sisa system tubular,
epitel tubulus menyekresikan ion ion hydrogen melalui transport aktif primer. Ciri
ciri transport ini berbeda dengan transport yang didiskusikan untuk tubulus proksimal
dan ansa henle.
Mekanisme sekresi aktif primer ion hydrogen terjadi pada membrane luminal sel
tubulus, tempat ion ion hydrogen ditranspor secara langsung oleh suatu protein
khusus, yaitu pentranspor-hidrogen ATPase. Energi yang dibutuhkan untuk memompa
ion hydrogen dihasilakn dari pemecahan ATP menjadi adenin difosfat.
Sekresi primer ion hydrogen terjadi di suatu sel jenis khusus yang disebut sel
intercalated pada tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes. Sekresi hydrogen
dalam sel sel ini dicapai melalui dua langkah:
1.CO2 terlarut dalam sel ini bergabung dengan H2O membentuk H2O dan H2CO3
2.H2CO3
kemudian
berdisosiasi
menjadi
ion
bikarbonat
yang
direabsorsi
menjadi
D.Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
E.Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.
Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit
paru-paru seperti asma dan emfisema.Pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan
ventilator mekanik.
Asidosis Metabolik
A.
Pengertian
1.Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun.Asidosis Metabolik adalah keasaman darah
yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam
dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan caramengeluarka lebih banyak asam dalam
air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
B.Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah:
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis
aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2.Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh
dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang
disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3.Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam Jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsiginjal
ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
C. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit
lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk,semakin mual dan
mengalami
kebingungan.Bila
asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian.
D.Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang
diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.Untuk
mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan
bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan
penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah
menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.
E. Pengobatan
Pengobatan
asidosis
metabolic
tergantung
kepda
penyebabnya.Sebagai
Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari
alkalosis respiratorik adalah:
rasa nyeri
sirosis hati
demam
overdosis aspirin.
C.
Gejala
Pengobatan
Biasanya
satu-satunya
pengobatan
yang
dibutuhkan
adalah
memperlambat
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan
kadar
karbondioksida
setelah
penderita
menghirup
kembali
Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
C.
Gejala
D. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
E.
Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium
dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
BAB III
PENUTUP
A.Penutup
Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai keseimbangan asam
basa. Bagi institusi sebagai arsip untuk mahasiswa yang lainya.
B.Saran
Dengan adanya makalah ini diharap pembaca dapat memahami penjelasan di
dalamnya sehingga dapat diterapkan guna pemaksimalan pemahaman mengenai
keseimbangan asam basa.
DAFTAR PUSTAKA
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/komposisi-tubuh-manusiakeseimbangan.html
Andi Santoso Agustinus , Dr. (1994).Strutur dn Fungsi Tubuh Manusia.Akademi
Akademi Perawat ST.Carolos, Jakarta
Evelen C. Pearce ,(1994). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Pnerbit PT
Gramedia ,Jakarta
http://belajar asam basa.blogspot.com/2012/02/gangguan-keseimbangan-asambasa.html#ixzz29jmWsahJ