Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Strukturalisme Fungsional

Strukturalisme fungsional merupakan perspektif paling awal dalam keilmuan sosiologi.


Strukturalisme fungsional muncul dari kemajuan kemajuan dalam ilmu fisika pada abad kesembilan
belas. Berdasarkan kemajuan tersebut, Herbert Spencer (1820-1903) melakukan pendekatan dalam studi
mengenai struktur social melalui analogi organ yang menekankan hukum-hukum evolusi. Di dalam
model ini, Spencer melihat masyarakat sama dengan tubuh. Dalam pengertian yang paling sederhana,
masyarakat diandaikan sebagai tubuh di mana bagian-bagiannya (ekonomi, kebijakan pelayanan
kesehatan, pendidikan, dsb) bekerja bersama-sama untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan seluruh
sistem.

Pemikiran Spencer kemudian berpengaruh pada Emile Durkheim (1958-1917). Durkheim


menggunakan analogi tubuh tersebut kemudian mengembangkannya ke dalam sebuah perspektif baru
yang kemudian disebut fungsionalisme struktural. Perspektif ini bisa pula disebut fungsionalisme atau
paradigma fungsionalis. Paradigma ini melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang kompleks yang
bagian-bagiannya saling berhubungan dan bekerja bersama untuk menjaga stabilitas. Menurut perspektif
ini (1) bagian-bagian sistem sosial bergantung satu sama lain; (2) kondisi normal/sehat sistem tersebut
berada pada titik ekuilibrium (dianalogikan pada tubuh yang sehat); (3) ketika sistem tersebut terganggu,
bagian-bagiannya akan dengan sendirinya melakukan pengaturan kembali dan menyesuaikan diri untuk
mengembalikan sistem pada keadaan ekuilibrium. Berbagai perubahan berlangsung secara evolutif dan
terjadi di dalam struktur.

Durkheim menyadari bahwa masyarakat mempengaruhi tindakan manusia. Namun masyarakat,


dalam pengertian Durkheim, adalah sesuatu yang berada di luar individu. Bagi Durkheim, masyarakat
harus dipahami dan dipelajari dalam pengertian apa yang ia sebut sebagai fakta sosial. Fakta-fakta sosial
tersebut, yakni hukum, sistem moral, nilai-nilai, keyakinan religi, dan peran-peran sosial yang mengatur
kehidupan sosial.

Fungsionalisme sangat berpengaruh dalam keilmuan sosiologi dan sangat populer di Amerika Serikat,
ketika Talcott Parsons (1902-1979), seorang sosiolog Harvard, mepopulerkannya pada tahun 1940-1950an. Inilah tokoh yang kemudian terkenal dengan teori besar (grand theory)-nya.

Robert K Merton (1910-2003), murid Parson, kemudian menyederhanakan teori-teori besar ini
menjadi apa yang ia sebut sebagai teori tengahan (middle-range theories) yang lebih terbatas dan dapat

diuji melalui penelitian. Ia juga memperlihatkan kompeksitas pola-pola sosial. Menurut Merton,
masyarakat mempunyai bagian yang berfungsi berbeda-beda: fungsi manifes, fungsi laten.

Fungsionalisme struktura s kehilangan pesonanya pasca terjadinya pergolakan sosial di Amerika


Serikat pada tahun 1960-an. Sampai pada tahun 1980-an muncul kembali ketertarikan pada karya-karya
Parsons. Beberapa teoritisi seperti Jeffrey C. Alexander serta Neil Smelser (keduanya dari Amerika
Serikat), Niklas Luhmann (Jerman) merevisi pandangan Parsons mengenai sistem sosial. Gagasan mereka
kemudian disebut sebagai neofungsionalisme

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2220169-pengertian-strukturalismefungsional/#ixzz1p6NrRCjm

Anda mungkin juga menyukai