2003 Kabin Hipertensi
2003 Kabin Hipertensi
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut
untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh
darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah
639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan
kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih
sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di
Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan
Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang
sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi.
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok
adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas kardiovaskuler. Di Indonesia
banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena
tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi
1
esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972,
1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok
sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.
Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi,
disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor resiko di
atas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Hipertensi
1.1
Definisi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society
of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,
detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan
tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.
Klasifikasi
Darah
Normal
Pre hipertensi
Stage 1 Hipertensi
Stage 2 Hipertensi
1.2
Tekanan
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
< 120
120 139
140 159
> 160
< 80
80 89
90 99
> 100
Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir
seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin
3
setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%
dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada
stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
1.3
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 50 tahun.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara
signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki laki dibawah 55 tahun.
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding
pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki laki
lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya usia.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta menyatakan hormon seks mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum
tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko
hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh
hormon.
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin
yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
5
saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler
ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran
semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi.
Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat zat organik pada cairan
intraseluler, adalah zat zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan
dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang
dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.
Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama tama tergantung pada
perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume
cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada
orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini
natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 9099 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh
hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.
Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin
tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap
natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau
diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan
garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6
gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta
kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.
Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika
asupan garam ditambah.
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah
kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di
dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan
sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.
Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume
sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh
keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan
asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding
dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus
dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national
Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure
(JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan
darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak
efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek
pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium
direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi
tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total
asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah
pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi
8
Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan
ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi
melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini
disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah
vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi
adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar
pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan
kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.
1.6
Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbedabeda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan
penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi
tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark
miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat
menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
1.7 Penatalaksanaan hipertensi
a. Penatalaksanaan farmakologis
1) Diuretik. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin.
Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretik adalah hidroklortiazid
(HCT) dan furosemide.
2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan
pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah
captopril, dan lisinopril.
3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan penghambat
ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.
4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah
menjadi turun. Contohnya propanolol.
5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.
b. Penatalaksanaan non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah
gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet:
Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
10
11
BAB III
KELUARGA BINAAN
3.1
binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di
Puskesmas Seberang Padang. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan pak Yusrizal
yang menderita hipertensi. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami
mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Hipertensi grade I ec. esensial. Penyakit ini termasuk
penyakit yang bisa diturunkan dan memerlukan perhatian khusus terutama komplikasinya
sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal hal yang kami
lakukan diantaranya adalah berupa :
Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami :
3.2
Identifikasi permasalahan
Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa faktor,
12
3.2.1
Kesehatan individu
Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan Pak
Yusrizal ke Puskesmas Seberang Padang pada hari Rabu tanggal 19 November 2014 dengan
keluhan rasa berat di tengkuk sejak 2 hari sebelumnya. Permasalahan kesehatan pada anggota
keluarga lainnya kami lakukan di rumah pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya.
Berikut merupakan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Pak Yusrizal di
puskesmas :
Identitas pasien
Nama
: Yusrizal
Umur
: 45 tahun
kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: buruh
Alamat
: Seberang Padang
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Frekuensi Nadi
Berat Badan
BMI
Mata
Kulit
: Baik
: CMC
: 150/80 mmHg
Suhu
: 36,8 0C
: 80x/menit
Frekuensi Nafas
: 20x/menit
: 65 kg
Tinggi Badan
: 154 cm
: 27,41 (overweight)
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
: Turgor kulit baik
Thorax/Dada
Paru: Inspeksi
Palpasi
: fremitus kiri=kanan
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Kiri
Kanan : LSD
Atas
: RIC II
Inspeksi
: Perut tidak tampak membuncit
Palpasi
: Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan ( - )
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+) N
Ektremitas
: reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/Laboratorium : tidak dilakukan
Pemeriksaan anjuran :
Rontgen thorak PA
Diagnosis Kerja
Hipertensi stage I ec essensial
Diagnosis Banding : Manajemen
a. Preventif
Hindari mengkonsumsi makan yang banyak mengandung garam terutama ikan
asin, makanan berkuah yang banyak garam, makanan cemilan yang banyak
-
c. Kuratif
:
Captopril tab 12,5 mg 1x1
d. Rehabilitatif :
Kontrol teratur minimal ke pusat kesehatan untuk menilai perkembangan atau
perjalanan penyakit sekali sebulan atau jika obat habis.
Prognosis
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionum
: dubia ad bonam
Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan anamnesis
ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada tanggal 26 november
2014. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada keluarga ini :
3.2.2
Perkarangan rumah: halaman rumah cukup bersih tetapi sempit dan digunakan
sebagian untuk tempat membuka warung, sampah kadang-kadang berserakan di
halaman rumah.
17
Kondisi rumah : Ventilasi udara ada tetapi jarang dibuka, jarak diantara dapur dan
jamban bersebelahan tetapi masih ada pembatas. Kebersihan jamban dan kamar
mandi kurang terjaga. Sampah diangkut petugas, listrik ada, dan sumber air dari
PDAM.
Kebersihan dan kerapian lingkungan rumah kurang, pakaian sering digantung atau
ditumpuk di sekitar ruang tamu.
3.2.3
Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan garam pada pasien dan
keluarga, kebiasaan makan makanan yang digoreng.
Kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan gosok gigi yang kurang terutama anakanak pasien.
18
Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi
tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan serta
pandangan oleh preseptor, petugas kesehatan Puskesmas Seberang Padang dan berdasarkan
beberapa tinjauan kepustakaan. Berikut adalah solusi pemecahan masalah yang kami dapatkan
dan kami sampaikan kepada keluarga binaan pada saat home visit / kunjungan rumah berikutnnya
:
3.3.1 Kesehatan individu
Memberikan pengetahuan tentang gizi yang baik dan seimbang. Disarankan untuk
mengontrol berat badan dengan diet teratur dengan menjaga pola makan, dan
dengan olahraga secara teratur. Pengontrolan berat badan ini berguna untuk
mengurangi risiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus,
hiperkolesterol, osteoartritis lain sebagainya.
Memberi edukasi kepada pasien, isteri dan anaknya supaya mengurangkan lemak
dan garam di dalam makanan karena ini merupakan resiko untuk meningkatkan
tekanan darah dan menjelaskan kepada mereka tentang bahaya tekanan darah
yang tinggi dan komplikasi yang akan ditimbulkan;
Pasien memiliki kebiasaan merokok. Berikan edukasi kepada pasien bahwa ini
merupakan kebiasaan yang tidak baik. Pada pasien ini diberikan penyuluhan
tentang bahaya merokok dan memberikan leaflet tentang bahaya rokok.
3.3.2
19
Berikut adalah pemecahan masalah pada keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan :
Jamban yang bersebelahan dengan dapur dapat menjadi sumber penyakit. Sebaiknya
kamar mandi disikat dan dibersihkan minimal 2x seminggu dan kebersihan dapur selalu
dijaga.
Sebaiknya pakaian yang sudah dicuci tidak ditumpuk atau digantung dekat rumah tamu
tapi langsung dilipat atau disetrika karena selain menjadi tempat hinggap nyamuk juga
terlihat kurang rapi.
sekitar pasien. Kebiasaan ini juga memberi pengaruh terhadap pengontrolan tekanan
darah pasien.
Kebiasaan olahraga kurang pada seluruh anggota keluarga dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi dan penyakit metabolik lain. Karena itu dianjurkan untuk berolah
raga minimal 3 kali seminggu selama 30 menit setidaknya dengan melakukan aktivitas
jalan pagi bersama dan gotong royong membersihkan rumah dan pekarangannya.
Kebiasaan pasien mengkonsumsi kopi 2 gelas per hari haruslah dikurangi supaya tekanan
darah pasien dapat dikontrol dengan baik.
Membiasakan cuci tangan dan mengajarkan anak-anak dan keluarga pasien langkahlangkah mencuci tangan dan menjelaskan kapan saja waktu yang tepat untuk cuci tangan.
Mengedukasi anak pasien tentang cara gosok gigi yang benar dan menggosok gigi
minimal 2 kali sehari pada waktu pagi dan sebelum tidur. Menjelaskan akibat yang bisa
timbul jika gigi jarang digosok seperti bau mulut, gigi berlubang, dan lain-lain.
O/
TD : 130/80 mmHg
A/
P/
-
21
Mengingatkan pasien untuk mengontrol tekanan darah satu kali 2 minggu ke puskesmas
atau bila terdapat gejala pusing, penurunan kesadaran, penglihatan kabur, sesak napas,
dan lain-lain.
Pasien sudah berolahraga tetapi hanya sekali dengan alasan tidak punya waktu yang
cukup karena pasien harus bekerja.
Pasien sudah mulai meninggalkan kebiasaan ngemil roti gabin dan mulai mengkonsumsi
sayur-sayuran dan makanan bergizi. Tetapi sekali-sekali masih suka makan gorengan.
Istri pasien mulai mengurangi garam pada makanan.
Pasien sudah mulai mengurangi frekuensi merokok dan jika merokok tidak lagi di rumah.
Pasien tidak lagi minum kopi tetapi diganti dengan teh sekali sehari.
Semua jendela rumah sudah dibuka tiap pagi dan ditutup sore hari. Pekarangan sudah
mulai disapu sekali 2 hari. Kamar mandi dibersihkan sekali seminggu.
Pakaian masih terlihat menumpuk di dekat ruang tamu dengan alasan baru dicuci kemarin
dan istri pasien tidak punya cukup waktu untuk melipat atau menyetrika sendiri.
Anak pasien masih susah untuk disuruh cuci tangan. Tetapi sudah mulai gosok gigi 2 kali
sehari karena selalu diingatkan oleh ibunya.
O/
TD : 130/80 mmHg
A/
P/
-
Mengingatkan pasien untuk mengontrol tekanan darah satu kali 2 minggu ke puskesmas
atau bila terdapat gejala pusing, penurunan kesadaran, penglihatan kabur, sesak napas,
dan lain-lain.
Pasien tidak ada olahraga dengan alasan sekarang ini sedang bekerja di teluk bayur
sehingga tidak punya waktu.
Pasien tidak lagi suka ngemil roti gabin dan tetap mengkonsumsi sayur-sayuran dan
makanan bergizi. Tidak lagi makan gorengan dan istri pasien mulai mengurangi makanan
yang digoreng dengan minyak. Istri pasien mulai mengurangi garam pada makanan.
Pasien sudah mulai mengurangi frekuensi merokok dan jika merokok tidak lagi di rumah.
Pasien tidak lagi minum kopi dan teh.
Semua jendela rumah sudah dibuka tiap pagi dan ditutup sore hari. Pekarangan sudah
mulai disapu sekali 2 hari. Kamar mandi dibersihkan sekali seminggu.
Anak pasien masih susah untuk disuruh cuci tangan. Tetapi sudah mulai gosok gigi 2 kali
sehari karena selalu diingatkan oleh ibunya.
O/
TD : 120/80 mmHg
A/
P/
-
Mengingatkan pasien untuk mengontrol tekanan darah satu kali 2 minggu ke puskesmas
atau bila terdapat gejala pusing, penurunan kesadaran, penglihatan kabur, sesak napas,
dan lain-lain.
Dalam 1 minggu terakhir pasien sempat olahraga 2 kali dengan lari maraton pagi hari.
Pasien tidak lagi suka ngemil roti gabin dan tetap mengkonsumsi sayur-sayuran dan
makanan bergizi. Tidak lagi makan gorengan dan istri pasien mulai mengurangi makanan
yang digoreng dengan minyak. Istri pasien tetap mengurangi garam pada makanan.
Pasien tetap melanjutkan mengurangi frekuensi merokok dan jika merokok tidak lagi di
rumah. Pasien tidak lagi minum kopi dan teh.
Semua jendela rumah sudah dibuka tiap pagi dan ditutup sore hari. Pekarangan sudah
mulai disapu sekali 2 hari. Kamar mandi dibersihkan sekali seminggu.
Anak pasien masih susah untuk disuruh cuci tangan. Tetapi sudah mulai gosok gigi 2 kali
sehari karena selalu diingatkan oleh ibunya.
24
Gambar 1. Dokter Muda bersama istri pasien di warung depan rumah pasien
25