Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan SID Daerah Rawa Belanti dan Alalak
Padang Kabupaten Banjar, yang pelaksanaannya didasarkan pada Surat Perjanjian Kerja
Nomor : 02/PKK/BWS.KAL.II-PP/2010, tanggal 07 Juni 2010 dengan Satuan Kerja Balai
Wilayah Sungai Kalimantan II, maka dengan ini sampaikan :

LAPORAN TOPOGRAFI
Laporan ini terdiri dari Empat bab pokok, yaitu :
1. Pendahuluan, berisikan antara lain : umum, maksud dan tujuan, dan lingkup
pekerjaan.
2. Gambaran Umum Lokasi Proyek yang berisikan : Lokasi Proyek, Pencapaian
Lokasi Proyek, Kondisi Umum Lokasi Proyek.
3. Metodologi dan tahapan pelaksanaan survey, berisikan antara lain; pendekatan
umum, pelaksanaan pekerjaan lapangan mulai dari orientasi lapangan sampai
penggambaran hasil pengukuran.
4. Hasil pengukuran.dan analisa.
Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada instansi-instansi terkait yang telah banyak
membantu sehingga terselesaikan laporan ini. Saran, masukan dan koreksi/kritik yang
konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan laporan dan antisipasi kegiatan selanjutnya.

Surabaya, Nopember 2010


CV. Intishar Karya

Ir. Suyitno
Team Leader

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v
BAB 1.

PENDAHULUAN...........................................................................................1-1
1.1. DATA PROYEK.....................................................................................1-1
1.2. LATAR BELAKANG.............................................................................1-1
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN.............................................1-2
1.4. SASARAN..............................................................................................1-3
1.5. SUMBER PENDANAAN......................................................................1-3
1.6. LOKASI PEKERJAAN..........................................................................1-3
1.7. LINGKUP PEKERJAAN.......................................................................1-5

BAB 2.

GAMBARAN UMUM LOKASI...................................................................2-1


2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI.................................2-1
2.2. TOPOGRAFI..........................................................................................2-1
2.3. HIDRO-KLIMATOLOGI.......................................................................2-2
2.4. KEPENDUDUKAN...............................................................................2-2
2.5. KONDISI PEREKONOMIAN...............................................................2-3
2.6. KONDISI SARANA DAN PRASARANA............................................2-4
2.6.1.

SARANA PENDIDIKAN................................................................2-4

2.6.2.

SARANA PERIBADATAN..............................................................2-5

2.6.3.

KESEHATAN................................................................................2-5

2.7. RENCANA PENGEMBANGAN...........................................................2-5


BAB 3.

METODOLOGI DAN TAHAPAN SURVEY TOPOGRAFI.....................3-1

ii

3.1. UMUM...................................................................................................3-1
3.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN.......................................3-1
3.2.1.

TAHAPAN PERSIAPAN.................................................................3-1

3.2.2.

ORIENTASI LAPANGAN...............................................................3-2

3.2.3.

PEMASANGAN PATOK.................................................................3-2

3.3. PENGUKURAN POLIGON..................................................................3-3

BAB 4.

3.3.1.

POLIGON TERBUKA....................................................................3-3

3.3.2.

PENGUKURAN SUDUT HORISONTAL...........................................3-5

3.3.3.

PENGUKURAN JARAK.................................................................3-5

3.3.4.

PENGUKURAN AZIMUTH.............................................................3-7

ANALISA DAN PERHITUNGAN...............................................................4-1


4.1. BENCH MARK (BM)............................................................................4-1
4.2. PENGUKURAN POLIGON..................................................................4-2
4.2.1.

PERHITUNGAN KERANGKA HORISONTAL...................................4-2

4.2.2.

PERHITUNGAN SALAH PENUTUP SUDUT....................................4-2

4.2.3.

PENENTUAN SALAH PENUTUP ABSIS DAN ORDINAT..................4-3

4.3. PENGGAMBARAN DRAFT................................................................4-3

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Data Koordinat BM..........................................................................................4-1

iv

DAFTAR TABEL
Gambar 1-1 Peta Lokasi Proyek.........................................................................................1-4
Gambar 2-1 Jumlah Penduduk Kabupaten Banjar..............................................................2-3
Gambar 2-2 Struktur Ekonomi Kabupaten Banjar..............................................................2-4
Gambar 3-1 Poligon Terbuka Terikat Sempurna.................................................................3-4
Gambar 3-2 Poligon Terbuka Terikat Sepihak....................................................................3-4
Gambar 3-3 Poligon Terbuka Lepas...................................................................................3-5
Gambar 3-4 Sudut Horisontal............................................................................................3-5
Gambar 3-5 Jarak Antara Dua Titik...................................................................................3-6
Gambar 3-6 Pengukuran Jarak Dengan Pembacaan Optis.................................................3-6
Gambar 3-7 Segitiga Bola Astronomis..............................................................................3-7
Gambar 4-1 Foto BM 01.....................................................................................................4-1
Gambar 4-2 Foto BM 02.....................................................................................................4-2

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. DATA PROYEK
Nama Pekerjaan :

SID DAERAH RAWA BELANTI DAN ALALAK PADANG


KABUPATEN BANJAR

Lokasi

Kabupaten Banjar

Pelaksana

Balai Wilayah Sungai Kalimantan II

Sasaran

Pembangunan Sistem Jaringan Rawa agar tercapai peningkatan


peningkatan kesejahteraan petani

1.2. LATAR BELAKANG


Pembangunan pengairan adalah segala usaha mengembangkan pemanfaatan,
pelestarian dan perlindungan air beserta sumber-sumbernya dengan perencanaan yang
terpadu dan serasi guna mencapai manfaat sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat dan
perikehidupan rakyat.
Untuk mengendalikan pemanfaatan sumberdaya air, baik kualitas maupun
kuantitasnya, Direktorat Jenderal Pengairan telah melakukan berbagai upaya pengaturan
maupun pengelolaan dengan kebijakan-kebijakan dan strategi operasional yang
diselaraskan dengan pola pembangunan nasional.
Upaya peningkatan produksi pangan nasional adalah usaha pembangunan yang
sifatnya sangat kompleks, dimana tidak saja terkait dengan pengembangan teknologi
pertanian dan penyediaan sarana dan prasarana, namun dalam banyak hal aspek sosial
ekonomi juga mempunyai pengaruh yang cukup dominan. Sehubungan dengan hal tersebut
maka prasarana irigasi merupakan komponen yang mempunyai peranan yang sangat
penting dalam upaya meningkatkan produksi pangan.
Dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, pemerintah Indonesia selain
mempertahankan kondisi swasembada beras harus pula meningkatkan percepatan produksi
pangannya agar dapat mengikuti tingkat percepatan pertumbuhan penduduk.
Dengan demikian segera diperlukan suatu upaya di dalam pembangunan
prasarana irigasi untuk dapat mengejar ketinggalan terhadap percepatan peningkatan

kebutuhan pangan tersebut dengan kondisi kemampuan yang ada. Upaya-upaya yang
dilakukan telah disusun secara konseptual dengan pendekatan strategis operasional untuk
dapat mengantisipasi faktor-faktor penghambat seperti telah diuraikan sebelumnya,
sehingga produksi beras nasional diharapkan tidak lagi rentan terhadap gangguan ataupun
perubahan situasi yang terjadi secara cepat dan tak terduga dalam suatu kurun waktu
tertentu.
Kawasan Pembangunan Daerah Belanti II secara administrasi terletak dalam
wilayah Kabupaten Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagian dari kawasan tersebut
telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan tanaman pangan, palawija dan lahan
permukiman dan fasilitas umum pedesaan. Mata pencaharian penduduk lokal pada
umumnya adalah bertani dengan mengusahakan padi dan palawija
Sarana transportasi dari Ibukota Provinsi Banjarmasin menuju wilayah survey
dapat dicapai dengan jalan darat sampai Ibukota Kabupaten selanjutnya ke Ibu Kota
Kecomatan dan ke Unit Studi.
Pada musim penghujan sebagian daerah rawa wilayah kegiatan survey tergenang
air hujan (Banjir), sedongkan pada musim kemarau air pasang hanya mampu mengairi
sebagian kecil lahan persawahan penduduk, karena air pasang hanya mampu mencapai
sejauh 0,50 - 1,00 km dari sungai.
Review Design dilakukakan oleh Penyedia Jasa Konsultan yang kompeten dan
berpengalaman dalam menangani Pengembangan Daerah Rawa di Kalimantan Selatan,
didasarkan atas lingkup maupun spesifikasi kerja dan lokasi.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN


Maksud
a.

Identifikasi potensi dan kendala yang ada pada lokasi proyek terdiri dari aspek teknis,
pertanian, sosial ekonomi dari lingkungan, kemudian merumuskan rencana
pengembangan, lokasi yang mendukung peningkatan kesejahteraan petani dan
membuka kesempatan kerja yang terkait dengan daerah sekitarnya.

b.

Mengevaluasi jaringan drainase alam dan buatan (kalau ada) dan merencanakan sistem
jaringan rawa untuk pekedaan pengembangan yang sesuai dengan hasil rumusan pada
butir 1.

c.

Membuat laporan Review Design Daerah Rawa Beianti II dan sistem jaringan yang

direncanakan dalam butir 2, dilengkapi petunjuk untuk melaksanakan pembangunan.


Sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan Dokumen perencanaan teknik rinci
(gambar desain, daftar volume pekerjaan, kebutuhan biaya, spesifikasi teknik, dan metode
pelaksanaan konstruksi) yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan konstruksi.

1.4. SASARAN
a.

Memberikan

rekomendasi

tentang

desain

yang

akan

digunakan

dengan

memperhatikan effisiensi baik biaya maupun waktu.


b.

Desain yang dihasilkan dapat mengatai semua permasalahan yang terjadi.

c.

Konsultan

harus

memberikan

rekomendasi

kegiatan

lanjutan

yang

harus

dilaksanakan, dan memberikan konsep tentang operasi dan pemeliharaan.

1.5. SUMBER PENDANAAN


Sumber dana akan dibebankan pada DIPA APBN Tahun Anggaran 2010 melalui
DIPA BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN II.

1.6. LOKASI PEKERJAAN


Secara administrasi lokasi pekerjaan terletak di Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Secara Geografis lokasi proyek terletak pada posisi 1140 45 47 BT - 1140 47 0
BT dan 30 27 29 LS - 30 29 0 LS.
Untuk lebih jelasnya lokasi pekerjaan disajikan pada Gambar 1-1.

Gambar 1-1 Peta Lokasi Proyek

Lokasi Pekerjaan

1.7. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan dibagi dalam beberapa kegiatan, yang masing-masing kegiatan
mempunyai maksud dan tujuan seperti diuraikan sebagai berikut :
1.

Pengumpulan Data Sekunder


Data Klimatologi, Hidrologi, Hidrometri
Data Hasil studi terdahulu (bila ada)
Peta-peta penunjang kegiatan pengukuran

2.

Setelah data-data sekunder berhasil dikumpulkan, konsultan harus melakukan kajian


untuk menentukan jenis sarana yang akan didesain.

3.

Survey Pendahuluan

4.

Dimaksudkan untuk melakukan survey awal terhadap Iokasi yang akan menjadi
daerah kajian.

5.

Uji Kualitas Air


Uji kualitas air diperlukan untuk mengetahui kualitas dari air pada lokasi pekerjaan
dan segi keasaman (PH) untuk mengetahui dan menentukan jenis tanaman yang akan
ditanam pada lokasi tersebut, begitu juga dengan kandungan-kandungan lainnya yaitu
Fe, Bod,Cod,Mercury, dll

6.

Survey Lapangan
Survey lapangan yang harus dilaksanakan oleh konsultan disesualian dengan kondisi
di daerah seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Uraian mengenai
kegiatan survey yang akan dilaksanakan (tidak semua survey dilakukan pada satu
lokasi) diuraikan dibawah ini :
A. Topografi (situasi detail)
B. Survey hidrologi
C. Survey hidrometri
D. Survey mekanika tanah
E. Survey tanah pertanian
F. Survey sos!o-agro-ekonomi

7.

Inventarisasi Permasalahan lainnya, meliputi


a.

Stabilitas / masalah longsor lereng aan tanggul

b.

Stabilitas bangunan pintu air dan bangunan pelengkap lainnya (apabila ada) antara
lain : settlement, leakage, seepage, dan kerusakan.

c.

Banjir tahunan dan ulang yang lebih besar berupa tinggi dan lama genangan

d.

Kecepatan sedimentasi di drainase alam

e.

Dampak penting rencana pekerjaan peningkatan pada ekologi clan lingkungan


sosial budaya

f.
8.

Kendala-kendala non teknis dalam pengembangan kawasan

Pengolahan dan Analisa Data


Selain kajian diatas data sekunder untuk menentukan lokasi survey, Konsultan
selanjutnya harus melakukan pengolahan dan analisa data lebih lanjut jauh, meliputi :
A. Kegiatan System Planning
a.

Elaborasi dan analisa data lapnngan

b.

Perumusan rencana pengembangan lokasi, berdasarkan Zoning Water


Management, pemecahan permasalahan yang ada baik aspek teknis maupun
non teknis.

c.

Merencanakan lay out jaringan untuk kegiatan pengembangan yang


menunjang hasil/rumusan pada butir b dan mengevaluasi jaringan reklamasi
yang ada

d.

Merencanakan lay out harus mempertimbangkan pembebasan tanah yang


minimal, kebutuhan jalur hijau, aspek sosial dan budaya setempat serta
berwawasan lingkungan.

B. Detail Desain
Setelah lay out ditetapkan, konsultan dapat melanjutkan kegiatan dengan
perencanaan yang lebih detail, kemudian dikonsultasikan dengan Direksi dan
dilanjutkan sosialisasi lapangan dengan masyarakat setempat, dilengkapi dengan
pengukuran Stake Out.
C. Dimensi Jaringan Reklamasi
Berdasarkan lay out yang ada konsultan dapat melanjutkan dengan perhitungan
dimensi jaringan reklamasi dengan memperhatikan ada / tidaknya pengaruh
pasang surut, modulus drainase, keseimbangan galian dan timbunan serta metode
pelaksanaannya. Jaringan yang periu dihitung dimensinya terdiri dari saluran
primer, sekunder dan tersier. Selain itu pedu dipertimbangkan fungsi masingmasing saluran tersebut. Perhitungan dimensi jaringan reklamasi dalam daerah
non pasang surut dilakukan dengan menggunakan perhitungan aliran tetap (steady
flow). Perhitungan dimensi saluran jaringan reklamasi daerah pasang surut

dilakukan sebagai berikut:


Melakukan asumsi-asumsi teknis sehingga dapat menggunakan rumus-rumus
untuk perhitungan aliran dengan kondisi Unsteady Flow.
Pengecekan dengan model matematis terhadap dimensi-dimensi diatas dengan
menggunakan model-model matematis yang ada. Pengecekan ini dapat
mengoptimalkan penampang desain awal dengan syarat-syarat teknis yang ada.
D. Perencanaan Bangunan Air
Bangunan air direncanakan sesuai dengan fungsi yang diinginkan antara lain:

Sebagai bangunan penahan air banjir atau air asin dari luar sistem

Untuk menjaga agar tinggi muka air didalam sistem sesuai dengan yang
direncanakan

Perhitungan bangunan air ini meliputi ukuran bangunan yang diperlukan


pemilihan bahan yang dipakai kekuatan stabilitas.
Konsultan secara lengkap perlu membuat :

Gambar detail bangunan atau kalau jumlahnya banyak membuat typical


bangunan disertai dengan tabel dimensinya

E.

Peta lokasi/Posisi bangunan-bangunan yang direncanakan

Perencanaan Tanggul
Perencanaan tanggul pada prinsipnya adalah penentuan elevasi dan stabilitas
tanggul itu sendiri.
Stabilitos Tanggul
Kekuatan tanggul mencakup :

- Ukuran tanggul
- Bahan tanggul

Ukuran minimum tanggul harus memenuhi kriteria stabilitas (faktor


keamanan 2: 3) sesuai dengan data tanah yang ada.
Bahan tanggul sedapat mungkin menggunakan tanah yang ada ditempat,
hal ini menimbang terbatasnya ketersediaan tanah dengan kualitas balk disekitar
lokasi. Dalam hal dipakai tanah setempat konsultan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Penurunan muka tanggul yang akan terjadi
2) Metoda pelaksanaan konstruksi pemadatan, tahapan pelaksanaan, dsb

BAB 2. GAMBARAN UMUM LOKASI


2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Secara geografis lokasi pekerjaan berada di Kecamatan Simpang Empat terletak
pada koordinat 1140 45 47 BT - 1140 47 0 BT dan 30 27 29 LS - 30 29 0 LS.
Kecamatan Simpang Empat merupakan kecamatan yang berlokasi di Kabupaten Banjar,
yang secara spatial kecamatan ini memiliki luas wilayah 453,300 km 2 dengan batas
administrasi Kecamatan Simpang Empat adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kabupaten Tapin

Sebelah Barat

: Kabupaten Barito Kuala

Sebelah Selatan

: Kecamatan Astambul

Sebelah Timur

: Kecamatan Pengaron

2.2. TOPOGRAFI
Ketinggian wilayah Kabupaten Banjar berkisar antara 0 1.878 meter dari
permukaan laut (dpl). Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak
kegiatan penduduk, maka ketinggian juga dipakai sebagai penentuan batas wilayah tanah
usaha, dimana 35% berada 0-7 m dpl, 55,54% ada pada ketinggian 50-300 m dpl, sisanya
9,45% lebih dari 300 m dpl.
Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air
pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu
tergenang (29,93%) sebagian lagi (0,58%) tergenang secara periodik.
Pada umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62%) yaitu meliputi
tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu. Sementara 14,93% bertekstur sedang yaitu
jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39% bertekstur kasar yaitu pasir
berlempung, pasir berdebu.
Kedalaman tanah yang efektif bagi akar untuk leluasa mengambil air bagi
tumbuhnya tanaman, di wilayah ini pada umumnya (66,45%) lebih dari 90 cm, sementara
kedalaman 60-90 cm meliputi 18,72% dan 30-60% cm hanya 14,83%.

2.3. HIDRO-KLIMATOLOGI
Seperti halnya daerah lain yang termasuk dalam wilayah Indonesia, maka di
Kabupaten Banjar juga hanya mengenal dua musim, yaitu kemarau dan penghujan.
Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di Indonesia. Pada
bulan Juli sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak
mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia
dan Samudera Pasifik setelah melewati beberapa lautan, dan pada bulan-bulan tersebut
biasanya terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun melewati
masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat terhadap
permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan
Geofisika Banjarbaru pada tahun 2008, suhu udara di Kabuapten Banjar rata-rata berkisar
antara 22,13 0C sampai 32,8 0C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Mei (32,8 0C)
dan suhu minimum terjadi pada bulan September (22,8 0C). Selain itu, sebagai daerah
tropis maka kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar 40,0% sampai
100,0%, dengan kelembaban maksimum pada bulan Februari, Maret, April, Oktober,
Nopember, dan Desember serta minimum pada bulan September.
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi,
dan perputaran/pertemuan arus udara. Rata-rata curah hujan selama tahun 2008 tercatat
rata-rata 210,2 mm dengan jumlah terendah terjadi pada bulan Mei (54,4 mm) dan tertinggi
terjadi pada bulan Maret (554,3%). Rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 22 hari dengan
jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Juli (27 hari), sebaliknya jumlah hari hujan
terendah pada bulan September (14 hari).

2.4. KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data yang tercatat pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar,
jumlah Rumah Tangga pada pertengahan tahun 2008 mencapai 128.427 RT, dengan jumlah
penduduk 489.056 orang yang terdiri dari 240.823 laki-laki dan 248.233 perempuan,
dengan sex ratio 105 yang berarti hampir tidak ada perbedaan jumlah menurut jenis
kelamin.

Gambar 2-2 Jumlah Penduduk Kabupaten Banjar

Sumber :Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2009

Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Martapura dengan kepadatan


2.078 penduduk per kilometer persegi. Dibanding tahun sebelumnya, Kecamatan
Martapura menalami kenaikan jumlah penduduk. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
angka kepadatan penduduk, dimana pada tahun 2007, kepadatannya tercatat sebesar 2.068
penduduk per km2. Kecamatan Perasaman dan Paranio hanya 7 penduduk per km 2
merupakan daerah dengan tingkat kepadatan terendah.

2.5. KONDISI PEREKONOMIAN


Perekonomian Kabupaten Banjar dapat dilihat besaran nilai PDRB, dimana
selama setahun 2008 Kabupaten Banjar mampu menghasilkan nilai tambah bruto sebesar
5,28 trilyun rupiah, yang jika dihitung dengan harga konstan hanya berjumlah 3,01 trilyun
rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar tahun 2008 mencapai 6,64%.
Perekonomian Kabupaten Banjar ini lebih banyak didukung sektor pertanian
dengan sumbangan sebesar 23,79% terhadap perekonomian, disusul oleh sektor
perdagangan, restoran dan hotel dengan sumbangan sebesar 23,72% dan sektor
pertambangan dan penggalian dengan sumbangan sebesar 23,34%. Sementara sektor
lainnya hanya menyumbang kurang lebih 10%, bahkan sektor listrik dan air bersih hanya
menyumbang 0,65%. Dari jumlah NTB yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Banjar
tersebut, jika dibagi dengan jumlah penduduk Kabupaten Banjar selama tahun 2008 maka

ternyata per jiwa atau per kapita telah menghasilkan nilai tambah bruto 10,96% juta rupiah
atau disebut juga dengan PDRB perkapita.
Gambar 2-3 Struktur Ekonomi Kabupaten Banjar

Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2009

2.6. KONDISI SARANA DAN PRASARANA


2.6.1. SARANA PENDIDIKAN
Faktor yang sangat berperan dalam pencapaian pembangunan suatu bangsa adalah
tingkat pendidikan penduduknya, semakin pendidikan penduduknya akan membawa
berbagai pengaruh positif bagi masa depan di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu
untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya ditunjang dengan ketersediaan sarana
dan fasilitas pendidikan.
Jumlah sekolah negeri yang ada di Kabupaten Banjar sebanyak 419 buah, dengan
rincian 356 SD Negeri, 53 SMP dan 10 SMA. Sekolah swasta berjumlah 15 buah. Secara
keseluruhan jumlah murid yang ditampung adalah 58.617 orang dan 5.509 guru, berarti
ratio guru : murid berkisar pada perbandingan 1 : 13.
Sementara sekolah yang berada dalam lingkup Kandep Agama berjumlah 187
buah, dengan 2.866 guru dan 26.621 murid, sehingga ratio guru dan murid sekitar 1 : 9.
Fasilitas pendidikan jenjang Perguruan Tinggi Negeri yang ada/dapat dijangkau
karena berada di sekitar lingkungan Kabupaten Banjar adalah Universitas Lambung
Mangkurat wilayah Banjarbaru dengan 5 fakultas yaitu Fakultas Perikanan, Pertanian,

Kehutanan, Teknik dan Kedokteran, selain itu untuk pendidikan kesehatan tersedia
Akademi Perawat Intan Martapura dan Akademi Kebidanan Martapura. Sementara
perguruan tinggi swasta adalah STAI Darussalam Martapura.

2.6.2. SARANA PERIBADATAN


Sesuai dengan falsafah negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dikembangkan dan ditingkatkan untuk membina
kehidupan masyarakat dan mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang mungkin dapat
menghambat kemajuan bangsa. Dalam rangka mendukung kondisi tersebut di atas
diperlukan sarana untuk memupuk keimanan dengan adanya tempat-tempat peribadatan
sesuai dengan pemeluk agama masing-masing.
Data pada Kandep tercatat sebanyak 489.220 penduduk merupakan pemeluk
agama islam, 462 pemeluk agama kristen protestan, 216 pemeluk agama kristen katholik,
88 pemeluk agama hindu dan 539 pemeluk agama budha/animisme.
Sementara untuk melakukan peribadatan telah tersedia 329 masjid, 987 mushola.

2.6.3. KESEHATAN
Dalam upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat maka ketersediaan sarana
kesehatan sangatlah perlu. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat
mempengaruhi aspek pelayanan kesehatan, selain satu buah RSUD Batu Zalecha di
Kabupaten Banjar tercatat ada 95 puskesmas dengan 23 buah puskesmas keliling
kendaraan bermotor dan 4 buah perahu bermotor. Disamping penyediaan pelayanan
kesehatan, diperlukan pula tenaga medis yang handal untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Di Kabupaten Banjar jumlah paramedis secara keseluruhan adalah 884 orang
termasuk 132 tenaga yang non medis. Sementara jumlah dokter sebanyak 57 orang dengan
rincian, 43 dokter umum, 12 dokter gigi, dan 12 dokter spesialis.

2.7. RENCANA PENGEMBANGAN


Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Banjar adalah untuk sektor
pertanian, baik untuk tanaman keras maupun untuk tanaman pangan. Hal ini berkaitan
dengan potensi kesesuaian lahan dan dominasi pola penggunaan lahan serta usaha tani
yang telah dikembangkan oleh masyarakat.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Banjar pada saat ini sedang gencar-gencarnya

meningkatkan kegiatan di sektor agribisnis berikut agro industrinya. Agribisnis mencakup


agro industry yakni industry yang mengolah hasil-hasil produksi komoditi pertanian
maupun industry yang memproduksi masukan-masukan atau prasarana untuk proses
produksi/budidaya. Dengan demikian sektor agribisnis ini akan memberikan dampak ganda
yang besar dalam perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi akan tinggi dan
meningkatkan pendapatan pertanian.
Permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan Daerah Rawa Belanti
dan Alalak Padang adalah sebagai berikut:
a.

Merupakan rawa pasang surut, musim kemarau muka air rendah, sedangkan pada
musim penghujan banyak air tergenang, sehingga petani tidak bisa optimal
memanfaatkan lahan

b.

Prasarana pertanian masih sangat sedikit

c.

Kelembagaan pertanian masih belum menunjang

BAB 3. METODOLOGI DAN TAHAPAN SURVEY


TOPOGRAFI
3.1. UMUM
Dalam perencanaan, pengukuran topografi adalah pekerjaan awal yang dilakukan,
karena hasil pengukuran topografi merupakan data dasar untuk membuat kerangka desain
maupun tata letak bangunan pada jaringan irigasi yang diperlukan. Dalam bab ini akan
diuraikan tentang metode yang dipergunakan dalam analisa data dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan.
Pada dasarnya metode pelaksanaan yang dipergunakan adalah standar pengukuran
yang umum, antara lain terdiri dari : persiapan, kalibrasi alat, pembuatan rencana jalur
pengukuran dalam peta dasar skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000, pelaksanaan pengukuran,
perhitungan, penggambaran serta koreksi dan selanjtunya membuat draft gambar
pengukuran.

3.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Tahapan pelaksanaan pekerjaan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pekerjaan tersebut. Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang terinci, logis dan
tertata sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan akan sangat membantu pelaksanaan
pekerjaan di lapangan. Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh konsultan :

3.2.1. TAHAPAN PERSIAPAN


Pada tahap persiapan pekerjaan yang dilaksanakan berkaitan dengan survai
topografi adalah :
1. Pengurusan ijin khususnya yang berkaitan dengan pemerintah daerah setempat
yaitu ke Kecamatan Simpang Empat.
2.

Pengumpulan data dan peta dasar

3.

Persiapan tenaga dan alat ukur serta perlengkapannya

4.

Kalibrasi alat ukur yang akan digunakan

5.

Menyediakan base camp

6. Mempersiapakan akomodasi dan transportasi yang dapat memperlancar pekerjaan


lapangan
7.

Koordinasi dengan Tim dan Direksi pekerjaan.

3.2.2. ORIENTASI LAPANGAN


Sebelum menentukan langkah

atau menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan

terlebih dahulu dilakukan orientasi lapangan, sehingga nantinya kebutuhan peralatan


maupun tenaga dapat diprediksi dengan baik. Dalam orientasi lapangan tenaga ahli dan
surveyor menggunakan peta dasar skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000, sedangkan beberapa
kegiatan Orientasi lapangan adalah :
1. Melihat kondisi daerah studi dan mencari patok BM referensi yang bisa
digunakan untuk pengikatan nantinya.
2. Membuat rencana batas luasan areal atau jalur yang akan diukur
3. Melakukan inventarisasi kemungkinan kendala yang ada di lapangan sehingga
sesampai di kantor dapat didiskusikan cara/alternatif pemecahan masalah
lapangan yang ada.

3.2.3. PEMASANGAN PATOK


Pemasangan patok meliputi patok Bench Mark (BM) dan patok kayu sebagai patok
bantu, dengan rincian sebagai berikut :
1. Patok Bench Mark (BM), sesuai spesifikasi dalam TOR dan ditempatkan sesuai
dengan persetujuan Direksi pekerjaan
2. Patok kayu, sebagai patok bantu akan ditempatkan pada titik ikat pengukuran,
jumlah patok kayu ini disesuaikan dengan kebutuhan.
Pemasangan patok BM ditempatkan pada lokasi yang strategis, aman, pada lokasi
yang kemungkinan tidak akan tergusur oleh pekerjaan konstruksi nantinya dan patok
tersebut mudah diidentifikasi (diberi inisial).
Setelah semua patok Bench Mark (BM) dipasang kemudian didokumentasikan
sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 3 meter, sehingga situasi sekitar BM dapat
tergambar, selanjutnya lokasi BM dilakukan pendiskripsian (foto, sket, lokasi, diskripsi).

3.3. PENGUKURAN POLIGON


Dalam pengukuran dan pemetaan suatu areal digunakan kerangka dasar
pengukuran yang disebut poligon. Poligon merupakan rangkaian segi banyak yang
dilakukan untuk menentukan posisi horisontal dengan cara pengukuran sudut, azimuth dan
jarak (sisi) mulai titik awal sampai akhir pada suatu rangkaian. Tahapan pengukuran
poligon adalah sebagai berikut :
1. Membuat sketsa poligon rencana dan menentukan langkah-langkah pengukuran
2. Pengukuran alur alam dilakukan dengan metode poligon terbuka, untuk
mendapatkan profil memanjang dan profil melintang. Interval antar patok
maksimal 200 meter dan bila terdapat tikungan/belokan maka jarak tersebut harus
disesuaikan sehingga posisi belokan dapat tergambarkan.
Jenis pekerjaan yang dilakukan dalam pengukuran poligon daalam studi ini antara
lain :
1.

Pengukuran Sudut
Alat yang digunakan dalam pengukuran sudut adalah Theodolite T2 untuk
poligon utama dan Theodolite T1 untuk poligon cabang. Pengukuran dilakukan
untuk kondisi normal.

2.

Pengukuran Jarak
Dalam pekerjaan pengukuran jarak dilakukan dengan pengukuran sipat datar
secara optis yang dikontrol dengan pita ukur, untuk mempertinggi ketelitian
pengukuran.

3.

Pengukuran Azimuth
Pengukuran azimuth dalam studi ini dilakukan dengan pengamatan posisi
matahari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari dengan personil terdiri dari
seorang juru ukur dan seorang recorder merangkap juga sebagai pencatat
waktu.

3.3.1. POLIGON TERBUKA


Poligon terbuka adalah poligon yang dibentuk dengan titik awal dan titik akhir yang
tidak saling bertemu. Poligon terbuka terdiri atas :

1.

Poligon terbuka terikat sempurna


Adalah poligon yang titik awal dan akhirnya merupakan titik tetap
yang sudah diketahui koordinatnya.
n+1
2

dn+
3

1
P

1
d1

d3

d2
2

Gambar 3-4 Poligon Terbuka Terikat Sempurna


Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu poligon terbuka terikat
sempurna adalah :
1.

= (akhir - awal) + (n 1) 180o

2. d sin = (Xakhir - Xawal)


3. d cos = (Yakhir - Yawal)
2.

Poligon terbuka terikat sepihak


Adalah poligon yang diikatkan pada salah satu titik tetap yang diketahui
koordinatnya maupun azimuth-nya, maka tidak ada koreksi sudut maupun
koreksi

jarak.

Pada

poligon

terikat

sepihak

syarat

geometris

dan

perhitungannya sama seperti pada poligon terbuka terikat sempurna.

1
A1
A(XA,YA)

d12

d3M

dA1
2

Gambar 3-5 Poligon Terbuka Terikat Sepihak

3.

Poligon Terbuka Lepas


Adalah poligon yang tidak terikat pada suatu titik tetap, sehingga koordinat
yang terukur bersifat lokal, dan penyelesaian koordinatnya dengan orientasi
sembarang atau koordinat lokal. Pada poligon ini syarat geometris dan
perhitungannya sama seperti pada poligon terbuka terikat sempurna.
3

12

5
d34

d45

d12
2

Gambar 3-6 Poligon Terbuka Lepas

3.3.2. PENGUKURAN SUDUT HORISONTAL


Alat ukur yang dipergunakan mengukur sudut horisontal adalah alat ukur theodolite
yang dilengkapi dengan beberapa alat bantu seperti statif, rambu (jalon) dan unting-unting.
Pengukuran sudut horisontal dilakukan dengan menggunakan metode repetisi. Dalam
metode tersebut sudut diukur secara berulang-ulang, misalnya direncanakan n kali sudut
diukur, maka sudut teratakan adalah 1/n dari jumlah pengukuran.
R

P
S

Gambar 3-7 Sudut Horisontal

3.3.3. PENGUKURAN JARAK


Jarak antara dua titik di lapangan adalah satuan panjang yang menyebabkan
hubungan langsung arah horisontal antara dua titik tersebut. Pada gambar di bawah A dan
B adalah dua titik di lapangan sehingga dAB adalah jarak antara titik A sampai dengan B.

dAB

Gambar 3-8 Jarak Antara Dua Titik


Pengukuran jarak dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
pelaksanaan di lapangan jarak ukur secara tidak langsung yaitu dengan metode benang
optis. Pengukuran jarak secara optis adalah pengukuran jarak dengan menggunakan alat
ukur sudut rambu ukur. Jarak diperoleh dengan menghitung data ukur berdasarkan rumeus
seperti berikut :
Dh

= A (ba bb) Cos2 h atau

Dh

= A (ba bb) Sin2 z atau

Dengan :
Dh = Jarak horisontal
A = Konstanta pengali
Ba= Bacaan benang atas
Bb= Bacaan benang bawah
H = Sudut miring ukuran
Z = Sudut zenit ukuran

Gambar 3-9 Pengukuran Jarak Dengan Pembacaan Optis

3.3.4. PENGUKURAN AZIMUTH


Azimuth adalah sudut yang dibentuk oleh meridian melalui pengamat dan garis yang
menghubungkan pengamat dengan target, diukur searah jarum jam dari sebelah utara
meredian. Azimuth untuk mengidentifikasi jurusan awal dari suatu kerangka geodetis dan
dapat digunakn sebagai kontrol azimuth atau kontrol sudut pada suatu kerangka horisontal
peta. Metode penentuan azimuth adalah dengan pengamatan astronomis yaitu :
1. Penentuan azimuth dengan pengamatan matahari
2. Penentuan azimuth dengan pengamatan bintang

Gambar 3-10 Segitiga Bola Astronomis

Dalam pelaksanaan di lapangan metode yang digunakan adalah dengan metode


pengamatan matahari. Prinsip penentuan azimuth dengan matahari adalah pengukuran
tinggi matahari (h) dan sudut horisontal () yaitu sudut dari tempat berdiri alat ke target
matahari. Besarnya koreksi, misalnya refraksi ditentukan oleh parameter waktu, sedangkan
parameter yang lain didapat dari interpolasi peta topografi.

BAB 4. ANALISA DAN PERHITUNGAN


4.1. BENCH MARK (BM)
Untuk keperluan survey topografi diperlukan titik kontrol BM, Koordinat masingmasing BM disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 4-1 Data Koordinat BM

Gambar 4-11 Foto BM 01

Gambar 4-12 Foto BM 02

4.2. PENGUKURAN POLIGON


Pengukuran poligon utama dilakukan mengunakan alat Thoedolite Wild T-2 dan
pengukur jarak menggunakan alat EDM dan pita ukur baja. Pembacaan sudut dilakukan
satu seri (B, LB, LB, B), hasil pengukuran sudut adalah rata-rata sudut biasa dan luar biasa.
Jaringan poligon cabang diukur pada jalur saluran/ sungai/jalan dan terikat sempurna pada
jaringan poligon utama, alat yang digunakan Theodolith T0, jarak diukur dengan pita ukur
baja.

4.2.1. PERHITUNGAN KERANGKA HORISONTAL


Hitungan Kerangka horizontal dilakukan dengan metoda poligon. Poligon utama
untuk menentukan koordinat (x,y) dari pengukuran poligon dilapangan. Data-data yang
diperlukan dalam perhitungan ini adalah azimuth matahari untuk menghitung sudut jurusan
tiap sisi poligon dan sudut horizontal, disertai data jarak. Data dan perhitungan pengematan
matahari diberikan dalam lampiran, Blangko 07 dan 08.

4.2.2. PERHITUNGAN SALAH PENUTUP SUDUT


Dalam perhitungan poligon tertutup (loop) harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
f = - (n + 2) 180

untuk sudut luar

f = - (n - 2) 180

untuk sudut dalam

dimana :
f : salah penutup sudut
: jumlah sudut ukuran
n

: banyaknya titik dalam satu loop

Dalam poligon terikat sempurna, salah penutup sudut :


f = - (n x 180) - ( akhir - awal)
Kesalahan dari penutup sudut tersebut tidak boleh melebihi 10" n.

4.2.3. PENENTUAN SALAH PENUTUP ABSIS DAN ORDINAT


Penentuan salah penutup absis dan ordinat sebagai berikut :
fx = d . sin
fy = d . cos
dimana :
fx = salah penutup absis
fy = salah penutup ordinat
d = jumlah jarak
Dalam poligon terikat sempurna :
fx = d . sin - ( x akhir - x awal )
fy = d . cos - ( y akhir - y awal )
Perhitungan koordinat dapat dimulai apabila absis dan ordinat telah dikoreksi.
Perhitungan ketelitian masing-masing loop poligon diberikan pada tabel berikut,
sedangkan perhitungan rinci masing-masing poligon diberikan pada lampiran.

4.3. PENGGAMBARAN DRAFT


Penggambaran draft situasi dilakukan dilapangan diatas kertas milimeter, dengan
maksud agar waktu lebih cepat, kesalahan dan kekurangan detail dapat diketahui lebih dini,
sementara penggambaran definitip dimulai setelah perhitungan definitif selesai.

Anda mungkin juga menyukai