negara tidak boleh dikuasai oleh agama, tetapi sebaliknya negara harus
mendominasi agama. [12] Demi untuk mempertahankan kekuasaan negara,
agama harus tunduk pada negara. Hal yang harus diutamakan oleh penguasa
dalam agama bukan hukum cinta kasih dan belaskasihan. Sebab dalam
panggung politik, hanya orang kuat yang tahan memerintah, sedangkan
mereka yang tak berdaya harus mencari hiburan dalam bidang spiritual atau
membuat rasionalisasi atas kelemahan-kelemahannya.[13]
Machiavelli tidak hendak mengatakan bahwa agama tidak penting. Dia
memang menganggap ajaran moral dan dogma-dogma agama pada dirinya
tidaklah begitu penting, tetapi hal yang dipandang tidak penting tersebut
memiliki fungsi untuk mempersatukan negara. Bagi Machiavelli, agama
memiliki segi pragmatis untuk mengintegrasikan negara. Agama dapat
mendukung patriotisme dan memperkuat pranata-pranata kebudayaan.[14]