Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. Korosi Seragam
1. Pengertian
Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat bereaksi
dengan oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang memiliki ukuran
butir yang halus dan homogenitasyang tinggi.

Korosi seragam adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang
terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau terbuka ke
lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir seluruh permukaan
logam menampakkan terjadinya proses korosi.
Korosi ini terjadi pada seluruh permukaan logam yang kontak dengan air dengan
intensitas yang sama. Akibat korosi ini biasanya logam akan mengalami kehilangan berat
paling besar dibandingkan dengan korosi lain.Korosi ini biasa terjadi pada baja karbon
yang berada dalam lingkungan atmosfer maupun korosif, sedangkan pada tembaga
terjadi laju korosi yang rendah karena adanya lapisan film pelindung pada permukaannya
sehingga tembaga memiliki ketahanan korosi yang tinggi
Jenis korosi ini adalah yang paling umum dimana korosi terjadi secara menyeluruh
pada permukaan logam yang terekspos pada lingkungan korosif. Korosi ini sering pula
disebut sebagai penipisan (thinning) atau general corrosion. Contoh paling umum adalah
korosi pada logam yang terekspos di udara. Contoh lain adalah serangan oleh asam
seperti HCl,H2SO4,HF,senyawa sulfu, dan sebagainya.

2. Penyebab

Korosi seragam mengacu pada pengurangan ketebalan di atas permukaan bahan yang
terkorosi yang relatif seragam Relatif mudah untuk mengukur, memprediksi dan
mendesain kerusakan pada korosi tipe ini. Korosi seragam terjadi karena poses anodik
dan katodik yang berlangsung pada permukaan logam terdistribusi secara merata. Ini
terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan sehingga kontak yang berlangsung
mengakibatkan seluruh permukaan logam terkorosi. Korosi seperti ini umumnya dapat
kita temukan pada baja di atmosfer dan pada logam atau paduan yang aktif terkorosi
(potensial korosinya berada pada daerah kestabilan ionnya dalam diagram potensial-pH).

Daerah anodik dan katodik pada prinsipnya dapat terbentuk bila pada permukaan
logam atau paduan terdapat perbedaan potensial atau energi bebas dari titik yang satu
terhadap yang lain disekitarnya. Perbedaan potensial ini dapat dihasilkan misalnya oleh
dua jenis logam yang berhubungan secara listrik, perbedaan rasa,perbedaan suhu,
perbedaan tegangan, perbedaan besar butiran,daerah pinggir dan tengah butiran dan juga
pengaruh konsentrasi dari lingkungan (Fontana & Green, 1986).
Kerusakan material yang diakibatkan oleh korosi seragam umumnya dinyatakan
dengan laju penetrasi yang ditunjukkan sebagai berikut :
Ketahanan
Relatif Korosi
Sempurna
Baik sekali
Baik
Sedang
Rendah
Sangat rendah

mpy
<1
1-5
5-20
20-50
50-200
200+

mm/yr
< 0.02
0.02-0.1
0.1-0.5
0.5-1
1-5
5+

mm/yr
< 25
25-100
100-500
500-1000
1000-5000
5000+

nm/h
<2
2-10
10-150
50-150
150-500
500+

Secara teknik korosi seragam tidak berbahaya karena laju korosinya dapat
diketahui dan diukur dengan ketelitian yang tinggi. Kegagalan materi akibat serangan
korosi ini dapat dihindari dengan pemeriksaan dan monitoring secara teratur.
Korosi seragam merupakan bentuk yang paling klasik dari korosi, tetapi tidak
selalu yang paling penting dalam hal biaya atau keselamatan. Hal ini ditandai dengan
3

adanya beberapa spesi pada proses elektrokimia yang terjadi secara merata di seluruh
permukaan dipertimbangkan.
Konsekuensi dari seragam korosi adalah logam penurunan ketebalan per satuan
waktu (atau menurunkan berat badan per satuan luas per satuan waktu) jika produk
korosi larut, atau yang lebih atau kurang seragam deposit produk ini jika mereka tidak
larut.
3. Mekanisme
Korosi seragam ditandai oleh serangan korosif yang berjalan secara merata di atas
seluruh luas permukaan, atau sebagian besar dari luas daerah. Umumnya penipisan
lapisan bahan terkorosi berlangsung sampai terjadi kegagalan material.
Korosi pada logam terjadi karena adanya reaksi redoks antara logam dengan
lingkungannya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu oleh
korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan
bertambahnya waktu akan menyebar ke seluruh permukaan logam. Korosi merata yang
terjadi pada logam besi prosesnya bisa digambarkan sebagai berikut :
Reaksi yang terjadi adalah :
Fe

Fe2+ + 2e

Ketika media berkontak/berinteraksi dengan atmosfer, maka akan mengandung


oksigen terlarut. Air dan air laut relatif bersifat netral, maka reaksi katodiknya adalah:
O2 + 2H2O + 4e

4OH-

Di sini ion natrium dan klorida tidak terlibat dalam reaksi, sehingga reaksi
keseluruhan dapat dilihat dengan menggabungkan reaksi (2.1) dengan reaksi (2.2), yaitu:
2Fe + 2H2O + O2

2Fe2+ + 4OH-

2Fe(OH)2

Endapan besi hidroksida yang dihasilkan bersifat tidak stabil dalam larutan
beroksigen, sehingga senyawa tersebut teroksidasi membentuk garam besi:
2Fe(OH)2 + H2O + O2

2Fe(OH)3

Karena korosi merata relatif mudah diukur dan diprediksi, bencana kegagalan
relatif jarang ditemukan. Dalam banyak kasus, hanya tampak parah dari sudut pandang
penampilan. Seperti terjadi korosi merata ke seluruh permukaan komponen logam,
praktis dapat dikendalikan oleh perlindungan katodik, penggunaan pelapis atau cat, atau
hanya dengan uang saku yang menetapkan korosi. Dua klasik dalam hal ini adalah patina
secara alami menodai diciptakan oleh tembaga atap dan warna-warna yang dihasilkan
karat pada baja pelapukan.

Dengan rincian sistem lapisan pelindung pada struktur sering mengarah pada
bentuk korosi.Menumpulkan dari terang atau dipoles permukaan, etsa oleh asam
pembersih, atau oksidasi (perubahan warna) dari baja adalah contoh dari korosi
permukaan. Tahan korosi baja paduan dan stainless dapat menjadi noda atau teroksidasi
di lingkungan korosif. Korosi permukaan dapat menunjukkan kerusakan pada lapisan
pelindung sistem, bagaimanapun, dan harus diperiksa dengan cermat untuk lebih maju
menyerang. Jika korosi permukaan diperbolehkan untuk melanjutkan, permukaan dapat
menjadi kasar dan korosi permukaan dapat menyebabkan lebih serius jenis korosi.

4. Cara Pengendalian
Cara pengendalian korosi seragam adalah :
a. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang

lebih

anodik.
b. Melakukan inhibitas dan cathodic protection.

B. Korosi Galvanik
1. Pengertian
Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda jenis jika di
hubungkan. Korosi ini juga terjadi karena pasangan elektrikal pada dua logam atau
paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi. Logam yang lebih anodik akan
terkorosi sementara logam lainnya yang lebih katodik akan terlindungi. Posisi logam
pada deret volta akan menentukan apakan suatu logam lebih anodik atau katodik.

Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam.
Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu

lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu
beda potensial diantara logam tesebut.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda
(katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda
adalah logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial
korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan
sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa
dengan cara proteksi katodik. Deret galvanik adalah suatu daftar harga-harga potensial
korosi untuk berbagai logam paduan yang berguna dalam kehidupan. Selain itu deret
galvanik juga mencantumkan harga-harga potensial korosi untuk logam-logam murni.

2. Penyebab
Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena adanya dua logam yang kontak
secara elektrik dan tercelup dalam larutan air membentuk sel elektrokimia. Dimana salah
satu logam yang relatip kurang mulia akan mengalami korosi dan logam yang lebih
mulia tidak akan terjadi korosi. Dasar timbulnya mekanisme reaksi korosi jenis ini
karena adanya perbedaan potensial sistem logam dimedia larutan berair yang lebih
dikenal dengan deret tegangan logam Sebagai contoh atap seng gelombang yang
mengalami korosi pada lapisan sengnya terlebih dahulu, logam baja tidak akan terkorosi
selama masih ada lapisan seng dan secara elektrik masih terinteraksi.

3. Mekanisme
Mekanisme korosi galvanik, yaitu :
a. Reaksi anodik pada korosi logam :
M Mn+ + ne
b. Reaksi katodik, yang ada beberapa kemungkinan :
6

1) Evolusi hidrogen
2H+ + 2e H2 dalam lingkungan asam
2H2O + 2e H2 + 2OH- dalam lingkungan basa
2) Reduksi oksigen terlarut
O2 + 4H+ + 4e +2H2O dalam lingkungan asam
O2 + 4H+ + 4e +4OH- dalam lingkungan basa/netral
3) Reduksi oksidator terlarut
Fe3+ + e Fe2+

4. Pengendalian
Cara pengendalian korosi galvanic adalah :
a. Hindari pemakaian 2 jenis logam yang berbeda.
b. Pergunakan logam yang lebih anodik dengan rasio yang lebih besar dibanding
logam katodik.
c. Lapisi pada pertemuan dua logam yang berbeda jenis
d. Gunakan logam ketiga yang lebih anodic.
Metoda-metoda yang di lakukan dalam pengendalian korosi adalah :
a. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan
katoda.
b. Mengisolasi logam dari lingkungannya.
c. Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan
mineralisasi.
d. Mengurangi oksigen yang larut dalam air.
e. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis.
f. Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan.
g. Mencegah celah atau menutup celah.
h. Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.

C. Korosi Celah
1. Pengertian
Korosi celah adalah: Tindakan korosi lokal dgn perubahan yang tinggi pada lubang
sempit yang disebabkan adanya perbedaan penambahan oksigen dengan konsentrasi
oksigen dalam celah lebih rendah sehingga sulit bagi oksigen untuk menembus lubang
kecil.
7

2. Penyebab
Celah penyebab korosi ini terbentuk antara 2 logam yang sejajar atau antara logam
dengan logam. Celah ini bisa juga terjadi karena retak-retak kecil.
Reaksi utama yang terjadi Fe Fe2+ + 2e , elektron yang dilepaskan menuju C, yang
mana reaksi dengan oksigen lebih dominan. Kelebihan ion Fe2+ dalam celah membentuk
banyaknya muatan positif yang mengikat ion klorida dari larutan. Fe2+ bereaksi dengan
air menurut reaksi berikut ini.
Fe 2+ + 2H2O Fe(OH)2 + 2H+
Secara umum, ion logam dimisalkan M+
M+ + Cl - + H2O MOH + H+ + ClSesuai dengan reaksi di atas, dapat menambah keasaman, sesuai yang terjadi dalam
celah. pH yang lebih rendah ini dapat menaikkan laju korosi dalam celah.

3. Mekanisme
Tahap tahap terjadinya korosi celah:
a. Seluruh permukaan logam di dalam dan di luar celah ditutupi oleh elektrolit
Coksigen, Ekor dan laju korosi di dalam dan di luar celah sama.
b. Konsentrasi O2 dalam celah berkurang dengan cepat karena dikonsumsi oleh
katodiknya, sedangkan supplay oksigen ke dalam celah terbatas karena
perpindahannya ke dalam celah cukup lambat melalui mekanisme difusi.
Terbentuk sel elektrokimia padamana lokasi dalam celah dengan kandungan
oksigen lebih kecil berfungsi sebagai anoda, dan lokasi di luar celah sebagai
katoda .
8

c. Celah kelebihan muatan positif yaitu kation logam yang larut mendorong migrasi
ion Cl- kedalam celah, dan terbentuk metal klorida. Oleh karena konsentrasi
M++ di dalam celah meningkat, sebagian M++ akan berdifusi dan bermigrasi
keluar celah.
d. Di muka celah MCl terhidrolisis sesuai dengan reaksi :
M++ + 2Cl + 2H2O M(OH)2 + 2H+ + 2ClH+ akan masuk ke dalam celah mengkompensasi ion positif yang berpindah
keluar celah sehingga keasaman di dalam celah semakin meningkat.
e. Kandungan ion H+ dan Cl- yang tinggi dalam celah, mencegah pasivasi logam,
dan meningkatkan pelarutan anodik sehingga proses berlangsung secara
autokatalitik.

4. Mekanisme korosi celah


Korosi celah (crevice corosion) dibatasi hanya untuk serangan terhadap paduanpaduan yang oksidanya terpasifkan oleh ion-ion agresif seperti klorida dalam celah-celah
atau daerah-daerah permukaan logam yang tersembunyi. Serangan dalam kondisi serupa
terhadap logam tidak terpasifkan dahulu disebut aerasi diferensial. Korosi aerasidiferensial dan korosi sel konsentrasi adalah istilah-istilah yang merujuk ke aspek-aspek
mekanisme korosi di dalam celah atau retakan. Sedangkan nama-nama lain yang kurang
umum timbul dari situasi-situasi khusus ditempat korosi celah ditemukan, misalnya,
korosi deposit, korosi retakan, korosi paking, korosi antarmuka, korosi tapal, korosi garis
air, dan korosi pasak. Defenisi lain dari korosi celah adalah serangan yang terjadi karena
sebagian permukaan atau terasing dari linkungan dibanding bagian lain logam yang
menghadapi elektrolit dalam volume besar. Serangan ion-ion klorida terhadap
permukaan logam yang terpasifkan dipilih sebagai contoh karena kombinasi ini paling
sering dijumpai kasus-kasus korosi celah.

Langkah langkah yang terjadi adalah sebagai berikut:


a. Mula-mula, elektrolit diandaikan mempunyai komposisi seragam. Korosi terjadi
secara perlahan di seluruh permukaan logam yang terbuka, baik di dalam maupun
di luar celah.Dengan kondisi demikian, pembangkitan ion-ion logam positif
diimbangi secara elektrostatik oleh pembentukan ion-ion hidroksil negatif.
b. Pengambilan oksigen yang terlarut menyebabkan lebih banyak lagi difusi oksigen
dari permukaan-permukaan elektrolit yang kontak langsung dengan atmosfer.
Oksigen di permukaan logam yang berhadapan dengan sebagian besar elektrolit
lebih mudah dikonsumsi ketimbang terdapat di dalam celah. Di dalam celah,
kekurangan oksigen menghalangi proses katodik sehingga pembangkitan ion-ion
hidroksil yang negatif dari tempat yang terkurung itu juga berkurang.
c. Produksi ion-ion positif yang berlebihan dalam celah menyebabkan ion-ion
negatif dari elektrolit di luar celah terdifusi ke dalam celah untuk
mempertahankan keadaan dengan energi potensial yang minimum. Dengan
hadirnya klorida, agaknya terbentuklah ion-ion kompleks antyara klorida, ion-ion
logam dan molekul-molekul air. Para ahli yakin bahwa ion-ion itu mengalami
hidrolisis (reaksi dengan air), yang menghasilkan produk korosi, dan lebih
penting lagi, ion-ion hidrogen yang mengurangi pH. Kehadiran klorida diketahui
mendorong terjadinya pH-pH rendah karena kecendrungannya yang sangat
rendah untuk bergabung dengan ion-ion hidrogen dalam air.

5. Penanggulan
a. Perencanaan dan desain yang benar sehingga terbentuk celah dapat dihindari.
b. Menutup celah yang ada dengan las, solder, dempul.
c. Mengurangi agresivitas linkungan dengan menurunkan kandungan klorida,
keasaman, temperatur.
d. Penghilangan padatan tersuspensi sehingga dihindari terbentuk endapan yang
menyebabkan korosi celah.
e. Penambahan inhibitor.

D. Korosi Sumuran
1. Pengertian
Korosi sumuran adalah bentuk korosi lokal di mana terjadi kerugian logam dalam
bentuk lubang dengan penampang relatif kecil untuk permukaan terbuka secara
10

keseluruhan. Sebagian besar permukaan sering menderita kerugian logam sedikit atau
tidak ada. Penetrasi bisa begitu besar sehingga dinding dapat benar-benar berlubang
sehingga kebocoran. Atau, penetrasi bisa berhenti di kedalaman tertentu atau berhenti
dan kemudian restart. Untuk komponen di bawah tekanan tarik, lubang dapat inisiasi
situs untuk retak, yang kemudian dapat tumbuh dengan kecepatan tinggi, akhirnya
berakhir dengan kegagalan atau terputusnya bagian.

Korosi sumuran pada logam bentuk pasif dan paduan stainless steel seperti ketika
film ultra-tipis pasif (oxide film) secara kimiawi atau secara mekanis rusak dan tidak
segera kembali. Lubang yang dihasilkan dapat menjadi lebar dan dangkal atau sempit
dan mendalam yang dapat dengan cepat melubangi ketebalan dinding logam.

2. Mekanisme
Salah satu mekanisme yang berbeda tidak dapat dipanggil untuk menggambarkan
pitting pada semua paduan dan dalam semua lingkungan. Bahkan, masih ada
ketidaksepakatan mengenai mekanisme yang tepat yang menyebabkan lubang untuk
memulai dan menyebarkan. Namun, karakteristik tertentu yang umum untuk sebagian
besar jenis pitting.
Paling umum pitting dikaitkan dengan ion halida yang mengandung halida dan
seperti klorida, bromida, dan hipoklorit.

11

Sebuah katoda anoda besar hubungan vs area kecil cenderung ada. Sebagian besar
permukaan yang tidak diserang dapat bertindak sebagai katoda dan hanya wilayah kecil
yang diserang dapat bertindak sebagai anoda.
Konsentrasi ion dalam pit dan dalam cairan massal yang berbeda. Konsentrasi ionik
jauh lebih besar dalam daerah pit.
Hidrolisis reaksi yang melibatkan logam yang mengandung kation dalam lubang
menyebabkan keasaman meningkat, yaitu pH menurun secara signifikan.
Kadang-kadang produk hidrolisis reaksi dapat menciptakan efek autocatalytic di
mana kehadiran mereka mempercepat propagasi pit.
Inisiasi dapat terjadi pada diskontinuitas dalam lapisan baik pasif dalam permukaan
paduan atau antara logam dasar dan inklusi.
Permukaan terkena kondisi stagnan (ketiadaan atau gerakan fluida berkurang) sering
diamati untuk pit lebih mudah daripada permukaan yang sama terkena gerakan fluida.

3. Tahapan Korosi Sumuran


Sebuah lubang awal dapat terbentuk pada permukaan ditutupi oleh lapisan oksida
pasif sebagai akibat dari berikut:
Kerusakan mekanis dari film pasif disebabkan oleh goresan. Reaksi Anodik dimulai
pada permukaan logam terkena elektrolit. Sekitarnya permukaan dipasivasi bertindak
sebagai katoda.
Partikel dari kedua fase ( non-logam inklusi , inklusi intermetalik , partikel
logam, Microsegregation ) muncul pada permukaan logam. Partikel-partikel ini
mempercepat sepanjang batas butir dapat berfungsi sebagai anoda lokal menyebabkan
korosi galvanik lokal dan pembentukan lubang awal.
Menekankan lokal dalam bentuk dislokasi muncul di permukaan dapat menjadi
anoda dan memulai lubang.

12

Non-homogen lingkungan dapat membubarkan film pasif di lokasi tertentu di mana


lubang awal bentuk.
Pertumbuhan Pit. Di hadapan lubang-lubang ion klorida yang berkembang melalui
mekanisme autocatalytic.
Anodik reaksi di dalam lubang:
Fe = Fe 2 + + 2e - (disolusi besi)
Elektron diberikan oleh aliran anoda ke katoda (permukaan dipasivasi) di mana
mereka dibuang dalam reaksi katodik:
1/2O 2 + H 2 O + 2e - = 2 (OH -)
Sebagai hasil dari reaksi-reaksi elektrolit tertutup di pit keuntungan muatan listrik
positif dalam kontras dengan elektrolit sekitar lubang, yang menjadi bermuatan negatif.
Lubang bermuatan positif menarik ion negatif Cl klorin meningkatkan keasaman
elektrolit menurut reaksi:
FeCl 2 + 2H 2 O = Fe (OH) 2 + 2HCl
PH elektrolit di dalam lubang menurun (meningkat keasaman) dari 6 sampai 2-3,
yang menyebabkan percepatan proses korosi. Rasio besar antara anoda dan katoda
daerah nikmat peningkatan laju korosi. Produk korosi (Fe (OH) 3) terbentuk di sekitar
lubang mengakibatkan pemisahan lebih lanjut elektrolit nya.
Dalam istilah elektrokimia, yang "potensial pitting kritis" (kadang-kadang disebut
"pecah potensial") merupakan ciri elektrokimia yang mengandalkan paduan berbagi pasif
jika mereka mengalami korosi pitting. Potensi ini adalah potensi yang paling negatif di
atas lubang dapat memulai dan menyebarkan. Artefak pengukuran dengan asumsi tidak
ada, nilai potensi ini memberikan nilai batas atas. Kontrol pada potensial yang lebih
tinggi (lebih anodik atau lebih mulia) akan menghancurkan kepasifan dan
mempromosikan pitting. Artinya, jika potensi korosi lebih besar dari (anodik sehubungan
dengan) potensi pitting, pitting akan memulai. Potensi ini sering diperkirakan dari Siklik
Memindai Polarisasi Potentiodynamic.

4. Pencegahan
Korosi sumuran dapat dicegah melalui:
1. Pemilihan bahan yang tepat dengan resistensi diketahui oleh lingkungan layanan
2. Kontrol pH, konsentrasi klorida dan suhu perlindungan Katodik dan Perlindungan
anodik

13

3. Gunakan paduan tinggi (ASTM G48) untuk peningkatan resistensi terhadap


korosi pitting
4. Menghindari zona stagnan dan deposito, serta mengurangi agresivitas medium
5. Pengendalian komposisi elektrolit (ID ion klorida)
Inhibitor korosi yaitu suatu senyawa yang berperan melindungi logam dari korosi
dengan melalui berbagai cara. Untuk itu diperlukan analisis dan perhitungan yang
matang pada praktek penggunaannya agar didapat hasil yang efektif.

E. Korosi Intergranular
Korosi Intergranular kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi"
atau "korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi
sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak
korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular stress corrosion cracking".

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda


potensial dalam komposisi, seperti sampel inti coring biasa ditemui dalam
paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam
baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi
intergranular.
Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan penyebab grain
boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan unsur/elemen pada
kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini terjadi pada casting
and welding.

14

Cara pengendalian korosi batas butir adalah:


a) Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
b) Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
c) Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
d) Pelarutan karbida melalui pemanasan.
e) Hindari pengelasan.

F. Korosi Erosi

Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan
korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen logam yang
bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan percepatan terdegradasinya
suatu logam.

Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam tergerus


dengan percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan
relatif antara fluida korosif dan permukaan metal. Korosi erosi dibagi menjadi 2
tipe yaitu:

15

a) Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan permukaan

logam sehingga berakibat luka terhadap permukaan logam tersebut


b) Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan berakibat

suhu logam naik dan tergerus sesama logam.


Tipe Media Korosif antara lain gas, larutan encer, sistem organik, metal
cair dan semua tipe peralatan yang diekspos fluida (piping system, katup, pompa
dan propeller). Dan cara pencegahannya secara global antara lain menggunakan
material dengan ketahanan korosi yang baik, perancangan (design) yang baik,
coating dan cathodic protection.
Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida
dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya
dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam
dan kemudian korosi logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir. Proses
siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.

Cara pengendalian korosi erosi adalah:


a) Menghindari partikel abrasive pada fluida.
b) Mengurangi kecepatan aliran fluida.

G. Korosi Serangan Selektif


Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen
dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif
atau serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah dekarburisasi,
decobaltification, denickelification, dezincification, dan korosi graphitic.

16

Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki


potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama.
Paduan

modern

mengandung

sejumlah

unsur

paduan

berbeda

yang

menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara elemen


paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang lebih
"aktif" pada elemen dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari
paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos
dan rapuh.

Gambar 2.6. Mekanisme Selective Leaching Corrosion


Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah menghindari
komposisi yang berbeda dari material penyusun

H. Korosi Retak Tegangan


Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi
secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan
tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh
patahan cepat. Hal ini juga termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi,
yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan
17

sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan
hidrogen.

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor


komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit
(lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan
rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan
baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Cara pengendalian korosi tegangan adalah:


a)

Turunkan besarnya tegangan

b)

Turunkan tegangan sisa termal

c)

Kurangi beban luar atau perbesar area potongan

d)

Penggunaan inhibitor.

I. Korosi Perapuhan Hidrogen


Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi
hidrogen ke kedalaman logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan
Hydrogen Embrittlement. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen.
Belum diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi
ataupun secara elektrokimia, tetapi efek pengrusakannya terhadap logam
sebagai bahan konstruksi sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio
secara fisika saja ke dalam logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.

18

1. Korosi Mikrobiologi
Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau
aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama
diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934.
Bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang
serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan
tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai
contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi
lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari
serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu
faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak
dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun
1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan
sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem
industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan
memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi
bahaya korosi tersebut.

19

Baja banyak digunakan untuk membuat paku, kawat las, ram kawat,
beton bertulang, penyangga tangki-tangki, rak, pagar , pipa-pipa minyak,
tangki-tangki air, pipa-pipa gas dan tangki gas. Baja seperti halnya besi bila
berada dalam lingkungan yang korosif maka akan larut atau mengalami
korosi.
Mikroba merupakan

suatu mikroorganisme

yang hidup

di

lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang


pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa
ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat
serta

nutrisi-nutrisi

penunjang

lainnya.

Mikroorganisme

yang

mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi
ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh
inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya
berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada
permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film
tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2-4 jam pencelupan
sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan
menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya
membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos
sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme
di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan
antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari
sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikategorikan berdasarkan kadar
oksigen yaitu :
a. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.
b. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
c. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
d. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan
dari bakteri. Jenis- jenis bakteri yang berkembang yaitu :
1.

Bakteri reduksi sulfat


Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan
lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi
20

di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga
mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh
pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah- daerah kanal,
pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya. Bakteri ini
mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar
H2S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat
berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti
pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri
jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
2.

Bakteri oksidasi sulfur-sulfida


Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi
dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi
sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. Bakteri Thiobaccilus
umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase
tambang menjadi asam.

3.

Bakteri besi mangan oksida


Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ atau Fe3+ dimana
deposit berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu
ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang
pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di
lingkungan dengan filamen yang panjang.
Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai
beberapa variabel-variabel yaitu :

a.

Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi


tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum
untuk tumbuh yang berlainan.

b.

Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu
sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat.

c.

pH,

umumnya

pH

bulk

air

dapat

mempengaruhi

metabolisme

mikroorganisme.
d.

Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun


pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini
mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob.

21

e.

Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan


ini menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.
Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan
pengembangan sel diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit
sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi
hidrogen. Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan
propagasi pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga
korosi

mikroba

tidak

terjadi

dengan

absennya

biofilm.

Biofilm

menyediakan kondisi kondisi local


lingkungan misalnya pH yang rendah, sel difrensial oksigen untuk inisiasi atau
propagasi aktifitas korosi.
Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan
yang terpadu, antara lain:
a. Perancangan

geometris

alat

atau

benda

kerja

Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan


b. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari lingkungan, atau
c. coating
d. Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat korosi, atau
Inhibisi.
e. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar terhindar dari
reaksi oksidasi oleh lingkungan
f. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan
g. Pemeliharaan kebersihan.
Bakteri anaerob pereduksi sulfat (sulphate reducing bacteria / SRB)
akan menyebabkan korosi pada struktur baja yang ditimbun dalam tanah,
dengan pembentukan lapisan tak protektif seperti FeS dan Fe2O3.H2O, bila
SRB pada awalnya tidak aktif. Bila SRB aktif sejak awal, maka produk
korosi yang terbentuk adalah FeS dan sedikit FeCO3, pada pH 7 . Mikroba
ini menyebabkan terjadinya proses korosi dengan bentuk serangan korosi
merata, sumuran, ataupun sel konsentrasi.
Mekanisme korosi oleh bakteri dapat dikelompokkan dalam prosesproses berikut :
1.

Memproduksi sel aerasi diferensial.

2.

Memproduksi metabolit korosif.


22

Interferensi terhadap proses katodik dalam kondisi bebas oksigen.


Mekanisme korosi oleh SRB dikemukakan oleh banyak ahli antara
lain oleh Kuhr dan Vlugt. Kuhr dan Vlught menyebutkan bahwa korosi oleh
SRB dalam lingkungan anaerob dan netral, reaksi katodiknya tidak
mungkin berupa reduksi O2 ataupun reduksi H+. Namun serangan korosi
yang terjadi bisa sangat parah, berarti ada reaksi katodik lain yang
berlangsung, yang melibatkan SRB. Kuhr dan Vlught menyatakan bahwa
SRB menggunakan hidrogen katodik untuk reduksi dissimilasi sulfat
menurut reaksi sebagai berikut :
Reaksi anodik :
Dissosiasi air :
Reaksi katodik:

4 Fe2+ + 8 e-

4 Fe

8 H+ + 8 OH-

8 H2O
8 H+ + 8 e-

8 Ho

Depolarisasi Katodik oleh Bakteri Pereduksi Sulfat :


SO42- + 8 Ho

S2- + 4 H2O

Produk Korosi :
Fe2+ + S2-

FeS dan 3 Fe2+ + 6 OH-

3 Fe(OH)2

Reaksi Keseluruhan :
4 Fe + SO42- + 4 H2O

3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OH-

Salah satu species pendukung korosivitas SRB adalah bakteri besi


berfilamen. Organisme ini mengoksidasi besi yang terlarut di dalam larutan
menjadi ferric hydrate yang tak larut yang membentuk sarung yang
menutupi sel-sel dan memproduksi semacam batang yang berbentuk
filamen.
Beberapa bakteri lain yang dapat menimbulkan korosi adalah:
Nama Bakteri

Jenis Korosi

Plavobacterium
Mucoids

Bakteri

pembentuk

Aerobactery

lendir penyebab sel

Pseudomanas

karat

B. Subtilis

oksigen

konsentrasi

B. Cereus
Desulfovibrioclosfridia

Bakteri penyebab karat

Gallionellacrenotbrix

Bakteri

pendeposisi
23

bakteri
Chrocoocus
Oscilatoria

Alga (lumut)

Chlorococus
Penicilium
Aspergilus

Jamur (Fungi)

24

Anda mungkin juga menyukai