Anda di halaman 1dari 8

BAGIAN ILMU RADIOLOGI

TUGAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

DESEMBER 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PET SCAN
(POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY SCAN )

Oleh :
INDRA RIZAL RASYID
10542021010

DIBAWAHKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PET SCAN
(POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY SCAN )
A. Latar Belakang
Kedokteran nuklir adalah bidang kedokteran yang memanfaatkan materi radioaktif
untuk menegakkan diagnosis dan mengobati penderita serta mempelajari penyakit
manusia.1 Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu
modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell dan
Sweet pada tahun 1953.2 Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952,
sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts General Hospital,
Boston pada tahun 1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama kali
diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun 1920-an. PET adalah metode
visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh
karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi
organ tubuh. Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak
didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi atau
metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini.
Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain seperti foto rontgen,
computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI) dan single photon
emission computerized tomography (SPECT).2
CT Scan dan MRI hanya mampu mendeteksi kanker terbatas pada aspek anatomi
tubuh. Misalnya, CT Scan dan MRI hanya mampu mendekteksi kanker di payudara,
kepala, hati, dan sejumlah titik tubuh lainnya. Sedangkan mekanisme kerja organ
tubuh yang disebut metabolisme tubuh tidak dapat dipantau oleh CT Scan atau MRI.
Sedangkan pada PET-Scan, aspek anatomi dan metabolik sekaligus masuk radar
deteksi alat canggih ini. Dimana pun atau kemana pun kanker merambat, PET-Scan
dapat mendeteksinya. Bahkan kemampuan deteksi alat ini mencakup semua aspek
penting tentang kanker seperti jenis, tingkat keganasan (stadium), lokasi, serta cara
rambat penyakit mematikan ini.2
PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisa hasil penanganan kanker yang
telah dilakukan. Setelah penanganan kanker melalui operasi perlu dilakukan
pemeriksaan apakah masih ada sisa sisa kanker yang tersisa. Untuk keperluan ini,
PET merupakan metode yang paling tepat, karena pada kondisi ini keberadaan kanker

sulit dilihat secara fisik. Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel
kanker. Selain itu, PET dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan
kanker baik dengan chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan
kanker dapat diketahui dari perubahan metabolisme di samping perubahan secara
fisik. Untuk keperluan ini, kombinasi PET dan CT memberikan informasi yang sangat
berharga untuk menentukan tingkat efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.2

B. Definisi PET Scan


PET Scan ialah suatu alat penciteraan diagnostik di bidang kedokteran nuklir.1-3
PET Scan adalah alat diagnostik yang menggunakan metode koleksi foton sesuai
untuk mengukur sepasang foton 511 ke V yang di hasilkan dari radiasi anihilasi
radionuklida positron dan di olah komputer untuk membentuk gambar yang dapat
menunjukan lokasi ,bentuk ukuran,metabolisme dan bentuk foto.7

C. PET Scan Dalam Kedokteran Nuklir


Kedokteran nuklir merupakan cabang dari pencitraan di bidang medis yang
menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif untuk mendiagnosa dan menentukan
beratnya suatu penyakit atau pengobatan berbagai jenis penyakit , termaksud berbagai
jenis kanker , penyakit jantung, pencernaan, endokrin, gangguan saraf dan kelainan
lainnya dalam tubuh.1
Karena kedokteran nuklir dapat

menentukan aktifitas molekul dalam tubuh

sehingga dapat mendeteksi suatu penyakit pada tahap awal. Kedokteran nuklir
merupakan prosedur pencitraan diagnostik non-invasive dan dapat membantu dokter
untuk mendiagnosa dan mengevaluasi kondisi penyakit pasien. 1
Penemuan radiasi oleh inti atom membawa pengaruh pada dunia kedokteran,
setidaknya dalam dua aspek. Yang pertama adalah penggunaan radiasi nuklir untuk
pengobatan dan yang kedua untuk pencitraan. Pengobatan dengan radiasi nuklir
biasanya dipakai untuk mematikan sel-sel kanker, baik radiasi dari luar tubuh maupun
dengan cara menginjeksikan zat radioaktif kedalam tubuh. Demikian pula, sebenarnya
pencitraan dengan radiasi nuklir bisa dilakukan dengan kedua cara tersebutdari luar
maupun dari dalam tubuh. Karena kebanyakan radiasi nuklir berjalan lurus, prinsip
tomografi serapan (transmission tomography) seperti pada CT bisa diterapkan.2
Beberapa perkembangan yang perlu dicatat adalah sebagai berikut. Pada tahun
1954, David Kuhl mengembangkan photo recording radionuclide Scanner. Sepuluh

tahun kemudian, pada 1964, DE Kuhl & Roy Edwards membangun Emission
Tomography Scanner (Mark II) dan pada 1976 di Univ. Pennsylvania dikembangkan
FDG (fluorodeoxyglucose) Positron Emission Tomography (PET). 2
.

Pemeriksaan dalam kedokteran nuklir menggunakan sejumlah kecil bahan


radioaktif (yang dikenal seagai radiofarmaka) yang biasanya disuntikkan ke pembuluh
darah seseorang tapi terkadang ditelan melalui mulut atau dihisap sebagai gas.
Radiofarmaka

yang

biasanya

digunakan

pada

PET

Scan

ialah

18

FDG

(Fluorodeoxyglucose). PET sangat baik untuk mencitrakan gambaran fungsional


aliran darah atau proses metabolik dibandingkan pemeriksaan radiologik lainnya
seperti foto rontgen, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI)
dan single photon emission computerized tomography (SPECT). Fungsi utama PET
adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat
pencitraan konvensional lainnya. PET scan juga dapat menentukan staging suatu
penyakit , penilaian rekurensi dan evaluasi pengobatan suatu penyakit contohnya pada
kanker.2.3

D. Prinsip dan Cara Kerja


PET dapat mengukur fungsi fisiologis dengan mencitrakan aliran darah,
metabolisme, neurotransmitter dan obat yang dilabel zat radioaktif. Alat ini dapat
menampilkan analisis secara kuantitatif, mengikuti perubahan relatif selama
pemantauan sesuai dengan perjalanan dan pengaruh penyakit terhadap jaringan tubuh
anusia atau respons terhadap organ tubuh stimulus spesifik.5
Dasar kinerja utama PET adalah positron yaitu partikel yang memiliki massa yang
sama dengan elektron tetapi bermuatan positif. Setelah positron diemisi dari nucleus
atom, ia harus menghilangkan energi kinetiknya dan bergabung dengan elektron.
Kedua partikel tersebut saling menghilangkan muatan (anihilasi), kemudian
mengemisikan dua radiasi gamma 511-keV ke arah yang berlawanan. Jika dalam dua
detektor yang diletakkan berlawanan satu sama lain, suatu radiasi gamma 511-keV
dihasilkan pada waktu yang bersamaan (koinsiden), anihilasi akan terjadi pada garis
yang menghubungkan kedua detektor.1,5 Apabila banyak detektor diatur dalam suatu
cincin, membentuk suatu silinder, maka kejadian dapat ditampilkan dalam bentuk tiga
dimensi.5
Berdasarkan data tersebut, maka distribusi spasial radioaktif dalam tubuh dapat
direkonstruksi oleh algoritme computer yang sesuai. Radiasi yang diserap jaringan

tergantung pada massa radioaktif, hingga zat radioaktif yang diserap dapat dihitung.
Penyerapan dapat dihitung dengan alat ukur khusus dalam scanner PET atau dengan
komputer tomografi.1
PET bekerja berdasarkan deteksi radioaktif yang dipancarkan sesudah sejumlah
kecil zat radioaktif pelacak disuntikkan ke vena perifer. Pelacak yang diberikan
sebagai suntikan intravena biasanya dilabel dengan

15

O,

18

F,

11

C atau

13

N. Total zat

radioaktif yang diperlukan sama dengan dosis yang digunakan pada CT. PET scan
membutuhkan waktu 10 sampai 40 menit untuk pengerjaannya.5
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur konsumsi glukosa
pada bagian tubuh jaringan yang berbeda. Analog glukosa radioaktif yang biasa
digunakan adalah 18F-2-deoxy-2-fluoro-D-glucose (FDG) untuk mendeteksi kanker
di berbagai organ. Akumulasi analog glukosa radioaktif itu mengikuti pengukuran
tingkat konsumsi glukosa. Kepentingan kliniknya adalah membedakan tumor ganas
dan jinak. Metabolisme glukosa tumor ganas lebih cepat dibandingkan tumor jinak.6.7
Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari sel-sel lain.
Salah satu karakteristik adalah bahwa sel-sel kanker memerlukan tingkat yang lebih
tinggi glukosa untuk energi. Ini adalah langkah-langkah proses biologis PET.
Positron emisi tomografi (PET) membangun sistem pencitraan medis gambar 3D
dengan mendeteksi gamma sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan
radioaktif)

tertentu disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah

diserap oleh jaringan dengan tingkat aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme
(misalnya, tumor aktif) daripada bagian tubuh. 6.7
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan dari bahan
radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan. Tubrukan yang dihasilkan
menghasilkan sepasang foton sinar gamma yang berasal dari situs tabrakan di arah
yang berlawanan dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar pasien. 6
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan ratusan tabung
photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar di sekitar pasien. Kilau kristal
mengkonversi radiasi gamma ke dalam cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh
PMTS.6

Gambar 1. Kerja PET Scan

E. Manfaat pemeriksaan dengan PET Scan


Manfaat yang didapatkan antara lain :
-

Pemeriksaan kedokteran nuklir memberikan rincian fungsi suatu organ dan


struktur suatu organ yang tidak terjangkau dengan pemeriksaan pencitraan
lainnya.

Untuk banyak penyakit, kedokteran nuklir menghasilkan informasi yang


paling berguna untuk membuat diagnosis dan untuk menentukan pengobatan
yang tepat jika ada.

Lebih terjangkau dan dapat menghasilkan informasi yang tepat dibandingkan


dengan operasi eksplorasi.

Dengan mengidentifikasi perubahan tubuh pada tingkat sel, PET

dapat

mendeteksi terjadinya awal suatu penyakit.


F. Risiko PET Scan
Karena dosis radiofarmaka yang diberikan dalam dosis kecil, sehingga paparan
yang diberikan radiasi rendah yang dapat diterima oleh tubuh. Dengan demikian
resiko radiasi sangat rendah dibandingkan dengan manfaat yang sangat besar.
Prosedur diagnostik kedokteran nuklir telah digunakan selama lebih dari lima decade
dan tidak ada efek samping jangka panjang yang dilaporkan. Resiko dari pengobatan
selalu dipertimbangkan terhadap manfaat yang lebih besar.1
Risiko yang mungkin terjadi antara lain adalah terdapat reaksi alergi terhadap
radiofarmaka yang diberikan , namun angka kejadian hal ini sangat jarang terjadi dan
biasanya reaksi yang ditimbulkan ringan. Namun demikian pasien harus
memberitahukan kepada petugas medis tentang segala jenis alergi yang mungkin
pasien miliki atau masalah lain yang mungkin terjadi selama pemeriksaan radio nuklir
sebelumnya.1
Injeksi radiofarmaka dapat menyebabkan rasa sakit sedikit dan sedikit kemerahan
di tempat suntikan.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad S. Kedokteran Nuklir. Radiologi Diagnostik Edisi Ke 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2010
2. Bailey DL, Townsend WL, Valk PE, Maisey MN. Positron Emission Tomography in
Clinical Medicine. Positron Emission Tomography Basic Science. Springer-Verlag
London. 2005. P 1-12
3. Members of the Ontario PET Steering Committe.PET Scan Primer A guide to the
Implementation of Positron Emission Tomography Imaging in Ontario . Ontario
Health Technology Advisory Committee. 2008
4. PET Scan. Available from: www.medlineplus.com/pet_scan.html
5. Far RF, Roberts PJA. Positron Emission Tomography a radiological technique for
functional imaging. Stockholm.2007
6. Bailey DL, Townsend WL, Valk PE, Maisey MN. Radiohalogens for PET Imaging.
Positron Emission Tomography Basic Science. Springer-Verlag London. 2005. P 203-20
7. Desen Wan. Pemanfaatan klinis PET/CT.Buku Ajar Oncologi Klinis Edisi 2. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI 2011
8. Di akses tgl 24 des 2014 http://www.petscaninfo.com/zportal/portals/pat/cancer
9. Di akses tgl 24 desember 2014 http://www.radiologyinfo.org/en/pdf/pet.pdf

Anda mungkin juga menyukai