Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET

Disusun Oleh
NAMA

: I KADEK SUSILA SATWIKA

NIM

: 1491761028

PROGRAM PASCASARJANA
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

Dalam dunia telekomunikasi perhitungan propagasi gelombang merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk mengetahui kualitas sebuah layanan. Propagasi merupakan proses
penyebaran sinyal dari tempat satu ke tempat yang lain nya. Untuk memperhitungkan tersebut
digunakan sebuah model perhitungan yang biasa digunakan secara umum, diantaranya :
1. Model Free Space Loss
2. Model Okumura-Hatta
3. Model Welfisch Ikegami
Dari ketiga model tersebut akan dibandingkan menggunakan MATLAB untuk
membandingkan path loss yang dihasilkan. Variabel yang digunakan untuk membandingkan
ketiga model tersebut adalah sebagai berikut :

Tinggi Tower (BTS) = 50 m


Tinggi Receiver = 3 m
Tinggi Gedung = 50 m
Jarak antar gedung = 20 m
Lebar jalan = 10 m
Sudut antara pemancar dan penerima = 90

1. Perbandingan Path Loss berdasarkan perbedaan Jarak (d)


Dengan menggunakan MATLAB, grafik yang dihasilkan sebagai berikut :

Gambar 1

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hasil perhitungan Path Loss berdasarkan rentang
jarak 0-2 km. Grafik diatas menjelaskan semakin jauh jarak antara pemancar dengan penerima,
makan pathloss yang dihasilkan akan semakin meningkat. Ini dikarenakan semakin jauh jarak
semakin banyak noise yang akan mengakibatkan loss yang semakin besar.

2. Perbandingan Path Loss berdasarkan perbedaan Frekuensi (f)


Dengan menggunakan MATLAB, grafik yang dihasilkan sebagai berikut :

Gambar 2

Gambar 3
Dari kedua grafik diatas (Gambar 2 dan Gambar 3) dapat dilihat bahwa semakin tinggi
frekwensi maka redaman yang dihasilkan semakin besar pula. Redaman ini disebabkan karena
sifat radiasi gelombang elektromagnetik itu memancar ke segala arah (seperti bola yang
mengembang) sehingga kekuatan sinyal akan melemah sebanding dengan kuadrat dari jarak yang
ditempuhnya. Selain itu jarak tempuh itu akan terasa semakin jauh bagi sinyal yang panjang
gelombangnya makin pendek. Dengan demikian besarnya redaman ini berbanding lurus dengan
kuadrat dari jarak dan frekuensi yang digunakan.

Dari ketiga Grafik Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3) diatas dapat dilihat bahwa pathloss paling
tinggi dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan metode Welfisch Ikegami dikarenakan
pada perhitungan ini memperhitungkan secara detail faktor-faktor redaman seperti tinggi
bangunan, lebar jalan raya, sudut antara pemancar dan penerima, sehingga hasil perhitungan
menggunakan metode Welfisch Ikegami dianggap menghasilkan hasil yang lebih akurat pada area
perkotaan. Sedangkan Perhitungan Okumura Hatta baik digunakan pada daerah sub urban dan
pedesaan dimana tidak terdapat gedung-gedung sebagai penghalang.

Script MATLAB gambar 1.


d=linspace(0,2);
f=900;
Ht=50;
Hm=3;
Hroof=50;
aHm=Hroof-Hm;
b=20;
w=10;
q=90;
FSL=32.5+(20*log10(d)) + (20*log10(f));
aHr = (1.1* log10(f) - 0.7)*Hm-(1.56* log10(f)-0.8);
Lu = 69.55+(26.16*log10(f))-(13.83*log10(Ht))-aHr+(44.9(6.55*log10(Ht)))*log10(d);
Lsu = Lu-(2*(log10(f/28)^2) - 5.4);
Lf =32.4+(20*log10(d))+(20*log10(f));
Lq =4 - (0.114*(q-55));
Lrts = -16.9 -(10*log10(w))+(10*log10(f))+(20*log10(aHm))+Lq;
Lbsh =0;
Ka=54;
Kd=18;
Kf=-4+(1.5*((f/925)-1));
Lmsd= Lbsh+Ka+(Kd*log10(d))+(Kf*log10(f))-(9*log10(b));
Lc=Lf+Lrts+Lmsd;

z= [d;FSL;Lu;Lsu;Lc];
plot(d,FSL,'b','linewidth',2);
hold on
plot(d,Lu,'r','linewidth',2);
hold on
plot(d,Lsu,'g','linewidth',2);
hold on
plot(d,Lc,'m','linewidth',2);
hold on
legend('Free Space Loss','Okummura Hatta (Urban)','Okummura Hatta (Sub
Urban)','Welfisch Ikegami');
xlabel('Jarak (km)');
ylabel('Path Loss (dB)');
grid;
title('Path Loss Berdasarkan Jarak Tx dengan Rx','fontsize',12);

Script MATLAB gambar 2.


d1=1;
f=linspace(800,1700);
Ht=50;
Hm=3;
Hroof=50;
aHm=Hroof-Hm;
b=20;
w=10;
q=90;
FSL=32.5+(20*log10(d1)) + (20*log10(f));
aHr = (1.1* log10(f) - 0.7)*Hm-(1.56* log10(f)-0.8);
Lu = 69.55+(26.16*log10(f))-(13.83*log10(Ht))-aHr+(44.9(6.55*log10(Ht)))*log10(d1);
Lsu = Lu-(2*(log10(f/28).^2) - 5.4);
Lf =32.4+(20*log10(d1))+(20*log10(f));
Lq =4 - (0.114*(q-55));
Lrts = -16.9 -(10*log10(w))+(10*log10(f))+(20*log10(aHm))+Lq;
Lbsh =0;
Ka=54;
Kd=18;
Kf=-4+(1.5*((f/925)-1));
Lmsd= Lbsh+Ka+(Kd.*log10(d1))+(Kf.*log10(f))-(9.*log10(b));
Lc=Lf+Lrts+Lmsd;

z= [f;FSL;Lu;Lsu;Lc];
plot(f,FSL,'b','linewidth',2);
hold on
plot(f,Lu,'r','linewidth',2);
hold on
plot(f,Lsu,'g','linewidth',2);
hold on
plot(f,Lc,'m','linewidth',2);
hold on
legend('Free Space Loss','Okummura Hatta (Urban)','Okummura Hatta (Sub
Urban)','Welfisch Ikegami');
xlabel('Frekwensi (MHz)');
ylabel('Path Loss (dB)');
grid;
title('Path Loss Berdasarkan Perbedaan Frekwensi (d=1 km)','fontsize',12);

Script MATLAB gambar 3.


d2=1.5;
f=linspace(800,1700);
Ht=50;
Hm=3;
Hroof=50;
aHm=Hroof-Hm;
b=20;
w=10;
q=90;
FSL=32.5+(20*log10(d2)) + (20*log10(f));
aHr = (1.1* log10(f) - 0.7)*Hm-(1.56* log10(f)-0.8);
Lu = 69.55+(26.16*log10(f))-(13.83*log10(Ht))-aHr+(44.9(6.55*log10(Ht)))*log10(d2);
Lsu = Lu-(2*(log10(f/28).^2) - 5.4);
Lf =32.4+(20*log10(d2))+(20*log10(f));
Lq =4 - (0.114*(q-55));
Lrts = -16.9 -(10*log10(w))+(10*log10(f))+(20*log10(aHm))+Lq;
Lbsh =0;
Ka=54;
Kd=18;
Kf=-4+(1.5*((f/925)-1));
Lmsd= Lbsh+Ka+(Kd.*log10(d2))+(Kf.*log10(f))-(9.*log10(b));
Lc=Lf+Lrts+Lmsd;

z= [f;FSL;Lu;Lsu;Lc];
plot(f,FSL,'b','linewidth',2);
hold on
plot(f,Lu,'r','linewidth',2);
hold on
plot(f,Lsu,'g','linewidth',2);
hold on
plot(f,Lc,'m','linewidth',2);
hold on
legend('Free Space Loss','Okummura Hatta (Urban)','Okummura Hatta (Sub
Urban)','Welfisch Ikegami');
xlabel('Frekwensi (MHz)');
ylabel('Path Loss (dB)');
grid;
title('Path Loss Berdasarkan Perbedaan Frekwensi (d=1,5
km)','fontsize',12);

Anda mungkin juga menyukai