Anda di halaman 1dari 15

poin-poin yang pada umumnya ada dalam suatu perjanjian antara lain meliputi (namun

tidak terbatas pada):


Para pihak;
Pendahuluan;
Definisi;
Pernyataan dan Jaminan;
Isi Kontrak;
Harga;
Ketentuan Pembayaran;
Metode Pembayaran;
Kewajiban pembayaran;
Waktu;
Penyerahan;
Hak/title;
Tanggung jawab;
Ganti rugi;
Perpajakan;
Keadaan memaksa /kahar/force majeur;
Jangka waktu berlakunya perjanjian;
Wanprestasi;
Akibat dari wanprestasi;
Pengalihan;
Pengujian inspeksi dan Sertifikasi;
Kerahasiaan;
Litigasi/Arbitrasi /Alternative Dispute Resolution;
Hukum yang Berlaku;
Yurisdiksi;
Pengesampingan;
Lampiran;
Penutup.
Demikian sebagaimana kami kutip dari materi Brigitta Imam Rahayoe yang disampaikan
pada Legal Roadshow Peradi-hukumonline dengan tema Teknik Pembuatan Kontrak
Tanpa Celah dan Tahan Gugatan pada Kamis, 10 Februari di Surabaya.
2.

Dalam me-review suatu perjanjian, yang harus diperhatikan adalah poin-poin yang
dapat menimbulkan kerugian bagi para pihak dalam proses penyelesaian perjanjian. Hal
inilah yang seringkali menjadi perdebatan di antara para pihak yang membuat perjanjian
(dalam hal ini perusahaan). Masing-masing pihak tidak mau ada kepentingannya yang
dirugikan. Sehingga dalam pembuatan suatu perjanjian (terutama perjanjian komersial)
seringkali terjadi tarik-menarik kepentingan dalam proses penyusunan perjanjiannya.
Demikian jawaban dari kami, semoga dapat dipahami.
Dasar hukum:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek,Staatsblad1847 No. 23)

Bagaimana audit sistem kepastian kualitas membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas
proses dan produknya?
Bagaimana audit berguna bagi organisasi dalam memelihara dan meningkatkan system manajemen
kualitasnya? Audit memberikan manfaat kepada pihak ketiga pihak yang berkepentingan terhadap
system managemen kualitas, yaitu :
1. Sertifikasi organisasi, melalui :
Dengan menyediakan informasi kepada top managemen berkaitan dengan kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan strategisnya.
Dengan mengidentifikasi permasalahan yang mana jika dapat dipecahkan akn meningkatkan
kinerja organisasinya.
Dengan mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan resiko yang mungkin terjadi.
2. Pelanggan, dengan meningkatkan kemampuan organisasi menyediakan produk yang sesuai
dengan spesifikasi pelanggan.
3. Lembaga sertifikasi, dengan meningkatkan kredibilitas ketiga pihak dalam proses sertifikasi.
Bagaimana auditor meningkatkan nilai tambah? Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat
dijadikan panduan oleh auditor dalam melaksanakan tugas profesionalitasnya :
1. Perencanaan Audit
a. Memahami harapan auditee/ budaya organisasi
b. Perhatian khusus pada beberapa permasalahan (hasil dari audit sebelumnya).
c. Analisis resiko berdasarkan sector industry / khusus terhadap organisasi auditee.
d. Praevaluasi terhadap peraturan yang berhubungan
e. Membentuk tim audit yang kompeten untuk mencapai tujuan audit
f. Mengalokasikan waktu yang cukup
2. Teknik Audit
a. Fokus pada beberapa proses dengan prosedur yang terbatas. Mendokumentasikan prosedur,
instruksi kerja, daftar pertanyaan, dan sebagainya sangatlah penting untuk rencana organisasi dan
proses pengendalian.
b. Ingat dan pahami dengan baik prinsip-prinsip managemen kualitas.
c. Gunakan pendekatan plan-do-check-act (PDAC) untuk mengevaluasi efektivitas organisasi.
a) Apakah proses telah dilaksanakan?
b) Apakah proses berjalan telah sesuai dengan rencana?
c) Apakah rencana tercapai?
d) Apakah peluang untuk peningkatan telah teridentifikasi dan diimplementasikan :
Dengan memperbaiki ketidaksesuaian?
Dengan mengidentifikasi akar masalah dan mengimplementasikan langkah-langkah
perbaikan.
Dengan mengidentifikasi trend an kebutuhan langkah pencegahan?
Dengan berinovasi?
d. Adopsi pendekatan holistic untuk mengumpulkan temuan audit dari pada hanya berfokus pada
individual klausul dari ISO 9001:2000
3. Keputusan dan Analisis
a. Masukkan temuan ke dalam perspektif.
b. Hubungkan temuan dan pengaruhnya terhadap kemampuan organisasi menyediakan produk
sesuai dengan spesifikasinya (lihat ISO 9001:2001 klausul 1.1)
4. Laporan dan Tindak Lanjut
a. Melaporkan secara pantas temuan-temuan audit
a) Pendekatan yang berbeda mungkin diperlukan tergantung pada :
b) Pastikan bahwa beberapa aspek budaya ikut menjadi bahan pertimbangan
c) Memberi tekanan terhadap temuan positif sebagai sesuatu yang tepat.
d) Apakah solusi yang diusulkan oleh organisasi sebagai respon terhadap temuan negative
berguna?
b. Laporan harus objektif dan berfokus pada audiens yang tepat

Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah audit sistem kepastian kualitas?


Mengadopsi model PDSA (Plan Do Study Act) yang dipopulerkan oleh Deming, audit sistem
manajemen kualitas dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Perencanaan audit
2. Pelaksanaan audit
3. Mempelajari hasil audit
4. Tindakan perbaikan
Perencanaan
Pada tahap ini auditor melakukan identifikasi terhadap tujuan atau sasaran organisasi. Perencanaan
audit dapat mengidentifikasi 5W+1H: siapa (who), apa )what), di mana (where), mengapa (why), dan
bagaimana (how) berkaitan dengan objek audit.
Pelaksanaan
Pelaksanaan audit diawali dengan suatu pertemuan pendahuluan auditor dengan berbagai pihak yang
berwenag untuk membahas tentang ruang lungkup audit, tujuan, jadwal pelaksanaan, dan rancangan
kertas kerja audit (KKA). Proses audit diawali dengan mereview/memriksa proses, produk, atau
sistem. Setelah mereview proses, auditor mendokumentasikan berbagai temuan auditnya dalam KKA,
yang nantinya akan disajikan dalam ringkasan umum yang akan dibahas pada pertemuan akhir
dengan berbagai pihak terkait. Dalam waktu yang singkat kemudian auditor menyajikan laporan
tertulis, yang mencatat temuan-temuan audit, kesimpulan audit, dan rekomendasi yang diberikan.
Memahami hasil audit
Hasil audit menyajikan informasi tentang kekuatan, kelemahan dan beerapa bagian yang
membutuhkan peningkatan dalam organisasi auditee. Sebagai respon terhadap laporan audit, pihakpihak yang terkait kemudian mengembangkan rencana tindakan perbaikan berdasarkan rekomendasi
yang diberikan auditor. Hasil pengembangan tersebut dirumuskan dan didokumentasikan dalam
suatu rencana tindakan korektif yang akan diambil.
Tindakan Perbaikan
Pada tahap ini, organisasi didampingi oleh auditor, mengimplementasikan rencana tindakan
perbaikan yang telah ditetapkan.

6. Jelaskan bagaimana proses audit dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan?


Proses audit dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan dengan melakukan tindakan berikut:
Memahami hasil audit
Hasil audit menyajikan informasi tentang kekuatan, kelemahan dan beerapa bagian yang
membutuhkan peningkatan dalam organisasi auditee. Sebagai respon terhadap laporan audit, pihakpihak yang terkait kemudian mengembangkan rencana tindakan perbaikan berdasarkan rekomendasi
yang diberikan auditor. Hasil pengembangan tersebut dirumuskan dan didokumentasikan dalam
suatu rencana tindakan korektif yang akan diambil.
Tindakan Perbaikan
Pada tahap ini, organisasi didampingi oleh auditor, mengimplementasikan rencana tindakan
perbaikan yang telah ditetapkan.

FOKUS PADA PELANGGAN


Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat ini, konsumen memiliki berbagai alternative dalam
memenuhi kebutuhannya. Produk (barang atau jasa) tersedia begitu beraneka ragam dengan
berbagai keunggulan yang dijanjikan. Secara rasional konsumen akan menggunakan (mengkonsumsi)
produk yang dapat memaksimalkan manfaat yang didapatkan dari pengorbanan yang dilakukan
untuk memperoleh produk tersebut. Dalam kondisi sepert ini perusahaan menjadi tergantung pada
pelanggannya sehingga perusahaan harus berusaha untuk memahami harapan pelanggannya,
merealisasi harapan tersebut (bahkan melebihinya) dalam produk yang dihasilkannya sehingga
konsumen mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya dengan harga yang wajar.
Dengan demikian, tujuan perencanaan, strategi dan operasional perusahaan harus berfokuskan
kepada pelanggan. Semakin tinggi kemampuan untuk memenuhi harapan/ kegiatan pelanggan,
semakin tinggi pula potensi perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih besar, pasar yang lebih
luas, pertumbuhan dan perkembangan usaha yang signifikan.
Beberapa focus pelanggan ini akan mengarahkan perusahaan untuk :
Menyelidiki dan memahami kebutuhan pelanggan

Memastikan bahwa tujuan dan sasaran perusahaan berhubungan dengan


kebutuhan harapan pelanggan.
Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan organisasi
secara keseluruhan.
Menyelarasakan pendekatan dalam memuaskan pelanggan dan pihak yang
berkepentingan serta mengambil tindakan atas hasil yang diperoleh.
Memastikan bahwa keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan pihak lain
yang berkepentingan, seperti pemilik, karyawan, pemasok, investor, massyarakat,
pemilik serta pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.

Sedangkan manfaat dari penerapan prinsip focus pada pelanggan ini bagi perusahaan dapat
berupa :
1. Meningkatkan pendapatan dan penguasaan pangsa pasar yang diperoleh melalui
tanggapan yang cepat dan fleksibel terhadap kesempatan pasar.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan dalam
meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan loyalitas pelanggan melalui transaksi yang berkelanjutan.

lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan lembaga peradilan.


Kelebihan tersebut antara lain:
1. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak
2. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena prosedural dan administratif;
3. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang
disengketakan, jujur dan adil;
4. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta
proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan
5. putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui
tata cara (prosedur) yang sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.
berkenaan dengan prosedur penggunaan arbitase internasional adalah sebagi berikut:
1. Adanya pengajuan permintaan yang diajukan langsung atau melalui suatu komitenasional
kepada secretariat arbitrase. Permintaan itu dapat meliputi namalengkap,keterangan,alamat
para pihak, tuntutan penuntut, persetujuan yang khususnya persetujuan tentang pilihan
arbitase atau dokumen dan informasi lainnya yang dapatmen jelaskan sengketa dan hal-hal
yang bersifat khusus seperti masalah kebangsaanarbiter atau pun jumlah arbiter.
2. Melewati kesekretariatan dengan mengirimkan gugatan kepada tergugat untukmendapatkan
jawaban.
3. Adanya jawaban tergugat dalam jangka waktu 30 hari sejak penerimaan dokumengugatan harus
membuat komentar tentang jumlah arbiter, prosedur pemilihan dan penunujukkan.
Bersamaan dengan itu juga harus membuat sanggahan danmelengkapinya dengan dokumendokumen yang relevan. Dalam batas waktu yang sama juga harus sudah dikirimkan pada
secretariat
4. Adanya cuonterplain jika tergugat ingin sekaligus mengajukan sanggahan dalam waktuyang
sama, tergugat juga harus mengirimkan sanggahan kepada secretariat
5. Adanya penerikasaan perkara oleh hakim arbitrase dan dapat dilakukan dengan segerasetekah
para pihak memenuhi syarat-syarat dan prosedur pendahuluan.

6. Adanay pemerikasaan akan diakhiri dengan pengambilan keputusan atas persetujuan para
pihak. Batas pengambilan keputusan adalah 6 bulan. Keputusan yang telah ditandatangani
hakim akan diberitahukan kepada para pihak oleh secretariat

Pendekatan Penilaian Aset tak berwujud


1. Pendekatan Perbandingan Data Pasar
Nilai aset merupakan nilai aset yang sebanding di pasar.
Multiple
Multiple adalah multiple yang diperoleh dari pembagian harga transaksi dari aset dengan parameter
keuangan, seperti misalnya turnover atau profit historikal atau proyeksi pada level tertentu. Beberapa
multiple yang digunakan antara lain:
- turnover yang dihasilkan dari aset tak berwujud
- profit setelah diurang biaya-biaya seperti biaya marketing
- EBIT atau EBITDA

2. Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan


Diperlukan proyeksi untuk data keuangan sebagai berikut:
- turnover
- laba kotor, laba operasi dan laba bersih
- laba sebelum dan sesudah pajak
- arus kas sebelum atau sesudah bunga bank dan/atau pajak
- sisa masa manfaat
Dalam pendekatan ini terdapat 3 metode yaitu:
- Relief from royalty method
- Premium profit method
- Excess earning method
Setiap metode di atas menggunakan Discounted Cash Flow (DCF) Method
a.
Relief from Royalty Method
Metode ini menentukan nilai aset tak berwujud dengan mengkapitalisasi nilai aktiva tak berwujud
dengan megkapitalisasi penghematan nilai yang diperoleh dari pembayaran royalti hipotetis dengan
cara memiliki atau menyewa. Metode ini dengan gagasan entitas induk sebagai pemilik merek,
meminjamkan merek kepada entitas anak. Jumlah yang dibayarkan entitas anak kepada entitas induk
dinyatakan sebagai tarif royalti.
Selanjutnya nilai pendapatan royalti bayangan masa depan didiskon dengan discount rate yang
mempertimbangkan ukuran, pasar internasional, reputasi dan brand rating-nya. Discount rate dihitung
dengan pendekatan Weighted Cost of Capital yang memperhitungkan biaya utang, biaya saham dan
rasio utang dibanding saham.
Langkah terakhir adalah men-net present value-kan semua aliran keuntungan masa depan menjadi
masa kini dengan memakai pendekatan Discounted Cash Flow. Hasil akhir inilah yang menjadi nilai.
b.
Premium Profits Method
Metode ini membandingkan proyeksi aliran pendapatan atau arus kas pada suatu bisnis yang
menggunakan aset tak berwujud dengan bisnis yang tidak menggunakan aset tak berwujud. Kemudian
aliran pendapatan atau arus kas tersebut dikapitalisasikan dengan tingkat diskonto atau tingkat
kapitalisasi yang sesuai dan layak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari suatu bisnis yang
menggunakan aset tak berwujud

Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari suatu bisnis yang
tidak menggunakan aset tak berwujud
Tingkat kapitalisasi atau tingkat diskon yang sesuai untuk mengkapitalisasi aliran pendapatan
atau arus kas mendatang

c.
Excess Earning Method
Metode ini menentukan nilai aktiva tak berwujud sebagai nilai kini dari arus kas yang dihasilkan oleh
aktiva tak berwujud tersebut setelah dikurangi arus kas yang dihasilkan oleh aktiva lainnya.
Arus kas yang tidak terkait dengan aktiva tak berwujud karena adanya kontribusi aktva lain disebut
Contributory Asset Charges (CAC), dan arus kas tersebut wajib dikurangkan termasuk goodwill.
Identifikasi CAC mempunyai langkah-langkah:
Mengidentifikasi kontribusi tiap aset terhadap arus kas
Mengukur nilai dan imbal balik wajar tiap aset
CAC dapat dibebankan langsung, misalnya dengan tarif royalti wajar
Dalam penerapan metode ini hal-hal yang perlu diperhatikan:
Proyeksi arus kas yang merupakan arus kas dari aktiva tak berwujud
CAC dari seluruh aktiva lainnya termasuk aktiva tak berwujud lainnya
Tingkat diskon atau tingkat kapitalisasi

Aktiva tidak berwujud adalah hal-hal non-fisik nilai bahwa sebuah perusahaan memiliki. Aset ini
tidak memiliki nilai moneter yang ditetapkan dan tidak ada pengukuran fisik. Mereka tidak bisa
dilihat atau disentuh, tetapi tetap penting untuk keberhasilan perusahaan.
Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan
manfaatnya di kemudian hari. Aktiva tak berwujud ada dan mempunyai nilai karena eksistensinya
yang berkaitan dengan aktiva berwujud perusahaan .
Berdasarkan eksistensinya/masa manfaat, aktiva tak berwujud dapat dikelompokkan dalam 2 (dua)
kategori :
a. Aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan perundangundangan, peraturan
pemerintah, perjanjian yang dibuat antara para pihak atau sifat dari aktiva tersebut, misalnya
hak paten, hak sewa, hak cipta, franchise yang terbatas, lisensi.
b. Aktiva tak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak dapat dipastikan masa
berakhir nya, misalnya merk dagang, proses dan formula rahasia, perpetual franchise, goodwill.
Dasar penggolongan aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk diidentifikasikan: dapat atau tidak dapat diidentifikasikan secara khusus.
b. Cara perolehan: diperoleh secara individual, secara kelompok, melalui penggabungan badan
usaha atau dikembangkan sendiri.
c. Masa manfaat yang diharapkan: tergantung pada pembatasan yang diatur oleh
hukum/perjanjian, pada faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka waktu yang tidak
terbatas atau tidak dapat ditentukan di ma sa depan.
d. Kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan perusahaan: hak yang dapat dialihkan tanpa
bukti pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari bagian
pokoknya.
Ada dua klasifikasi aktiva tidak berwujud:
1. hukum Aset
Hukum aset adalah lebih mudah dari dua. Hak cipta, paten, merek dagang, nama merek, dan rahasia dagang
yang di antara mereka. Aktiva tersebut didefinisikan dalam istilah yang lebih tepat daripada kompetitif.

Sebagai contoh, Perusahaan A memiliki hak untuk Merek Nama B. Nama Merek B adalah sesuatu yang dikenali
sebagai sesuatu yang dapat dimiliki, meskipun penilaian moneter dapat menjadi tugas yang jauh lebih sulit.
2. Kompetitif
Aktiva tak berwujud kompetitif sedikit lebih sulit untuk didefinisikan. Aset ini biasanya diperoleh oleh
pengalaman. Mereka adalah hal-hal seperti know-how, sumber daya manusia, reputasi, meningkatkan
kolaborasi.

Kriteria Pertma: Keteridentifikasian

PSAK 19 (Revisi 2009) menyebutkan bahwa: suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika:
d. Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari perusahaan dan dijual, dipindahkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait,
aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah perusahaan bermaksud untuk melakukan hal
tersebut;
e. Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau
dipisahkan dari perusahaan atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya.

Kriteria Kedua: Pengendalian

Perusahaan mengendalikan aset jika perusahaan memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis
masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat
ekonomis tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk mengendalikan manfaat ekonomis masa depan dari suatu aset tidak berwujud
biasanya timbul dari hak legal yang memiliki kekuatan dalam suatu pengadilan. Apabila hak legal itu tidak ada,
perusahaan akan lebih sulit menunjukkan adanya pengendalian. Akan tetapi, kekuatan hukum suatu hak bukan
merupakan syarat perlu bagi pengendalian karena perusahaan dapat saja mengendalikan manfaat ekonomis
masa depan dengan cara lain.
Manfaat ekonomis masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau pengetahuan teknis.
Perusahaan mengendalikan keuntungan tersebut jika, misalnya, pengetahuan tersebut dilindungi oleh hukum
seperti hak cipta, perjanjian dagang terbatas (sepanjang diizinkan) atau oleh perjanjian hukum bagi pegawai
untuk menjaga kerahasiaan.

Kriteria ketiga: Manfaat Ekonomis Masa Depan

Manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aset tidak berwujud dapat mencakup pendapatan dari
penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aset tersebut
oleh perusahaan. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak
meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi menekan biaya produksi masa depan.
syarat-syarat aktiva tidak berwujud adalah : Ada hak mutlak, Ada keistimewaan tertentu, Ada pengeluaran
biaya
Contoh aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, franchise, hak guna usaha,hak guna
bangunan, goodwill, trade mark, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan
sumber alam.
Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Apabila
suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang
termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya
yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam
harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan biaya upah dan biaya tidak
langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:

1. Pemerintah seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang, dan nama dagang.
a. Hak paten
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patereyang berarti membuka
diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilahletters patent, yaitu surat keputusan yang
dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu.
Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi
kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu.
Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem
paten tidak dianggap sebagai hak monopoli.
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri. Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1).
Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam pengertian di atas, juga menurut undangundang tersebut, adalah):

Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan
produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 2)

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, ps. 1,
ay. 3)
Hukum yang mengatur
Saat ini terdapat beberapa perjanjian internasio nal yang mengatur tentang hukum paten. Antara
lain, WTO Perjanjian TRIPs yang diikuti hampir semua negara.
Pemberian hak paten bersifat teritorial, yaitu, mengikat hanya dalam lokasi tertentu. Dengan demikian, untuk
mendapatkan perlindungan paten di beberapa negara atau wilayah, seseorang harus mengajukan aplikasi paten
di masing-masing negara atau wilayah tersebut. Untuk wilayah Eropa, seseorang dapat mengajukan satu
aplikasi paten ke Kantor Paten Eropa, yang jika sukses, sang pengaju aplikasi akan mendapatkan multiple
paten (hingga 36 paten, masing-masing untuk setiap negara di Eropa), bukannya satu paten yang berlaku di
seluruh wilayah Eropa.

Subjek yang dapat dipatenkan


di Indonesia, syarat hasil temuan yang akan dipatenkan adalah baru (belum pernah diungkapkan sebelumnya),
mengandung langkah inventif (tidak dapat diduga sebelumnya), dan dapat diterapkan dalam industri. Jangka
waktu perlindungan untuk paten biasa adalah 20 tahun, sementara paten sederhana adalah 10 tahun. Paten
tidak dapat diperpanjang. Untuk memastikan teknologi yang diteliti belum dipatenkan oleh pihak lain dan layak
dipatenkan, dapat dilakukan penelusuran dokumen paten. Ada beberapa kasus khusus penemuan yang tidak
diperkenankan mendapat perlindungan paten, yaitu proses / produk yang pelaksanaannya bertentangan dengan
undang-undang, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan; metode pemeriksaan, perawatan,
pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; serta teori dan metode di
bidang matematika dan ilmu pengetahuan, yakni semua makhluk hidup, kecuali jasad renik, dan proses biologis
penting untuk produksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikro-biologis.

Istilah - Istilah dalam Paten


Invensi
Adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang
teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
Inventor atau pemegang Paten
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan
ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang paten adalah inventor sebagai
pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.

Hak yang dimiliki oleh pemegang Paten


Pemegang hak paten memiliki hak eklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang orang lain
yang tanpa persetujuannya :
a. Dalam hal Paten Produk : membuat, menjual, mengimpor, menyewa, menyerahkan, memakai, menyediakan
untuk di jual atau disewakan atau diserahkan produk yang di beri paten.

b. Dalam hal Paten Proses : Menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan
tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.
Pemegang Paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat perjanjian lisensi.
Pemegang Paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat, kepada siapapun, yang
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
Pemegang Paten berhak menuntut orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang
paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas.
Pengajuan Permohonan Paten
Paten diberikan atas dasar permohonan dan memenuhi persyaratan administratif dan subtantif sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Paten.
Sistem First to File
Adalah suatu sistem pemberian Paten yang menganut mekanisme bahwa seseorang yang pertamakali
mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang Paten, bila semua persyaratannya dipenuhi.
Kapan sebaiknya permohonan Paten diajukan ?
Suatu permohonan Paten sebaiknya diajukan secepat mungkin, mengingat sistem Paten Indonesia menganut
sistem First to File. Akan tetapi pada saat pengajuan, uraian lengkap penemuan harus secara lengkap
menguraikan atau mengungkapkan penemuan tersebut.
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh seorang Inventor sebelum mengajukan permohonan Paten ?
a) Melakukan penelusuran. Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang teknologi
terdahulu dalam bidang invensi yang sama (state of the art) yang memungkinkan adanya kaitannya dengan
invensi yang akan diajukan. Melalui informasi teknologi terdahulu tersebut maka inventor dapat melihat
perbedaan antara invensi yang akan diajukan permohonan Patennya dengan teknologi terdahulu.
b) Melakukan Analisis. tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah ada ciri khusus dari invensi yang
akan diajukan permohonan Patennya dibandingkan dengan Invensi terdahulu.
c) Mengambil Keputusan. Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri teknis dibandingkan dengan
teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukkan permohonan Patennya.Sebaliknya jika tidak
ditemukan ciri khusus, maka invensi tersebut sebaiknya tidak perlu diajukan untuk menghindari kerugian dari
biaya pengajuan permohonan Paten.

b. Hak Cipta
Adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan
atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta
dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan.
Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat
mencakup puisi, drama, serta kar ya tulislainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan
sebagainya), ko mposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak
ko mp uter,siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri .
Hak cipta merupakan salah satu jenis ha k kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara
mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (sepertipaten, yang memberikan hak mo nopoli atas
penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan
hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan
tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau
terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartunMiki
Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang
meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni
lain mengenai tokoh tikus secara umum.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini,
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalamundang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak
eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Hak-hak
yang
mencakup
dalam
Hak
cipta
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk:
membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada umumnya,
salinan elektro nik),
mengimpor dan mengeksp or ciptaan,

menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan),


menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
Yang dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas
melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut
tanpa persetujuan pemegang hak cipta.
Konsep tersebut juga berlaku di Indo nesia. Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk
"kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi,mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,
meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan
mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun".
Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait", yang berkaitan dengan hak cipta
dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan
sebagainya), produser rekaman suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi
kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan oleh mereka masing-masing (UU 19/2002 pasal 1 butir 9
12 dan bab VII). Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara
nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau
perjanjian tertulis (UU 19/2002 pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan
hak eksklusifnya tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak moral". Hak ekonomi adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta
atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada
ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak
moral diatur dalam pasal 2426 Undang-undang Hak Cipta.
suatu hak cipta atas suatu ciptaan diperoleh tanpa perlu melalui pendaftaran resmi terlebih dahulu; bila gagasan
ciptaan
sudah
terwujud
dalam
bentuk
tertentu,
misalnya
pada
medium
tertentu
(seperti lukisan, partitur lagu, foto, pita video, atau surat), pemegang hak cipta sudah berhak atas hak
cipta tersebut. Namun demikian, walaupun suatu ciptaan tidak perlu didaftarkan dulu untuk melaksanakan hak
cipta, pendaftaran ciptaan (sesuai dengan yang dimungkinkan oleh hukum yang berlaku pada yurisdiksi
bersangkutan) memiliki keuntungan, yaitu sebagai bukti hak cipta yang sah.
Pemegang hak cipta bisa jadi adalah orang yang memperkerjakan pencipta dan bukan pencipta itu sendiri bila
ciptaan tersebut dibuat dalam kaitannya dengan hubungan dinas. Prinsip ini umum berlaku; misalnya dalam
hukum Inggris (Copyright Designs and Patents Act 1988) dan Indonesia (UU 19/2002 pasal 8). Dalam undangundang yang berlaku di Indonesia, terdapat perbedaan penerapan prinsip tersebut antara lembaga pemerintah
dan lembaga swasta.

Ciptaan yang dapat dilindungi


Ciptaan yang dilindungi hak cipta di Indonesia dapat mencakup misalnya buku,program
komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, ceramah ,kuliah, pidato, alat
peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan , lagu atau musik dengan
atau tanpa teks, drama, drama mu sikal, tari,koreografi, pewayangan , pantomim, seni rupa dalam
segala bentuk (seperti seni lukis,gambar, sen i ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase,
dan seni terapan),arsitektur, peta, seni batik (dan karya tradisional lainnya seperti seni songket dan
seniikat), fotografi, sinematografi,
dan
tidak
termasuk desain
industri (yang
dilindungi
sebagai kekayaan intelektual tersendiri). Ciptaan hasil pengalihwujudan seperti terjemahan, tafsir,
saduran, bunga rampai (misalnya buku yang berisi kumpulan karya tulis, himpunan lagu yang direkam dalam
satu media, serta komposisi berbagai karya tari pilihan), dan database dilindungi sebagai ciptaan tersendiri
tanpa mengurangi hak cipta atas ciptaan asli (UU 19/2002 pasal 12).

Penanda hak cipta


Dalam yurisdiksi tertentu, agar suatu ciptaan seperti buku atau filmmendapatkan hak cipta pada saat
diciptakan, ciptaan tersebut harus memuat suatu "pemberitahuan hak cipta" (copyright notice). Pemberitahuan
atau pesan tersebut terdiri atas sebuah huruf c di dalam lingkaran (yaitu lambang hak cipta, ), atau kata
"copyright", yang diikuti dengan tahun hak cipta dan nama pemegang hak cipta. Jika ciptaan tersebut telah
dimodifikasi (misalnya dengan terbitnya edisi baru) dan hak ciptanya didaftarkan ulang, akan tertulis beberapa
angka tahun. Bentuk pesan lain diperbolehkan bagi jenis ciptaan tertentu. Pemberitahuan hak cipta tersebut
bertujuan untuk memberi tahu (calon) pengguna ciptaan bahwa ciptaan tersebut berhak cipta.

Pada perkembangannya, persyaratan tersebut kini umumnya tidak diwajibkan lagi, terutama bagi negara-negara
anggota Konvensi Bern. Dengan perkecualian pada sejumlah kecil negara tertentu, persyaratan tersebut kini
secara umum bersifat manasuka kecuali bagi ciptaan yang diciptakan sebelum negara bersangkutan menjadi
anggota Konvensi Bern.
Lambang merupakan lambang Unicode 00 A9 dalam heksadesimal, dan dapat diketikkan dalam
(X)HTML sebagai , , atau

Jangka waktu perlindungan hak cipta


Hak cipta berlaku dalam jangka waktu berbeda-beda dalam yurisdiksi yang berbeda untuk jenis ciptaan yang
berbeda. Masa berlaku tersebut juga dapat bergantung pada apakah ciptaan tersebut d iterbitkan atau tidak
diterbitkan. DiAmerika Serikat misalnya, masa berlaku hak cipta semua buku dan ciptaan lain yang
diterbitkan sebelum tahun 1923 telah kadaluwarsa. Di kebanyakan negara di dunia, jangka waktu berlakunya
hak cipta biasanya sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun, atau sepanjang hidup penciptanya
ditambah 70 tahun. Secara umum, hak cipta tepat mulai habis masa berlakunya pada akhir tahun bersangkutan,
dan bukan pada tanggal meninggalnya pencipta.
Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum adalahsepanjang hidup penciptanya ditambah
50 tahun atau 50 tahun setelah pertama kali diumumkan atau dipublikasikan atau dibuat, kecuali 20 tahun
setelah pertama kali disiarkan untuk karya siaran, atau tanpa batas waktu untuk hak moral pencantuman nama
pencipta pada ciptaan dan untuk hak cipta yang dipegang oleh Negara atas folklor dan
hasil keb udayaan rakyat yang menjadi milik bersama (UU 19/2002 bab III dan pasal 50).

Penegakan hukum atas hak cipta


Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam hukum perdata, namun
ada pula sisi hukum pidana . Sanksi pidana secara umum dikenakan kepada aktivitas pemalsuan yang serius,
namun kini semakin lazim pada perkara-perkara lain.
Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di Indonesia secara umum diancam hukuman penjara paling
singkat satu b ulan dan paling lama tujuh tahunyang dapat disertai maupun tidak disertai denda sejumlah
paling sedikit satu jutar upiah dan paling banyak lima miliar rupiah, sementara ciptaan atau barang yang
merupakan hasil tindak pidana hak cipta serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut
dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan (UU 19/2002 bab XIII).

Perkecualian dan batasan hak cipta


Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak eksklusif yang diatur dalam hukum tentang
hak cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah doktrin fair use atau fair dealing yang diterapkan pada
beberapa negara yang memungkinkan perbanyakan ciptaan tanpa dianggap melanggar hak cipta.
Dalam Undang-undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, beberapa hal diatur sebagai dianggap tidak
melanggar hak cipta (pasal 1418). Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat
nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial, misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu
pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari penciptanya. Kepentingan yang wajar dalam hal ini adalah "kepentingan yang didasarkan pada
keseimbangan dalam menikmati manfaat ekono mi atas suatu ciptaan". Termasuk dalam pengertian ini adalah
pengambilan ciptaan untuk pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk
pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara
lengkap. Artinya, dengan mencantumkan sekurang-kurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan
nama penerbit jika ada. Selain itu, seorang pemilik (bukan pemegang hak cipta) program
ko mp uter dibolehkan membuat salinan atas program komputer yang dimilikinya, untuk dijadikan cadangan
semata-mata untuk digunakan sendiri
Selain itu, Undang-undang Hak Cipta juga mengatur hak pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan atau
mewajibkan pihak tertentu memperbanyak ciptaan berhak cipta demi kepentingan umum atau kepentingan
nasional (pasal 16 dan 18), ataupun melarang penyebaran ciptaan "yang apabila diumumkan dapat merendahkan
nilai-nilai keagamaan, ataupun menimbulkan masalahkesukuan atau ras, dapat menimbulkan gangguan atau
bahaya terhadappertahanan keamanan negara, bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang
berlaku dalam masyarakat, dan ketertiban umum" (pasal 17)] .
ketika orang mengambil hak cipta seseorang maka orang tersebut akan mendapat hukuman yang sesuai pada
kejahatan yang di lakukan.
Menurut UU No.19 Tahun 2002 pasal 13, tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka lembaga -lembaga
Negara, peraturan per undang -undangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah, p utusa n
pengadilan atau penetapanhakim, ataupun keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya (misalnya keputusan-keputusan yang memutuskan suatu sengketa). DiAmerika Serikat, semua
dokumen pemerintah, tidak peduli tanggalnya, berada dalam domain umu m, yaitu tidak berhak cipta.
Pasal 14 Undang-undang Hak Cipta mengatur bahwa penggunaan atau perbanyakan lambang Negara dan lagu
kebangsaan menurut sifatnya yang asli tidaklah melanggar hak cipta. Demikian pula halnya dengan

pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran,
dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

Pendaftaran hak cipta di Indonesia


Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta,
dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena
pendaftaran. Namun demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal
di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan. Sesuai yang diatur pada bab IV
Undang-undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual (Ditjen HKI), yang kini berada di bawah [Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia]]. Pencipta
atau pemilik hak cipta dapat mendaftarkan langsung ciptaannya maupun melalui konsultan HKI. Permohonan
pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU 19/2002 pasal 37 ayat 2). Penjelasan prosedur dan formulir
pendaftaran hak cipta dapat diperoleh di kantor maupun situs web Ditjen HKI. "Daftar Umum Ciptaan" yang
mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen HKI dan dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai
biaya.

Lisensi Hak Cipta


Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk
mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

Kritik atas konsep hak cipta


Kritikan-kritikan terhadap hak cipta secara umum dapat dibedakan menjadi dua sisi, yaitu sisi yang berpendapat
bahwa konsep hak cipta tidak pernah menguntungkan masyarakat serta selalu memperkaya beberapa pihak
dengan mengorbankan kreativitas, dan sisi yang berpendapat bahwa konsep hak cipta sekarang harus
diperbaiki agar sesuai dengan kondisi sekarang, yaitu adanyamasyarakat informasi baru.
Keberhasilan proyek perangkat lunak bebas seperti Linux, Mozilla Firefo x, dan Server HTTP
Apache telah menunjukkan bahwa ciptaan bermutu dapat dibuat tanpa adanya sistem sewa bersifat monopoli
berlandaskan hak cipta.
Produk-produk tersebut menggunakan hak cipta untuk memperkuat persyaratan lisensinya, yang dirancang
untuk memastikan kebebasan ciptaan dan tidak menerapkan hak eksklusif yang bermotif uang; lisensi semacam
itu disebut copyleft atau lisensi perangkat lunak beb as.

c. merek
Merek atau merek dagang adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan
menimbulkan arti psikologis/asosiasi.

is- Jenis Merek


Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Merek Kolektif
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan
barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Berbeda dengan produk sebagai sesuatu yg dibuat di pabrik, merek dipercaya menjadi motif pendorong
konsumen memilih suatu produk, karena merek bukan hanya apa yg tercetak di dalam produk (kemasannya),
tetapi merek termasuk apa yg ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya.
Menurut David A. Aaker, merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (baik berupa
logo,cap/kemasan) untuk mengidentifikasikan barang/jasa dari seorang penjual/kelompok penjual tertentu.
Tanda pembeda yang digunakan suatu badan
usahasebagai penanda identitasnya dan
produk barang atau jasa yang dihasilkannya kepadakonsumen, dan untuk membedakan usaha tersebut
maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan usaha lain.
Merek merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan intelektual. Secara konvensional, merek
dapat berupa nama, kata, frasa, logo, lambang, desain, gambar, atau kombinasi dua atau lebih unsur
tersebut.

Di Indonesia, hak merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu
perlindungan untuk merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan
merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.

Fungsi Merek
Tanda Pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebutkan mereknya.
Sebagai jaminan atas mutu barangnya.
Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.
Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan.
Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan
pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis.
Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya
dalam peredaran untuk barang/jasa sejenis. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa
yang dimohonkan pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).

Ekuitas merek
Ekuitas Merek (bahasa Inggris: brand equity) adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang
terkait dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi pemasar/perusahaan maupun pelanggan.
Bagi pelanggan, ekuitas merek dapat memberikan nilai dalam memperkuat pemahaman mereka akan proses
informasi, memupuk rasa percaya diri dalam pembelian, serta meningkatkan pencapaian kepuasan. Nilai ekuitas
merek bagi pemasar/perusahaan dapat mempertinggi keberhasilan program pemasaran dalam memikat
konsumen baru atau merangkul konsumen lama. Hal ini dimungkinkan karena dengan merek yang telah dikenal
maka promosi yang dilakukan akan lebih efektif.

Empat dimensi ekuitas merek


Pengetahuan akan merek (brand awareness)
Kualitas yang dipercaya dikandung sebuah merek
Asosiasi-asosiasi
Kesetiaan merek (brand loyalty)
Keempat dimensi ekuitas merek dipercaya dapat memengaruhi alasan pembelian konsumen. Ketiga dimensi
pertama yaitu pengetahuan akan merek, kualitas yang dipercaya, dan asosiasi-asosiasi dianggap penting dalam
proses pemilihan merek, ketiganya dapat mengurangi keinginan atau rangsangan konsumen untuk mencobacoba merek lain (kesetiaan merek).
Franchise
Waralaba (Inggris: Franchising;Prancis: Franchise) untuk kejujuran atau kebebasan) adalah hak-hak untuk
menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang
dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau
menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki
pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indo nesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor)
memberikan hak kepada individu atauperusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem,
prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Franchisor dan franchisee


Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud denganfranchisor dan franchisee.
Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak
lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaanintelektual atau penemuan atau ciri
khas usaha yang dimilikinya.
Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang
dimiliki pemberi waralaba.

Sejarah Waralaba
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer,
ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun

dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh
pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang
mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, Gen eral Motors
Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh
berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif
antar pabrikan mobil dengan penjual.
Mc Donald s, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada
tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering
Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan mereka
adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan,
logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam
perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang
kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai
waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara
asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai
35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba
dirintis oleh J. Lyon s melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak
mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman
pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.
Kategori waralaba berbeda-beda antara lain : franchise dalam bentuk makanan, pendidikan dan lain-lain. salah
satu bentuk nya adalah dan masih banyak lagi franchise yang berkembang di Indonesia ini.

Jenis waralaba
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai
dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi
pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan
oleh pemilik waralaba.

Biaya waralaba
Biaya waralaba meliputi:
Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh
pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos
penggunaan HAKI.
Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti
berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10
persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.

Waralaba di Indonesia
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan
bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan
dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitufranchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga
memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka
persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik
bagi franchisormaupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian
hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan
format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18Ju ni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah
dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain
yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang
Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan
Waralaba
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun
saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun
1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut.
Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini
dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee)
diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau
menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu
jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara
lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi
Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans
Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di
Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara
lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise License Expo Indonesia (
Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah Franchise Indonesia).

Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15 persen dari nilai.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
Goodwill merupakan bagian dari aktiva dalam neraca, yang mencerminkan kelebihan pembayaran
atas aktiva yang dibutuhkan perusahaan dibandingkan dengan nilai pasar. Atau aktiva tak berwujud yang
merepresentasikan jumlah yang lebih besar dari nilai bukuyang dibayar oleh suatu perusahaan untuk
mendapatkan perusahaan lain. Secara teoritis, merupakan nilai sekarang dari kelebihan laba suatu
perusahaan pada masa yang akan datang dalam suatu industri. Nilainya sama dengan harga pembelian
dikurangi nilai buku dari aktiva neto perusahaan yang diinginkan dikurangi jumlah aktiva-aktiva perusahaan
yang diinginkan yang bisa didepresiasikan , yang ditambahkan ke nilai pasar wajar. Nilai pasar yang wajar
akan sama dengan harga pembelian.
Perolehan Goodwill
Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabilaperusahaan membeli perusahaan
lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari kekayaan bersih yang bisa diidentifikasi atas perusahaan
yang dibelinya

Anda mungkin juga menyukai