Dalam me-review suatu perjanjian, yang harus diperhatikan adalah poin-poin yang
dapat menimbulkan kerugian bagi para pihak dalam proses penyelesaian perjanjian. Hal
inilah yang seringkali menjadi perdebatan di antara para pihak yang membuat perjanjian
(dalam hal ini perusahaan). Masing-masing pihak tidak mau ada kepentingannya yang
dirugikan. Sehingga dalam pembuatan suatu perjanjian (terutama perjanjian komersial)
seringkali terjadi tarik-menarik kepentingan dalam proses penyusunan perjanjiannya.
Demikian jawaban dari kami, semoga dapat dipahami.
Dasar hukum:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek,Staatsblad1847 No. 23)
Bagaimana audit sistem kepastian kualitas membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas
proses dan produknya?
Bagaimana audit berguna bagi organisasi dalam memelihara dan meningkatkan system manajemen
kualitasnya? Audit memberikan manfaat kepada pihak ketiga pihak yang berkepentingan terhadap
system managemen kualitas, yaitu :
1. Sertifikasi organisasi, melalui :
Dengan menyediakan informasi kepada top managemen berkaitan dengan kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan strategisnya.
Dengan mengidentifikasi permasalahan yang mana jika dapat dipecahkan akn meningkatkan
kinerja organisasinya.
Dengan mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan resiko yang mungkin terjadi.
2. Pelanggan, dengan meningkatkan kemampuan organisasi menyediakan produk yang sesuai
dengan spesifikasi pelanggan.
3. Lembaga sertifikasi, dengan meningkatkan kredibilitas ketiga pihak dalam proses sertifikasi.
Bagaimana auditor meningkatkan nilai tambah? Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat
dijadikan panduan oleh auditor dalam melaksanakan tugas profesionalitasnya :
1. Perencanaan Audit
a. Memahami harapan auditee/ budaya organisasi
b. Perhatian khusus pada beberapa permasalahan (hasil dari audit sebelumnya).
c. Analisis resiko berdasarkan sector industry / khusus terhadap organisasi auditee.
d. Praevaluasi terhadap peraturan yang berhubungan
e. Membentuk tim audit yang kompeten untuk mencapai tujuan audit
f. Mengalokasikan waktu yang cukup
2. Teknik Audit
a. Fokus pada beberapa proses dengan prosedur yang terbatas. Mendokumentasikan prosedur,
instruksi kerja, daftar pertanyaan, dan sebagainya sangatlah penting untuk rencana organisasi dan
proses pengendalian.
b. Ingat dan pahami dengan baik prinsip-prinsip managemen kualitas.
c. Gunakan pendekatan plan-do-check-act (PDAC) untuk mengevaluasi efektivitas organisasi.
a) Apakah proses telah dilaksanakan?
b) Apakah proses berjalan telah sesuai dengan rencana?
c) Apakah rencana tercapai?
d) Apakah peluang untuk peningkatan telah teridentifikasi dan diimplementasikan :
Dengan memperbaiki ketidaksesuaian?
Dengan mengidentifikasi akar masalah dan mengimplementasikan langkah-langkah
perbaikan.
Dengan mengidentifikasi trend an kebutuhan langkah pencegahan?
Dengan berinovasi?
d. Adopsi pendekatan holistic untuk mengumpulkan temuan audit dari pada hanya berfokus pada
individual klausul dari ISO 9001:2000
3. Keputusan dan Analisis
a. Masukkan temuan ke dalam perspektif.
b. Hubungkan temuan dan pengaruhnya terhadap kemampuan organisasi menyediakan produk
sesuai dengan spesifikasinya (lihat ISO 9001:2001 klausul 1.1)
4. Laporan dan Tindak Lanjut
a. Melaporkan secara pantas temuan-temuan audit
a) Pendekatan yang berbeda mungkin diperlukan tergantung pada :
b) Pastikan bahwa beberapa aspek budaya ikut menjadi bahan pertimbangan
c) Memberi tekanan terhadap temuan positif sebagai sesuatu yang tepat.
d) Apakah solusi yang diusulkan oleh organisasi sebagai respon terhadap temuan negative
berguna?
b. Laporan harus objektif dan berfokus pada audiens yang tepat
Sedangkan manfaat dari penerapan prinsip focus pada pelanggan ini bagi perusahaan dapat
berupa :
1. Meningkatkan pendapatan dan penguasaan pangsa pasar yang diperoleh melalui
tanggapan yang cepat dan fleksibel terhadap kesempatan pasar.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan dalam
meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan loyalitas pelanggan melalui transaksi yang berkelanjutan.
6. Adanay pemerikasaan akan diakhiri dengan pengambilan keputusan atas persetujuan para
pihak. Batas pengambilan keputusan adalah 6 bulan. Keputusan yang telah ditandatangani
hakim akan diberitahukan kepada para pihak oleh secretariat
Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari suatu bisnis yang
tidak menggunakan aset tak berwujud
Tingkat kapitalisasi atau tingkat diskon yang sesuai untuk mengkapitalisasi aliran pendapatan
atau arus kas mendatang
c.
Excess Earning Method
Metode ini menentukan nilai aktiva tak berwujud sebagai nilai kini dari arus kas yang dihasilkan oleh
aktiva tak berwujud tersebut setelah dikurangi arus kas yang dihasilkan oleh aktiva lainnya.
Arus kas yang tidak terkait dengan aktiva tak berwujud karena adanya kontribusi aktva lain disebut
Contributory Asset Charges (CAC), dan arus kas tersebut wajib dikurangkan termasuk goodwill.
Identifikasi CAC mempunyai langkah-langkah:
Mengidentifikasi kontribusi tiap aset terhadap arus kas
Mengukur nilai dan imbal balik wajar tiap aset
CAC dapat dibebankan langsung, misalnya dengan tarif royalti wajar
Dalam penerapan metode ini hal-hal yang perlu diperhatikan:
Proyeksi arus kas yang merupakan arus kas dari aktiva tak berwujud
CAC dari seluruh aktiva lainnya termasuk aktiva tak berwujud lainnya
Tingkat diskon atau tingkat kapitalisasi
Aktiva tidak berwujud adalah hal-hal non-fisik nilai bahwa sebuah perusahaan memiliki. Aset ini
tidak memiliki nilai moneter yang ditetapkan dan tidak ada pengukuran fisik. Mereka tidak bisa
dilihat atau disentuh, tetapi tetap penting untuk keberhasilan perusahaan.
Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan
manfaatnya di kemudian hari. Aktiva tak berwujud ada dan mempunyai nilai karena eksistensinya
yang berkaitan dengan aktiva berwujud perusahaan .
Berdasarkan eksistensinya/masa manfaat, aktiva tak berwujud dapat dikelompokkan dalam 2 (dua)
kategori :
a. Aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan perundangundangan, peraturan
pemerintah, perjanjian yang dibuat antara para pihak atau sifat dari aktiva tersebut, misalnya
hak paten, hak sewa, hak cipta, franchise yang terbatas, lisensi.
b. Aktiva tak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak dapat dipastikan masa
berakhir nya, misalnya merk dagang, proses dan formula rahasia, perpetual franchise, goodwill.
Dasar penggolongan aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk diidentifikasikan: dapat atau tidak dapat diidentifikasikan secara khusus.
b. Cara perolehan: diperoleh secara individual, secara kelompok, melalui penggabungan badan
usaha atau dikembangkan sendiri.
c. Masa manfaat yang diharapkan: tergantung pada pembatasan yang diatur oleh
hukum/perjanjian, pada faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka waktu yang tidak
terbatas atau tidak dapat ditentukan di ma sa depan.
d. Kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan perusahaan: hak yang dapat dialihkan tanpa
bukti pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari bagian
pokoknya.
Ada dua klasifikasi aktiva tidak berwujud:
1. hukum Aset
Hukum aset adalah lebih mudah dari dua. Hak cipta, paten, merek dagang, nama merek, dan rahasia dagang
yang di antara mereka. Aktiva tersebut didefinisikan dalam istilah yang lebih tepat daripada kompetitif.
Sebagai contoh, Perusahaan A memiliki hak untuk Merek Nama B. Nama Merek B adalah sesuatu yang dikenali
sebagai sesuatu yang dapat dimiliki, meskipun penilaian moneter dapat menjadi tugas yang jauh lebih sulit.
2. Kompetitif
Aktiva tak berwujud kompetitif sedikit lebih sulit untuk didefinisikan. Aset ini biasanya diperoleh oleh
pengalaman. Mereka adalah hal-hal seperti know-how, sumber daya manusia, reputasi, meningkatkan
kolaborasi.
PSAK 19 (Revisi 2009) menyebutkan bahwa: suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika:
d. Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari perusahaan dan dijual, dipindahkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait,
aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah perusahaan bermaksud untuk melakukan hal
tersebut;
e. Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau
dipisahkan dari perusahaan atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Perusahaan mengendalikan aset jika perusahaan memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis
masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat
ekonomis tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk mengendalikan manfaat ekonomis masa depan dari suatu aset tidak berwujud
biasanya timbul dari hak legal yang memiliki kekuatan dalam suatu pengadilan. Apabila hak legal itu tidak ada,
perusahaan akan lebih sulit menunjukkan adanya pengendalian. Akan tetapi, kekuatan hukum suatu hak bukan
merupakan syarat perlu bagi pengendalian karena perusahaan dapat saja mengendalikan manfaat ekonomis
masa depan dengan cara lain.
Manfaat ekonomis masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau pengetahuan teknis.
Perusahaan mengendalikan keuntungan tersebut jika, misalnya, pengetahuan tersebut dilindungi oleh hukum
seperti hak cipta, perjanjian dagang terbatas (sepanjang diizinkan) atau oleh perjanjian hukum bagi pegawai
untuk menjaga kerahasiaan.
Manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aset tidak berwujud dapat mencakup pendapatan dari
penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aset tersebut
oleh perusahaan. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak
meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi menekan biaya produksi masa depan.
syarat-syarat aktiva tidak berwujud adalah : Ada hak mutlak, Ada keistimewaan tertentu, Ada pengeluaran
biaya
Contoh aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, franchise, hak guna usaha,hak guna
bangunan, goodwill, trade mark, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan
sumber alam.
Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Apabila
suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang
termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya
yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam
harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan biaya upah dan biaya tidak
langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang, dan nama dagang.
a. Hak paten
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patereyang berarti membuka
diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilahletters patent, yaitu surat keputusan yang
dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu.
Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi
kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu.
Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem
paten tidak dianggap sebagai hak monopoli.
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri. Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1).
Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam pengertian di atas, juga menurut undangundang tersebut, adalah):
Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan
produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 2)
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, ps. 1,
ay. 3)
Hukum yang mengatur
Saat ini terdapat beberapa perjanjian internasio nal yang mengatur tentang hukum paten. Antara
lain, WTO Perjanjian TRIPs yang diikuti hampir semua negara.
Pemberian hak paten bersifat teritorial, yaitu, mengikat hanya dalam lokasi tertentu. Dengan demikian, untuk
mendapatkan perlindungan paten di beberapa negara atau wilayah, seseorang harus mengajukan aplikasi paten
di masing-masing negara atau wilayah tersebut. Untuk wilayah Eropa, seseorang dapat mengajukan satu
aplikasi paten ke Kantor Paten Eropa, yang jika sukses, sang pengaju aplikasi akan mendapatkan multiple
paten (hingga 36 paten, masing-masing untuk setiap negara di Eropa), bukannya satu paten yang berlaku di
seluruh wilayah Eropa.
b. Dalam hal Paten Proses : Menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan
tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.
Pemegang Paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat perjanjian lisensi.
Pemegang Paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat, kepada siapapun, yang
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
Pemegang Paten berhak menuntut orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang
paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas.
Pengajuan Permohonan Paten
Paten diberikan atas dasar permohonan dan memenuhi persyaratan administratif dan subtantif sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Paten.
Sistem First to File
Adalah suatu sistem pemberian Paten yang menganut mekanisme bahwa seseorang yang pertamakali
mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang Paten, bila semua persyaratannya dipenuhi.
Kapan sebaiknya permohonan Paten diajukan ?
Suatu permohonan Paten sebaiknya diajukan secepat mungkin, mengingat sistem Paten Indonesia menganut
sistem First to File. Akan tetapi pada saat pengajuan, uraian lengkap penemuan harus secara lengkap
menguraikan atau mengungkapkan penemuan tersebut.
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh seorang Inventor sebelum mengajukan permohonan Paten ?
a) Melakukan penelusuran. Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang teknologi
terdahulu dalam bidang invensi yang sama (state of the art) yang memungkinkan adanya kaitannya dengan
invensi yang akan diajukan. Melalui informasi teknologi terdahulu tersebut maka inventor dapat melihat
perbedaan antara invensi yang akan diajukan permohonan Patennya dengan teknologi terdahulu.
b) Melakukan Analisis. tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah ada ciri khusus dari invensi yang
akan diajukan permohonan Patennya dibandingkan dengan Invensi terdahulu.
c) Mengambil Keputusan. Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri teknis dibandingkan dengan
teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukkan permohonan Patennya.Sebaliknya jika tidak
ditemukan ciri khusus, maka invensi tersebut sebaiknya tidak perlu diajukan untuk menghindari kerugian dari
biaya pengajuan permohonan Paten.
b. Hak Cipta
Adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan
atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta
dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan.
Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat
mencakup puisi, drama, serta kar ya tulislainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan
sebagainya), ko mposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak
ko mp uter,siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri .
Hak cipta merupakan salah satu jenis ha k kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara
mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (sepertipaten, yang memberikan hak mo nopoli atas
penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan
hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan
tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau
terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartunMiki
Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang
meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni
lain mengenai tokoh tikus secara umum.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini,
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalamundang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak
eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Hak-hak
yang
mencakup
dalam
Hak
cipta
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk:
membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada umumnya,
salinan elektro nik),
mengimpor dan mengeksp or ciptaan,
Pada perkembangannya, persyaratan tersebut kini umumnya tidak diwajibkan lagi, terutama bagi negara-negara
anggota Konvensi Bern. Dengan perkecualian pada sejumlah kecil negara tertentu, persyaratan tersebut kini
secara umum bersifat manasuka kecuali bagi ciptaan yang diciptakan sebelum negara bersangkutan menjadi
anggota Konvensi Bern.
Lambang merupakan lambang Unicode 00 A9 dalam heksadesimal, dan dapat diketikkan dalam
(X)HTML sebagai , , atau
pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran,
dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
c. merek
Merek atau merek dagang adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan
menimbulkan arti psikologis/asosiasi.
Di Indonesia, hak merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu
perlindungan untuk merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan
merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.
Fungsi Merek
Tanda Pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebutkan mereknya.
Sebagai jaminan atas mutu barangnya.
Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.
Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan.
Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan
pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis.
Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya
dalam peredaran untuk barang/jasa sejenis. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa
yang dimohonkan pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).
Ekuitas merek
Ekuitas Merek (bahasa Inggris: brand equity) adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang
terkait dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi pemasar/perusahaan maupun pelanggan.
Bagi pelanggan, ekuitas merek dapat memberikan nilai dalam memperkuat pemahaman mereka akan proses
informasi, memupuk rasa percaya diri dalam pembelian, serta meningkatkan pencapaian kepuasan. Nilai ekuitas
merek bagi pemasar/perusahaan dapat mempertinggi keberhasilan program pemasaran dalam memikat
konsumen baru atau merangkul konsumen lama. Hal ini dimungkinkan karena dengan merek yang telah dikenal
maka promosi yang dilakukan akan lebih efektif.
Sejarah Waralaba
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer,
ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun
dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh
pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang
mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, Gen eral Motors
Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh
berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif
antar pabrikan mobil dengan penjual.
Mc Donald s, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada
tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering
Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan mereka
adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan,
logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam
perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang
kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai
waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara
asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai
35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba
dirintis oleh J. Lyon s melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak
mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman
pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.
Kategori waralaba berbeda-beda antara lain : franchise dalam bentuk makanan, pendidikan dan lain-lain. salah
satu bentuk nya adalah dan masih banyak lagi franchise yang berkembang di Indonesia ini.
Jenis waralaba
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai
dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi
pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan
oleh pemilik waralaba.
Biaya waralaba
Biaya waralaba meliputi:
Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh
pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos
penggunaan HAKI.
Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti
berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10
persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
Waralaba di Indonesia
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan
bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan
dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitufranchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga
memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka
persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik
bagi franchisormaupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian
hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan
format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18Ju ni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah
dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain
yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang
Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan
Waralaba
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun
saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun
1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut.
Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini
dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee)
diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau
menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu
jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara
lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi
Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans
Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di
Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara
lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise License Expo Indonesia (
Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah Franchise Indonesia).
Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15 persen dari nilai.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
Goodwill merupakan bagian dari aktiva dalam neraca, yang mencerminkan kelebihan pembayaran
atas aktiva yang dibutuhkan perusahaan dibandingkan dengan nilai pasar. Atau aktiva tak berwujud yang
merepresentasikan jumlah yang lebih besar dari nilai bukuyang dibayar oleh suatu perusahaan untuk
mendapatkan perusahaan lain. Secara teoritis, merupakan nilai sekarang dari kelebihan laba suatu
perusahaan pada masa yang akan datang dalam suatu industri. Nilainya sama dengan harga pembelian
dikurangi nilai buku dari aktiva neto perusahaan yang diinginkan dikurangi jumlah aktiva-aktiva perusahaan
yang diinginkan yang bisa didepresiasikan , yang ditambahkan ke nilai pasar wajar. Nilai pasar yang wajar
akan sama dengan harga pembelian.
Perolehan Goodwill
Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabilaperusahaan membeli perusahaan
lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari kekayaan bersih yang bisa diidentifikasi atas perusahaan
yang dibelinya