Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM DENGAN

PERDARAHAN

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ayu Mayang Priningtiyas (2012.1440.1013)
Anita Nur Rahmawati (2012.1440.1011)
(D3 KEPERAWATAN)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Bahrul `Ulum Laboratorium II Batu
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia, serta hiayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Post Partum
Dengan Perdarahan dengan sebaik-baikya.
Adapun maksud dari penyusunan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Maternitas.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan setulus
hati kami sampaikan terimakasih kepada :
1.

dr Triyanto Saudin, selaku kordinator pendidikan STIKES Bahrul


Ulum Lab II Kota Batu

2.

Ns Andriyanto Edi Puspito, S.Kep, selaku Ketua Program Studi D3


Keperawatan STIKES Bahrul Ulum Lab II Kota Batu

3.

Ns. Risna Yekti Mumpuni S. Kep selaku Dosen pengampu mata


kuliah Keperawatan Maternitas

4.

Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuraangan yang


memerlukan perbaikan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan

dalam bidang keperawatan dan dapat

di

terapan

menyelesaikan suatu masalah.

Batu,

April 2014

Penulis

dalam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH)
adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,
trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai
meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam
setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat
perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit,
sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post
partum

terlambat

sampai

ke

rumah

sakit,

saat

datang

keadaan

umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.


Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta
akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan
penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir,
plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan
tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai
penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi
vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan
post partum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien pendarahan
post partum.
b.

Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada


klien pendarahan post partum.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien pendarahan post partum.


d. Mampu

melaksanakan

tindakan

keperawatan

dan

mampu

mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien pendarahan


post partum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir.
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Perdarahan post partum primer (carly post partum hemorrhage) yang
terjadi 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage)
biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum
Menurut Wiknjisastro H. (1990) post partum merupakan salah satu dari
sebab utama kematian ibu dalam persalinan, maka harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum yaitu:
a.

Penghetian perdarahan

b.

Jaga jangan sampai timbul syok

c.

Penggantian darah yang hilang

Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik


fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah
bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati
keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap
: Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period
(minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu
ke enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan
early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan
terjadi pada late post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu
adalah perdarahan paska persalinan atau HPP (Haemorrhage Post Partum).
Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan paska persalinan adalah
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera
setelah bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan
sulit karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan dikain
pada alas tidur. POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan

adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan
perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat
dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100
x/menit dan kadar HB < 8 gr %.

2.2 Etiologi
a.

Atonia uteri
Faktor terjadinya adalah:

Umur: terlalu muda atau tua

Paritas: sering dijumpai pada multipara dan grandemulitipara.

Partus lama dan partus terlantar.

Utrus terlalu regang dan besar. Misal pada qemeli, hidramnio dan
janin besar.

Kelainan pada utrus seperti mioma uteri, solusio plasenta.

Malnutrisi.

b.

Sisa plasenta

c.

Jalan lahir: robekan perineum, vagina serviks dan rahim

d.

Penyakit darah: kelainan pembekuan darah

Misal: hipofibriogenemia yang sering dijumpai pada

Perdarahan yang banyak

Solusio plasenta

Kematian janin yang lama dalam kandungan

Oreklansi dan eklansi

Infeksi hepatitis dan septik syok

2.3 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta
terbuka.

Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut


akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi
otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan servix, vagina dan perinium.
2.4 Tanda dan Gelaja
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Atoni uteri
Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Trauma genital
Titik perdarahan terlihat pada perineum, vulva, dan vagina
bagian bawah
Titik perdarahan tidak terlihat pada vagina bagian atas, servik
dan uterus.
Retensio plasenta
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Uterus kontraksi baik.
Tali pusat putus akibat traksi berlebihan.
Inversio uteri akibat tarikan.
Perdarahan lanjutan
Sisa plasenta
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah )
tidak lengkap.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Robekan jalan lahir
Perdaraha segera setelah anak lahir.
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
Uterus kontraksi baik.
Plasenta lengkap.
Pucat ,lemah
Fragmen plasenta
Nyeri tekan perut bawah
Sub involusi uterus
Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (persalinan
sekunder)perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus
atau tidak beraturan) dan berbau jika disertai infeksi
Anemia

g.

Demam
Ruptura uteri
Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan intra abdominal
dan atau vaginum)
Nyeri perut berat
Nyeri tekan perut
Denyut nadi ibu cepat

2.5 Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
a.

Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan
menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan
cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus
renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90%
darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak
terselamatkan.

b.

Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan
menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk
hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak
ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga
pada asupan ASI bayi.

c.

Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan
postpartum sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia
yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar
hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
a.

Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan

b.

Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan
konsepsi intrauterin

c.

Kultur uterus dan vaginal


Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi

d.

Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih

e.

Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum:
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
e. Atasi syok jika terjadi syok
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml
dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

Penatalaksanaan khusus
a. Atonia uteri
Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,
lakukan pengurutan uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila
perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.

uterus ditekan diantara


telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam
miometrium.
Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis
dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut
genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah
umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan
menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.
b.

Retensio plasenta dengan separasi parsial


Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
tindakan yang akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila
ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan
40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per
rektal.
Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus.
Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral +
metronidazole 1 g supp/oral ).

c.

Plasenta inkaserata
Tentukan diagnosis kerja
Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi
serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus
oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan
kontraksi uterus yang mungkin timbul.
Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk
melahirkan plasenta.
Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta
tampak jelas.
Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
speculum
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak
jelas.
Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi
berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten
untuk memegang klem tersebut.
Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah
jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

d.

Ruptur uteri
Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit
dan siapkan laparatomi
Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas
pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit
rujukan
Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus
Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi
Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen
Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.

e.

Sisa plasenta
Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta
setelah dilahirkan
Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis

f.

Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan


bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan
kuret.
Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari
selama 10 hari.

Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina


Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan
sumber perdarahan
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptik
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan
kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap
Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal
Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis
demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :
o Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum
hingga ujung robekan
o Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan
simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik No
2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter
ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0
o Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub
mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 )
secara jelujur.
o Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub
mukosa dan sub kutikuler
o Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan
antibiotika untuk terapi.

g. Robekan serviks
Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala
bayi.
Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan porsio
Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi
lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan

dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga


semua robekan dapat dijahit
Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri dan perdarahan paska tindakan
Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tandatanda infeksi
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb
dibawah 8 gr% berikan transfusi darah

2.8 Asuhan Keperawatan


2.8.1

Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
4. Riwayat obstetri:
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada

kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat


badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat
nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
Riwayat Kehamilan sekarang
a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan
darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
5. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat.
6. Pola aktifitas sehari-hari
Makan dan minum, meliputi :
Komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat
maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada
masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori,
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayursayuran dan buah buahan.
o Eliminasi, meliputi:
Pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan
pola
miksi
dan
defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi
hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995 )
o Istirahat atau tidur meliputi :
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
o Personal hygiene meliputi :
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik
sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.
2.9 Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
c. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
d. Resiko infeksi b/d perdarahan

e. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.


2.10

Rencana Tindakan Keperawatan


a.

Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam


Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume
cairan
Rencana tindakan :
1)

Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan

badannya tetap terlentang


R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2)

Monitor tanda vital

R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat


3)

Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal


4)

Evaluasi kandung kencing

R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus


5)

Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya

diletakan diatas simpisis.


R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya
inversio uteri
6)

Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum


meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi
laserasi

pada

serviks

perineum

atau

terdapat

hematom

Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi.
7)

Berikan infus atau cairan intravena

R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular


8)

Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol


perdarahan
9)

Berikan antibiotik

R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena


perdarahan
10) Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

b.

Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam


Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan :
1)

Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda


vital
2)

Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu

kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di
jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin
3)

Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana


diperlukan dalam produksi ASI
4)

Tindakan kolaborasi :

a)

Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah

dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )


b)

Berikan

terapi

oksigen

(Oksigen

memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

diperlukan

untuk

c.

Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau

ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya
dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
1)

Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska

persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2)

Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon


fisiologis
3)

Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

R/ Memberikan dukungan emosi


4)

Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang


tidak diketahui
5)

Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas


6)

Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme


koping yang tepat.

d.

Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan


Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal )
Rencana tindakan :
1)

Catat perubahan tanda vital

R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya


infeksi

2)

Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi

uterus yang lembek, dan nyeri panggul


R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi
3)

Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea


yang berkepanjangan
4)

Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi

saluran nafas, mastitis dan saluran kencing


R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
5)

Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut

jangan sampai terlalu basah


R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat

menjadi

media

untuk

pertumbuhan

bakteri,peningkatan

resiko infeksi.
6)

Tindakan kolaborasi

a)

Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )

b)

Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan

untuk keadaan infeksi ).

e.

Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.


Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran
dan tanda-tanda dalam batas normal)
Rencana tindakan :
1)

Anjurkan pasien untuk banyak minum

R/

Peningkatan

intake

cairan

dapat

meningkatkan

volume

intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang


dapat meningkatkan perfusi jaringan.
2)

Observasitanda-tandavital tiap 4 jam

R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya


dehidrasi secara dini.
3)

Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.

R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak


ditangani secara baik.
4)

Observasi intake cairan dan output

R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran


cairan yang berlebihan.
5)

Kolaborasi dalam:

a)

Pemberian cairan infus / transfusi

R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang


dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah
terjadinya shock
b)

Pemberian koagulantia dan uterotonika

R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan


uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik
fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah
bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati
keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga
tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum
period (minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai
minggu ke enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada
immediate dan early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap
kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya yang paling sering
terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP (Haemorrhage Post
Partum).
3.2 Saran
Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan Keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan untuk para tim medis agar dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan
perdarahan postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi.


Bandung : Elstar Offset.
Doenges E, Marilynn. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi
I. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Chamberlain, Geofferey. 1994. Obstetrik dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya
Medika
Ledewig. W. Patricia. 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru
Lahir. Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan
Ginekologi
Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan
Esentia Medika
Heller, Luz 1991. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai