PERDARAHAN
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ayu Mayang Priningtiyas (2012.1440.1013)
Anita Nur Rahmawati (2012.1440.1011)
(D3 KEPERAWATAN)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia, serta hiayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Post Partum
Dengan Perdarahan dengan sebaik-baikya.
Adapun maksud dari penyusunan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Maternitas.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan setulus
hati kami sampaikan terimakasih kepada :
1.
2.
3.
4.
di
terapan
Batu,
April 2014
Penulis
dalam
BAB I
PENDAHULUAN
terlambat
sampai
ke
rumah
sakit,
saat
datang
keadaan
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan
post partum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien pendarahan
post partum.
b.
melaksanakan
tindakan
keperawatan
dan
mampu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir.
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Perdarahan post partum primer (carly post partum hemorrhage) yang
terjadi 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage)
biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum
Menurut Wiknjisastro H. (1990) post partum merupakan salah satu dari
sebab utama kematian ibu dalam persalinan, maka harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum yaitu:
a.
Penghetian perdarahan
b.
c.
adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan
perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat
dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100
x/menit dan kadar HB < 8 gr %.
2.2 Etiologi
a.
Atonia uteri
Faktor terjadinya adalah:
Utrus terlalu regang dan besar. Misal pada qemeli, hidramnio dan
janin besar.
Malnutrisi.
b.
Sisa plasenta
c.
d.
Solusio plasenta
2.3 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta
terbuka.
b.
c.
d.
e.
f.
Atoni uteri
Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Trauma genital
Titik perdarahan terlihat pada perineum, vulva, dan vagina
bagian bawah
Titik perdarahan tidak terlihat pada vagina bagian atas, servik
dan uterus.
Retensio plasenta
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Uterus kontraksi baik.
Tali pusat putus akibat traksi berlebihan.
Inversio uteri akibat tarikan.
Perdarahan lanjutan
Sisa plasenta
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah )
tidak lengkap.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Robekan jalan lahir
Perdaraha segera setelah anak lahir.
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
Uterus kontraksi baik.
Plasenta lengkap.
Pucat ,lemah
Fragmen plasenta
Nyeri tekan perut bawah
Sub involusi uterus
Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (persalinan
sekunder)perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus
atau tidak beraturan) dan berbau jika disertai infeksi
Anemia
g.
Demam
Ruptura uteri
Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan intra abdominal
dan atau vaginum)
Nyeri perut berat
Nyeri tekan perut
Denyut nadi ibu cepat
2.5 Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
a.
Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan
menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan
cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus
renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90%
darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak
terselamatkan.
b.
Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan
menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk
hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak
ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga
pada asupan ASI bayi.
c.
Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan
postpartum sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia
yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar
hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
b.
Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan
konsepsi intrauterin
c.
d.
Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
e.
Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum:
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
e. Atasi syok jika terjadi syok
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml
dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
Penatalaksanaan khusus
a. Atonia uteri
Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,
lakukan pengurutan uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila
perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.
c.
Plasenta inkaserata
Tentukan diagnosis kerja
Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi
serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus
oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan
kontraksi uterus yang mungkin timbul.
Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk
melahirkan plasenta.
Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta
tampak jelas.
Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
speculum
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak
jelas.
Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi
berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten
untuk memegang klem tersebut.
Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah
jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
d.
Ruptur uteri
Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit
dan siapkan laparatomi
Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas
pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit
rujukan
Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus
Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi
Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen
Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.
e.
Sisa plasenta
Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta
setelah dilahirkan
Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
f.
g. Robekan serviks
Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala
bayi.
Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan porsio
Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi
lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
4. Riwayat obstetri:
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada
pada
serviks
perineum
atau
terdapat
hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi.
7)
Berikan antibiotik
b.
Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di
jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin
3)
Tindakan kolaborasi :
a)
Berikan
terapi
oksigen
(Oksigen
diperlukan
untuk
c.
ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya
dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
1)
persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2)
d.
2)
menjadi
media
untuk
pertumbuhan
bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
6)
Tindakan kolaborasi
a)
b)
e.
R/
Peningkatan
intake
cairan
dapat
meningkatkan
volume
Kolaborasi dalam:
a)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik
fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah
bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati
keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga
tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum
period (minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai
minggu ke enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada
immediate dan early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap
kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya yang paling sering
terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP (Haemorrhage Post
Partum).
3.2 Saran
Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan Keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan untuk para tim medis agar dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan
perdarahan postpartum.
DAFTAR PUSTAKA