Anda di halaman 1dari 18

I.

Pendahuluan
Menurut WHO, 1986, stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1 Dikatakan stroke
pada anak apabila stroke dialami pada usia
Stroke pada anak relatif lebih jarang dijumpai bila dibanding dengan
orang dewasa. Kasus stroke yang terjadi pada neonatus, anak-anak dan
dewasa muda hanya berjumlah kurang dari 5% dari seluruh kasus stroke.
Sekalipun perhatian yang diberikan oleh para ahli neurologi terhadap keadaan
ini telah semakin besar, sayangnya sebagian besar penelitian mengenai stroke
pada anak-anak masih bersifat deskriptif. Sebelum ditemukannya teknik
pencitraan otak yang modern seperti CT-scan kepala dan MRI otak, serta
teknik pencitraan jantung yang canggih, sejumlah anak dikelompokkan ke
dalam kelompok acute hemiplegia of the childhood, tanpa terlalu
memperhatikan kemungkinan bahwa hal tersebut dapat disebabkan oleh
stroke.2
Insidens stroke yang terjadi pada anak relatif sama. Menurut Abram dkk,
beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa insidensnya berkisar
antara 2,5-2,7 per100.000 anak/tahun. Angka ini hampir sama dengan yang
ditemukan oleh Broderick dkk (2,7/100.000anak/tahun), dan Schoenberg dkk
(2.52/100.000anak/tahun) di Rochester, Minnesota. Di Kanada, insidensnya
relatif lebih kecil yaitu 1,2/100.000anak/tahun. Sedangkan menurut Nelson
Textbook of Pediatrics, insidensnya 1-3/100.000 anak/tahun2. Schoenberg
dkk juga menemukan bahwa insidens untuk stroke hemoragik adalah
1,89/100.000 anak/tahun, sedangkan untuk stroke iskemik 0,63/100.000
anak/tahun. Pada anak, 55% kasus disebabkan oleh stroke iskemik dan 45%
sisanya oleh stroke hemoragik, sedangkan pada orang dewasa 80% kasus
adalah stroke iskemik.

2,3,4,5,6,7

Stroke dapat terjadi pada anak usia berapa saja. Insidens tertinggi
dijumpai pada usia < 2 tahun, dan kemudian menurun sesuai dengan
pertambahan usianya. Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara kedua
jenis kelamin. Stroke pada anak-anak dapat dibagi berdasarkan umurnya
yakni stroke neonatal atau perinatal dan stroke anak. Stroke pada neonatal
atau perinatal merupakan stroke yang terjadi pada usia 28 minggu gestasi
hingga hari ke 28 post-melahirkan. Stroke pada anak merupakan stroke yang
terjadi pada usia 28 hari hingga 18 tahun. Stroke pada anak sama seperti pada
stroke pada orang dewasa dimana terdapat stroke iskemik dan hemoragik. 7,8
Gejala yang ditimbulkan oleh stroke pada penderita anak-anak dapat
berbeda dengan pada orang dewasa. Pada periode neonates stroke dapat
bermanifestasi berupa kejang. Sedangkan pada masa bayi, gejala stroke yang
patologis cenderung bermula dari tangan. Di samping itu, penyebab gangguan
serebrovaskuler pada anak sangat beragam dan tidak ada satu pun faktor
risiko yang menonjol. Apalagi sekalipun teknik diagnostik non invasif telah
berkembang pesat,ternyata masih cukup banyak dokter yang terbatas
pengetahuannya mengenai gangguan serebrovaskuler pada anak.3
II.

Anatomi Sistem Pembuluh Darah Otak


Otak dan medula spinalis merupakan organ yang sangat bergantung

terhadap darah yang teroksigenasi sehingga organ tersebut sangat bergantung


terhadap aliran pembuluh darah serebri. Sekitar 18% dari total volume darah
tubuh didistribusikan ke jaringan otak yang memiliki berat 2% dari total berat
tubuh. Darah mengangkut oksigen, nutrisi, dan zat lainnya yang diperlukan
untuk metabolisme jaringan otak dan mentransportasikan sisa metabolisme
keluar dari jaringan otak. Sistem pembuluh darah otak tersebut, yakni:9,11,12
1.

Sistem pembuluh darah arteri otak


Otak memiliki sistem pembuluh darah yang terdiri atas 2 arteri karotis

interna dan 2 arteri vertebralis.Keempat arteri tersebut berada di ruang

subaraknoid dan cabang dari arteri tersebut bergabung/anastomosis pada


permukaan bawah otak membentuk lingkaran Willis (Circle of Willis).9
1.1 Arteri Karotis Interna
Arteri karotis interna dimulai pada bifurkasi dari arteri karotid komunis
tepatnya pada daerah yang memiliki dilatasi lokal yang disebut sinus
karotid.Arteri karotis interna berjalan sejajar dengan leher dan menembus
dasar tengkorak melalui kanal karotid pada bagian tulang temporal. Arteri
tersebut berjalan secara horizontal melalui sinus kavernosus dan muncul pada
sisi medial proses klinoid anterior dengan cara menembus duramater diikuti
dengan menembus membran araknoid dan menuju arah posterior ke regio
ujung medial sulkus otak lateral. Pada region ini, karotis interna terbagi
menjadi arteri serebri anterior dan arteri serebri media.11
Cabang-cabang untuk bagian serebri antara lain adalah:
1. Arteri oftalmika
2. Arteri komunikans posterior
3. Arteri koroidalis
4. Arteri serebri anterior
5. Arteri serebri media

Gambar 1. Asal dan perjalan dari arteri karotis interna dan arteri
vertebralis pada saat naik sejajar dengan leher dan menembus tengkorak
1.2 Arteri Vertebralis
Merupakan cabang dari arteri subklavian yang naik sejajar dengan leher
melewati foramen yang berada pada prosesus tranversalis vertebra servikal
6.Arteri ini masuk ke dalam tengkorak melalui foramen magnum dan
menembus dura mater dan araknoid hingga rongga subaraknoid.Pada bagian
bawah pons, arteri ini bergabung dengan sisi yang berlawanan membentuk
arteri basilaris.9
Cabang-cabang untuk bagian cranium antara lain adalah:
1. Cabang meningeal
2. Arteri spinalis posterior
3. Arteri spinalis anterior
4. Arteri serebri posterior inferior
5. Arteri medularis
1.3 Arteri Basilaris
Arteri basilaris merupakan arteri yang terbentuk dari 2 arteri vertebralis
yang berjalan pada lekukan permukaan anterior dari pons.Pada bagian atas
dari pons, terbagi menjadi 2 arteri serebri posterior.9
Cabang-cabang dari arteri basilaris adalah:
1. Arteri pontin
2. Arteri labirintin
3. Arteri serebelum anterior inferior
4. Arteri serebelum superior
5. Arteri serebri posterior

Gambar 2: Arteri yang berada pada permukaan inferior otak. Terlihat


pembentuk lingkaran Willis
1.4 Saraf dari Arteri Serebri
Arteri serebri menerima
postganglionik.Syaraf

ini

serat-serat

berasal

dari

saraf

dari

ganglion

saraf

simpatis

simpatis

servikal

superior.Efek yang dapat ditimbulkan dari stimulai syaraf ini adalah


vasokonstriksi dari arteri serebri. Dalam kondisi normal, aliran pembuluh
darah di otak diatur oleh konsentrasi dari karbon dioksida, ion hidrogen, dan
oksigen yang terdapat pada jaringan syaraf sehingga apabila terjadi kenaikan
dari karbon dioksida, ion hidrogen, dan penurunan jumlah oksigen dapat
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi. 12
2.

Sistem pembuluh darah vena otak

2.1 Vena serebri eksterna

Terdiri atas vena serebri superior yang menuju sinus sagitalis, vena
serebri media superfisialis untuk permukaan lateral dari hemisfer otak yang
berjalan di bawah sulkus lateral menuju sinus kavernosus, dan vena serebri
media profunda untuk drainasi insula dan bergabung dengan vena serebri
anterior dan vena striata untuk membentuk vena basalis yang berfungsi untuk
menggabungkan vena serebri magna yang dilanjutkan ke straight sinus.12
2.2 Vena serebri interna
Terdapat 2 vena serebri interna yang dibentuk dari penggabungan vena
talamostriata dan vena koroidalis pada foramen interventrikular.Dua vena
tersebut berjalan pada bagian posterior koroid tela dari ventrikel 3 dan
bergabung dibawah splenium korpus kalosum untuk membentuk vena serebri
magna yang dilanjutkan ke straight sinus.11

Gambar 3. Drainase vena dari aspek lateral

Gambar 4. Drainase vena dari aspek medial


III.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Mungkin, perbedaan yang paling mendasar dari stroke pada anak dengan

stroke pada dewasa adalah bahwa faktor risiko stroke pada anak sangat
beragam. Misalnya, penyakit jantung kongenital dan sickle cell disease adalah
penyebab stroke yang sering dijumpai pada anak, sedangkan aterosklerosis
jarang. Penyebab stroke pada anak yang paling sering adalah penyakit jantung
kongenital. Pada sekitar 20% kasus stroke pada anak, penyebab pasti tidak
diketahui.3,10
Jenis stroke yang paling sering dijumpai pada anak adalah stroke
iskemik. Penyebab umum stroke iskemik pada anak diantaranya adalah
penyakit jantung bawaan, gangguan hematologi seperti anemia sel sabit,
leukemia, polisitemia.3
Sedangkan frekuensi stroke hemoragik pada anak berbeda dengan
dewasa. Frekuensi stroke hemoragik pada anak hampir sama dengan stroke
iskemik pada orang dewasa. Stroke hemoragik pada anak biasanya
disebabkan oleh arteriovenous malformation, aneurisma intracranial,
hemophilia. 10

IV.

PATOFISIOLOGI
Otak merupakan organ yang memerlukan suplai oksigen secara adekuat

dan konsisten. Konsistensi dari suplai oksigen tersebut dipantau oleh


baroreseptor dan refleks vasomotor yang diatur pada pusat kendali yang
terdapat pada batang otak bagian inferior. Infark serebri dapat terjadi apabila
terdapat blokade total dari aliran pembuluh darah otak selama lebih dari 5
menit. Jaringan otak yang kurang mendapatkan suplai oksigen mengalami
nekrosis iskemik atau infark yang pada sediaan patologi anatomi disebut
sebagai zona perlembekan atau ensefalomalasia.9,11,12
Patofisiologi dari stroke pada anak, yaitu:
1. Stroke Iskemik
Ada beberapa penyakit jantung kongenital yang dapat menyebabkan
stroke pada anak, salah satunya adalah PDA (Patent Ductus Arteriosus). PDA
adalah ductus arteriosus yang tetap terbuka. Jika ductus arteriosus tetap
terbuka, darah yang seharusnya kembali ke paru-paru. PDA memudahkan
terbentuknya gumpalan darah dalam jantung. Ketika gumpalan itu terbentuk
dan terbawa aliran darah menuju ke otak, gumpalan itu menyumbat pembuluh
darah otak sehingga dapat menyebabkan obstruksi.8
Bila terjadi obstruksi/oklusi pembuluh arteri serebral oleh emboli maupun
trombus, aliran darah ke bagian otak yang diperdarahi arteri tersebut, baik
korteks maupun substansia albanya, akan berkurang secara drastis, atau
bahkan dapat terhenti sama sekali. Akibatnya terjadilah iskemi di daerah
tersebut, yang bila berlanjut dapat berubah menjadi infark. Pada infark
hemoragik, area yang terlibat, umumnya substansia grisea, mengalami
kongesti disertai perdarahan ptekial. Sedangkan pada infark pucat, yang
biasanya melibatkan substansia alba, jaringan terlihat pucat diserta edema.
Pada kedua jenis infark ini, secara mikroskopis terlihat nekrosis jaringan otak
yang masif, terutama di bagian tengah infark. Semakin ke pinggir
kerusakan/nekrosis yang terjadi semakin ringan. Proses perbaikan dimulai
pada hari ke-4 atau 5, yang dimulai dengan infiltrasi polimorfonuklear, yang
dilanjutkan oleh fagosit mononuklear, yang memfagositosis semua hasil

disintegrasi seluler dan mielin. Selanjutnya daerah yang rusak akan


digantikan oleh hipertrofi dan hiperplasia astrosit.8
2. Stroke Hemoragik
Pada kasus stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh AVM
(arteriovenous malformation) dan aneurisma. AVM adalah pembuluh darah
yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk ke vena. Hal itu
menyebabkan mudah pecahnya pembuluh darah otak. Aneurisma adalah
pembuluh

darah

abnormal

abnormal

terlokalisasi

disebabkan

oleh

melemahnya dinding pembuluh darah. 7


Biasanya pada kasus AVM dan Aneurisma, pembuluh darah pecah di
subarachnoid. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh
darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan
ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering
pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya.12,14
Peningkatan TIK yang mendadak mengakibatkan perdarahan subhialoid
pada retina dan penurunan kesadaran. Pecahnya pembuluh darah tersebut
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Perdarahan subarakhnoid juga dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini dapat mengakibatkan
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain). 14

V.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis stroke pada periode prenatal, perinatal, dan neonatal, yaitu:7
1. Stroke Iskemik
Stroke yang terjadi pada periode prenatal diketahui dari pemeriksaan
ultrasound in utero dan pencitraan dini pada neonates yang memperlihatkan
adanya infark yang terjadi sebelum lahir. Pada neonatus yang mengalami
infark prenatal, pemeriksaan fisik tidak terlalu bermanfaat dan awalnya sering
menunjukkan hasil yang normal. Infark prenatal atau neonatal pada neonatus
dapat tetap asimptomatik walaupun lebih sering menimbulkan gejala kejang.
Kejang biasanya dimulai pada usia 8-72 jam, dengan tipe bervariasi, termasuk
kejang umum klonik atau kejang fokal. Setelah penderita mulai mengalami
kejang, ia dapat mengalami hipotoni umum persisten atau episodik.7
Pada neonatus, hemiparese sering belum dapat dideteksi pada
pemeriksaan fisik, sekalipun pada pemeriksaan CT-scan kepala atau
ultrasound telah terlihat adanya infark. 7
Gejala lain yang lebih berat adalah hipotoni yang tiba-tiba, letargi dan
koma, yang biasanya dijumpai pada penderita yang disertai DIC. Daerah otak
yang dialiri arteri serebri media merupakan daerah yang paling sering
mengalami infark, sedangkan infark pada daerah arteri serebri anterior
khususnya dijumpai pada iskemi global. Infark di daerah arteri serebri
posterior paling jarang dijumpai. Pada ketiga periode ini, 75-80% infark
terjadi di hemisfer kiri.12,14
2. Stroke Hemoragik
Perdarahan serebral yang paling sering dijumpai pada neonatus adalah
perdarahan matriks germinalis yan dijumpai pada bayi prematur. Neonatus
prematur dan aterm juga dapat mengalami semua jenis perdarahan
intracranial lainnya. Perdarahan subarakhnoid (PSA) primer mungkin
merupakan perdarahan intrakranial yang paling sering dijumpai pada
neonatus aterm. Patogenese PSA primer ini belum diketahui secara jelas. PSA
ringan dapat tidak menimbulkan gejala apapun. Bila lebih berat, dapat
dijumpai kejang, biasanya satu atau dua hari setelah lahir pada neonatus
aterm. Yang terberat dan jarang terjadi dapat menimbulkan kematian dengan
cepat, dan biasanya disertai riwayat asfiksia perinatal yang berat. Perdarahan

10

intraserebral (PIS) tanpa disertai perdarahan intraventrikuler umumnya hanya


dijumpai pada neonates aterm dan tidak berhubungan dengan trauma maupun
asfiksia. Gejala berupa kejang, fokal atau umum, hemiplegi, hipotoni.
Penyebab terjadinya PIS termasuk koagulopati, malformasi vaskuler,
aneurisma serebral dan perdarahan pada tumor kongenital atau infark
serebral. 14
Gejala klinis stroke pada periode anak-anak, yaitu:7,14
1. Stroke Iskemik
Anak-anak, terutama yang berusia kurang dari 2 tahun, lebih sering
mengalami kejang pada saat terjadinya hemiparese, bila dibandingkan dengan
orang dewasa. Hemiparese merupakan defisit neurologis yang paling sering
dijumpai. Defisit neurologis lainnya, seperti defisit lapangan pandang,
gangguan pergerakan, gangguan kognitif dan fungsi luhur lainnya termasuk
bahasa, dapat ditemukan berdiri sendiri atau bersamaan dengan hemiparese.
Sakit kepala dapat terjadi segera sebelum atau segera setelah terjadinya
parese.11,12,14
2. Stroke Hemoragik
Gejala perdarahan serebral pada anak menyerupai gejala pada orang
dewasa. Gejala dapat berupa nyeri kepala hebat, defisit neurologis fokal atau
penurunan kesadaran. Penyebab stroke hemoragik yang paling sering adalah
ruptur AVM. Penderita dengan AVM sering mempunyai riwayat sakit kepala
atau kejang sebelumnya. Hematoma intraparenkimal lebih sering dijumpai
daripada PSA.14
VI.

DIAGNOSA
Diagnosa stroke ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan

fisik/neurologis yang teliti, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang


yang diperlukan. CT-scan kepala tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku
emas untuk menentukan jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi, serta
menyingkirkan kemungkinan lesi non vaskuler. Penggunaan USG kranial
bermanfaat pada neonates untuk menilai adanya perdarahan intraventrikuler.
Penggunaan MRI lebih terbatas akibat kesulitan teknik pada anak-anak.
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, CRP, ANA, protein C, protein S

11

dan ekokardiografi seharusnya dilakukan pada semua populasi stroke


anak.4,11,12
Dengan mengenali tanda-tanda stroke pada anak dan tindakan yang cepat
akan mengurangi kerusakan akibat stroke pada otak anak. Metode FAST
(Face, Arms, Speech, Time) dapat membantu untuk mengenali gejala stroke
dengan cepat. Langkah-langkah metode FAST adalah sebagai berikut:
a. Face

: Ajak anak untuk tersenyum. Apakah wajah tidak simetris ,

salah satu sisi muka tertinggal, mulut mencong?


b. Arms : Ajak anak untuk menutup mata dan menahan kedua
lengannya lurus ke depan selama 10 detik apakah salah satu lengan
bergerak turun?
c. Speech : Ajak anak untuk berbicara/mengulang kalimat sederhana.
Apakah ada kata-kata yang tidak jelas/bicara rero? Dapatkah anak
mengulang kalimat dengan benar?
d. Time : Jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas, waktu adalah
sangat penting, segera bawa anak ke rumah sakit.13
Abram mengelompokkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosa stroke pada anak atas:4
1. First line
Diperiksa dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit. CT scan/MRI kepala,
darah lengkap termasuk LED, PT/PTT, elektrolit serum, kadar glukosa darah,
fungsi hati, foto thoraks, ANA, urinalisis, ureum, kreatinin, urine drug screen,
EKG.4
2. Second line
Diperiksa dalam minggu pertama setalah masuk rumah sakit, atas indikasi.
Ekokardiografi, monitor Holter, transcranial and/or caotid doppler, MR
angiogram, EEG, evaluasi hiperkoagubilitas (antitrombin III, protein C,
mutasi factor V Leiden, antibodi antifosfolipid, antikardiolipin, antikoagulan
lupus), factor reumatoid, asam amino serum, asam organik dalam urine,
kultur darah, elektroforesis hemoglobin, profil komplemen, VDRL,
laktat/piruvat, amonia, analisa cairan otak (jumlah sel, protein, glukosa,
laktat) dan profil lipid.4
3. Third line

12

Diperiksa secara elektif, atas indikasi. HIV, titer Lyme, titer Mikoplasma,
catsratch titers, MRI jantung, trans-esofageal ekokardiografi, biopsi otot, test
DNA untuk MELAS, angiografi serebral (transfemoral), biopsi leptomening,
homositein serum.4
VII.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan akut stroke pada anak dilakukan di instalasi Rawat Darurat

dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar


kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen
2L/menit dan cairan kristaloid/koloid sesuai kebutuhan anak.
1. Stroke Iskemik
- Posisikan kepala 30 derajat dimana kepala dan dada berada dalam satu
bidang; bebaskan jalan napas dan beri oksigen 1-2 liter/m; berikan nutrisi
dengan cairan isotonic, kristaloid/koloid & elektrolit sesuai kebutuhan anak.
(ref: duus)
- Edema umumnya dapat di atasi dengan melakukan hiperventilasi dan
restriksi cairan. Secara umum penggunaan steroid dan cairan hiperosmotik
tidak direkomendasikan.2,4
- Pemberian cairan mannitol jika ada peningkatan tekanan intracranial
untuk mengurangi edema serebri. 2
- Antikoagulan
Penggunaan antikoagulan pada anak dengan stroke iskemik masih
kontroversial, walaupun sering digunakan pada kasus dengan sumber emboli
yang diketahui dengan jelas.2,4
Warfarin merupakan antikoagulan yang paling efektif pada penggunaan
jangka panjang pada anak. Indikasi utamanya adalah penyakit jantung,
hiperkoagubilitas, diseksi arterial, dan trombosis sinus duralis. Aspirin dosis
rendah sering dipergunakan, walaupun penelitian terkontrol pada anak yang
mendukungnya belum dilakukan.2,4
Dosis aspirin 2-3 mg/kgBB/hari dapat diberikan untuk memperoleh efek
anti agregasi platelet, walaupun efektifitasnya masih dapat diperdebatkan.2,4
Penggunaan low molecular weight heparin (LMWH) pada anak yang
menderita stroke iskemik, terbukti efektif, aman dan ditoleransi dengan baik.
Penggunaan heparin sebaiknya dibatasi pada anak dengan risiko tinggi untuk
mengalami stroke berulang dan dengan risiko perdarahan sekunder yang
13

rendah. Untuk loading dose diberikan heparin 75 unit/kgBB intra vena, diikuti
20 unit/kgBb/jam untuk anak usia lebih dari 1 tahun (atau 28 unit/kgBB/jam
untuk usia di bawah 1 tahun) dengan target APTT 60-85 detik).2,4
-

Evaluasi dan penatalaksaan pada penyakit penyebab stroke pada anak

2.

tersebut.
Stroke Hemoragik
Pasien stroke hemoragik pada anak harus dirawat di ICU. jika keadaan

klinis memburuk.
- Mannitol
Cairan mannitol dapat diberikan untuk mengurangi edema serebri.
Penggunaan antikoagulan pada anak dengan stroke iskemik masih
kontroversial, walaupun sering digunakan pada kasus dengan sumber emboli
yang diketahui dengan jelas.2,4
- Fenitoin
Sebagai anti kejang, karena biasa pada pasien stroke hemoragik akan
mengalami periode kejang
- Tindakan operasi pada stoke hemoragik anak masih kontroversial. Untuk
AVM dan endovascular aneurisma tindakan operasi dapat dilakukan tetapi
stereostatic radioterapi lebih sering digunakan pada anak karena lebih aman.15
- Tekanan darah tinggi perlu dikendalikan untuk menurunkan resiko
penyebaran dan pecahnya aneurisma. Operasi dibutuhkan ketika aneurisma
mencapai ukuran tertentu atau menyebar pesat, karena resiko pecah tinggi.
Aneurisma otak biasanya terdiagnosa ketika pecah menyebabkan stroke.
Penyedotan darah segera dan operasi perbaikan aneurisma diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa dan meminimalisasi kerusakan otak.
VIII. PROGNOSIS
Pada anak, prognosis stroke tergantung pada jenis stroke, lokasi lesi, usia
penderita dan proses patologis yang mendasarinya. Stroke hemoragik lebih
sering menimbulkan kematian daripada stroke iskemik. Setelah 1 bulan sejak
terjadinya stroke, 60-80% penderita stroke hemoragik dapat bertahan,
sedangkan penderita stroke iskemik 85-95%.4,7
Pada stroke iskemik dapat terjadi late death, dalam waktu 2 tahun setelah
terjadinya stroke, sering diakibatkan oleh intractable seizure. Defisit
neurologis, dalam berbagai derajat, dijumpai pada 75% penderita infark
serebri. Gejala sisa pasca stroke, baik hemoragik atau iskemik, dapat berupa
14

parese, gangguan pergerakan, kejang, hemianopsia, gangguan berbahasa,


gangguan perilaku atau retardasi mental. Bila terjadi kejang pada saat
mengalami serangan stroke akut, maka prognosanya lebih jelek dan gangguan
intelektual serta perilaku yang terjadi lebih berat.4,7
Prognosis yang buruk didapati pada anak dengan gejala onset berupa
kejang dan hemiplegia. Biasanya setelah stroke anak tersebut akan menderita
kejang berulang, mengalami gangguan motorik dan gangguan kognisi. Sekitar
20% anak tanpa gejala kejang akan menderita epilepsi. Epilepsi paska stroke
umumnya terjadi dalam satu tahun pertama setelah serangan. Anak dengan
ukuran dan lokasi lesi yang sama dengan dewasa menunjukkan perbaikan
yang lebih menonjol, hal tersebut disebabkan adanya plastisitas dan susunan
saraf yang sedang berkembang, dimana bagian otak yang normal mengambil
alih fungsi area otak yang rusak. Anak memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk sembuh karena plastisitas atau fleksibilitas sistem saraf dan otak anak
yang lebih besar. Otak anak masih berkembang, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk memperbaiki sendiri.7
IX. Diagnosa Banding
1. Kejang demam adalah kejang yang dipicu karena kenaikan suhu tubuh
yang tinggi dan timbul mendadak terutama terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 6 tahun. Pada penyakit stroke yang dijumpai pada anak
ditemukan juga gejala berupa kejang. Namun, kejang pada stroke anak
tidak diawali dengan demam dan ditemukan defisit neurologis.
2. Meningitis
X.

KESIMPULAN
Stroke dapat terjadi pada masa prenatal, bayi dan kanak-kanak. Jenis

stroke yang terjadi, seperti halnya pada orang dewasa, dapat berupa stroke
iskemik atau stroke hemoragik, walaupun dengan persentase relatif yang
berbeda. Perbedaan yang paling mendasar dengan orang dewasa adalah
bahwa faktor risiko stroke pada anak jauh lebih banyak dan lebih bervariasi.
Demikian pula gejala klinisnya yang sering tidak mudah didapatkan melalui

15

pemeriksaan fisik/neurologis. Seperti halnya pada orang dewasa, pemeriksaan


baku emas untuk stroke pada anak adalah CT scan kepala.
Gejala sisa pasca stroke sering berupa ketidakmampuan motorik atau
defisit kognitif. Pengetahuan yang baik tentang stroke pada anak akan sangat
membantu penegakan diagnosa secara dini, sehingga dapat segera diberikan
terap yang tepat, yang akhirnya dapat menghasilkan prognosis yang lebih
baik.

16

REFERENSI

1. Gisenberg, Lionel. Lecture Notes Neurology Edisi kedelapan. 2007.


Jakarta: penerbit Erlangga)
2. AJ, Orencia, Biller J. Stroke in Children and Young Adults: Overview,
Risk Factors and Prognosis. In: Biller J, editor. Stroke in Children and
Young Adults.Newton, MA: Butterworth-Heinemann; 1994.p.1-14)
3. The Child Neurology Society Ad Hoc Committee on Stroke in Children.
Recognition and treatment of Stroke in Children. Available from:
http://www.ninds.org/research/facts/stroke.htm
4. Abram HS. Childhood Strokes: Evaluation and Management. Available.
from: http://www.asha.org/research/facts/stroke.htm.
5. Wiebers DO, Feigin VL, Brown Jr RD. Cerebrovascular Disease in
Clinical Practice. 1st ed. Boston: Little, Brown and Co; 1997.p.347-56.
6. Menkes JH. Textbook of Child Neurology. 5th ed. Baltimore: Williams &
Wilkins; 1995.p.702-24.
7. Mathews KD. Stroke in Neonates and Children: Overview. In: Biller J,
editor. Stroke in Children and Young Adults. Newton, MA: ButterworthHeinemann; 1994.p.15-29.
8. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics.
16th ed. Philadelphia: WB Saunders C: 2000.p. 1854-7
9. Richard S.Snell. Clinical Neuroanatomy.ed.7.China : Williams &
Wilkins.2010)

17

10. Castrogiovanni A. Special Populations Stroke and Communication


Disorders. ASHA Communication Facts. 1999 Edition. Available from:
http://www.asha.org/research/facts/stroke.htm.
11. Mahar, Mardjono. 2003. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
12. Baehr, M, M Frotscher. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta:
EGC
13. National Stroke Association TIA Warning Sign of Stroke. Available from:
http://www.stroke.org/site/DocServer/TIA.pdf?docID=405
14. E. Steve Roach,dkk. Management of Stroke in Infant dan Children : A
Scientific Statement from a Special Writing Group of the American
Association Stroke Council and the Council on Cardiovascular Disease in
the

Young.

Available

from:

http://stroke.ahajournals.org/content/39/9/2644
15. Ischemic Stroke in Infant and Children Practical Management in
Emergency.

Available

from

http://www.hindawi.com/journals/srt/2011/736965/

18

Anda mungkin juga menyukai