I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. MU
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Makassar
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
Tgl pemeriksaan
: 28 April 2015
No. RM
: 07 01 56
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
B. Anamnesis terpimpin
Dialami sejak tiga hari yang lalu, muncul perlahan-lahan dan semakin
memberat 2 hari terakhir. Mata merah disertai rasa panas, agak gatal, bengkak
dan berair. Cairan yang keluar tidak berwarna, tidak berbau dan encer. Selain
itu, pasien merasa penglihatannya normal, namun mata terasa ada yang
mengganjal sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di mata kirinya.
Penglihatan kembar tidak ada, silau tidak ada, nyeri tidak ada, rasa pusing
pada kepala tidak ada. Riwayat terapi tidak ada. Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat demam disangkal. Riwayat keluarga dan lingkungan sekitar dengan
gejala yang sama disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
: disangkal
Visus
Visus jauh tanpa koreksi
Koreksi
Visus jauh dengan koreksi
terbaik
Visus dekat
Koreksi
Visus dekat dengan koreksi
OS
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
4D
+2,50 D
2D
Pemeriksaan
Palpebra
Silia
Apparatus lakrimalis
Hiperemis (-)
Konjungtiva
Jernih
Dalam batas normal
Cokelat, Kripte (+),
Pupil
diameter 3mm
RCL (+)/RCTL (+)
(-)
Jernih
OS
Edema (+)
Sekret (+), serous
Hiperlakrimasi (+)
Hiperemis (+), injeksi
konjungtiva (+)
Jernih
Dalam batas normal
Cokelat, Kripte (+),
arcus senilis (+)
Bulat, letak sentral,
diameter 3mm
RCL (+)/RCTL (+)
(-)
Jernih
OD
OS
Tekanan intraokuler
Metode Pemeriksaan
OD
OS
Tekanan Intraokuler
Palpasi
Indentasi Schiotz
Normal
Tidak diperiksa
Normal
Tidak diperiksa
G. Palpasi
OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada pembesaran
Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula preaurikuler
Tidak ada
Edema
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada pembesaran
Edema palpebra superior
et inferior
: (-)
FOS
: (-)
DIAGNOSIS BANDING
OS konjungtivitis suspek viral
OS perdarahan subkonjungtiva
OS episkleritis
VI. DIAGNOSIS
OS konjungtivitis suspek Viral
ODS presbiopia
VII. TERAPI
Non Medikamentosa
o Beristirahat dan menghindari kontak dengan keluarga maupun
lingkungan di sekitarnya beberapa hari agar tidak menularkan ke
orang yang sehat. Pasien diberi penjelasan bahwa konjungtivitis
bisa menular melalui udara.
o Memberikan edukasi kepada pasien bahwa konjungtivitis karena
virus merupakan penyakit yang dapat sembuh secara spontan.
Pasien harus menjaga asupan nutrisi sehingga meningkatkan sistem
imun.
Medikamentosa
o Fluorometholone
o Asam mefenamat
VIII. PROGNOSIS
Konjungtivitis
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
Presbiopi
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
OD
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
OS
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
OS
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI KONJUNGTIVA
Kelopak mata terdapat pada kulit periorbital, bervariasi dari ketebalan
0,5mm pada garis kelopak mata sampai ketebalan 1mm pada bagian orbita. Selain
rambut halus pada kulit, satu-satunya rambut pada kelopak mata disebut silia.
Silia pada kelopak mata atas lebih cepat tumbuh dua kali lipat dibanding cilia di
kelopak mata bawah. Silia terganti setiap 3-5 bulan sekali, selalu tumbuh 2
minggu setelah dipotong dan tumbuh sekitar 2 bulan apabila rambut silia dicabut.
Silia berperan dalam menangkap partikel-partikel kecil pada mata dan bekerja
sebagai sensor untuk stimulasi reflex menutup mata.1
Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 3 bagian:
konjungtiva palpebral. Bagian ini terletak dekat dengan bola mata. Epitel
konjungtiva palpebral adalah epitel berlapis kolumnar rendah dengan sedikit sel
goblet. Epitel berlapis gepeng kulit tipis berlanjut hingg ke tepi kelopak mata dan
kemudian menyatu menjadi epitel berlapis silindris konjungtiva palpebral.3
Kantung konjungtiva terdiri atas konjungtiva bulbi, konjungtiva forniks
yang terbagi atas 3 bagian, lipatan semilunar dimedial, dan konjungtiva palpebral.
Serat otot polos dari m.levator superior mempertahankan forniks superior
sedangkan jaringan fibrous di pertahankan oleh m.rectus yang secara horizontal
difiksasi di bagian temporal konjungtiva.1
waktu
perjalanannya
dibagi
atas
konjungtivitis
akut
dan
Gejala yang sangat prominen pada konjungtivitis akut adalah gatal ringan,
rasa mengganjal dimata, dan fotofobia ringan. Selain itu, hal yang sering muncul
berupa injeksi konjungtiva, perlengketan kelopak mata terutama di pagi hari
setelah bangun pagi, terdapat cairan purulent atau serous pada satu atau kedua
mata namun tanpa adanya tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.4
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, epifora, pseudoptosis,
hipertrofi
papiler,
kemosis,
folikel
(hipertrofi
lapis
limfoid
stroma),
10
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva.7
d. Gejala Klinis
Gejalanya berupa gatal-gatal, kemerahan, kotoran mata dan kelopak mata
lengket pada waktu bangun tidur. Adapun tanda yang lain sebagai berikut:8
1.
2.
3.
4.
5.
e. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhea dan Chlamydia serta transmisi ibu ke anak.7
Pemeriksaan kultur mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi bakteri
chlamydia atau jenis bakteri lain. Sama halnya dengan kultur viral dan fungal,
pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya penyebab sekunder seperti ulkus
kornea akibat penggunaan softlens dan lain-lain. Adapun respon selular yang
dapat muncul dari pemeriksaan kultur ini adalah peningkatan neutrophil untuk
infeksi akibat bakteri, peningkatan limfosit untuk infeksi virus, dan peningkatan
eosinophil untuk reaksi alergi.7
f. Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bakteri, kecuali
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
11
12
c. Patofisiologi
Konjungtivitis viral akut adalah konjungtivitis yang paling sering ditemui.
Beberapa jenis adenovirus menjadi penyebab konjungtivitis ini. Biasanya gejala
pada mata muncul sebagai akibat dari infeksi saluran napas bagian atas dan
walaupun sering bersifat bilateral, satu mata mungkin saja sudah terinfeksi
sebelum mata lainnya. Mata yang telah terinfeksi menjadi merah dan
mengeluarkan sekret. Gejala lain yang dapat muncul yaitu kelopak mata yang
semakin menebal, dan akan tampak seperti kelopak mata jatuh. Pada palpasi,
dapat dirasakan adanya pembesaran kelenjar preaurikuler.pada beberapa kasus,
kornea dapat terlibat dan epitel kornea dapat memutih apabila berlangsung
beberapa bulan. Apabila kornea yang memutih tersebut tepat didepan jalur
refraksi, penglihatan akan sedikit terganggu. Tidak ada terapi khusus, tapi
biasanya dapat diterapi dengan antibiotik tetes untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.11
d. Gejala Klinis
Dua sindrom utama adalah keratokonjungtivitis epidemic dan demam
faringokonjungtiva. Keduanya disebabkan oleh adenovirus dan terjadi secara
epidemic. Gejala yang muncul berupa lakrimasi, mata merah, rasa tidak enak pada
mata dan fotofobia (biasanya unilateral). Tanda-tanda antara lain konjungtivitis
folikularis yang dicirikan oleh lesi-lesi disekret multipel yang agak meninggi
mirip butir-butir beras, dan limfadenopati preaurikuler. Sebagian penderita
mengalami keratitis yang mula-mula berupa lesi epitel pungtata difusa, kemudian
terjadi kekeruhan fokal subepitelial, dan akhirnya infiltrat stroma anterior. Yang
terakhir ini dapat berlangsung beberapa bulan.8
e. Diagnosis
Onset biasanya unilateral, tanda-tanda yang lain yaitu lakrimasi berat dan
rasa gatal disertai dengan sekret berair mukoid. Kelopak mata yang terkena
konjungtivitis biasanya edema. Biasanya pasien memiliki riwayat flu sebelumnya.
13
Karakteristik temuan lain yaitu mata merah dan edema pda plika
semilunaris dan karunkula lakrimalis serta ditemukan adanya keratitis nummular
(Coin like infiltrates yang tampak pada superfisial korneal bagian stroma).5
Virus adalah penyebab setengah dari seluruh kasus konjungtivitis. Gejala
yang timbul selalu disertai dengan sekret berair dan pembesaran kelenjar
preaurikuler. Biasanya hanya diobati dengan antibiotic karena cukup sulit
membedakannya dengan infeksi bakteri tanpa dilakukan pemeriksaan kultur.
Kombinasi antibiotik dan steroid seperti tobradex, mungkin saja dapat
mengurangi gejala, namun dapat memudahkan infeksi herpes simpleks atipikal.13
f. Komplikasi
Konjungtivitis
virus
bisa
berkembang
menjadi
kronis,
seperti
15
riwayat
penyakit
sebelumnya.
Bagaimanapun
juga,
tes
16
Gejala utama yang muncul pada konjungtivitis alergi adalah rasa gatal,
lakrimasi, mata merah, rasa mengganjal dimata, edema dan adanya riwayat alergi
seperti rhinitis atau asthma.10
e. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder.
f. Penatalaksanaan
Konjungtivitis alergi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gatal, injeksi konjungtiva, pengeluaran sekret mukus, kemosis, dan edema
kelopak mata. Terapi dimulai dengan menghindari bahan iritan, mengentikan
untuk sementara penggunaan make-up dan melakukan kompres dingin.
Penggunaan tetes mata mengandung kombinasi antihistamin, zinc astringet, dan
dekongestan. Penggunaan tetes mata tersebut mengakibatkan dilatasi pupil namun
dapat menyebabkan serangan glaucoma sudut tertutup. Untuk itu, jika pemberian
dekongestan direkomendasikan, ingatkan pada pasien untuk segera control apabila
terdapat gejala-gejala nyeri pada mata, penurunan visus, atau mata semakin
merah.13
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
darihttp://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview
Konski. Ophthalmology. p.9-11
Scott IU, Kevin L. 2010. Conjunctivitis, Viral California: Penn State
10.
11.
12.
13.
Springer p.45-51
Seal, David. 2010. Ocular Infection. New York: Informa p.139-50
Leitman, Mark. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis. New
Brunswick: Blackwell p. 68-72
18