Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem perekonomian masa kini yang mengglobal dan sangat


terintegrasi memberikan peluang dan masalah bagi bangsa Indonesia. Secara
umum, kekayaan sumber daya alam Indonesia dan dimensi pasarnya
menjanjikan sejumlah keunggulan dalam persaingan global, investasi asing dan
pasar ekspor. Namun “perkembangan perekonomian dunia yang semakin
kompleks telah menimbulkan persaingan yang ketat dalam perdagangan
internasional, baik perdagangan barang maupun jasa. Berbagai praktik untuk
memenangkan persaingan sering dilakukan oleh para pelaku bisnis diberbagai
negara di dunia termasuk dengan menggunakan praktik-praktik perdagangan
yang tidak sehat (unfair trade practices)”.
Terdapat adagium bahwa transaksi perdagangan termasuk perdagangan
internasional harus dilakukan secara ‘fair’ diantara semua pihak yang
bertransaksi. Oleh karena itu jika suatu pihak ternyata tidak ‘fair’ maka pihak
yang tidak ‘fair’ tersebut pantas menerima sanksi. Untuk menjamin persaingan
usaha yang sehat, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
menerbitkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No. 5/1999”).
Pelaksanaan UU No. 5/1999 yang efektif diharapkan dapat memupuk budaya
berbisnis yang sehat sehingga dapat terus menerus mendorong dan
meningkatkan daya saing diantara pelaku usaha.”
Salah satu tujuan diberlakukannya undang-undang Hukum Persaingan
adalah untuk memastikan bahwa mekanisme pasar bekerja dengan baik dan
konsumen menikmati hasil dari proses persaingan atau surplus konsumen.
Dalam UU No. 5/1999 diatur mengenai larangan perjanjian, kegiatan dan

1
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengarah pada persaingan usaha
tidak sehat. Salah satu kegiatan yang dilarang adalah penguasaan pasar
sebagaimana diatur oleh Pasal 19. Perlu dipahami bahwa tujuan dari setiap
pelaku usaha yang rasional adalah untuk dapat mengembangkan usahanya
semaksimal mungkin atau menjadi yang terbaik di bidang usahanya. Idealnya
tujuan ini akan mendorong setiap pelaku usaha berupaya meningkatkan kinerja
dan daya saingnya melalui inovasi dan efisiensi sehingga lebih unggul dari
pesaingya. Apabila berhasil, sebagai konsekuensi logisnya adalah pelaku usaha
tersebut akan memperoleh kedudukan yang kuat (posisi dominan), dan atau
memiliki kekuatan pasar (market power) yang signifikan di pasar bersangkutan.
Dengan keunggulan relatif ini, pelaku usaha mampu untuk menguasai pasar
bersangkutan atau dapat mempertahankan kedudukannya yang kuat di pasar
bersangkutan.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan
secara umum terhadap segala tindakan ketidak jujuran atau menghilangkan
persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan
komersial. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-
perusahaan yang mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan
pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan paling kaya.
Jika ditinjau dari UU tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat, tindakan pelaku usaha dalam melakukan praktek penguasaan pasar
tersebut akan sangat merugikan tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi
pelaku usaha yang lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam pasar yang sama. Hal
ini sangat bertentangan dengan pasal 19 UU larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat tentang penguasaan pasar, pelaku usaha dilarang
untuk melakukan satu atau beberapa kegiatan baik sendiri maupun bersama
[elaku usaha lain, yang dapat menagkibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat. Sehingga berdasarkan pada permasalahan
yang telah diuraikan diatas maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis
mengenai permasalahan hukum melalui sebuah karya tulis dengan judul :

2
“PRAKTEK PENGUASAAN PASAR ( MARKET POWER) TERHADAP
HAK SIAR EKSKLUSIF SIARAN LIGA INGGRIS OLEH ASTRO TV “.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka penulis memberikan
batasan-batasan pada permasalahan tersebut, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penegakan hak siar eksklusif dalam Neighboring
Rights bagi pihak Astro TV jika ditinjau dari sisi Undang-Undang
No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta ?
2. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh konsumen pelanggan
Astro TV yang merasa dirugikan akibat praktek penguasaan pasar
oleh pihak Astro TV?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui penegakan hak siar eksklusif dalam Neighboring
Rights bagi pihak Astro TV jika ditinjau dari sisi Undang-Undang
No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
2. Untuk mengetahui Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh
konsumen pelanggan Astro TV yang merasa dirugikan akibat praktek
penguasaan pasar oleh pihak Astro TV

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi Penegakan Hak Siar Eksklusif Dalam Neighboring


Rights Bagi Pihak Astro TV Jika Ditinjau Dari Sisi Undang-Undang No. 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Kegiatan penguasaan pasar sangat erat kaitannya dengan pemilikan


posisi dominan dan kekuatan pasar yang signifikan di pasar bersangkutan.
Penguasaan pasar akan sulit dicapai apabila pelaku usaha, baik secara sendiri
maupun bersama-sama, tidak memiliki kedudukan yang kuat di pasar
bersangkutan. Sebagai ilustrasi, sulit untuk dibayangkan pelaku usaha, baik
secara sendiri maupun bersama-sama, yang mempunyai pangsa pasar hanya
10% dapat mempengaruhi pembentukan harga, atau produksi atau aspek
lainnya dipasar bersangkutan. Namun di sisi lain, satu pelaku usaha yang
memiliki pangsa pasar 50% di dalam pasar duopoly (hanya ada dua penjual),
juga belum tentu secara individual mampu menguasai pasar bersangkutan”.
Penguasaan pasar juga akan sulit direalisasikan apabila pelaku usaha, baik
secara sendiri maupun bersama-sama, tidak memiliki kekuatan pasar (market
power) yang signifikan di pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, didalam pasar
persaingan sempurna, pelaku usaha secara individual tidak mampu untuk
mempengaruhi pembentukan harga, sehingga hanya mengikuti harga yang
terbentuk di pasar (price maker), sementara di pasar monopoli pelaku usaha
punya pengaruh yang kuat atas pembentukan harga, sehingga menjadi penentu
tunggal harga yang terjadi di pasar bersangkutan (price maker). Ini berarti di
dalam struktur pasar persaingan sempurna pelaku usaha secara individual tidak
punya kemampuan menguasai pasar bersangkutan, sedangkan di dalam struktur
pasar monopoli, pelaku usaha punya kemampuan yang besar untuk menguasai
pasar bersangkutan.

4
Dalam diskurus ilmu komunikasi terdapat dua aliran besar ekonomi
politik media massa, yakni liberal dan kritikal. Liberal political ecomony lebih
melihat perubahan sosial dan transformasi sejarah sebgai suatu doktrin dan
seperangkat prinsip untuk mengorganisasi dan menangani ekonomi pasar, guna
tercapainya suatu efisensi yang maksimum, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan individu. Sedangkan critical pollitical economy meliha relasi
antara agensi dan struktur lebih dinamis. Dinamisasi ini melahirkan tiga aliran
yang berkembang, yakni instumentalis, strukturalis, dan
konstruktivis .“Menurut Habermas pada awalnya media dibentuk dan menjadi
bagian intgrasi dari public sphere, tetapi kemudian dikomersialkan menjadi
komoditas (commodified) melalui distribusi secara massal dan menjual
khalayak massa ke perusahaan periklanan sehingga media menjauh dari peran
public sphere “. Civil society juga dapat diwujudkan dengan menggerakkan
dinamika kehidupan publik yang berbasis nilai kultural. Ada dua cara, positif
dan negatif, yang positif yakni membangun otonomi dan indpendensi institusi
sosial. Dan yang kedua ialah dengan cara negatif, yaitu dominasi dan monopoli
kekuasaan pasar harus dijauhkan dari kehidupan publik .
1. Kemudian mengenai status hukum tentang hak siar eksklusif dimasukkan ke
dalam Nighboring Rights. Dalam terminologi lain Neighboring Rights
dirumuskan juga sebgai Rights Related to,or “neighboring on” copy rights (hak
yang ada kaitannya, yang ada hubungannya dengan atau “berdampingan
dengan” hak cipta). Dalam Neighboring Rights terdapat 3 hak yaitu: The rights
of performing artists in their performances (hak penampilan artis atas
penampilannya)
2. The rights producers of phonogroms in their phonogroms (hakl produser
rekaman suara atas fiksasi suara atas karya rekaman suara tersebut)
3. The rights of broadcasting organizations in their radio and television
broadcsat (hak lembaga penyiaran atas karya siarannya melalui radio dan
televisi)

5
Tidak ada perbedaan yang tajam antara hak cipta (copy rights) dengan
neigboring rights. Sebuah karya pertunjukan atau karya seni lainnya yang
disiarkan oleh lembaga penyiaran, di dalamnya terdapat perlindungan hukum
kedua hak ini. Copy rights berada di tangan pencipta atau produsernya,
sedangkan neighboring rights dipegang oleh lembaga penyiaran yang
mengumandangkan siaran tersebut.
Dalam pasal 49 Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta secara
rinci diuraikan tentang ruang lingkup atau cakupan Neighboring rights yang
meliputi :
1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan
rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
2. Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin
atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau
menyewakan Karya Rekaman suara atau rekaman bunyi.
3. Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau
melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak,
dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa
kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain.
Khusus dalam kaitannya dengan perlindungan neigboring rights dan televisi
dapat menyiarkan hasil rekaman dengan membayar royalti kepada pemegang
hak eksklusif. Pemegang hak eksklusif itu adalah lembaga penyiaran pertama
atau untuk pertamakalinya menyiarkan acara tersebut. Adapun hak-hak yang
dimiliki oleh lembaga penyiaran tersebut itu adalah :
1. Moral Rights, merupakan hak dari seorang performer untuk disebutkan
namanya dalam kaitannya dengan pertunjukan mereka dan hak untuk menolak
kerugian yang ditimbulkan akubat dari pertunjukan mereka.
2. Exclusive Rights, dalam hal reproduksi, distribusi, rental dan rekaman suara
secara on-line (on-line availability of sound recording) terhadap pertunjukan
mereka.

6
3. hak untuk memperoleh pembayaran yang wajar dari siaran dan komunikasi
kepada khalayak dari penayangan ulang siaran mereka.
Pembayaran royalti adalah merupakan salah satu bentuk implementasi
ditegakkannya pengakuan atas hak cipta secara umum dan secara khusus
penegakan hak atas neighboring rights di kalangan lembaga penyiaran. Hal ini
juga tak lain adalah konsekuensi logis akibat berlakunya ketentuan TRIPs di
Indonesia, lagi pula Indonesia adalah salah satu peserta penandatangan
konvensi ROMA yang di dalamnya mengatur ketentuan tentang masalah
neighboring rights ini .
“Berdasarkan hal tersebut, maka ketentuan yang dapat membantu penegakan
hak tersebut dapat dilihat dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
melarang kegiatan pelaku usaha yang bertujuan melakukan penguasaan pasar
dengan cara menghambat atau bertentangan dengan prinsip persaingan usaha
yang sehat”.
Pasal 19 UU No. 5/1999 menyatakan bahwa:“Pelaku usaha dilarang melakukan
satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan; atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
Ruang lingkup larangan kegiatan yang diatur oleh Pasal 19 mencakup kegiatan
yang dilakukan secara sendiri oleh pelaku usaha maupun kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama dengan pelaku usaha lain. Kegiatan-kegiatan di
atas yang dapat mengarah pada terjadinya monopoli dan atau tidak sehat dapat
terkena larangan ketentuan Pasal 19.

7
Dalam menginterpretasikan isi Pasal 19 dapat diuraikan dalam unsur-unsur
sebagai berikut:
1) Unsur pelaku usaha
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 5, pelaku usaha adalah: Setiap
orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hokum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
dalam bidang ekonomi.
2) Unsur melakukan baik sendiri maupun bersama
Kegiatan yang dilakukan sendiri oleh pelaku usaha merupakan keputusan dan
perbuatan independen tanpa bekerjasama dengan pelaku usaha yang lain.
Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pelaku usaha dalam pasar bersangkutan yang sama dimana
pelaku usaha mempunyai hubungan dalam kegiatan usaha bersama.
3) Unsur pelaku usaha lain
Pelaku usaha lain adalah pelaku usaha yang melakukan satu atau beberapa
kegiatan secara bersama-sama pada pasar bersangkutan. Pelaku usaha lain
menurut penjelasan pasal 17 ayat 2 huruf b adalah pelaku usaha yang
mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar bersangkutan.
4) Unsur melakukan satu atau beberapa kegiatan
Satu atau beberapa kegiatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan secara
terpisah ataupun beberapa kegiatan sekaligus yang ditujukan kepada seorang
pelaku usaha.
5) Unsur yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran
atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
6) Unsur persaingan usaha tidak sehat

8
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
7) Unsur menolak
Menolak adalah ketika pelaku usaha tidak bersedia melakukan kegiatan usaha
dengan pelaku usaha lainnya.
8) Unsur menghalangi
Menghalangi adalah ketika pelaku usaha melakukan kegiatan yang menciptakan
hambatan bagi pelaku usaha lain atau pelaku usaha pesaingnya untuk masuk
kedalam suatu pasar bersangkutan yang sama.
9) Unsur pelaku usaha tertentu
Pelaku usaha tertentu adalah pelaku usaha yang dirugikan oleh kegiatan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19 huruf (a) dan(d).
10) Unsur kegiatan usaha yang sama
Kegiatan usaha yang sama adalah kegiatan usaha yang sejenis dengan yang
dilakukan oleh pelaku usaha.
11) Unsur pasar bersangkutan
Sesuai dengan penjelasan Pasal 1 angka (10) Pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan
atau jasa yang sama atau sejenis atau distribusi dari barang dan jasa tersebut.
12) Unsur konsumen
Menurut Pasal 1 angka (15): konsumen adalah setiap pemakai dan atau
pengguna barang dan atau jasa untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk
kepentingan pihak lain .
13) Unsur pelanggan
Pelanggan adalah pemakai atau pengguna dari barang dan atau jasa untuk
kepentingan sendiri maupun kepentingan pihak lainyang menggunakannya
secara berkesinambungan, teratur, terus menerus baik melalui perjanjian tertulis
atau tidak.

9
14) Unsur pelaku usaha pesaing
Pelaku usaha pesaing adalah pelaku usaha yang berada dalam pasar
bersangkutan yang sama.
15) Unsur hubungan usaha
Hubungan usaha adalah kegiatan ekonomi antar pelaku usaha dalam bentuk
berbagai transaksi dan atau kerjasama.
16) Unsur membatasi peredaran
Membatasi peredaran adalah kegiatan yang dilakukan pelaku usaha dengan
tujuan untuk mengendalikan distribusi atau wilayah peredaran barang dan atau
jasa.
17) Unsur barang
Menurut pasal 1 angka (16) barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau
pelaku usaha .
18) Unsur jasa
Menurut pasal 1 angka (17) jasa adalah setiap layanan yang berbentuk
pekerjaan atau prestasi yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.
19) Unsur melakukan praktek diskriminasi
Praktek diskriminasi merupakan tindakan atau perlakuan dalam berbagai bentuk
yang berbeda yang dilakukan oleh seorang pelaku usaha terhadap pelaku usaha
tertentu dalam suatu pasar bersangkutan.
Dari sudut pandang ekonomi, memiliki kemampuan penguasaan pasar
yang diraih melalui keunggulan inovasi dan efisiensi dapat memberikan efek
yang positif bagi konsumen. Dengan penguasaan pasar, pelaku usaha dapat
mewujudkan efisiensi biaya (cost saving), atau menjamin pasokan bahan baku
atau produk untuk mencapai skala ekonomi (economy of scale). Penguasaan
pasar bersangkutan juga memungkinkan pelaku usaha untuk dapat menekan
biaya rata-rata produksi melalui cakupan produksi yang luas (economy of

10
scope). Semuanya itu bisa berujung pada terciptanya harga yang rendah dan
menguntungkan konsumen secara keseluruhan.
Namun disisi lain, kemampuan untuk menguasai atau untuk mempertahankan
posisi di pasar bersangkutan dapat pula dilakukan melalui kegiatan persaingan
usaha yang tidak sehat. Umpamanya, pelaku usaha, baik secara sendiri maupun
bersama-sama, menciptakan hambatan persaingan (barrier to compete) bagi
pesaingnya maupun pesaing potensialnya, seperti menghambat masuknya
pesaing potensial, membatasi produksi pesaing, melakukan diskriminasi
terhadap pesaing. Berkurangnya persaingan yang diakibatkan dari tindakan ini
dapat merugikan konsumen pada akhirnya. Mengingat karakterisitik dan
dampak dari kegiatan penguasaan pasar yang memiliki dua sisi berbeda, maka
analisis yang mendalam terhadap maksud dan tujuan serta akibat yang
ditimbulkannya mutlak diperlukan. Untuk itu diperlukan pedoman untuk
mengkaji sehingga tercipta pemahaman yang selaras antara komisi dan pelaku
usaha dalam menilai kegiatan ini.
Oleh karenanya, apabila permasalahan sebagaimana telah dijelaskan
diatas jika masih dibiarkan terus menerus maka penegakan hak memilih yang
dimilki oleh konsumen tidak akan berfungsi yang disebabkan oleh praktek
penguasaan pasar oleh pelaku usaha atas suatu produk. Sehingga konsumen
tidak ada pilihan lain untuk memilih produk yang akan dibeli.

B. Upaya Hukum Pemberian Perlindungan Terhadap Konsumen


Pelanggan Astro TV Dalam Praktek Penguasaan Pasar.

Dugaan Penguasaan Pasar oleh pihak Astro TV memang mengubah


kebiasaan masyrakat banyak. Kini hanya mereka yang sanggup membayar Rp.
200 ribu per bulan dengan berlangganan Astro yang dapat menyaksikan sebuah
liga sepakbola yang sering disebut sebagai paling kompetitif dan atraktif di
dunia tersebut. Mayoritas penggemar lainnya akan hanya bisa mendengarkan

11
cuplikan beritanya, karena satu alasan sederhana: tarif berlangganan itu terlalu
tinggi untuk kondisi ekonomi mereka yang memang sangat terbatas.
Namun tentu saja, yang mengeluh bukan hanya kaum miskin. Isu ini
juga diangkat oleh para pengelola lembaga penyiaran berlangganan pesaing
Astro yang kehilangan salah satu program unggulan mereka. Yang dikuatirkan,
monopoli di tangan Astro akan merebut pangsa pasar yang jumlahnya sudah
sangat terbatas .
Dalam studi kasus monopoli siaran liga Inggris yang dilakukan oleh Astro TV
banyak pasal yang bisa dikaitkan atau dikenakan, dalam pasal 19 disebutkan
bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

a. menolak dan atau menghalangai pelaku usaha tertentu untuk melakukan


kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan,atau
b. mematikan usaha pesaingnya di pasar yang bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan peramasalahan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka


penulis berkesimpulan yaitu :
1. Penguasaan pasar dapat dilakukan sendiri oleh satu pelaku usaha atau
secara bersama-sama dengan pelaku usaha lainnya, dan dapat terdiri dari satu
atau beberapa kegiatan sekaligus. Penyiaran siaran sepakbola Liga Ingris yang
dilakukan oleh hanya satu-satunya tv terrestrial, yakni Astro TV jelas telah
merenggut kebebasan publik untuk menikmati dan mengetahui informasi
sesuatu. Nilai publik yang terpinggirkan ini jelas berbahaya dan merugikan.
Karena dengan begitu, secara logis hanya para pelaku usaha yang memiliki
modal besar yang dapat menguasai pasar, dan memaksakan siarannya atas nama
“hak siar eksklusif”. Khusus dalam kaitannya dengan perlindungan neigboring
rights dan televisi dapat menyiarkan hasil rekaman dengan membayar royalti
kepada pemegang hak eksklusif. Pemegang hak eksklusif itu adalah lembaga
penyiaran pertama atau untuk pertamakalinya menyiarkan acara tersebut.
Pembayaran royalti adalah merupakan salah satu bentuk implementasi
ditegakkannya pengakuan atas hak cipta secara umum dan secara khusus
penegakan hak atas neighboring rights di kalangan lembaga penyiaran. Hal ini
juga tak lain adalah konsekuensi logis akibat berlakunya ketentuan TRIPs di
Indonesia, lagi pula Indonesia adalah salah satu peserta penandatangan
konvensi ROMA yang di dalamnya mengatur ketentuan tentang masalah
neighboring rights ini.

2. Dalam menangulangi praktek penguasaan pasar, maka pemerintah


berdasarkan pasal 47 UU No. 5 tahun 1999 dibentuklah suatu lembaga yang

13
disebut Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU). KPPU melakukan
penelitian dan penyidikan terhadap dugaan telah terjadinya praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat khususnya mengenai penguasaan pasar
berdasarkan laporan dari masyarakat atau pelaku usaha. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, KPPU diberi wewenang untuk menjatuhkan sanksi tindakan
administratif terhadap para pelaku usaha yang terbukti melanggar hukum
persaingan, sanksi pidana pokok dan pidana tambahan.

B. Saran

Kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Hukum hendaknya


mengetahui lebih jelas dan mengerti tentang Hukum Persaingan Usaha,
khususnya mengenai perlindungan hokum terhadap konsumen dari praktek
penguasaan pasar oleh para pelaku usaha yang berniat untuk melakukan
monopoli terhadap pasar dengan cara menghambat, melarang dan membatasi
konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.

14
Daftar Pustaka
A. Literatur

Wibowo, Destiyano Dan Harjon Sinaga. 2006. Hukum Acara Persaingan Usaha.

Jakarta : Rajawali Pers.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja., 1999. Seri Hukum Bisnis : Anti Monopoli. .

Jakarta :PT RajaGrafindo Persada,

Fuady, Munir. 1999. Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, ,

Bandung: Citra Aditya Bakti.

B. Artikel

Hidayat, Syarip. 2009.Persekongkolan dlm Tender yang Mengakibatkan Persaingan


Usaha Tidak

Sehat: Studi Kasus di Indonesia, Amerika Serikat, dan Kanada

http://www.legalitas.org/?q=content/persekongkolan-dlm-tender-
yangmengakibatkan-

persaingan-usaha-tidak-sehat-studi-kasus-indone. diakses tanggal 4 November 2009

Anonim.2009. Tijauan Pasal 19 Tentang Penguasaan Pasar. www. Hukumonline.Com


.Diakses Tanggal 4

November 2009

-----------.2009. Kasus Monopoli Siaran Liga Inggris oleh Astro TV

http://bocahpinggiran.wordpress.com/2008/12/01/138/. Diakses tanggal 3 November


2009

C. Peraturan perundang-undangan

ndang-Undang Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Keputusan KPPU No. 252/KPPU/Kep/VII/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan


Ketentuan Pasal

15
47 Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

[1]. Syarip Hidayat Persekongkolan dlm Tender yang Mengakibatkan Persaingan Usaha
Tidak Sehat:

Studi Kasus di Indonesia, Amerika Serikat, dan Kanada 2009.


http://www.legalitas.org/?q=content/persekongkolan-

dlm-tender-yang-mengakibatkan-persaingan-usaha-tidak-sehat-studi-kasus-indone.
diakses tanggal 4 November

2009

[2] . Ibid.

[3] . Anonim.2009. Tijauan Pasal 19 Tentang Penguasaan Pasar. www.

Hukumonline.Com .Diakses Taggal 4 November 2009.

[4] . Ibid

[5]. Anonim.2009. Kasus Monopoli Siaran Liga Inggris oleh Astro TV.

http://bocahpinggiran.wordpress.com Diakses tanggal 3 November 2009

[6] . Ibid

[7] . Ibid

[8] . Janus Siadabalok. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung

: PT Citra Aditya Bakti. Hal .219

[9] . Ahmad yani & Gunawan Widjaja.2002. Seri Hukum Bisnis : anti Monopoli.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Hal 11-16

[10] .Destiyano Wibowo Dan Harjon Sinaga. 2006. Hukum Acara Persaingan

Usaha. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 2-3

16

Anda mungkin juga menyukai