Anda di halaman 1dari 6

PEREKONOMIAN INDONESIA

Nama
NIM

: Laras Wulandari
: 1202112786

UNIVERSITAS RIAU
2013/2014

Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33,
yang berbunyi :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang
undang.

Salah satu artikel yang berkaitan dengan UUD 1945 pasal 33 tentang
perekonomian adalah sebagai berikut :

Pasal 33 UUD 1945 Sebagai Solusi Krisis Kapitalisme Global


Pada tahun 1929, kapitalisme global didera oleh krisis besar: krisis
Malaise. Krisis ini juga bermula di Amerika Serikat, lalu menyebar luas ke negaranegara lain di dunia, termasuk Indonesia yang saat itu masih bernama HindiaBelanda.
Zaman malaise di Hindia-Belanda disebut zaman meleset. Seorang penulis
Belanda, Mr. A.C. Vreede, yang menulis buku berjudul Koloniale Studin,
menceritakan situasi saat itu sebagai berikut: Banyak perusahaan dan bank gulung
tikar, orang kehilangan rumah dan harta benda. Kemelaratan pun muncul di manamana. Pengangguran mencapai setengah dari populasi pada tahun 1932.
Jaman meleset ini dirasakan betul oleh para pendiri bangsa (founding father)
kita, khususnya Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka tahu betul betapa buruknya krisis
kapitalisme saat itu, sehingga mempengaruhi fikiran mereka untuk tidak
mengandalkan kapitalisme untuk membangun Indonesia merdeka.

Bung Karno menulis tentang krisis malaise itu sebagai berikut: tahun 1929
tempo hari krisis hebat yang kita kenal di sini dengan perkataan malaise. Kapitalisme
itu punya penyakit yang inheren, artinya sudah pembawaan daripada kapitalisme itu
sendiri. Selalu kapitalisme itu akan diganggu krisis, periodik mesti ada krisisnya.
Bung Hatta juga banyak menulis tentang krisis malaise ini. Bung Hatta antara
lain mengemukakan pendapat begini, peraturan kapitalisme, yang berdasar mencari
keuntungan dan merdeka berjuang, menimbulkan ombak dalam kehidupan orang
banyak, membawa perekonomian turun naik.
Menurut Hatta, dunia tidak akan terlepas dari bahaya krisis dan malaise yang
berulang-ulang datangnya, selama kapitalisme masih merajalela di atas dunia ini,
selama tangkai penghidupan orang banyak dan perusahaan-perusahaan yang
mengenai keperluan rakyat masih di tangan satu golongan kecil, kaum majikan.
Lebih lanjut, Bung Karno, yang banyak membaca tulisan-tulisan ekonom
Marxist seperti Rudolf Hilferding, J.A Hobson, Rosa Luxemburg, dan Lenin, mengetahui
betul bahwa kapitalisme akan selalu berteman dengan krisis.
Pengalaman jaman meleset itu benar-benar membekas di ingatan Bung
Karno, Bung Hatta, dan para founding father lainnya.
Pengalaman itulah, kata Samsul Hadi, seorang pengajar ekonomi politik
internasional di Universitas Indonesia (UI), telah melatar-belakangi pemikiran para
pendiri bangsa dalam menyusun sistim ekonomi untuk Indonesia merdeka.
Para pendiri bangsa sudah tahu betul dampak buruk dari kapitalisme pasar
bebas. Itulah mengapa peranan negara sangat kental dalam semangat pasal 33 UUD
1945, katanya.
Sejurus dengan Samsul Hadi, Fadli Zon, yang pernah belajar ilmu ekonomipolitik di LSE Inggris, kehadiran pasal 33 UUD 1945 merupakan antisipasi terhadap
kegagalan model kapitalisme pasar bebas.
Katanya, pasal 33 UUD 1945 sangat sejalan dengan visi membangun negara
Indonesia merdeka, yaitu masyarakat adil dan makmur. Di dalam pasal 33 UUD 1945
itu, yang paling diutamakan adalah sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ini sangat
berbeda dengan visi kapitalisme pasar bebas.

Selain itu, pasal 33 UUD 1945 juga sangat relevan dengan gagasan para
founding father, baik Bung Karno maupun Bung Hatta, bahwa kita memperjuangkan
sekaligus demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Demokrasi politik, jika tidak
dilandasi demokrasi ekonomi, tidak akan mendatangkan kesejahteraan, ujarnya.
Pada ayat pertama, misalnya, yang berbunyi perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Pengertian kata disusun, kata
Samsul Hadi, berarti bahwa perekonomian tidak boleh diserahkan kepada mekanisme
pasar.
Terkait dengan krisis global saat ini, Samsul Hadi, Fadli Zon, dan Agus Jabo
Priyono sepakat bahwa pasal 33 UUD 1945 bisa menjadi solusi atas kegagalan
kapitalisme pasar bebas.
Menurut Samsul Hadi, pasal 33 UUD 1945 mengandung dua semangat penting
yang sangat relevan untuk situasi sekarang, yaitu nasionalisme ekonomi dan
kerakyatan. Kemudian, spirit dari pasal 33 UUD 1945 juga sangat anti-kolonialisme.
Inti pasal 33 UUD 1945 adalah keberpihakan penuh kepada rakyat. Apapun
yang ada di atas dan terkandung dalam bumi Indonesia ini harus digunakan untuk
memakmurkan rakyat, tegasnya.
Saat ini, ketika krisis global mulai mengamuk di Eropa dan Amerika, sebagian
negara justru beralih ke nasionalisme ekonomi. Tiongkok, misalnya, mulai beralih
kepada pasar internal dan mendorong permintaan domestik.
Sementara itu, menurut Fadli Zon, jika pasal 33 UUD 1945 dilaksanakan
meminjam istilah orde barusecara murni dan konsekuen, maka bangsa Indonesia
jelas akan mengarah pada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Ia mengidentifikasi tiga pilar dalam pasal 33 UUD 1945: koperasi, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), dan campur tangan negara/ atau quasi negara-swasta.
Koperasi adalah bentuk usaha bersama atau gotong-royongisme. Ini terbukti
masih bertahan bahkan sukses di banyak negara, seperti di Tiongkok, Amerika Serikat,
Jepang, Perancis, dan di Afrika. Tetapi koperasi justru dimatikan di Indonesia,
terutama sejak jaman reformasi ini, ungkanya.

Begitu juga dengan konsep BUMN. Ada banyak negara, kata dia, yang sukses
membangun ekonomi dengan bertumpu pada BUMN, seperti Singapura, Rusia, dan
Tiongkok. Mestinya BUMN ini diperkuat dan diefisienkan, bukan dijual, kata Fadli
Zon.
Ketua Umum PRD, Agus Jabo Priyono, juga mengungkapkan keyakinannya
bahwa pasal 33 UUD 1945 bisa menjadi solusi efektif terhadap krisis kapitalisme
global.
Ada beberapa nilai yang dikandung oleh pasal 33 UUD 1945: demokrasi
ekonomi, peran negara, dan nasionalisme ekonomi. Tiga nilai ini diyakini akan bisa
mendatangkan kesejahteraan rakyat, kata Agus Jabo.
Dengan demokrasi ekonomi, sebagaimana ditekankan pada ayat pertama,
kegiatan ekonomi dijalankan secara bersama-sama, dengan berdasarkan prinsip
kerjasama dan solidaritas. Tujuan produksi pun untuk kemakmuran bersama.
Prinsip itu, kata Agus Jabo, tentu merupakan antitesa dari kapitalisme yang
menghendaki kompetisi bebas dan tujuan produksi untuk menggali keuntungan.
Demokrasi ekonomi ini akan mencegah segelintir orang menghisap orang lain, tegas
alumnus Universitas Negeri Surakarta (UNS) Solo ini.
Selain itu, kehadiran negara dalam kegiatan perekonomian, yang juga dirasa
penting oleh banyak ekonom dunia saat ini, akan membantu memastikan kegiatan
ekonomi bisa memenuhi kebutuhan rakyat.
Agus Jabo juga menggaris-bawahi pentingnya ekonomi berdaulat, yakni
ekonomi yang mengutamakan kepentingan nasional dan rakyat, sebagai jalan keluar
krisis kapitalisme global saat ini. Kita memerlukan perekonomian yang
mengutamakan peningkatan tenaga beli rakyat dan menghidupkan tenaga produktif
rakyat berdasar kolektivisme, ujarnya. (Ulfa & Kusno)

Menurut saya, UUD 1945 pasal 33 memang sesuai untuk dijadikan solusi begi
krisis kapitalisme global. Peraturan kapitalisme yang dijelaskan oleh Bung Hatta berupa
mencari keuntungan dan merdeka berjuang sangat jelas bertolak belakang dengan
UUD 1945 pasal 33 yang berdasarkan asas kekeluargaan. Peraturan kapitalisme sendiri
jelas menghalalkan dilakukannya monopoli terhadap suatu sumber daya yang dapat
menyebabkan ketidak merataan kesejahteraan. Sedangkan UUD 1945 pasal 33
melarang keras terjadinya monopoli terhadap sumber daya, sehingga dapat terwujud
pemerataan kesejahteraan.
Namun, pelaksanaan UUD 1945 pasal 33 masih belum berjalan dengan baik.
Faktanya, berbagai macam investasi di Negara ini cendrung lebih banyak mengeruk
sumber daya. Namun, rakyat masih belum merasakan kemakmuran atas hasil sumber
daya yang berasal dari negaranya. Hal ini sangat tidak sesuai dengan UUD 1945 pasal
33 ayat 3 yang menjelaskan bahwa sumber daya yang ada itu digunakan untuk
kemakmuran rakyat.
Koperasi, BUMN dan dan campur tangan Negara atau quasi Negara-swasta
yang seharusnya memberikan peran pun tidak berjalan dengan baik. Koperasi sendiri
dimatikan sejak zaman reformasi, padahal Negara Negara maju seperti Amerika
Serikat , Jepang dan Tiongkok dapat meraih kesuksesan dengan koperasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan UUD 1945 pasal 33
belum berjalan dengan baik. Dapat dibuktikan dengan kesejahteraan rakyat yang
masih cukup rendah, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi.
Peran pemerintah dan seluruh masyarakat sangat diperlukan untuk
meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan menghidupkan kembali koperasi,
pengelolaan BUMN dengan baik, dan pembagian keuntungan dengan investor asing
yang berpihak kepada rakyat merupakan beberapa cara untuk mengamalkan UUD
1945 pasal 33, sehingga dapat terwujud kesejahteraan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai