BAB I
PENDAHULUAN
menimbulkan
efek
secara
etika
dan
hukum
terhadap
diri
sendiri
dan
orang
lain.
Secara lebih luas, etika merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi
tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pekerjaan profesi antara lain dokter,
apoteker, ahli kesehatan masyarakat, perawat, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, dan lain-lain.
Etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang sama, yakni terciptanya
kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai. Oleh sebab itu, semua masyarakat harus mematuhi
etika dan hukum yang ada. Apabila tidak maka bagi pelanggar etika sanksinya adalah moral sedangkan
bagi para pelanggar hukum, sanksinya adalah hukuman (pidana atau perdata).
Petugas kesehatan dalam melayani masyarakat, juga akan terkait pada etika dan hukum, atau
etika dan hukum kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, perilaku petugas kesehatan harus
tunduk pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga tunduk pada ketentuan hukum, peraturan.
Perudangan-undangan yang berlaku. Apabila petugas kesehatan melanggar kode etik profesi akan
memperoleh sanksi etika dari organisasi profesinya, dan mungkin apabila juga melanggar ketentuan
peraturan atau perudangan-undangan, juga akan memperoleh sanksi hukum (pidana atau perdana).
Persoalan biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit semangkin kompleks dan krusial, karena
pada saat otonomi daerah diberlakukan, rumah sakit tidak lagi sebagai unit pelaksana teknis, tetapi
rumah sakit menjadi lembaga teknis. Akibatnya, masyarakat yang tergolong tidak mampu semangkin
jauh dari jangkauan harapan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Persoalan klasik yang dihadapi
adalah menyangkut masalah biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit yang kian tak terjangkau.
Dari uraian diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana rumah sakit
dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui rumah sakit dilema etik dan
komersialisasi dalam pelayanan kesehatan
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
Untuk mengetahui rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok untuk mengatur
tingkah laku yang di dalam hal ini bisa disamakan dengan adat, istiadat, ataupun kebiasaan.
2.
Etika diartikan sebagai kumpulan asa atau nilai moral yang juga lebih di kenal dengan kode etik.
3.
Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Didalam hal ini etika baru menjadi ilmu
apabila kemungkinan-kemungkinan etis yang begit saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan
refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.
2.1.2
Definisi Moral
Moral adalah suatu istilah yang sering juga dihubungkan dengan etika, dan oleh karenanya
memiliki arti yang kurang lebih sama dengan etika di dalam konteks baik dan buruk atau lebih tepatnya di
dalam konteks nilai. Moral didefinisikan sebagai wejangan, khotbah, patokan, kumpulan peraturan dan
ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaiman manusia harus hidup dan bertindak agar dapat
menjadi manusia yang baik.
Fungsi utama moral adalah memberi rambu pada tindakan manusia di dalam tataran konsep,
sehingga jika diberlakukan secara kaku maka kesan yang ditimbulkan menjadi dingin dan kejam. Sebagai
contoh aborsi.[2]
2.1.3
1.
Pendidikan
[3]
Aspek politik
Aspek ekonomi
Aspek sosial
2.2 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.[4]
3.
4.
5.
2.2.1
1.
Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi.
2.
Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dari padanya.
3.
Sasaran pelayanan kesehatan, apakah perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan.
2.2.2
1.
2.
1.
2.
Eagernees to help others : Seorang memiliki keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk membantu dan
menyukai pelanggan
3.
Respect for other people : Seorang harus menghargai dan menghormati pelanggan
4.
Sens of responsibility is a realization that what one does and says is important : Seorang harus memiliki
rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan perkataannya terhadap pelangan
5.
Oderly mind is essential nethodical and accurate work : Seorang harus memiliki jalan pemikiran yang
terarh dan terorganisasi untuk melakukan pekerjaan dengan metode baik dan tingakat ketepatan yang
tinggi.
6.
Neatnees indicates pride in self and job : Seorang harus memiliki kerapian diri dan bangga dengan
pekerjaannya sendiri
7.
Accurate in everything done and is of permanent importance : Seorang harus melakukan pekerjaan
dengan keakuratan atau ketelitian, hal ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting.
8.
Loyality to bith management and collaugues make good temwork : Seorang harus bersikap setia kepada
mnenejemen dan rekan kerja, merupakan kunci membangun kerjasama
9.
Intelligence use of common sens at all time : Seorang senantiasa mengunakan akal sehat dalam
memahami pelanggan dari waktu ke waktu.
10. Tact saying and doing the righ thing at the righ time: Seorang memiliki keperibadian, berbicara bijaksana
dan melakukan pekerjaan secara benar
11. Yearning to be good servive clerk ang love of the work is essential : Seorang mempunyai keinginan
menjadi pelayan yang baik serta mencintai pekerjaannya.
2.2.4
1.
Pengorganisasian pelayanan
2.
3.
2.2.5
Pelayanan Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Pelayanan Kesehatan masyarakat ditandai
dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan
utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan
sasarannya terutama kelompok dan masyarakat.
2.
Pelayanan Kedokteran
Pelayanan Kesehatan yang ternasuk dalam kelompok ini Pelayanan Kedokteran ditandai dengan cara
pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan dan sasarannya terutama untuk perorangan dan keluarga.
2.2.6 Sistem pelayanan kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling
dll selain rumah sakit.
2.3
a.
Pelayanan medik
b.
c.
Pelayanan perawatan
d.
Pelayanan rehabilitasi
e.
2.
Sebagai tempat pendidikan dan/atau latihan tenaga medik dan para medik
3.
Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan
atas
dasar
hubungan
individu
tersebut,
menurut
Benyamin
Lumenta
dalam
bukunya Pelayanan Medis, Citra, Peran dan Fungsi Tinjauan Fenomena Sosial menjelaskan bahwa
pelayanan medis merupakan suatu upaya dan keegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua
upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan
individu antara ahli pelayanan medis dan individu yang membutuhkan.
2.3.3 Rumah Sakit Dilema Etika dan Komersialisasi
Etika medis mempunyai tugas pokok untuk memahami niali-nilai manusiawi yang perlu
dipertahankan dan dikembangkan dalam pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Etika itu berusaha
memahami prisip-prinsip dasar kehidupan manusia yang tidak boleh dilupakan oleh orang-orang yang
bergerak dalam bidang medis, yang berurusan dengan kehidupan, kesehatan dan kematian manusia.
Etika medis merupakan bagian dari etika yang secara khusus memperhatikan pelaksanaan
dan perencanaan pelayanan medis, semangat yang mendasarinya mencoba memahami pelayanan
medis yang dilakukan oleh para dokter dan perawat.
Etika rumah sakit sebagai institusi yang berkembang dari etika profesi individu, juga bertopang
pada asas-asas atau prinsip-prinsip yang pada dasarnya sama. Asas atau prinsip-prinsip itu dapat
dikatakan sudah setua sejarah perkembangan rumah sakit itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam benak setiap orang banyak (masyarakat) sudah tertanam pemahaman
bahwa rumah sakit tidak lain kecuali berfungsi sosial. Secara tradisional masyarakat mengartikan fungsi
sosial rumah sakit sebagai kedermawanan, belaskasihan, memberi pertolongan kepada orang miskin,
karya tanpa pamrih untuk diri sendiri, beramal tanpa mengharapkan imbalan.
Ada kecenderungan pemanfaatan teknologi secara tidak tepat, seperti penggunaan berlebihan,
duplikasi pemeriksaan, penggunaan tanpa indikasi yang tepat dan sebagainya denga tujuan
pengembalian dana investasi.
Biaya-biaya itu tentu akan dibebankan kepada masyarakat (pasien), sehingga mengakibatkan
biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit akan menjadi sangat mahal. Dengan demikian sudah
dapat dipastikan bahwa masyarakat golongan ekonomi lemah semangkin sulit memperoleh pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Rumah sakit adalah tempat pelayanan yang terjangkau, bermutu, dan memadai bagi seluuh
rakyat. Tegasnya rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan medis
tanpa diskriminasi terutama dari aspek ekonomi masyarakat (pasien).
Berikut adalah contoh kasus yang mencerminkan persolan itu. Misalnya, kasus ibu dan
anaknya tidak diijinkan pulang sebelum melunisi biaya operasi melahirkan sebesar Rp. 800.000,- dari
jumlah yang dibebankan sebesar Rp. 3. 200.000.
Tindakan penolakan apalagi penahanan terhadap pasien oleh pihak rumah sakit apakah dapat
diperkenankan? dari kacamata etika profesi tindakan itu jelas melanggar asas-asas atau prinsip-prinsip
etika profesi sebagaimana telah dijelaskan di atas. Jika dilihat dari kacamata hukum maka tindakan
penahanan (penyanderaan) di atur dalam pasal 209 HIR. Ketentuan ini hanya dikenal pada lembaga
utang piutang.
Dalam perkembangannya rumah sakit telah menjadi suatu institusi yang berorientasi profit
tidak dapat dielakan lagi. Hal ini tentu saja sudah disadari oleh kalangan profesi medis sendiri. Pada
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) yang lama (1986) sudah ada pernyataan : rumah sakit
sebagai uni sosio-ekonomi tidak semata-mata mencari keuntungan.
Situasi kontradiktif antara etika medis dan komersialisasi jasa medis sudah tercipta. Untuk
mengembalikan rumah sakit pada rel karitatif seperti semula tidaklah mudah, karena tarik menarik antara
kedua kutup itu telah berlangsung dan ternyata sisi bisnis lebih dominan. Karena itu yang perlu dilakukan
tidak lain adalah membenahi sistem nilai tentang layanan medis terutama berkaitan dengan dengan etika
sosial /tanggung jawa sosial yaitu yang berkaitan dengan aspek profesi dan aspek pembiayaan. Dari
aspek profesi medis harus sesuai denga asas-asas atau prinsip-prinsip etika medis.