Anda di halaman 1dari 3

Geografi

1. baca dan pahami artikel dengan seksama


2. Diskusikan dengan kelompok
3. Jawablah pertanyaan dibawah ( tuliskan jawaban di miniboard)
a. Maslah kependudukan seperti apa yang dijelaskan diartikel dibawah
b. Adakah penyelesaian dari masalah kependudukan tersebut
c. Bagaimana kondisi kependudukan tersebut jika dilihat darin tempat tinggal anda

MASALAH PENDUDUK
TANGGUNG JAWAB KITA
BERSAMA

IsiIr. Euis Komariah, M.T (PKB

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun

Kabupaten Bandung)
Penduduk sering diibaratkan sebagai
pisau bermata dua. Penduduk yang besar
dan berkualitas akan menjadi aset yang
bermanfaat
bagi
pembangunan,
sebaliknya penduduk yang besar tapi
rendah kualitasnya akan menjadi beban
yang berat.
Pertambahan penduduk disebabkan oleh
meningkatnya angka kelahiran dan
menurunnya angka kematian. Memiliki
keturunan
adalah
bagian
tidak
terpisahkan dari eksistensi manusia.
Namun, memiliki keturunan dalam
jumlah tidak terkendali, dapat menjadi
ancaman terbesar bagi kelangsungan
eksistensi itu sendiri.
Jumlah penduduk yang tidak terkendali
sering menyebabkan masalah, antara lain
pengangguran, permukiman kumuh yang
dampaknya menyebar pada perambahan
lahan akibat kurangnya lapangan kerja
dan lemahnya sumber daya manusia
(SDM). Selain itu memberi dampak
buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat seperti kekurangan pangan
yang menyebabkan kelaparan dan gizi
kurang, kebutuhan pendidikan, kesehatan
dan perumahan, terjadinya polusi dan
kerusakan
lingkungan
serta
meningkatnya kemiskinan.

2005 mencapai
39.960.869 jiwa
(18,16%) dari total penduduk Indonesia,
sedangkan menurut Sensus Penduduk
2010 Jawa Barat masih tercatat sebagai
provinsi dengan populasi penduduk
terpadat di Indonesia, yaitu 43 juta jiwa.
Salah satunya disebabkan oleh angka
kelahiran yang cukup tinggi yaitu sekitar
20 persen dari angka kelahiran di
Indonesia yang mencapai 4,5 juta bayi
setiap tahun. Peningkatan jumlah
penduduk Jawa Barat tentunya akan
mempengaruhi
beberapa
persoalan
seperti pangan, kesehatan, kesejahteraan,
lingkungan dan lainnya. Sehingga, warga
Jawa Barat harus bersiap siaga dalam
menghadapi
kemungkinan
terburuk
akibat peningkatan jumlah penduduk
dengan menyukseskan empat program
besar keluarga berencana , yaitu
mengatur angka kelahiran, peningkatan
ketahanan keluarga, pendewasaan usia
perkawinan
dan
peningkatan
kesejahteraan keluarga. Dalam hal target
akseptor KB, pencapaiannya maksimal
hingga 100 persen dengan pertumbuhan
angka kelahiran rata-rata sekitar 0,3 - 0,5
persen dari jumlah penduduk Jawa Barat.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa
Barat yang masih tinggi dipicu oleh
tingginya angka kelahiran dan migrasi
masuk .
Apabila keadaan ini tidak dikendalikan

akan terjadi ledakan penduduk dan krisis


sosial ekonomi, yang berlanjut kepada
krisis
politik
dan
akhirnya
mengakibatkan ketidakstabilan di dalam
negara. Kejadian yang paling mengerikan
yang mungkin terjadi akibat ledakan
penduduk ini sesuai dengan teori
Malthus; bahwa manusia akan menjadi
serigala bagi manusia yang lain. Teori ini
mengatakan
bahwa
pertumbuhan
penduduk cenderung bertambah secara
deret ukur sedangkan pertumbuhan
persediaan
makanan
cenderung
bertambah secara deret hitung. Berarti
permintaan terhadap pangan akan jauh di
atas supply yang tersedia akibat
pertumbuhan yang tidak berimbang
antara
jumlah
penduduk
dengan
persediaan makanan yang ada di bumi
ini.

keadaan ini membuat negara bisa


melakukan
penghematan
energi,
pangan, dan sumber daya lainnya
sehingga masalah sosial ekonomi yang
tengah menghimpit bisa ada solusinya.
Hal ini bisa diasumsikan dengan nilai
rupiah, yaitu dengan terkendalinya 80
juta kelahiran maka pemerintah telah
menghemat Rp 800 trilyun, apabila setiap
kelahiran membutuhkan biaya sebesar Rp
10.000.000,- per tahun/orang. Dengan
demikian pemerintah dapat mensaving
biaya untuk dialihkan pada pembangunan
pendidikan, daya beli dan kesehatan atau
sector lainnya.

Laju pertambahan penduduk di Indonesia


sangat cepat dan terus meningkat. Bila
tidak ada intervensi pemerintah dengan
meningkatkan program KB, ledakan
penduduk niscaya tidak bisa dikendalikan
lagi. Ini fenomena yang tidak boleh
dianggap enteng. Menurut perhitungan
BKKBN , bila setiap tahun ada setengah
persen saja pasangan usia subur tidak
menjalankan program
pengendalian
jumlah anak, diperkirakan pada 2015
jumlah penduduk akan mencapai 300 juta
jiwa. Angka yang cukup fantastis dan
tidak terbayangkan masalah sosial
ekonomi seperti apa lagi yang akan
terjadi nanti?

Pertama; Political will harus benar-benar


muncul kembali dari para pemimpin
bangsa. Dengan mewujudkan program
KB
menjadi
program
unggulan
pemerintah dengan objektif yang jelas
serta pemanfaatan BKKBN seoptimal
mungkin. Alokasi dana pun harus sangat
mencukupi dan penyediaan, bahkan
pelatihan, petugas lapangan KB dalam
memberikan informasi dan pelayanan
kepada masyarakat yang membutuhkan,
khususnya di daerah Galcitas (tertinggal,
terpencil dan perbatasan).

Kita bisa belajar dari sejarah, ketatnya


program KB di tahun 90an telah memberi
dampak positif sehingga pada tahun 2000
jumlah penduduk Indonesia hanya
mencapai 205 juta jiwa (sebelumnya
diprediksi mencapai 285 juta jiwa),

Ada beberapa hal yang harus benar-benar


diperhatikan apabila progam KB ini ingin
berhasil dijalankan seperti di zaman
sebelum reformasi.

Kedua; Para keluarga muda perlu


menunjukkan
komitmennya
untuk
memperbaiki kondisi bangsa, yaitu
dengan aktif mengikuti program KB
sehingga memiliki keluarga kecil dan
bahagia serta aktif dalam mengurangi
beban yang harus ditanggung oleh
negara.

Berdasarkan kondisi kependudukan saat


ini, maka tantangan dalam program
penurunan pertumbuhan penduduk lebih
berat dari sebelumnya. Lingkungan ini
harus memungkinkan, tidak hanya bebas
miskin, tapi harus memotong lingkaran
kemiskinan, termasuk dengan cara
mengatur jumlah anak. Upaya BKKBN
untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk harus didukung. Kalau tidak,
negeri ini akan menghadapi baby
booming yang tidak perlu dan tidak tepat
saatnya.
Pemerintah daerah dan masyarakat pun
harus mendukung program ini. Seluruh
masyarakat harus punya kesadaran
bahwa kemampuan manusia bereproduksi
tidak terbatas, tetapi kapasitas bumi dan
seisinya untuk menghidupi manusia baru
semakin
menurun.
Karena
itu,
mengendalikan
reproduksi
menjadi
sebuah keharusan untuk menjaga
kelangsungan eksistensi dan peradaban
manusia

Anda mungkin juga menyukai