Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses reformasi dan demokratisasi di Indonesia telah berhasil
menciptakan lembaga-lembaga demokrasi yang berjuang atas nama kepedulian
terhadap rakyat. Kekuasaan yang tadinya berada di genggaman tangan diktator
telah berhasil dipindahkan kepada yang berhak, yaitu ke tangan rakyat sebagai
pemegang hak kedaulatan. Dengan kata lain proses reformasi dan demokratisasi di
Indonesia telah menggerakan bandul kekuasaan ke tangan rakyat.
Dalam kenyataannya, bandul tersebut bukan jatuh ke tangan rakyat yang
seutuhnya, tetapi rakyat yang diwakilkan. Melalui pemilihan umum, rakyat
memilih partai politik dan wakilnya, sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Dapat kita katakan, bandul kekuasaan pindah ke tangan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan menjadikan DPR sebagai lembaga penting
pemegang kekuasaan tertinggi.
Beberapa indikasi yang memperlihatkan fungsi dan peranan penting
DPR yang sangat menentukan arah dan kebijakan pemerintahan, antara lain :
a. Hak Budget
DPR saat ini memegang kekuasaan dalam menentukkan bentuk Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hak Budget merupakan kekuasaan
yang sangat penting dan strategis, karena merupakan hak untuk menyusun
prioritas alokasi anggaran, baik besaran, sektor maupun daerah.
1

b. Fungsi Legislasi
Sesuai dengan namanya sebagai Badan Legislatif, maka fungsi DPR adalah
membuat undang-undang. DPR dan pemerintah bisa mengambil inisiatif untuk
merancang undang-undang. Siapapun yang mengambil inisiatif tersebut,
rancangan undang-undang harus mendapat persetujuan DPR.
Dengan demikian, DPR memiliki peranan yang sangat strategis dalam
membuat arah perjalanan dan tata cara kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Fungsi Pengawasan
DPR memiliki tugas konstitusional untuk melaksanakan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan. Dengan memiliki Hak Angket dan Hak Interpelasi,
DPR memiliki hak untuk memanggil dan bertanya kepada semua lembaga
penyelenggara negara maupun organisasi swasta. Tidak ada yang kebal
terhadap panggilan DPR dalam rangka menjalankan fungsi tersebut.
d. Memilih Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
Kekuasaan dari tangan Presiden telah beralih ke DPR.
e. Memilih Hakim Agung, Ketua dan Anggota Mahkamah Konstitusi
Kekuasaan dari tangan Presiden telah dipindahkan ke DPR. Para hakim agung
yang merupakan benteng pembela keadilan pun ditentukan oleh DPR.
f. Memilih Ketua dan Anggota Komisi-Komisi Independen
DPR berwenang menentukan ketua dan anggota KPK, BPK, KPU, Komnas
HAM, Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan, KPPU, dll.

g. Memberikan Persetujuan terhadap Pengangkatan Panglima TNI dan Kepala


POLRI
Persetujuan DPR diberikan kepada calon yang diusulkan oleh Presiden.
h. Melakukan Uji Kelayakan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)
Pengujian ini dilakukan DPR terhadap calon-calon Duta Besar yang diusulkan
oleh Presiden.
Secara logika, dengan kekuasaan yang sangat besar tersebut, DPR
memiliki peranan yang sangat strategis dan penting dalam menentukkan kualitas
dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Di DPR, perbedaan dan kepentingan politik golongan sangat kental dan
menjadi ciri utama dalam proses pengambilan keputusan, baik melalui
musyawarah maupun melalui mekanisme pengambilan suara (voting). Dalam
prakteknya ternyata DPR mengambil keputusan berdasarkan keksepakatan fraksifraksi yang ada, dimana fraksi-fraksi tersebut adalah kepanjangan tangan partai
politik. Dengan demikian, partai politik memiliki peranan yang dominan dalam
proses pengambilan keputusan di DPR.
Partai politik merupakan satu-satunya institusi yang mengarahkan dan
memberikan instruksi politis kepada para anggotanya yang duduk sebagai anggota
DPR. Secara langsung, partai politik merupakan lembaga demokrasi yang sangat
penting dan menentukan kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Walaupun Pemilu di Indonesia telah mendapat pujian internasional, dan
Indonesia mendapat predikat negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah
India dan Amerika, namun kita lupa bahwa rakyat ternyata hanya memilih calon3

calon yang telah diseleksi dan kemudian disuguhkan oleh partai politik untuk
dipilih oleh rakyat. Demikian juga mengenai calon presiden maupun calon kepala
pemerintahan daerah, semuanya diseleksi oleh partai politik terlebih dahulu
sebelum disuguhkan untuk dipilih oleh rakyat dalam proses pemilu.
Kesalahan dalam melalukan proses seleksi calon-calon yang dilakukan
oleh partai politik berdampak besar pada terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan
bangsa Indonesia. Dengan demikian, proses seleksi calon yang dilakukan oleh
partai politik menjadi sama penting dengan proses pemilihan umum itu sendiri.
Melihat sisi pentingnya proses seleksi calon-calon yang dilakukan oleh
partai politik, maka perlu dibangun mekanisme dan strategi khusus dalam proses
seleksi calon-calon yang dilakukan oleh partai politik. Selain itu strategi
pemenangan Pemilu perlu mendapat perhatian penuh mengingat seberapa hebat
calon-calon yang mampu dihasilkan melalui proses seleksi yang ketat, akurat dan
terukur, hal ini tidak akan berarti ketika mereka tidak mampu dihantarkan menuju
kursinya di legislatif karena lemahnya strategi yang dibangun oleh partai politik
dalam meraih suara pada pemilihan umum.
Untuk itulah, penguatan fungsi dan peran badan, biro, divisi, atau bagian
dalam tubuh partai yang bertugas dalam pemenangan pemilu mutlak diperlukan
sebagai sebuah konsep perencanaan sistematis melalui pengkajian dan penelitian
yang akurat sehingga mampu menciptakan strategi-strategi khusus yang mampu
berperan besar dalam memberikan suara yang maksimal pada pemilihan umum.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba menyusun kajian
tentang konsep perencanaan strategis pemenangan pemilu melalui makalah yang
4

berjudul Sistem Perencanaan dan Konsep Strategi Pengembangan Badan


Pemenangan Pemilu dalam Mencapai Kemenangan Partai pada Pemilihan
Umum 2009.
Beberapa alasan yang mendasari penulis dalam melakukan pengkajian
terhadap judul karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1) Perubahan pola berpikir masyarakat mengenai pemilihan umum, harus
disadari sebagai tantangan bagi partai politik dalam mengembangkan sistem
dan konsep kepartaiannya. Dan khusus dalam menghadapi Pemilu 2009 yang
akan datang, partai-partai politik terutama partai politik baru haruslah
melakukan inovasi dan usaha keras dalam mewujudkan kemenangan pada
Pemilu 2009. Sistem perencanaan yang baik dalam membangun strategi bagi
pemenangan partai pada Pemilu 2009, merupakan tantangan yang harus
dijawab oleh partai-partai politik baru sehingga kemunculannya dalam peta
perpolitikan nasional tidak hanya sebatas penghias demokrasi di Indonesia,
melainkan mampu berperan besar dalam menentukan nasib bangsa ke arah
yang lebih baik.
2) Sebagai seorang pengurus pada sebuah partai politik baru, penulis menyadari
bahwa terwujudnya kemenangan partai pada pemilihan umum selain
merupakan hasil usaha keras bersama seluruh kader dan simpatisan partai,
pengembangan badan pemenangan pemilu dalam tubuh partai haruslah
mendapat perhatian penuh mengingat tugas, fungsi dan peran badan ini lebih
mengarah langsung pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mewujudkan
partai pada kemenangan dalam pemilihan umum.
5

1.2 Perumusan Masalah


Beberapa permasalahan yang akan diangkat oleh penulis melalui karya
tulis ini, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Bagaimanakah sistem perencanaan strategis dalam pemenangan pemilu?
b. Bagaimanakah konsep strategis pengembangan Badan Pemenangan Pemilu
dalam tubuh partai politik guna menghadapi Pemilu 2009?

1.3 Tujuan
a. Memberikan gambaran tentang sistem perencanaan yang tepat bagi partai
politik dalam mencapai kemenangan pada pemiliihan umum.
b. Memberikan gambaran tentang konsep pengembangan badan pemenangan
pemilu yang dapat digunakan oleh partai politik dalam mempersiapkan diri
guna menghadapi Pemilu 2009.

1.4

Metode
Metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan pengkajian

terhadap permasalahan tersebut di atas adalah dengan mencoba menuangkan


gagasan-gagasan penting mengenai partai politik dan strategi dalam pemenangan
pemilu, yang didasarkan atas hasil dari pengalaman empiris penulis serta
penelaahan dari berbagai dialog yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa
praktisi partai.

Catatan-catatan

hasil

dialog

dan

pengalaman

empiris

penulis,

diformulasikan dengan literatur-literatur penting yang kemudian disajikan dalam


bentuk karya tulis dimana penulis berharap bahwa gagasan dalam karya tulis ini
bisa bermanfaat bagi siapa saja, terutama praktisi-praktisi partai dalam
mempersiapkan diri guna menghadapi Pemilu 2009 mendatang.

BAB II
SISTEM PERENCANAAN PEMENANGAN PEMILU

2.1

Pengertian Sistem
Perkataan sistem telah banyak digunakan dalam berbagai bidang.

Sedangkan pengetahuan tentang sistem telah digunakan pula untuk menerangkan


atau menggambarkan apa yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Dengan
demikian pemakaiannya sangat luas yang meliputi berbagai bidang. Maka
timbullah definisi dan pengistilahan tentang sistem itu sendiri, meskipun dasar
pengetahuannya tetap sama.
Satu dari beberapa definisi sistem adalah yang dikemukakan oleh
C. West Churchman. Churchman mendefinisikan sistem sebagai suatu set atau
gugusan komponen sebagai satu kesatuan yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan menyeluruh yang dikehendaki sistem.
Masing-masing elemen yang bekerja sama, dapat merupakan sistemsistem yang lebih kecil, sehingga disebut sub-sistem. Sebaliknya sistem juga dapat
dipandang sebagai sub-sistem dari yang lebih besar.
Jika diterapkan konsep sistem pada organisasi, akan didapat suatu
pengertian yang mengatakan bahwa sistem adalah komponen-komponen yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Definisi ini berisi tiga
bagian, yaitu : 1) adanya suatu maksud atau tujuan dengan dibentuknya sistem
tersebut, 2) adanya perencanaan atau suatu bangun dari komponen-komponen

yang teratur, 3) masuknya informasi, energi dan bahan-bahan yang dialokasikan


untuk menjalankan rencana.
Dari definis di atas, maka dapat dirinci hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem, yang terdiri dari subsistem-subsistem yang dapat menjadi subsistem
yang lebih besar.
b. Dalam sistem terdapat interelasi atau saling ketergantungan antara subsistem,
sehingga mereka dapat atau perlu untuk saling berintegrasi. Hubungan ini
dinyatakan dengan masukan dan keluaran dari masing-masing subsistem.
c. Sistem pada umumnya bersifat dinamis, artinya selalu berubah sepanjang
waktu.
d. Sistem sebagai satu kesatuan, dipisahkan oleh suatu batas (boundary) terhadap
sistem lain. Batas tersebut dapat berbentuk lingkaran. Hubungan antara sistem
dengan lingkungan dinyatakan dengan masukan (input) dan keluaran (output).
Masukan adalah segala sesuatu yang berasal dari lingkungan yang
mempengaruhi sistem, sedangkan keluaran adalah segala sesuatu yang berasal
dari sistem menuju lingkungan.
e. Suatu sistem dapat berupa sistem lingkaran tertutup (close-loop) atau sistem
lingkaran terbuka (open-loop). Sistem lingkaran tertutup menerima masukan
selain dari lingkungan, juga dari sebagian keluarannya yang dikembalikan
sebagai umpan balik. Jadi keluaran dari sistem selain mempengaruhi
lingkungan, juga mempengaruhi proses dalam sistem itu sendiri.
f. Sistem biasanya diambil dari keadaan nyata, yang sedang berlangsung dalam
kehidupan, dijadikan titik perhatian dan dipermasalahkan.
9

Sistem dapat pula dimodelkan, umumnya literatur-literatur tentang


model, mendefinisikan model sebagai suatu gambaran atau formulasi dalam
bentuk bahasa tertentu. Dengan demikian permodelan adalah proses membangun
atau membentuk sebuah model dari sistem yang nyata dalam bahasa formal
tertentu.

2.2

Sistem Perencanaan Pemenangan Pemilu


Rumitnya permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia,

menuntut peran aktif partai politik dalam mengembangkan keberadaannya di


tengah-tengah masyarakat. Masyarakat di sisi lain, senantiasa mempunyai
harapan-harapan tinggi akan perubahan dalam kehidupan mereka kearah yang
lebih baik. Hal ini tentu saja merupakan tantangan besar bagi partai-partai politik
untuk merubah paradigma berpikir dan berkiprah dalam jalur politik demi
mewujudkan kesejahteraan serta kehidupan yang layak bagi masyarakat.
Pada dasarnya kita harus memahami bahwa manusia seringkali menolak
untuk merubah suatu cara yang telah lama dijalankannya. Hal ini disebabkan
karena cara yang baru memerlukan usaha-usaha untuk mempelajari, memahami,
dan mungkin sekali memerlukan disiplin yang lebih ketat dari pada cara yang
lama. Manusia biasanya tidak sadar atau tidak mau tahu bahwa perubahan
lingkungan menuntut perubahan dan cara-cara lain yang lebih baik. Apabila
sumber-sumber yang kita perlukan terbatas adanya, maka kita terpaksa harus
mencari dan mempergunakan cara-cara yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan yang kita inginkan.
10

Dinamika perubahan dalam pola memilih oleh masyarakat pada


pemilihan umum perlu mendapat perhatian serius dari partai-partai politik peserta
pemilu dengan cara melakukan perubahan-perubahan penyeimbang sebagai hasil
pensikapan dari realitas yang ada di dalam masyarakat.
Dalam melakukan perubahan perlu perencanaan yang matang, sehingga
perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Perencanaan mempunyai dua
fase, yaitu perencanaan strategis (strategic planning) dan perencanaan operasional
(operational planning). Dalam perencanaan strategis kita memilih tujuan
(objective) , dan di dalam perencanaan operasional kita menentukan logistik untuk
mencapai tujuan dan menentukan kriteria keberhasilan kita dengan menggunakan
analisa sistem (system analysis).
Perencanaan juga berhubungan dengan perbaikan manajemen dan
tanggung jawab partai politik. Termasuk di dalam pola perencanaan adalah
metode-metode dan prosedur-prosedur untuk menilai input, process, dan output
untuk memerinci secara sistematis sifat dari keadaan mendatang.
Sistem dan analisa berhubungan erat dengan perencanaan dan mencakup
pengidentifikasian tujuan dan relevansi tujuan tersebut dengan program. Dalam
hubungan ini, program adalah suatu keadaan dan aktifitas-aktifitas yang disusun
menurut prioritas-prioritas dimana tujuan dapat dicapai. Secara umum sistem
dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan fisik atau konseptual yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Kata analisa adalah
suatu istilah umum yang telah dikenal dengan arti tindakan penyelidikan atau
penelitian. Dalam arti khusus, analisa merupakan pemecahan sesuatu ke dalam
11

bagian-bagiannya untuk mengetahui sifat, proporsi, fungsi, dan hubungannya.


Dan dalam hubungan ini perlu diketahui bahwa analisa sistem berjalan melalui
tiga tingkatan :
1)

Spesifikasi masalah (problem specification) yang menuju ke arah suatu


definisi kualitatif dari sistem yang relevan.

2)

Analisa sistem (systems analysis) yang berusaha untuk memberikan suatu


spesifikasi kuantitatif dari sistem tersebut.

3)

Sintesa sistem (systems system) yang berusaha untuk memberikan


pemecahan bagi masalah tersebut.
2.2.1 Pendekatan Sistem adalah Alat dan Cara Berpikir
Pendekatan

sistem

adalah

suatu

proses

dimana

kebutuhan

diidentifikasikan, masalah diseleksi, persyaratan-persyaratan untuk pemecahan


masalah diidentifikasi, pemecahan dipilih dari alternatif-alternatif, cara dan alat
diperoleh dan dilaksanakan, hasil dinilai, dan revisi-revisi seluruh atau sebagian
dari sistem dilakukan hingga kebutuhan dapat dipenuhi.
Dengan kata lain, pendekatan sistem adalah alat proses untuk mencapai
hasil maksimal yang diinginkan secara efektif dan efisien serta cara berpikir yang
menekankan pada pengidentifikasian dan pemecahan masalah. Pendekatan sistem
menggunakan formulasi dari teknik-teknik pemecahan masalah yang logis yang
telah dikenal dan berguna.

12

2.2.2 Perencanaan yang Realistis Dimulai dengan Identifikasi Hasil


Perencanaan sebaiknya dimulai dengan identifikasi keperluan (needs).
Suatu keperluan pemenangan pemilu (election need) dapat didefinisikan sebagai
perbedaan yang dapat diukur (measurable gap) antara hasil sekarang (current
outcomes) dan hasil yang diinginkan (required outcomes). Mungkin dapat
dikatakan bahwa gap tersebut adalah perbedaan yang dapat diukur antara apa yang
ada (what is) dengan apa yang seharusnya ada (what should be). Pengertian yang
penting di sini ialah untuk mempunyai keperluan (need) kita harus
mengidentifikasi dan mencatat bahwa ada perbedaaan (gap) hasil antara apa yang
dihasilkan sekarang dengan apa yang seharusnya dihasilkan. Keadaan ini harus
dinyatakan seara formil, dan prosedur semacam ini dinamakan penilaian
keperluan (need assessment).
Di dalam usaha untuk mendefinisikan keperluan sebagai gap antara dua
hasil, perlu disadari bahwa kita harus mencegah dicantumkannya suatu
pemecahan masalah dalam pernyataan keperluan (statement of need), atau
bagaimana

melaksanakannya.

Sebab

apabila

kita

memasukkan

atau

mencantumkan suatu pemecahan masalah (solution) dalam pernyataan keperluan,


maka otomatis kita telah mengurangi pilihan-pilihan untuk memenuhi keperluan.
Suatu need assessment menghasilkan dan memberikan data untuk
diidentifikasi ke arah pemenuhan kebutuhan. Apabila didokumentasikan, needs
tersebut akan memberikan informasi dasar kepada kita dalam penentuan tujuantujuan yang valid. Tujuan yang valid ini perlu untuk menjaga agar hasil pemilihan
umum yang kita inginkan itu relevan.
13

Dengan cara mengidentifikasi hasil yang diinginkan terlebih dahulu, dan


kemudian menentukan proses yang paling efektif dan efisien, maka kita
sebenarnya mencegah kemungkinan terdapatnya pemecahan yang tidak relevan
dengan kebutuhan yang sebenarnya. Karena perencanaan (planning) memberikan
suatu metode untuk mengidentifikasikan keperluan-keperluan dan tujuan-tujuan
semacam itu, maka ia memungkinkan kita untuk menentukan suatu peta jalan
yang akan menuntun usaha dan uang kita ke arah hasil yang relevan.
Suatu perencanaan meliputi elemen-elemen :
1)

Pengidentifikasian dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan.

2)

Pemilihan

kebutuhan-kebutuhan

yang

mempunyai

prioritas

untuk

pelaksanaan.
3)

Perincian hasil yang harus dicapai utuk setiap kebutuhan yang telah
dipilih.

4)

Pengidentifikasian syarat-syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang


telah dipilih, termasuk perincian untuk memenuhi kebutuhan dengan cara
pemecahan masalah (problem solving).

5)

Suatu urutan hasil-hasil yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan yang


telah diidentifikasikan.

6)

Pengidentifikasian alternatif-alternatif metode dan alat yang diperlukan


setiap persyaratan untuk memenuhi setiap kebutuhan, termasuk suatu daftar
mengenai kebaikan dan keburukan (advantages dan disadvantages) dari setiap
set metode dan alatnya.

14

2.2.3 Pemenangan Pemilu sebagai Suatu Proses Manajemen


Proses pemenangan pemilu dapat dilola secara baik, secara buruk, atau
dapat dilola secara biasa saja. Pada umumnya, model proses pemenangan pemilu
terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut :
1) Identifikasi masalah (berdasarkan kebutuhan yang telah didokumentasikan).
2) Tentukan

syarat-syarat

(kriteria)

pemecahan

dan

alternatif-alternatif

pemecahannya.
3) Pilih strategi pemecahannya (diantara alternatif-alternatif yang ada).
4) Laksanakan strategi yang telah dipilih (untuk mencapai hasil yang
diinginkan).
5) Tentukan efektifitas pelaksanaan (performance effectiveness).
6) Laksanakan revisi bila diperlukan dalam setiap langkah dalam proses.
Berikut ini adalah suatu keterangan singkat mengenai enam langkah
dasar dari suatu manajemen proses pemenangan pemilu :
Langkah 1 : Identifikasi

masalah

dari

kebutuhan

yang

telah

didokumentasikan.
Di atas telah disebutkan keperluan pemenangan pemilu (election needs) adalah
perbedaan yang dapat diatur antara situasi sekarang dan situasi yang diinginkan.
Suatu contoh dari keperluan pemenangan pemilu seperti yang dimaksudkan di
atas adalah sebagai berikut :
Hasil pemilu sebelumnya, Partai X di kecamatan A mempunyai perolehan
mean skor suara dari percentile 15 dan standar deviasi 7. Pengurus Kabupaten
15

menginstruksikan agar Pengurus dapat mencapai persentile 33 atau lebih baik,


dengan standar deviasi yang tidak melebihi 5 untuk pemilu tahun ini.
Contoh di atas menunjukkan perbedaan yang dapat diukur (secara statistik) what
is dengan what should be, yaitu perbedaan mean skor sebanyak 18 dan standar
deviasi 2. Pernyataan tentang needs berdasarkan prestasi yang dapat diukur
semacam ini merupakan suatu ciri penting dari suatu pendekatan sistem, karena
itu merupakan suatu referensi permulaan dalam bentuk kuantifikasi bagi
rancangan sistem pemenangan pemilu yang responsif. Suatu pernyataan keperluan
(statement of need) menggambarkan outcome gaps dan karen itu harus bebas dari
pemecahan masalah (solution) atau bagaimana mengerjakannya (how to do it).
Manajemen pemenangan pemilu yang menggunakan pendekatan sistem
harus dimulai dengan suatu penilaian keperluan pemenangan pemilu. Langkah
pertama suatu proses manajerial pemenangan pemilu adalah mengidentifikasi
masalah-masalah berdasarkan keperluan yang didokumentasikan. Masalahmasalah ini harus dinyatakan dalam bentuk prestasi yang dapat diukur, misalnya
dengan statistik (stated in measurable performance terms).
Langkah 2 : Tentukan syarat-syarat pemecahan (solution requirements) dan
alternatif-alternatif pemecahan masalahnya.
Needs

assesment

process

mengidentifikasi

perbedaan-perbedaan

untuk

dipecahkan yang dinyatakan berdasarkan prioritas dan menunjukkan persyaratan


keseluruhannya bagi suatu sistem pemenangan pemilu. Persyaratan ini
merupakan tujuan misi (mission objective) dan persyaratan-persyaratan prestasi
(performance requirements) untuk rancangan sistem (system design). Dengan
16

membandingkan pernyataan masalah ini dengan situasi dan hasil yang sekarang
kita inginkan, perencana sistem (system planner) akan mengetahui kemana ia akan
pergi dan bagaimana mengatakannya bahwa ia telah sampai di tempat yang dituju.
Setelah menggunakan statement of needs untuk menggambarkan situasi
sekarang dan hasil yang dikehendaki, penentu kebijakan partai dan perencana
sistem pemenangan pemilu harus menentukan persyaratan-persyaratan untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan menggunakan analisa sistem
pemenangan pemilu, kita dapat menentukan persyaratan-persyaratan dan strategi
pemecahan dan alat-alatnya dalam tingkat-tingkat detil (levels of levels), mulai
dari yang paling umum sampai dengan yang paling khusus.
Langkah manajemen ini tidak memilih bagaimana memecahkan
masalahnya, melainkan menentukan apa yang harus dilaksanakan dan apa
alternatif-alternatif strategi dan alat-alatnya yang dapat diperoleh bagi
pelaksanaan setiap persyaratan. Pemilihan bagaimananya terjadi dalam langkah
pendekatan sistem berikutnya.
Alat-alat analisa sistem pemenangan pemilu meliputi :
1) Analisa misi.
2) Analisa fungsi.
3) Analisa tugas.
4) Analisa metode.
Alat-alat tersebut merupakan suatu proses penentuan persyaratan bagi rancangan
sistem pemenangan pemilu dan kemungkinannya.

17

Proses analisa sistem, suatu alat penting yang dipakai dalam proses
problem-solving ini, disusun untuk menentukan kemungkinan apa nya bagi
perencanaan

sistem

dan

rancangan

dengan

menganalisa

persyaratan-

persyaratannya dan mengidentifikasikan alternatif-alternatifnya dalam urutan


tingkat yang semakin mendetil (in successive levels of increasing detail).
Analisa misi memberikan informasi kepada kita tentang persyaratanpersyaratan untuk keseluruhan masalahnya, analisa fungsi tentang aspek-aspek
dari setiap keseluruhan masalah kedalam unit-unit terkecil yang akan kita
perlukan untuk perencanaan. Analsisa misi menunjukkan gambar yang besar,
analisa fungsi menunjukkan gambar yang lebih kecil dari keseluruhan masalah
tapi dengan sangat mendetil, sedangkan analisa tugas menunjukkan gambar yang
memuat detil yang tepat dari setiap bagian yang kita lihat dalam gambar yang
ditunjukkkan dalam analisa fungsi.
Setelah kita identifikasi semua bagian dari sistem ini, kita dapat
mengidentifikasi metode dan alatnya untuk setiap persyaratan yang kita ketahui
dari

analisa

misi,

fungsi,

dan tugas. Kita

mencocokkan

persyaratan-

persyaratannya dengan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya dan kita


pelajari kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan masing-masing kelak kita
dapat memilih yang terbaik untuk memecahkan masalah.
Analisa Misi :
Mulai dengan need assessment dan fokus pada masalah (problem delineation),
analisa misi menyatakan keseluruhan tujuan dan kriteria untuk pencapaian hasil
sistem. Spesifikasi hasil yang dikehendaki ini berhubungan erat dengan kebutuhan
18

yang telah diidentifikasi sebelumnya. Tujuan misi dan persyaratan-persyaratan


prestasi yang berhubungan, memberikan spesifikasinya untuk sistem yang sedang
direncanakan dan dibuat polanya (planned and designed).
Seperti yang telah kita ketahui bahwa suatu prosedur rancangan sistem
pemenangan pemilu harus mengarahkan perencana dari tempatnya sekarang ke
tempat yang dituju, bagian berikutnya dari analisa misi adalah pernyataan
tentang suatu manajemen rencana yang dinamakan profil misi, yang menunjukkan
pokok-pokok utama bagi pemecahan suatu masalah tertentu.
Jadi, analisa misi adalah langkah yang menyatakan (1) apa yang harus
dicapai, (2) kriteria apa yang akan dipakai untuk menentukan keberhasilan, dan
(3) langkah-langkah (fungsi) apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Prepare Election
Materials

Identify needs

Determine
detailed
objectives and
performance
requirements

Identify
possible
methods
means

Determine
current
sources

Determine
sample vote
performance

Select
methods
means

Develop (or
buy)
election
materials

Develop
(or buy)
election
aids

Performance
final assembly

Determine
required
revisions

Implement
election
subsystem

Determine
field
effectiveness
and efficiency

Determine
revision
requirements

A possible mission profile for preparing election materials using a system approach. All functions
could interact with all other functions, so not all feedback or revision pathways are identified.
An asterisk a possible point for obtaining approval before proceeding.

19

Revice as
required

(Revice as required)

Identify
problem (from
needs)

Determine
solution
requirements
solution
alternatives

Select solution
strategy

Implement

Determine
performance
effectiveness

A general problem-solving process. Five of the six steps are identifed; the last (revise as required)
is indicated by the broken lines. Note that revision may take place at any problem-solving step.

Analisa Fungsi :
Analisa misi telah memberikan langkah-langkah dasar yang fokus pada hal-hal
utama yang harus dilaksanakan. Bagian berikutnya dari analisa sistem
pemenangan pemilu adalah mengidentifikasi dan memberi batasan tentang apa
yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan setiap hal utama yang disebut
dalam profil misi.
Analisa fungsi adalah proses untuk menentukan requirements (kriteria)
dan subfunction (sub-bagian dari setiap langkah) untuk menyelesaikan setiap
elemen dalam profil misi. Perlu ditekankan di sini bahwa seperti dalam tujuantujuan misi, setiap fungsi di dalam profil misi mempunyai syarat-syarat prestasi
dan suatu profil misi kecil dapat dibuat untuk menggambarkan arah dalam
pencapaian tujuan. Harus diperhatikan bahwa setiap tingkat (level) dari suatu
analisa fungsi mempunyai nomor yang menyatakan tingkat analisa.
Analisa Tugas :
Analisa tugas merupakan titik akhir analisa tentang apa yang harus dikerjakan
dalam suatu sistem analisa. Ini berbeda dengan analisa misi dan analisa fungsi
hanya dalam tarafnya (degree) saja dan bukan dalam macamnya.
20

Ekspansi vertikal atau analisa, dilanjutkan melalui level fungsi sampai


unit of performance diidentifikasi. Identifikasi dari pada tugas-tugas dan
susunannya merupakan langkah perincian terakhir dari suatu analisa sistem
pemenangan pemilu.
Analisa Metode dan Alat :
Dalam analisa metode dan alat, kita mengidentifikasi cara dan alat untuk
mencapai setiap persyaratan-persyaratan prestasi atau kelompok persyaratanpersyaratan prestasi.
Analisa metode dan alat dapat dilaksanakan setelah analisa misi, fungsi,
dan tugas diselesaikan atau dapat dilaksanakan paralel dengan setiap analisa
tersebut pada waktu analisa persyaratan tambahan sedang berjalan dari tingkat ke
tingkat.
Suatu analisa metode dan alat mengidentifikasikan strategi dan alat yang
ada untuk mencapai persyaratan prestasi dan juga memberikan daftar
kebaikan/keuntungan dan keburukan/kerugian relatif masing-masing metode dan
alat agar kita dapat memilihnya dalam langkah pendekatan sistem berikutnya.
Analisa metode dan alat, seperti langkah-langkah pemenangan pemilu
yang lainnya, menentukan apa yang harus dilaksanakan dan bukan bagaimana
menyelesaikannya.
Kesimpulan Analisa Sistem :
Langkah-langkah dan alat-alat analisa sistem pemenangan pemilu menentukan
apa yang mungkin untuk pemecahan masalah. Alat-alat analisa dan sintesa
dipakai dalam menentukan persyaratan-persyaratan untuk rancangan sistem
21

(system design). Jadi model dari manajemen pemenangan pemilu yang


mempergunakan suatu pendekatan sistem (system approach), penilaian keperluan
(needs assessment) dan analisa sistem memberikan keterangan tentang apa dan
untuk mengimbangi model tersebut kita memerlukan suatu model yang
memberikan informasi tentang bagaimana.
Langkah 3 : Pilih strategi dari alternatif-alternatif.
Langkah problem-solving yang ketiga ini dimulai dengan bagian bagaimana
menyelesaikannya dari proses pendekatan sistem. Di sini alat-alat dan strategi
yang tepat dipilih untuk mencapai berbagai persyaratan-persyaratan. Seringkali
kriteria memilih dari cost benefit dipakai yaitu seleksi dari alternatif-alternatif
yang paling sedikit akan mencapai persyaratan minimal dengan biaya yang paling
rendah.

Top or mission level


analysis

First level analysis

Second level
analysis

Identify problem
(based on needs)

Determine solution
requirements and
solution alternatives

Identify
needs

Determine
need priority

Identify
priority setting
vehicles

Determine
priority criteria

Obtain related
researsh

Third level analysis

Etc.

Etc.

Etc
.

Obtain priority
data

Cross validate
criteria

Etc
.

An example of a hypothetical function analysis showing the manner in which any function may be
analyzed into lower level constituent functions. Note that this is only a partial analysis and that
each level is incomplete as indicated by etc. Also each function shown may be analyzed into
lower level functions.

22

Etc
.

Etc
.

Memilih metode dan alat dari alternatif-alternatif memerlukan


pengalokasian berbagai fungsi-fungsi dan tugas-tugas yang didefinisikan pada (1)
manusia, (2) peralatan, (3) kombinasi antara manusia dan peralatan. Pilihan harus
dibuat berdasarkan sistem secara keseluruhan, dengan mengingat sifat-sifat
interaksi bermacam-macam persyaratan dari sistem. Seringkali cara-cara
modeling dan simulasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Melalui simulasi,
bermacam-macam alat dan strategi dapat dicoba.
Langkah 4 : Laksanakan strategi pemecahan.
Pada langkah keempat inilah hasil-hasil dari perencanaan dan pilihan
metode dan alat benar-benar dilaksanakan. Metode dan alat diperoleh, disusun,
disesuaikan atau dipergunakan. Suatu manajemen dan kontrol sub-sistem
dikembangkan untuk menjamin agar segala sesuatu akan dapat diperoleh dan
digunakan seperti yang dikehendaki. Dan bahwa data yang tepat akan
dikumpulkan untuk menentukan sampai dimana sistem berfungsi seperti yang
diinginkan.
Sistem dijalankan, termasuk keruwetan kegunaan dan usaha pencarian
tenaga manusia, peralatan, kader, konstituen, fasilitas, budget, dan banyak faktorfaktor lain yang perlu bagi berfungsinya sistem pemenangan pemilu secara baik.
Seringkali network-based management techniques seperti PERT (Program
Evaluation dan Review Technique) dan CPM (Critical Path Method) sangat
berguna dalam manajemen kontrol dari implementasi sistem pemenangan pemilu.

23

Langkah 5 : Tentukan efektivitas pelaksanaan (performance effectiveness).


Data mengenai proses dan hasil dari sistem yang berjalan selama dan
sesudah

pelaksanaan

dikumpulkan.

Hasil

pelaksanaan

(performance)

dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam


penilaian keperluan (needs assessment), dan penentuan terperinci mengenai
persyaratan-persyaratan yang diperoleh dari analisa sistem sebelumnya.
Perbedaan-perbedaan kalau ada, antara pencapaian sistem dengan persyaratanpersyaratan pencapaian kemudian dicatat. Ini merupakan data yang harus direvisi
dan dengan demikian memberikan kita informasi diagnostik yang akan
memungkinkan validasi revisi sistem.
Langkah 6 : Revisi sistem sesuai dengan keperluan.
Berdasarkan pencapaian dari sistem seperti yang ditunjukkan oleh data
hasil pencapaian, semua langkah sistem sebelumnya dapat dirubah dan suatu
system redesign job dilaksanakan bila perlu. Ciri koreksi dari pendekatan sistem
ini menjamin mutu yang praktis dan relevan. Suatu

sistem pemenangan pemilu

tidak pernah dianggap selesai, karena harus senantiasa dinilai mengenai :


1) Kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.
2) Kesesuain needs (keperluan) dan requirements (persyaratan) semula dengan
keadaan sekarang.
Beberapa Asumsi :
Suatu pendekatan sistem seperti yang digambarkan di sini merupakan suatu
aplikasi pemecahan masalah logis yang memungkinkan partai-partai politik untuk
merencanakan dan mengelola hasil pemilihan umum yang relevan dan praktis.
24

Needs harus diidentifikasikan dan didokumentasikan secara formil, dan


manajemen proses dimulai dari pedoman yang dapat diukur secara kuantitatif.
Kemudian kita harus mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan (requirements)
untuk memenuhi kebutuhan dan mengidentifikasikan strategi dan alat yang ada
sebelum strategi-strategi dan alat-alat benar-benar dipilih. Setelah persyaratanpersyaratan dan alternatif-alternatif diidentifikasi, alternatif-alternatif yang ada
dipilih, diperoleh, dilaksanakan, dinilai, dan direvisi. Jadi suatu pendekatan sistem
adalah suatu proses manajemen self-correcting.
Ini adalah suatu disain proses yang disusun secara logis, teratur,
sistematis, dan memungkinkan pembetulan-pembetulan dalam setiap langkahnya
(self-correcting). Perencana harus terbuka dan objektif dan hanya menggunakan
data yang valid dalam perencanaannya, implementasinya, dan evaluasinya.
Beberapa asumsi dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Needs dapat diidentifikasikan dan akhirnya dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif (measurable).
2) Kepercayaan masyarakat, dan bentuk kesempatan untuk mengabdi pada
masyarakat, serta rangsangan untuk tetap berada pada arah tujuan
mensejahterakan masyarakat.
3) Suatu pendekatan sistem terhadap pemecahan masalah pemenangan pemilu
akan menghasilkan efektifitas dan efisiensi yang secara kuantitatif lebih besar
dari pada hasil proses yang ada sekarang ini.

25

4) Kepercayaan masyarakat melalui suara yang diberikan dapat diperinci secara


kuantitatif, paling sedikit dengan indikato-indikator klasifikasi dari pandangan
dan sikap masyarakat yang diinginkan kepada partai politik.
5) Lebih

baik

mencoba-coba

mengkuantifikasikannya,

adanya

daripada

sesuatu

menyatakan

dan
secara

berusaha

untuk

non-kuantitatif

kemudian membiarkannya begitu saja.


6) Seringkali terdapat perbedaan antara harapan dan kenyataan.
7) Suatu pendekatan sistem self-correcting memiliki kegunaan yang lebih besar
daripada suatu open-loop process untuk mencapai pemenangan pemilu yang
responsif.
8) Tidak ada sistem atau prosedur yang sempurna. Suatu pendekatan sistem,
seperti juga cara-cara yang lain harus selalu dinilai dan dibandingkan dengan
alternatif-alternatif lain yang ada dan harus direvisi atau ditolak apabila ada
cara lain yang lebih responsif dan lebih bermanfaat.

26

BAB III
KONSEP PENGEMBANGAN BADAN PEMENANGAN PEMILU
DALAM TUBUH PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

3.1

Pemilihan Umum dan Sistem Kepartaian


Masalah pemilu tidak akan pernah bisa kita jumpai secara eksplisit

dalam UUD 1945. Apakah dengan demikian berarti bahwa pemilu itu merupakan
sesuatu yang inkonstitusional? Atau mungkin ekstrakonstitusional? Atau
nonkonstitusional? Pertanyaan kritis berikutnya dapat diajukan apakah yang
penting itu bunyi teks atau semangat? Menurut hemat kita, secara akal sehat,
kedua-duanya adalah penting. Teks tanpa disertai semangat adalah kosong,
sedangkan semangat tanpa adanya teks yang dianggap sebagai pegangan normatif,
ibarat tidak mempunyai struktur yang kasat mata, semuanya menjadi abstrak.
Pemilu itu lahir dari semangat egaliterisme. Apabila rasa persamaan di
antara manusia itu dihilangkan, maka hilang pulalah eksistensi pemilu. Pemilu itu
tidak akan pernah tumbuh di dalam sistem dan corak diktaturial, otokrasi, oligarsi
plutokrasi, militerisme, neptisme dan bahkan feodalisme. Kepahaman akan
perlunya pemilu disebabkan karena adanya prinsip bahwa kendati manusia di
dalam kenyataan sosialnya berbeda, namun secara asali dia adalah bersamaan
dalam hak dan kewajibannya. Oleh karena itu prinsip yang menyatakan bahwa
satu orang dewasa (manhood and adult suffrage) mempunyai satu hak suara (one
man one vote) adalah universal adanya.

27

Pemilu itu adalah sarana untuk melegalisasi tindakan berupa


kebijaksanaan dari penguasa, sehingga tindakan tersebut menjadi mendapatkan
yustifikasi dan pembenaran sesuai dengan aspirasi rakyat. Namun untuk itu
diperlukan jaminan bahwa proses kearah itu merupakan eleksi politik yang
berintegrasi melalui pemilu.
Pemilu apa pun tanpa sistem kepartaian yang sehat akan menjadi tidak
berarti. Sistem kepartaian ini antara lain berkenaan dengan masalah sehatnya
kompetisi atau persaingan dalam penyelenggaraan pemilu. Mumculnya partaipartai baru sebagai peserta pemilu memberikan penguatan terhadap esensi sifat
alternatif demokratis. Artinya bahwa melalui keragaman yang ditawarkan oleh
partai-partai politik yang ada, memungkinkan masyarakat untuk memilih
alternatif penyaluran aspirasinya dalam berdemokrasi melalui partai-partai yang
sesuai dengan karakteristik aspirasi dirinya.

3.2 Tinjauan Hasil Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008


Hasil Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 yang lalu, barangkali
semua orang telah mengetahuinya. Apa yang menjadi konsekuensi logisnya,
sekarang telah dimaklumi oleh semua pihak terutama partai-partai politik yang
banyak berperan dalam pengusungan calon-calon di dalamnya. Kendati demikian,
hal ini perlu disikapi secara lebih jauh oleh partai-partai politik dengan melakukan
evaluasi terhadap hasil dari pemilihan tersebut.

28

Barangkali tidaklah berlebihan bahwa hasil yang dicapai dalam


Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 dimana melaui pengusungan oleh
Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional sehingga kemudian
memberikan keberhasilan bagi Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf sebagai
pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, telah memberikan tonjokkan
dan peringatan besar bagi partai-partai besar lainnya bahwa proses pemilihan
melalui mekanisme demokrasi haruslah disikapi secara serius dengan membangun
sistem perencanaan yang efektif dan efisien.
Dominasi pengusungan oleh partai-partai politik tidak memberikan hasil
signifikan pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008. Hal ini
mengindikasikan bahwa telah tejadi kelemahan dalam sistem yang dibangun oleh
partai-partai untuk mencapai tujuan kemenangan pada pemilihan tersebut. Belum
ada penelitian yang dilakukan untuk membuktikan fakta atas kelemahan tersebut,
namun pada akhirnya hal ini haruslah disikapi secara arif dan bijaksana oleh
partai-partai politik dalam membangun sebuah sistem persiapan yang hebat dan
akurat guna menghadapi agenda demokrasi Pemilihan Umum 2009.
Dan pada akhirnya, sejarah akan membuktikan bahwa kemenangan
dalam memperoleh suara pada pemilihan umum akan bergantung pada
sejauhmana kesiapan yang dilakukan oleh partai-partai politik dalam menyusun
sistem perencanaan strategis guna meraih suara pada pemilihan umum. Ukuran
besar kecil, lama barunya partai-partai politik tidak akan banyak berpengaruh
banyak dalam pemilihan umum. Hanya persiapan yang sistematis dan langkahlangkah strategis kongkrit yang mampu memberikan kemenangan besar pada
29

partai politik dalam pemilihan umum dimana proses demokrasi tersebut


menjadikan sebuah pengujian sejauhmana partai-partai politik tersebut akan
mampu membangun sistem dan strategi jitu dalam meraih simpati dan suara yang
signifikan dari masyarakat dalam pemilihan umum

3.3

Konsep Pengembangan Badan Pemenangan Pemilu


Partai politik sebagai sebuah alat perjuangan dalam mencapai kekuasaan

yang berorientasi pada pemenuhan hak hidup dan kesejahteraan masyarakat,


haruslah menempatkan dirinya di tengah-tengah dinamika pola pikir dan aspirasi
yang berkembang dalam diri masyarakat. Perubahan cara berpikir masyarakat
mengenai politik dan kepartaian, haruslah diikuti oleh sifat responsif partai politik
dalam melihat sisi tersebut sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan
cara mengembangkan dirinya melalui pendekatan-pendekatan khusus yang
berujung pada raihan simpati masyarakat demi tercapainya kemenangan partai
dalam pesta demokrasi yang dinamakan pemilihan umum.
Kemenangan partai politik dalam pemilu, diindikasikan oleh perolehan
suara signifikan yang mampu mengantarkan partai politik menjadi alat perjuangan
rakyat dan berjuang atas nama rakyat demi terwujudnya kesejahteraan bersama
bangsa dan negara Indonesia. Visi dan misi yang ditetapkan oleh partai politik
sebagai karakteristik khusus alat perjuangannya, akan menjadi sebuah slogan
kosong andai partai politik tersebut tidak mampu berbicara banyak dan tidak
mampu menempatkan kadernya meraih kursi legislatif melalui pemilihan umum.

30

Untuk itulah, pengembangan partai politik perlu diperhatikan terutama


dalam rangka pemenangan partai di ajang pemilihan umum. Strategi jitu dan
analisa kongkrit mengenai pengaruh-pengaruh positif partai politik di tengahtengah masyarakat, perlu ditindaklanjuti dengan usaha keras dalam menciptakan
sistem perencanaan dalam pemenangan pemilu.
Salah satu strategi khusus dalam pemenangan pemilu adalah
mengembangkan konsep pemberdayaan lembaga atau badan pemenangan pemilu
dalam tubuh partai politik. Lembaga atau badan pemenangan pemilu merupakan
perangkat kelengkapan partai yang disiapkan secara khusus sebagai tim suksesi
partai guna mencapai kemenangan dalam pemilihan umum. Keberhasilan partai
politik dalam pemilihan umum akan sangat bergantung pada kinerja tim suksesi
partai dalam mengusahakan program-program dan strategi khusus yang disiapkan
untuk pemilihan umum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan badan
pemenangan pemilu dalam tubuh partai politik adalah sebagai berikut :
1) Sumber daya manusia merupakan titik utama yang harus diperhatikan dalam
pengembangan badan pemenangan pemilu, sehingga pemilihan orang-orang
yang menempati struktur badan ini haruslah orang-orang yang memiliki
integritas dan moralitas tinggi yang mampu bekerja demi kemenangan partai.
Disamping itu, perlu menempatkan kalangan profesional yang mampu bekerja
dalam menciptakan sistem perencanaan dan strategi yang jitu yang dapat
diaplikasikan secara efektif dan efisien dalam pemilihan umum.

31

2) Struktur badan pemenangan pemilu haruslah responsif terhadap dinamika


perkembangan yang ada di masyarakat. Untuk itu perlu pengkajian khusus
dalam memberikan ruang gerak bagi badan ini dengan cara memperkuat
bagian-bagian dari struktur badan melalui proses penambahan maupun
pengurangan yang berorientasi pada efisiensi dan efektifitas kinerja demi
terlaksananya tugas pokok dan fungsi badan ini untuk kemenangan partai pada
pemilihan umum.
3) Badan pemenangan pemilu bekerja melalui sistem perencanaan yang matang,
terukur, dan mampu memberikan alternatif-alternatif solusi permasalahan di
lapangan. Dengan demikian hasil akhir yang didapat merupakan refleksi dari
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam sistem perencanaan. Adapun
fungsi kontrol terhadap sistem, dibangun sebagai mekanisme logis yang
ditetapkan

guna

menanggulangi

permasalahan-permasalahan

yang

berkembang selama pelaksanaan pemilihan umum.


4) Pola jaringan kerja yang dibangun oleh badan pemenangan pemilu haruslah
terkoordinasi secara baik pada pelaksanaan pemilihan umum. Fungsi
koordinatif badan pemenangan pemilu haruslah mampu menjembatani alur
kebijakan partai dengan jaringan yang terbentuk sampai ke level yang
terbawah. Untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian informasi
maupun instruksi yang berkembang selama pelaksanaan pemilihan umum,
badan pemenangan pemilu haruslah menjadi media center bagi penyampaian
informasi dan hal-hal penting yang perlu disampaikan.

32

5) Badan pemenangan pemilu bekerja melalui sistem yang memungkinkan datadata

diolah

melalui

pendokumentasian.

analisa

Untuk

itu

dalam

bentuk

diperlukan

pencatatan

perangkat

maupun

teknologi

yang

mendukung pengolahan data sehingga menghasilkan bahan-bahan pendukung


dengan

tingkat

validitas

yang

akurat

bagi

perhitungan-perhitungan

penyusunan strategi jitu dalam pemilihan umum.


6) Fasilitas-fasilitas pendukung bagi terlaksananya efisiensi dan efektifitas kerja
badan pemenangan pemilu perlu mendapat perhatian penuh mengingat sistem
yang dibangun untuk keberhasilan dalam pemilihan umum akan bergantung
pada ketersediaan fasilitas-fasilitas pendukung demi tercapainya kemenangan
parati dalam pemilihan umum.

3.4

Model Struktur Badan Pemenangan Pemilu Kabupaten

Ketua Partai

Sekretaris

Bendahara

Badan Pemenangan
Pemilu Kabupaten

Badan Pemenangan
Pemilu Kecamatan

Badan Pemenangan
Pemilu Desa

33

Model Pengembangan Organigram Badan Pemenangan Pemilu

Ketua

Sekretaris

Bendahara

DIVISI

Analisa Data dan


Investigasi

Strategi dan
Pengembangan

Komunikasi dan
Informasi

Logistik Pemilu

Monitoring Wilayah

Kampanye Politik

Analisa Kebutuhan Personalia Bapilu dan Spesifikasi Keahlian

No

Jabatan

Jumlah
(orang)

Spesifikasi Keahlian

Ket

Memiliki kemampuan organisatoris,


cakap dalam memimpin, bijaksana,
bertanggung jawab, berdedikasi tinggi
dan memiliki integritas terhadap partai

Internal
Partai

Cakap dalam mengelola bagian


administrasi, surat-surat, pengarsipan,
dan kemampuan untuk
mengoperasikan computer

1 Internal
Partai & 1
Staf Ahli

Internal
Partai

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Cakap dalam pengelolaan keuangan,


memiliki tanggung jawab dan
moralitas tinggi dalam pengelolaan
keuangan, memiliki kemampuan dalam
mengoperasikan komputer

Analisa Data &


Investigasi

Memiliki kemampuan dalam


pengolahan serta analisa data,
investigasi dan penelitian lapangan

34

1 Internal
Partai & 3
Staf Ahli

No

Jabatan

Jumlah
(orang)

Spesifikasi Keahlian

Ket

Strategi &
Pengembangan

Memiliki kemampuan dalam


menyusun strategi dan teknis kerja
lapangan, cakap dalam menyusun
program dan pengembangan system

2 Internal
Partai & 2
Staf Ahli
1 Internal
Partai & 1
Staf Ahli

Komunikasi & Informasi

Cakap dalam membangun jaringan


komunikasi dan informasi, memiliki
kemampuan komunikasi dengan
masyarakat

Logistik Pemilu

Memiliki kemampuan dalam


pengelolaan dan inventarisasi barang

Internal
Partai

Monitoring Wilayah

Memiliki kemampuan supervisi dan


mengenal karakter wilayah, cakap
dalam melakukan komunikasi massa

Internal
Partai

Kampanye Politik

Memiliki wawasan politik, cakap


dalam retorika, menguasai psikologi
massa dan komunikasi massa

2 Internal
Partai & 2
Staf Ahli

Analisa Kebutuhan Staf Ahli dan Spesifikasi Akademik

No

Jabatan

Jumlah
(orang)

Spesifikasi Akademik

Ket

1
2
3
4
5

Sekretaris
Analisa Data dan
Investigasi
Strategi dan
Pengembangan
Komunikasi dan
Informasi
Kampanye Politik
Jumlah

D3 Sekretaris

S1/D3 Komputer, S1 Hukum

S1/D3 Ilmu Politik

D3 Public Relation ; S1/D3 Komputer

S1/D3 Ilmu Sosial & Politik

35

BAB IV
PE N UTU P

4.1

Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut :


1) Munculnya partai-partai baru sebagai peserta pemilu memberikan penguatan
terhadap esensi sifat alternatif demokrasi. Artinya bahwa melalui keragaman
yang ditawarkan oleh partai-partai politik yang ada, memungkinkan
masyarakat

untuk

memilih

alternatif

penyaluran

aspirasinya

dalam

berdemokrasi melalui partai-partai yang sesuai dengan karakteristik aspirasi


dirinya.
2) Melihat sisi pentingnya proses seleksi calon-calon yang dilakukan oleh partai
politik, maka perlu dibangun mekanisme dan strategi khusus dalam proses
seleksi calon-calon yang dilakukan oleh partai politik. Selain itu strategi
pemenangan Pemilu perlu mendapat perhatian penuh mengingat seberapa
hebat calon-calon yang mampu dihasilkan melalui proses seleksi yang ketat,
akurat dan terukur, hal ini tidak akan berarti ketika mereka tidak mampu
dihantarkan menuju kursinya di legislatif karena lemahnya strategi yang
dibangun oleh partai politik dalam meraih suara pada pemilihan umum.
3) Jika diterapkan konsep sistem pada organisasi, akan didapat suatu pengertian
yang

mengatakan

bahwa

sistem

adalah

komponen-komponen

yang

direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Definisi ini berisi
36

tiga bagian, yaitu : 1) adanya suatu maksud atau tujuan dengan dibentuknya
sistem tersebut, 2) adanya perencanaan atau suatu bangun dari komponenkomponen yang teratur, 3) masuknya informasi, energi dan bahan-bahan yang
dialokasikan untuk menjalankan rencana.
4) Perencanaan mempunyai dua fase, yaitu perencanaan strategis (strategic
planning) dan perencanaan operasional (operational planning). Dalam
perencanaan strategis kita memilih tujuan (objective), dan di dalam
perencanaan operasional kita menentukan logistik untuk mencapai tujuan dan
menentukan kriteria keberhasilan kita dengan menggunakan analisa sistem
(system analysis).
4) Salah

satu

strategi

khusus

dalam

pemenangan

pemilu

adalah

mengembangkan konsep pemberdayaan lembaga atau badan pemenangan


pemilu dalam tubuh partai politik. Lembaga atau badan pemenangan
pemilu merupakan perangkat kelengkapan partai yang di5) iapkan secara khusus sebagai tim suksesi partai guna mencapai
kemenangan dalam pemilihan umum. Keberhasilan partai politik dalam
pemilihan umum akan sangat bergantung pada kinerja tim suksesi partai
dalam mengusahakan program-program dan strategi khusus yang
disiapkan untuk pemilihan umum.
6) Sejarah akan membuktikan bahwa kemenangan dalam memperoleh suara pada
pemilihan umum akan bergantung pada sejauhmana kesiapan yang dilakukan
oleh partai-partai politik dalam menyusun sistem perencanaan strategis guna
meraih suara pada pemilihan umum. Ukuran besar kecil, lama barunya partai37

partai politik tidak akan berpengaruh banyak dalam pemilihan umum. Hanya
persiapan yang sistematis dan langkah-langkah strategis kongkrit yang mampu
memberikan kemenangan besar pada partai politik dalam pemilihan umum
dimana proses demokrasi tersebut menjadikan sebuah pengujian sejauhmana
partai-partai politik tersebut akan mampu membangun sistem dan strategi jitu
dalam meraih simpati dan suara yang signifikan dari masyarakat dalam
pemilihan umum.

4.2

Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan di atas, penulis

berkenan memberikan beberapa saran berikut ini :


1) Dalam memperkuat basis kekuatan politik, partai-partai baru hendaknya
membuka diri dengan merubah paradigma berpolitik dan berpartai, dimana
pola-pola lama yang mengedepankan sifat ekslusif dan cenderung egois
mempertahankan ideologi partainya hendaknya dikesampingkan dengan
membangun ikatan kesepahaman bersama partai lain dalam bentuk aliansi atau
kerjasama lintas partai.
2) Perubahan cara pandang terhadap partai dan pemilihan umum oleh
masyarakat, hendaknya disikapi secara positif oleh setiap partai politik dengan
cara mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi Pemilu 2009.
Membangun sistem persiapan pemilu hendaknya disikapi secara serius karena
kemenangan bukanlah hal mudah untuk diraih, perlu kerja keras dan strategi
jitu dalam meraih simpati dan kepercayaan masyarakat.
38

39

Anda mungkin juga menyukai