121910101051
Kelas B
METALORGI LOGAM COR PADA BAJA
Proses pengelasan yang melibatkan adanya pencairan di daerah sambungan, secara metalurgis akan
menghasilkan tiga daerah seperti terlihat pada gambar berikut :
dalam meningkatkan kekuatan logam apabila senyawa tsb muncul sebagai bagian dari fasa eutektik
atau tersebar merata dalam bentuk partikel halus.
Pada beberapa jenis baja paduan dan besi cor,keseluruhan aspek tsb diatas merupakan hal-hal yang
patut menjadi perhatian yang cermat dan akurat agar hasil pengelasan yang dilakukan dapat
menghasilkan sambungan yang baik dan memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dalam WPS.
Jadi apabila F11 disambungkan dengan SAE 304L ,misalnya menggunakan logam pengisi juga SAE
304L, maka di daerah Fusi di sisi F11 akan terjadi dilusi antara logam induk (F11) dengan logam
pengisi (SAE 304L). Untuk membantu menganalisis apakah pemilihan logam las dari jenis baja tahan
karat SAE 304L sudah tepat dan jenis fasa apa yang akan terjadi di daerah fusi di sisi F11 dapat
digunakan diagram Schaeffler yang sudah dimodifikasi oleh Schneider seperti terlihat pada gambar 2
Dengan memperhitungkan %Ni.eq dan %Cr.eq dari kombinasi komposisi yang akan terjadi di daerah
fusi dan menerapkannya pada diagram Schaeffler, tampak bahwa kombinasi komposisi F11 dan SAE
304L jatuh di daerah austenit. Jika hal seperti ini yang terjadi, maka pemilihan jenis logam las
maupun logam pengisi sudah tepat. Yang harus dihindari adalah apabila kombinasi komposisi
menghasilkan fasa Martensit. Keberadaan fasa martensit seringkali dikaitkan dengan masalah
kegetasannya. Namun yang paling berbahaya dari keberadaan martensit adalah bahwa
pembentukannya kadang-kadang diikuti dengan munculnya retak rambut (fissure) yang seringkali
sulit dideteksi dengan peralatan ultrasonic. Kalaupun terdeteksi seringkali dinyatakan sebagai minor
defect.
Analisis berikutnya adalah fenomena yang terjadi di daerah HAZ terutama di daerah interface antara
logam induk dengan logam cair. Jika Ni berdifusi, maka akibat adanya gradien kadar Ni maka
kombinasi komposisi di daerah tersebut akan menghasilkan martensit. Untuk mengatasi hal tsb
maka dilakukan proses pre heat yang besarnya harus diatas temperatur Ms dari kombinasi
komposisi yang menghasilkan martensit. Kemungkinan timbulnya retak yang tertunda (delay crack),
dapat juga di"ramal"kan dengan memperhitungkan suatu harga faktor yang dibuat oleh Miyano
dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Miyano mengatakan bahwa besarnya faktor dari hasil perhitungan diatas kurang dari 200, maka
tidak akan timbul retak. Namun apabila harganya diatas 200, maka pada suatu saat akan timbul
retak. Patokannya adalah makin besar faktor tsb, kemunculan retak semakin dekat.
Persamaan ini telah diadopsi oleh API pada bagian pembahasan tentang RBI (Risk Base Inspection)
dengan menyebut persamaan ini sebagai J-factor, namun harganya diubah bukan 200, melainkan
100.
4,3%C
: titik eutectoid
18%C
Garis A0
Garis A1
: garis temperature dimana terjadi austenite (gamma) menjadi ferrit dalam pendinginan
Garis A2
Garis A3 : garis temperature dimana terjadi perubahan ferit menjadi austenite(gamma) pada
pemanasan
Garis A
Garis E
Garis B
: garis yang menunjukkan kandungan karbon dari baja transformasi baja hypoeutectoid
Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperature yang berbeda dengan pendinginan lambat.
2. Temperature pembekuan dan daerah daerah pembekuan paduan Fe-C bisa dilakuka
pendinginan lambat
3.
4.
Batas-batas kelarutan atau atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa tertentu.
5.
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi, sifat allotropi dimiliki besi sendiri ada
3 yaitu:
1.
2.
3.
Transformasi allotropic pada besi, Fe(), Fe() dan Fe() terjadi secara difusi sehingga membutuhkan
waktu tertentu pada temperature konstan Karena reaksi mengeluarkan panas laten.