Anda di halaman 1dari 6

Radix Fahry

121910101051
Kelas B
METALORGI LOGAM COR PADA BAJA

Proses pengelasan yang melibatkan adanya pencairan di daerah sambungan, secara metalurgis akan
menghasilkan tiga daerah seperti terlihat pada gambar berikut :

Pada daerah logam las :


Terjadi proses pembekuan dari logam las (weld metal) atau logam pengsisi (filler metal). Fenomena
pembekuan akan memunculkan struktur dendritik yang kasar diiringi dengan timbulnya segregasi
sebagai akibat adanya laju pendinginan yang relatif cepat. Adanya pengkasaran ukuran butir dan
segregasi di daerah logam las akan menurunkan sifat mekanik. Penurunan sifat mekanik yang terjadi
jangan sampai melampaui sifat mekanik logam induk. Karena itu berdasarkan hal tsb dan mengingat
menurut standar bagian logam las tidak diperkenankan untuk gagal, maka untuk mengkompensasi
penurunan tsb dipilih kualitas mekanik logam las minimal 15% lebih tinggi dari sifat logam induk.
Disamping itu pada saat logam las membeku (bertransformasi fasa) senantiasa diiringi dengan
perubahan volume (dalam hal ini menyusut). Perubahan volume yang mengiringi transformasi fasa
merupakan cikal bakal timbulnya destorsi pada sambungan las bahkan menjadi cikal bakal timbulnya
retak (crack) baik retak yang timbul dengan segera maupun retak yang timbul berikutnya (delay
crack) baik di logam las (1) maupun di daerah yang dipengaruhi panas (3)

Daerah Fusi, yang kadang-kadang disebut juga sebagai dilusi :


Terjadi pencampuran antara logam las dan logam induk. Pada prinsipnya di daerah ini terjadi proses
pemaduan. Secara umum hasil dari suatu proses pemaduan dapat menghasilkan larutan padat,
senyawa atau campuran antara larutan padat dan senyawa yang akan memberikan perbedaan
terhadap sifat mekanik yang dimilikinya. Dalam praktek, keberadaan senyawa intermetalik yang
getas sangat tidak diinginkan apabila terbentuk di batas butir namun akan berperan sangat penting

dalam meningkatkan kekuatan logam apabila senyawa tsb muncul sebagai bagian dari fasa eutektik
atau tersebar merata dalam bentuk partikel halus.

Daerah yang dipengaruhi panas) :


Akan terjadi kombinasi antara pembentukan butir-butir yang kasar sebagai akibat terekpos pada
suhu tinggi dengan timbulnya transformasi fasa, dari fasa padat ke fasa padat yang lain. Menurut
Hall-Petch, pengkasaran butir akan menyebabkan kekuatan logam menurun sedangkan transformasi
fasa yang terjadi di daerah tersebut juga akan diiringi dengan perubahan volume. fenomena
metalurgi yang terjadi di daerah 3 menjadi sangat kompleks dengan adanya temperatur gradien.
Secara umum di daerah ini terjadi proses perlakuan panas dengan segala macam aspek yang
mempengaruhinya seperti tinggi dan lamanya temperatur pemanasan, laju pendinginan, termasuk
ada atau tidaknya pre heat dan post heat dan jenis fasa yang akan dihasilkannya. Perlu digaris
bawahi bahwa ketiga daerah tersebut akan selalu muncul pada saat menerapkan proses pengelasan
yang melibatkan adanya proses pencairan, baik pada saat mengelas logam yang sama (similar metal
welding) maupun pada saat mengelas dua logam yang berbeda (dissimilar metal welding).
Khusus pada saat mengelas dua jenis logam yang berbeda, aspek lain diluar fenomena metalurgi
yang perlu dipertimbangkan adalah :
1. Apakah perbedaan koefisien muai akan ber-pengaruh terhadap umur sambungan ?
2. Apakah korosi galvanik akan menjadi masalah ?

Pada beberapa jenis baja paduan dan besi cor,keseluruhan aspek tsb diatas merupakan hal-hal yang
patut menjadi perhatian yang cermat dan akurat agar hasil pengelasan yang dilakukan dapat
menghasilkan sambungan yang baik dan memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dalam WPS.

BEBERAPA CONTOH KASUS


Untuk menganalisis fenomena metalurgi seperti diuraikan diatas dapat dilihat pada contoh-contoh
pengelasan berikut :
1. Mengelas baja Cr-Mo dengan baja tahan karat austenitik Pada industri petrokimia seringkali
dijumpai baja CrMo, baik dari tipe ASTM A387 grade 11 (F11) maupun F12 (dissimilar) ;
disambungkan dengan baja tahan karat austenitik atau baja F11 disambungkan dengan baja F11
(similar).
Lazimnya pada kedua pengelasan tersebut seringkali menggunakan logam pengisi dari jenis baja
tahan karat austenitik atau dari jenis paduan Ni-Cr-Fe seperti paduan Incoloy 825 atau paduan
Inconel 625. Dari tabel 1 dapat dilihat komposisi baja F11, baja tahan karat austenitik SAE 304L,
Incoloy 825 dan Inconel 625 sebagai berikut :

Jadi apabila F11 disambungkan dengan SAE 304L ,misalnya menggunakan logam pengisi juga SAE
304L, maka di daerah Fusi di sisi F11 akan terjadi dilusi antara logam induk (F11) dengan logam
pengisi (SAE 304L). Untuk membantu menganalisis apakah pemilihan logam las dari jenis baja tahan
karat SAE 304L sudah tepat dan jenis fasa apa yang akan terjadi di daerah fusi di sisi F11 dapat
digunakan diagram Schaeffler yang sudah dimodifikasi oleh Schneider seperti terlihat pada gambar 2

Dengan memperhitungkan %Ni.eq dan %Cr.eq dari kombinasi komposisi yang akan terjadi di daerah
fusi dan menerapkannya pada diagram Schaeffler, tampak bahwa kombinasi komposisi F11 dan SAE
304L jatuh di daerah austenit. Jika hal seperti ini yang terjadi, maka pemilihan jenis logam las
maupun logam pengisi sudah tepat. Yang harus dihindari adalah apabila kombinasi komposisi
menghasilkan fasa Martensit. Keberadaan fasa martensit seringkali dikaitkan dengan masalah
kegetasannya. Namun yang paling berbahaya dari keberadaan martensit adalah bahwa
pembentukannya kadang-kadang diikuti dengan munculnya retak rambut (fissure) yang seringkali
sulit dideteksi dengan peralatan ultrasonic. Kalaupun terdeteksi seringkali dinyatakan sebagai minor
defect.
Analisis berikutnya adalah fenomena yang terjadi di daerah HAZ terutama di daerah interface antara
logam induk dengan logam cair. Jika Ni berdifusi, maka akibat adanya gradien kadar Ni maka
kombinasi komposisi di daerah tersebut akan menghasilkan martensit. Untuk mengatasi hal tsb
maka dilakukan proses pre heat yang besarnya harus diatas temperatur Ms dari kombinasi
komposisi yang menghasilkan martensit. Kemungkinan timbulnya retak yang tertunda (delay crack),
dapat juga di"ramal"kan dengan memperhitungkan suatu harga faktor yang dibuat oleh Miyano
dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Miyano mengatakan bahwa besarnya faktor dari hasil perhitungan diatas kurang dari 200, maka
tidak akan timbul retak. Namun apabila harganya diatas 200, maka pada suatu saat akan timbul
retak. Patokannya adalah makin besar faktor tsb, kemunculan retak semakin dekat.
Persamaan ini telah diadopsi oleh API pada bagian pembahasan tentang RBI (Risk Base Inspection)
dengan menyebut persamaan ini sebagai J-factor, namun harganya diubah bukan 200, melainkan
100.

Diagram fasa FE3C

Keterangan diagram Fe-Fe3C :


0,008%C : batas kelarutan minimum karbon pada ferit pada temperature kamar
0,025%C : batas kelarutan maksimum karbon pada ferit padatemperatur 723oC
0,083%C : titik eutectoid
2%C

: batas kelarutan pada besi delta pada temperature 1130oC

4,3%C

: titik eutectoid

18%C

: batas kelarutan pada besi delta pada temperature 1439oC

Garis A0

:garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic dari sementit

Garis A1

: garis temperature dimana terjadi austenite (gamma) menjadi ferrit dalam pendinginan

Garis A2

: garis termperatur dimana terjadi transformasi magnetic pada ferit

Garis A3 : garis temperature dimana terjadi perubahan ferit menjadi austenite(gamma) pada
pemanasan
Garis A

: garis yang menunjukan kandungan karbon dan transformasi baja hypoeutectoid

Garis E

: garis yang menunjukan transformasi baja eutectoid

Garis B

: garis yang menunjukkan kandungan karbon dari baja transformasi baja hypoeutectoid

Garis liquidus: garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan(pembekuan)


Garis solidus: garis yang menunjukan batas antara austenite solid dan austenite liquid.

Transformasi pada diagram fasa Fe-Fe3C


Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami struktur mikro dan sifatsifat baja karbon. Suatu jenis logam paduan besi (Fe) dan karbon (C). diagram fasa Fe-Fe3C juga
merupakan dasar pembuatan baja dan besi cor dalam pembuatan logam. Karbon larut didalam besi
dalam bentuk larutan padat(solid solution) hingga 0,05% berat pada temperature ruangan. Pada
kadar karbon lebih dari 0,055 akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk hard intermetallic
stoichiomater compound(Fe3C)yang lebih dikenal sebagai cementi atau karbid. Dari diagram fasa
tersebut dapat diperoleh informasi-informasi penting lain antara lain:
1.

Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperature yang berbeda dengan pendinginan lambat.

2. Temperature pembekuan dan daerah daerah pembekuan paduan Fe-C bisa dilakuka
pendinginan lambat

3.

Temperature cair masing-masing paduan

4.

Batas-batas kelarutan atau atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa tertentu.

5.

Reaksi reaksi metalurgi yang terbentuk.

Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi, sifat allotropi dimiliki besi sendiri ada
3 yaitu:
1.

Delta iron()mampu melarutkan karbon max 0,1% pada 1500oC

2.

Gamma iron()mampu melarutkan karbon max 2% pada 1130oC

3.

Alpha iron() mampu melarutkan karbon max 0,025% pada 723oC

Transformasi allotropic pada besi, Fe(), Fe() dan Fe() terjadi secara difusi sehingga membutuhkan
waktu tertentu pada temperature konstan Karena reaksi mengeluarkan panas laten.

Anda mungkin juga menyukai