Anda di halaman 1dari 8

STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES)

PADA PROSES PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA KULIT


MARMUT (Cavia Cobaya)
Fuad Ama1), Achmad Arifin2), Djoko Legowo3)
Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: fuad.ama2010@gmail.com
luka. Yang perlu dikaji selanjutnya adalah
Abstrak- Pada studi sebelumnya telah kuantitas pemberian terapi yang memberikan
dibandingkan proses penyembuhan luka pada hasil optimal.
hewan marmut sebagai subyek. Masingmasing subyek dengan satu luka dan dengan
luas luka awal yang sama. Subyek dibagi atas Kata kunci: penyembuhan luka, stimulasi
elektrik (ES).
dua kelompok. Satu kelompok diberi terapi
stimulasi elektrik dan kelompok yang lain
tidak. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
1. PENDAHULUAN
terjadi proses percepatan penyembuhan luka
Tubuh mempunyai sistem bioelektrik
untuk kelompok dengan perlakuan terapi yang dapat mempengaruhi penyembuhan
stimulasi elektrik. Pada penelitian ini telah luka, perbaikan sel yang rusak dan mengubah
dilakukan eksperimen untuk mengetahui permeabilitas membran sel. Pada kulit yang
pengaruh
stimulasi
elektrik
pada mengalami luka, diketahui terdapat arus
penyembuhan luka. Enam ekor marmut telah lemah yang terukur antara kulit dan jaringan
digunakan sebagai subyek. Pada setiap yang lebih dalam, yang kemudian disebut
subyek dibuat dua luka kiri dan kanan pada dengan current of injury (arus luka). Fakta
punggung belakang. Luka kanan diberi empirik adanya current of injury pada daerah
perlakuan stimulasi elektrik dan luka kiri luka inilah yang menjadi landasan pemikiran
dibiarkan sembuh alami. Luka kiridigunakan untuk menerapkan stimulasi elektrik dalam
sebagai referensi proses penyembuhan dari usaha
untuk
mempercepat
proses
masing-masing s ubyek. Eksperimen telah penyembuhan luka [3].
dilakukan pada 6 hewan marmut. Stimulasi
Luka didefinisikan suatu kerusakan
elektrik berupa pulsa dengan frekuensi 20 integritas epithel dari kulit [2] atau definisi
Hz, lebar 200 sec, amplitudo 30 volt. yang lain terputusnya kesatuan struktur
Pemberian stimulasi elektrik dilakukan anatomi normal dari suatu jaringan akibat
dengan durasi 30 menit, satu kali sehari, suatu trauma atau rusaknya sebagian jaringan
selama 28 hari. Hasil yang diperoleh dari tubuh [6].
pemeriksaan histopatologi menunjukkan
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk
percepatan penyembuhan pada luka dengan proses usaha untuk memperbaiki kerusakan
perlakuan
terapi
stimulasi
elektrik. yang terjadi. Pertumbuhan pembuluh darah
Percepatan rata-rata total dari perlakuan adalah proses penting awal penyembuhan di
stimulasi elektrik sebesar 1.5 dari perlakuan tempat luka untuk meningkatkan aliran darah
tanpa stimulasi elektrik. Percepatan itu terdiri [10]. Fibroblas jaringan ikat fibrous adalah
dari: 1.27 percepatan pembentukan lapisan sel yang bertanggung jawab untuk sintesa
jaringan epitel, 1.27 percepatan pada densitas kolagen [9].
kolagen, 1.04 percepatan pembentukan
Hasil eksperimen sebelumnya telah
pembuluh darah baru dan 3 kali percepatan menghasilkan penetapan durasi 30 menit
keteraturan jaringan kolagen. Dari hasil dengan amplitudo sekitar (25-30) volt.
eksperimen dapat disimpulkan bahwa terapi Pemberian ES sebagai terapi pengobatan
stimulasi elektrik pada luka dapat tambahan secara konvensional [1]. Dan
memberikan percepatan proses penyembuhan pemberian
stimulasi
elektrik
dapat

mempengaruhi penyembuhan dengan hasil


terapi penyembuhan luka dengan prediksi
penyembuhan dua kali lebih cepat dari yang
tanpa terapi stimulasi elektrik, dan percobaan
ini dilakukan pada hewan coba yang berbeda
[7].
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui perbedaan pengaruh stimulasi
elektrik (ES) terhadap proses penyembuhan
luka pada kulit marmut melalui pemeriksaan
histopatologi.
STIMULASI ELEKTRIK
Stimulasi elektrik adalah merupakan
transfer energi ke luka dengan penggunaan
arus elektrik dan menempatkan elektroda
disekitar luka sehingga arus elektrik mengalir
melewati
luka
untuk
percepatan
penyembuhan luka. Penggunaan stimulasi
elektrik ini adalah sebagai pengobatan
tambahan untuk penyembuhan luka yang
telah dikemukakan beberapa tahun sejak
dikenalkan bahwa kulit mempunyai medan
elektrik dan kehadiran luka mengganggu
medan elektrik ini [4].
Penyusunan
elektroda
dapat
mempengaruhi distribusi medan elektrik pada
luka. Pada penelitian klinis stimulasi elektrik
untuk proses percepatan penyembuhan luka,
dan ada 2 model penyusunan elektroda yang
digunakan yaitu model DC+ dan DC+/-.
Kedua model ini menghasilkan distribusi
medan elektrik yang berbeda dalam jaringan
yang distimulasi.

peradangan, yang dikarakteristikkan dengan


lima tanda utama, yaitu be ngkak (swelling),
kemerahan (redness), panas (heat), nyeri
(pain) dan kerusakan fungsi (impaired
function).
Proses
penyembuhan
luka
merupakan proses biologis yang dinamis
dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan
integritas jaringan serta meliputi berbagai
mekanisme yang kompleks yaitu, proses
pembekuan
darah,
proses
inflamasi,
proliferasi sel, koagulasi,
fibroplasia,
epitelisasi, kontraksi, pembentukan pembuluh
darah baru (angiogenesis), dan rekonstruksi
matriks ekstrasel atau repair and remodeling.
Interaksi faktor-faktor pertumbuhan dan sel
epitel fibroblas dan sel endotel berperan
penting dalam proses biologis penyembuhan
luka. Penilaian proses penyembuhan luka
dapat juga dilakukan dengan pengukuran luas
permukaan, kedalaman, volume dan tampilan
klinis seperti granulasi dan eksudat luka.

Gambar 2. Penyembuhan luka normal


[Robert F, 2004]

Secara garis besar proses penyembuhan


luka dibagi tiga fase: fase inflamasi, fase
proliferasi dan fase maturasi (fase epithelisasi
dan
remodelling).
Umumnya
proses
penyembuhan luka normal dibagi dalam tiga
tahap ditunjukkan pada Gambar 2.
Fase biologis penyembuhan luka[Robert F,
2004]:
Gambar 1 Model penyusunan elektroda pada
1. Fase inflammasi, yaitu tahap peradangan
luka [8]
luka, bengkak dan nyeri berwarna merah.
Segera setelah timbulnya luka terjadi
Proses Penyembuhan Luka
vasokonstriksi lokal yang menghentikan
Tubuh secara normal akan merespon pendarahan dan darah dalam luka membeku.
atas terjadinya cedera dengan serangkaian Setelah 5-10 menit tahap inflammasi akut
proses yang disebut dengan respon mulai terjadi kemudian sesudah itu lekosit

dalam waktu 2-3 hari jelas terlihat pada luka


dan
menunjukkan
mulai
proses
penyembuhan. Pada fase inflamasi terjadi
respons vaskuler dan seluler yang terjadi
akibat luka pada jaringan lunak. Tujuan yang
hendak dicapai adalah menghentikan
perdarahan dan membersihkan area luka dari
benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan
dimulainya
proses
penyembuhan. Pada awal phase ini,
kerusakan
pembuluh
darah
akan
menyebabkan keluarnya platelet yang
berfungsi
dalam
proses
hemostasis
(pembekuan darah).
2. Fase proliferasi, yaitu tahap pertumbuhan
sel-sel jaringan di tempat luka. Pada luka
ada krusta sebagai hasil serum yang
mengering berwarna kuning-hitam. Setelah 2
hari tahap inflammasi, kolagen dikeluarkan
dan dimulai proses ikatan dan proses ke arah
penggabungan yang kuat antara tepi luka.
Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi
sehat berwarna merah muda membentuk
dasar untuk menyokong dan memberi makan
epitelium yang meluas. Angiogenesis suatu
proses pembentukan pembuluh kapiler baru
didalam luka, mempunyai arti penting pada
tahap proliferasi proses penyembuhan luka.
Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis
merupakan
proses
terintegrasi
dan
dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan
oleh platelet dan makrofag (growth factors).
3. Fase epithelisasi dan remodeling
(Penyudahan), yaitu tahap pertumbuhan
jaringan kulit (epitel) dan perbaikan menuju
seperti kulit semula. Krusta lepas dan sudah
tumbuh jaringan epitel untuk menjadi seperti
kulit semula. Kontraksi luka adalah proses
penyempitan luka yang disebabkan oleh
miofibroblast yang terdapat di seluruh tubuh
terutama terpusat di sekitar luka. Pada luka
kulit akan sembuh dengan baik dalam
waktu 2 sampai 3 minggu, luka fasia
abdomen akan rapat dalam waktu 6 minggu
tetapi tetap terus berkembang semakin erat
selama 6 bulan, tendo atau ligamentum
membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 3
bulan dan berakhir sampai kurang lebih 12
bulan

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya, dimulai bulan April 2010 hingga
Februari 2011. Selanjutnya bisa lihat diagram
blok penelitian (gambar 1).

Gambar 3. Diagram Blok Penelitian


1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian menggunakan hewan
coba marmut jantan sebanyak 24 ekor dengan
umur 6-7 bulan dan berat badan berkisar
antara 600-650 gram. Terapi menggunakan
stimulasi elektrik gelombang kotak, frekuensi
20Hz, dan lebar pulsa 200s.
2. Alat Stimulasi Elektrik (ES)
Salah satu model karakteristik stimulasi
elektrik (ES) yang dikembangkan di
Laboratorium Sendai di Jepang adalah
sebagai berikut:
1. Berbentuk impuls, dengan lebar pulsa
sebesar 200 s.
2. Frekuensi sinyal sebesar 20 Hz.
3. Besar arus yang diijinkan maksimum 60
mA.
4. Amplitudo tegangan DC sebesar (0100)V
bergantung karakteristik subyek.
5. Mode monophasic signal (sinyal tunggal
polaritas).

Sinyal stimulasi elektrik (Gambar 2)


dapat ditarik kesimpulan sinyal ES berupa
sinyal impuls. Dengan melihat karakteristik
sinyal ES tersebut dapat didesain sebuah
rangkaian elektronika. Rangkaian elektronika
ini harus dapat mengeluarkan sinyal bentuk
impuls dengan ketentuan yang ada, juga
dapat menghasilkan tegangan maksimum
100VDC.

Gambar 2. Model Sinyal ES.


Dua buah elektroda diletakkan 1 cm
di sekitar luka sehingga arus listrik mengalir
melalui luka. Mode peletakan elektroda
adalah DC+/- ditunjukkan pada Gambar 3.
Pada hewan coba untuk setiap perlakuan
merupakan penelitian awal yang bertujuan
untuk melihat kecenderungan perilaku
percepatan proses penyembuhan luka
terhadap penggunaan stimulasi elektrik.

elektrik. Hewan coba diberi luka jenis luka


dalam (full thickness) stadium I II, dengan
pemberian durasi konsisten 30 menit on
perhari.
Sebelum dilukai rambut pada kulit
dibersihkan terlebih dahulu, dan selanjutnya
marmut dilakukan operasi oleh dokter hewan
untuk dilukai. Operasi dilakukan pada
marmut pada bagian punggung belakang
kanan dan pada bagian punggung belakang
kiri, operasi luka dimulai kulit sampai ke
dermis, dengan ukuran luka operasi yaitu:
panjang 1cm kali lebar 1cm dan kedalaman
3 mm. Setelah operasi luka selesai maka kita
menunggu hewan marmut sampai sadar
kembali dari pembiusan operasi. Pada
eksperimen kedua ini dosis pemberian
stimulasi elektrik dilakukan pada luka marmut
dipunggu belakang sebelah kanan diterapi
stimulasi elektrik dengan amplitudo tegangan
30 volt dan selama 30 menit/hari sekali
selama 28 hari. Setelah hari yang ke 28
dilakukan pengambilan kulit yang sudah
mulai mengering dari masing-masing luka
kulit perlakuan maupun luka kulit kontrol,
untuk pengujian pada 6 hewan coba marmut
(M) secara histopatologi, hasil skor rata-rata
bisa dilihat pada tabel 1. Nilai proses
kesembuhan luka berdasarkan jaringan epitel
(EP), densitas jaringan ikat kolagen (DK), dan
jaringan pembuluh darah baru atau angiogenesis
(AG), maturasi (MT), dan imflamasi (IM).
Tabel 1. Hasil Skoring Penyembuhan Luka

Eksperimen
Skor

Gambar 3. Peletakan elektroda

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

M
M1L
M1R
M2L
M2R
M3L
M3R
M4L
M4R
M5L
M5R
M6L
M6R

EP

DK

AG

MT

IM

1
3
3
3
1
1
3
3
1
1
2
3

4
7
6
7
4
6
6
7
6
7
4
4

8
9
9
9
9
9
9
8
8
9
8
9

0
10
0
10
0
10
10
10
10
10
0
10

11
11
11
11
11
0
11
11
11
11
11
11

Hasil Histopatologi Eksperimen


Pengujian eksperimen ini hanya
menggunakan satu ekor marmut dengan dua
luka. Sedangkan dalam eksperimen ini
dilakukan pada hewan coba marmut jantan
berumur (6-7) bulan dengan bobot (600650)
gr, eksperimen kedua dengan menggunakan 6
ekor marmut untuk melanjutkan eksperimen
dengan membandingkan hasil terapi stimulasi
elektrik dengan tanpa terapi stimulasi Keterangan :

Rata2
Skor
4.8
8.0
5.8
8.0
5.0
5.2
7.8
7.8
7.2
7.6
5.0
7.4

M1L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik


(Kontrol) dari marmut dengan dua luka
M1R: Kelompok yang distimulasi elektrik
(Perlakuan) dari marmut dengan dua luka
M2L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik
(Kontrol) dari marmut dengan dua luka
M2R: Kelompok yang distimulasi elektrik
(Perlakuan) dari marmut dengan dua luka
M3L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik
(Kontrol) dari marmut dengan dua luka
M3R: Kelompok yang distimulasi elektrik
(Perlakuan) dari marmut dengan dua luka
M4L : Kelompok tanpa stimulasi elektrik
(Kontrol) dari marmut dengan dua luka
M4R: Kelompok yang distimulasi (Perlakuan)
dari marmut dengan dua luka
M5L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik
(Kontrol) dari marmut dengan dua luka
M5R: Kelompok yang distimulasi (Perlakuan)
dari marmut dengan dua luka
M6L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik
(Kontrol) dari marmut dengan dua luka
M6R: Kelompok yang distimulasi (Perlakuan)
dari marmut dengan dua luka

basal (a), spinosum (b), granulosum (c) dan


lapisan corneum (d) (Gambar 4.9).

Gambar 4.9. Lapisan epidermis kulit normal.

Lapisan dermis terletak di bawah


lapisan epidermis. Lapisan ini merupakan
bagian kulit paling tebal yang dibentuk oleh
jaringan ikat padat tidak teratur. Jaringan ikat
penyusun lapisan dermis terutama didominasi
oleh sabut kolagen, selain sabut elastis dan
retikuler. P ada lapisan dermis terdapat
banyak pembuluh darah (panah) serta adnexa
kulit meliputi folikel rambut (fr), kelenjar
Setelah operasi luka selesai maka kita keringat, kelenjar lemak dan kelenjar mamae
menunggu hewan marmut sampai sadar (tiga bagian terakhir tidak tampak pada slide
kembali dari pembiusan operasi. Pada ini. (Gambar 4.10).
eksperimen kedua ini dosis pemberian
stimulasi elektrik dilakukan pada luka marmut
dipunggu belakang sebelah kanan diterapi
stimulasi elektrik dengan amplitudo tegangan
30 volt dan selama 30 menit/hari sekali
selama 28 hari. Setelah hari yang ke 28
dilakukan pengambilan kulit yang sudah
mulai mengering dari masing-masing luka
kulit perlakuan maupun luka kulit kontrol,
untuk
dilakukan
pengujian
secara
Gambar 4.10. Lapisan dermis kulit
histopatologi dan hasilnya skor rata-rata bisa
normal.
dilihat pada tabel 4.2. Nilai proses
kesembuhan luka berdasarkan jaringan epitel,
densitas jaringan ikat kolagen (serabut kolagen), Sabut- kolagen (panah) pada lapisan dermis
dan jaringan pembuluh darah baru, maturasi, dan nampak berwarnah epsinofilik dengan arah
yang tidak teratur (Gambar 4.11).
imflamasi.
Lapisan epidermis merupakan bagian
terluar dari kulit yang dibentuk oleh sel-sel
keratinosit. Berdasarkan letaknya, lapisan selsel keratinosit dibedakan menjadi lapisan

Gambar 4.11 Sabut kolagen penyusun lapisan


dermis.

1. Gambar Mikroskopis Marmut pertama


Proses penyembuhan pada marmut 1
dilakukan pemeriksaan histopatologi pada
hari ke 28 dan dari Gambar A dan B masingmasing menunjukkan lapisan epidermis dan
dermis pada luka yang tidak distimulasi
elektrik dari kelompok (L). Sementara itu,
Gambar C dan D masing menunjukkan
lapisan epidermis dan dermis pada luka yang
mendapat stimulasi elektrik dari kelompok
(R). Nampak bahwa proses reepitalisasi dari
keduanya berbeda dimana pada kelompok 1R
(Gambar C) berjalan baik dengan skor 3,
sedangkan kelompok 1L (Gambar A)
mempunyai skor 1, namun demikian proses
maturisasi jaringan ikat pada lapisan dermis
keduanya berbeda, dimana pada ke lompok
1R (Gambar D) jaringan ikat pada lapisan
dermisnya didominasi oleh sabut kolagen
yang tebal, sedangkan kelompok 1L (Gambar
B) disusun oleh sabut elastis yang lebih
halus, demikian juga jumlah pembuluh darah
baru pada kelompok 1R berjalan baik dengan
skor 9, sedangkan kelompok 1L mempunyai
jumlah pembuluh darah baru dengan skor 8
(lihat Gambar 4 dan Gambar 5).

Gambar 4. Perbandingan proses


penyembuhan pada marmut 1

2.Gambar Mikroskopis Marmut Kedua


Proses penyembuhan pada marmut 2
dilakukan pemeriksaan histopatologi pada
hari ke 28 da n perbandingan proses
penyembuhan pada perlakuan 2. Gambar E
dan F masing-masing menunjukkan lapisan
epidermis dan dermis pada luka yang tidak
mendapat stimulasi elekterik dari kelompok
2 (2L) . Sementara itu, gambar G dan H
masing menunjukkan lapisan epidermis dan
dermis pada luka yang mendapat stimulasi
elekterik dari kelompok 2 ( 2R). Nampak
bahwa proses reepitalisasi
dari kedua
kelompok tersebut berjalan baik dengan skor
sama 3, namun demikian proses maturisasi
jaringan ikat pada lapisan dermis keduanya
berbeda, dimana pada kelompok 2R (gambar
H) jaringan ikat pada lapisan dermisnya
didominasi oleh sabut kolagen (panah putih)
yang tebal, sedangkan kelompok 2L (gambar
F) disusun oleh sa but elastis (panah hitam)
yang lebih halus (lihat Gambar 4.14 dan
Gambar 4.15).

kolagen sebesar 1.27 dari luka kulit kontrol,


percepatan angeogenesis (pembuluh darah
baru) sebesar 1.78 dari luka kulit kontrol,
percepatan densitas jaringan ikat kolagen,
dan keteraturan struktur jaringan ikat kolagen
(maturasi) sebesar 3 kali dari luka kulit
kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 4.14. Perbandingan proses


penyembuhan pada marmut 2.

M
1
2
3
4
5
6
Rata2
SD
CV

Pembahasan
Hasil
Histopatologi
Eksperimen Kedua
Dari data dan tabel hasil eksperimen kedua
dapat dibuat tabel rekap sebagai beikut;
Tabel 4.7a. Rekap Perhitungan Hasil Data
Histopatologi
Densitas
Epitelisasi
Kolagen
Angiogenesis
L
R
L
R
L
R
1
3
4
7
8
9
3
3
6
7
9
9
1
1
4
6
9
9
3
3
6
7
9
8
1
1
6
7
8
9
2
3
4
4
8
9
1,83
2,33
5,00
6,33 8,50 8,83
0,98
1,03
1,10
1,21 0,55 0,41
53,6% 44,3% 21,9% 19,1% 6,4% 4,6%
Kesimpulan
Dari penelitian terhadap hewan coba
marmut (cavia cobaya) tentang pengaruh
terapi stimulasi elektrik (ES) pada proses
penyembuhan luka kulit marmut dapat ditarik
kesimpulan rata-rata skor pada hari ke 28
nilai skor rata-rata marmut luka sebelah
kanan yang diterapi stimulasi elektrik
menunjukkan percepatan penyembuhan lebih
besar dari luka sebelah kiri tanpa stimulasi
elektrik sebesar 1.2 dengan rincian tiap
unsurnya; percepatan pembentukan jumlah
lapisan jaringan epitel sebesar 1.27 dari
jumlah lapisan epitel pada luka kulit kontrol,
percepatan pembentukan jumlah densitas

[1] Aleksandra J, Renata Karba, (1994),


"Low Frequency Pulsed Current and
Pressure
Ulcer
Healing",IEEE
transactions
on
Rehabilitation
Engineering, Vol.2 No.4, hal. 225-233.
[2] Brown DL. Wound. In: In: Brown DL,
Borschel GH, editors. Michigan Manual
of Plastic Surgery. 1st ed. Philadelphia,
USA:
Lippincott
Williams
&
Wilkins;2004.p.1-9
[3] Carrie Sussman, (1998), Electrical
Stimulation for Wound Healing, Wound
Care Collaborative Practice Manual for
Therapists and Nurses chapter 16, Place
Torrance.
[4] Cigna Health Care Coverage Position
(2007), Electrical Stimulation for
Wound Healing, Coverage Position
Number: 0351.
[5] Enoch S, Price P. Cellular, molecular,
and biochemical differences in the
pathophysiology of healing between
acute wounds, chronic wounds and
wounds in the aged. World Web Wound
(serial online) 2007 (cited April 8, 2007).
Available from URL: HYPERLINK
http//www.worldwebwound.com
[6] Rahmawati, dkk, Pengaruh Stimulasi
Listrik Terhadap Pembuluh Darah Dan
Jaringan Ikat Fibrous Penyembuhan
Luka, Makalah Poltek Malang, 2009.
[7] Renata Karba, at all, Dc electrical
stimulation for chronic wound healing
enhancement, Bioelectrochemistry
and Bioenergetics, no. 43, 1997, hal.
265-270.
[8] Robert F. Diegelmann at all,
(2004),
Wound
healing:
an
overview of acute, fibrotic and
delayed healing, Frontiers in
Bioscience, no. 9, hal. 283-289.

[9]

Robbins,
Basic
Prentice Hall, 2005.

Pathology,

Anda mungkin juga menyukai