Anda di halaman 1dari 10

RETARDASI MENTAL

DEFINISI
Menurut PPDGJ III, Retardasi Mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan
atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Berdasarkan American Association on Mental Retardation, definisi Retardasi mental
merujuk kepada keterbatasan substansial pada fungsi. Ditandai dengan secara signifikan fungsi
intelektual dibawah rata-rata, muncul bersamaan dengan keterbatasan pada dua atau lebih area
keterampilan adaptif: komunikasi, merawat-diri, hidup dirumah, kemampuan sosial, penggunaan
komunikasi, kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, waktu luang, dan kerja.
KLASIFIKASI
PPDGJ III mengklasifikasikan Retardasi Mental, sebagai berikut.

Retardasi Mental Ringan


Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 sampai 69
menunjukkan retadasi mental ringan. Retardasi mental ringan mungkin tidak terdiagnosis
sampai anak yang terkena memasuki sekolah, karena keterampilan sosial dan
komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi, saan anak
menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk
berpikir abstrak dan egosentrik mungkin menbedakan dirinya dari anak lain dalam
usianya. Walaupun orang retardasi mental ringan mampu dalam fungsi akademik pada
tingkat pendidikan dasar dan keterampilan kejujurannya adalah memadai untuk
membantu dirinya sendiri dalam beberapa kasus, asimilasi sosial mungkin sulit. Defisit
komunikasi, harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin masuk ke dalam relatif
tidak adanya spontanitas sosialnya. Beberapa orang retardasi ringan mungkin masuk ke
dalam hubungan dengan teman sebaya yang mempergunakan kelemahannya. Pada
sebagian besar kasus, orang dengan retardasi mental ringan dapat mencapai suatu tingkat
keberhasilan sosial dan kejuruan dalam lingkungan yang mendukung.

Retardasi Mental Sedang


IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49. Kemungkinan didiagnosis pada
usia yang lebih muda dibandingkan retardasi mental ringan karena keterampilan
komunikasi berkembang lebih lambat pada orang terretardasi sedang, dan isolasi sosial
dirinya mungkin dimulai pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Walaupun pencapaian
akademik biasanya terbatas pada pertengahan tingkat dasar, anak yang teretardasi sedang
mendapatkan

keuntungan

dari

perhatian

individual

yang

dipusatkan

untuk

mengembangkan keterampilan menolong diri sendiri. Anak-anak dengan retardasi mental


sedang menyadari kekurangannya dan sering kali merasa diasingkan oleh teman
sebayanya dan merasa frustasi karena keterbatasannya. Mereka terus membutuhkan
pengawasan yang cukup tetapi dapat menjadi kompeten dalam pekerjaan yang dilakukan
dalam kondisi yang mendukung.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada kebanyakan penyandang retardasi
mental sedang. Autism masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya
terdapat pada sebagian kecil kasus dan mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis
dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi dan disabilitas neurologik dan fisik
juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan penyandang retardasi mental sedang mampu
berjalan tanpa bantuan. Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena
tingkat perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan
harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya.

Retardasi Mental Berat


IQ biasanya bedara dalam rentang 20 sampai 34. Biasanya jelas pada tahun-tahun
prasekolah, karena bicara anak yang terkena adalah terbatas, dan perkembangan
motoriknya adalah buruk. Suatu perkembangan bahasa dapat terjadi pada tahun-tahun
usia sekolah, pada masa remaja, jika bahasa adalah buruk, bentuk komunikasi nonverbal
dapat berkembang. Kemampuan untuk mengartikulasikan dengan lengkap kebutuhannya
dapat mendorong cara fisik berkomunikasi. Pendekatan perilaku dapat membantu
mendorong suatu tingkat perawatan diri sendiri, walaupun orang dengan retardasi mental
berat biasanya memerlukan pengawasan yang luas.

Terdapatnya etiologi organik, kondisi yang menyertainya dan tingkat prestasi


yang rendah. Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan
motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertai, menunjukkan adanya kerusakan
atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.

Retardasi Mental Sangat Berat


IQ biasanya dibawah 20. Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat
memerlukan pengawasan yang terus menerus dan sangat terbatas dalam keterampilan
komunikasi dan motoriknya. Pada masa dewasa, dapat terjadi suatu perkembangan
bicara, dan keterampilan menolong diri sendiri yang sederhana dapat dicapai. Walaupun
pada masa dewasa, perawatan adalah diperlukan.
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti perintah
dasar dan mengajukan permohonan sederhana. Keterampilan visuo-spesial yang paling
dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dipercaya, dan
dengan pengawasan dan petunjuk yang tepatpenderita mungkin dapat sedikit ikut
melakukan tugas praktis dan rumah tangga. Suatu etiologi organic dapat di-identifikasi
pada sebagian besar kasus. Biasanya ada disabilitas neurologikk dan fisik lain yang berat
yang mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsy dan hendaya daya lihat dan daya dengar.
Sering ada gangguan perkembangan pervasive dalam bentuk sangat berat khususnya
autism yang tidak khas (atypical autism), terutama pada penderita yang dapat bergerak.

Retardasi Mental Lainnya


Hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai
procedure biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan
sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu tuli, dan penderita yang perilakunya terganggu
berat atau fisiknya tidak mampu.

Retardasi Mental YTT


Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

ETIOLOGI
Faktor-faktor yang berpotensi sebagai penyebab Retardasi Mental, antara lain:
1. Non-organik

Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis

Faktor sosiokultural

Interkasi anak-pengasuh yang tidak baik

Penelantaran anak

2. Organik
a. Faktor prakonsepsi

Abnormalitas single gene (penyakit metabolik, kelainan neurocutaneus, dll)

Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragil-X)- sindrom polygenic familial

b. Faktor pranatal

Gangguan pertumbuhan otak trimester I


-

kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)

infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV.

zat-zat teratogen (alkohol, radisai, dll)

disfungi plasenta

kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III


-

infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV

zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)

ibu diabetes melitus, PKU

toksemia gravidarum

disfungsi palsenta

ibu malnutrisi

c. Faktor perinatal

Sangat prematur

Asfiksia neonatorum

Trauma lahir : perdarahan intra kranial

Meningitas

Kelainan metabolik

d. Faktor postnatal

Trauma berat pada kepala atau SSP

Neurotoksin, misalnya logam berat

CVA

Anoksia

Metabolik, misalnya gizi buruk, kelainan hormonal, aminoacidura, penyakit


degeneratif, dll

Infeksi, misalnya : meningitis, ensefalitis,dll

PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang
tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin
dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan
evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya
gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.
Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus
dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat
kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku
adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti harus ada penurunan tingkat
kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat
ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala:
mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah
dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan
ekspresi wajah tampak tumpul.
Kriteria Diagnosis Menurut DSM-IV
A. Fungsi intelektual yang secara bermakna di bawah rata-rata: IQ kira-kira 70 atau kurang
pada tes IQ yang dilakukan secara individual (untuk bayi, pertimbangan klinis adanya
fungsi intelektual yang jelas di bawah rata-rata).

B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu
efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut usianya
dalam kelompok kulturnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut:
komunikasi, merawat diri, di rumah, keterampilan social/intrapersonal, menggunakan
sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keterampilan akademik fungsional,
pekerjaan, liburan, kesehatan, dan keamanan).
C. Onset sebelum 18 tahun.
Penulisan didasarkan pada derajat keparahan yang mencerminkan tingkat gangguan
intelektual:
Retardasi mental ringan; tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70
Retardasi mental sedang; tingkat IQ 35-40 sampai 50-55
Retardasi mental berat; tingkat IQ 20-25 sampai 35-40
Retardasi mental sangat berat; tingkat IQ di bawah 20 atau 25
Retardasi mental keparahan tidak ditentukan; jika terdapat kecurigaan kuat adanya
retardasi mental tetapi intelejensi pasien tidak dapat diukur dengan tes intelejensi
yang baku.
Anamnesis

Dinilai kemampuan verbal pasien, termasuk penerimaan dan ekspresi bahasa dengan
mengamati komunikasi antara pasien dengan keluarga yang membawa ke dokter serta
menanyakan riwayat kemampuan berkomunikasi kepada keluarga.

Kontrol pasien di atas pola motilitas harus dipastikan, dan bukti klinis distraktibilitas dan
distorsi dalam persepsi dan memori yang dapat dievaluasi.

Penggunaan bahasa, uji realitas, dan kemampuan untuk generalisasi dari pengalaman
harus dicatat.

Sifat dan kematangan defenses pasien terutama dibesar-besarkan atau merusak diri
menghindari penggunaan, represi, penyangkalan, introjeksi, dan isolation harus diamati.

Frustrasi, toleransi, dan dorongan "terutama untuk motor, agresif, dan drives seksual"
harus dikaji. Juga penting adalah citra diri dan perannya dalam pengembangan
kepercayaan diri, serta penilaian terhadap kegigihan, ketekunan, rasa ingin tahu, dan
kemauan untuk mengeksplorasi tidak diketahui.

Secara umum, pemeriksaan psikiatris orang terbelakang harus mengungkapkan


bagaimana pasien telah diatasi dengan tahap-tahap perkembangan.

Pemeriksaan Fisik

Lingkar kepala harus diukur. Konfigurasi dan ukuran kepala dapat menunujukkan
berbagai kondisi, seperti microcephaly, hydrocephalus, dan Downs Syndrome.

Wajah pasien dapat menunjukkan beberapa tanda retardasi mental yang dapat
mengarahkan ke diagnosis, seperti hypertelorisme, batang hidung gepeng, tulang alis
menonjol, lipatan-lipatan epicanthal, kornea keruh, perubahan-perubahan pada retina,
ukuran telinga dapat kecil atau lebih besar, lidah menonjol, gangguan pada pertumbuhan
gigi.

Warna dan tekstur kulit dan rambut, ukuran kelenjar thyroid, dan ukuran pasien dan area
thoraks dan ekstremitas harus diperiksa.

Dermatoglyphics dapat membantu diagnosis, karena pola sidik jari dan lekukan lipatan
pada tangan sering ditemukan pada penyandang retardasi. Pola sidik jari abnormal terjadi
pada gangguan kromosom dan anak-anak yang terinfeksi rubella prenatal.

Diukur juga tonus otot, pada umumnya, penyandang retardasi mental mengalami
hypotonia.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Neurologi
Menilai adanya gangguan sensoris, serta gangguan visual (dari kebutaan terhadap
gangguan konsep spasial, pengakuan desain, dan konsep citra tubuh).
Gangguan neurologi: gangguan kejang terjadi pada sekitar 10 persen dari semua
orang yang mengalami retardasi mental dan sekitar sepertiga dari mereka mengalami
keterbelakangan yang parah. Banyak anak-anak sangat terbelakang, namun, tidak
memiliki kelainan neurologis, sebaliknya, sekitar 25 persen dari semua anak dengan
cerebral palsy memiliki kecerdasan normal.
Gangguan di area motorik dapat menyebabkan kelainan otot (kelenturan atau
hypotonia), refleks (hyperreflexia), dan gerakan spontan (choreoathetosis). Kurang
cacat itu terungkap dalam kecanggungan dan koordinasi yang buruk. Bayi dengan

prognosis paling buruk adalah mereka yang memperlihatkan sikap tidak aktif,
hypotonia umum, dan respon berlebihan terhadap rangsangan. Pada anak-anak yang
lebih tua, hiperaktif, perhatian yang kurang, distractibility, dan toleransi frustrasi
rendah sering kali menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak.

Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan X-ray tengkorak biasanya dilakukan secara bertahap, tapi pemeriksaan
iluminasi

hanya berarti

dalam beberapa kondisi,

seperti

craniosynostosis,

hidrosefalus, dan gangguan lain yang menyebabkan kalsifikasi intrakranial (misalnya,


toksoplasmosis, tuberous sclerosis, angiomatosis otak, dan hypoparathyroidism).
Computed tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah
menjadi alat penting untuk menjelaskan patologi SSP terkait dengan retardasi mental.
Sesekali, hidrosefalus internal, atrofi korteks, atau porencephaly ditemukan pada
anak-anak mengalami retardasi mental berat.
Sebuah EEG yang terbaik ditafsirkan dengan hati-hati dalam kasus keterbelakangan
mental. Pengecualian adalah pasien dengan hypsarhythmia dan kejang grand mal,
yang di EEG dapat membantu menetapkan diagnosis dan memabantu menetukan
pengobatan. Dalam kondisi lain pada umumnya, gangguan otak difus menghasilkan
perubahan spesifik EEG, ditandai dengan frekuensi lambat dengan ledakan kompleks
gelombang paku dan tajam atau gelombang tumpul.
PENCEGAHAN
Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan Primer
Pencegahan primer terutama bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kondisi yang mengarah pada gangguan perkembangan yang terkait dengan retardasi
mental.
Tindakan tersebut meliputi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
umum dan kesadaran akan retardasi mental, upaya terus-menerus dari para
profesional kesehatan untuk menjamin dan meningkatkan kebijakan kesehatan
masyarakat; perundang-undangan untuk memberikan perawatan kesehatan yang

optimal bagi ibu dan anak; dan eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan
kerusakan SSP.
Konseling keluarga dan genetika membantu mengurangi kejadian retardasi mental
dalam sebuah keluarga dengan riwayat kelainan genetik retardasi mental.
Untuk anak-anak dan ibu dari status sosial-ekonomi rendah, perawatan medis yang
tepat sebelum melahirkan dan setelah melahirkan dan berbagai program pelengkap
dan bantuan pelayanan sosial dapat membantu mengurangi komplikasi medis dan
psikososial.

Pencegahan Sekunder dan Tersier


Setelah gangguan retardasi mental telah diidentifikasi, gangguan yang harus ditangani
untuk mempersingkat program pencegahan (penyakit sekunder) dan untuk
meminimalkan gejala sisa (pencegahan tersier).
Kelainan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan hypothyroidism, dapat
diobati secara efektif pada tahap awal dengan kontrol diet atau terapi penggantian
hormon.
Anak-anak retardasi mental sering mengalami kesulitan emosional dan perilaku yang
membutuhkan perawatan psikiatris. Kemampuan kognitif dan sosial mereka yang
terbatas memerlukan modalitas perawatan psikiatris yang dimodifikasi berdasarkan
tingkat kecerdasan.

TATALAKSANA

Terapi Farmakologis
Pendekatan farmakologis untuk gejala perilaku dan psikologis pada pasien
retardasi mental sama seperti terapi pada pasien yang tidak mengalami retardasi mental.

Terapi Perilaku, Kognitif, dan Psikodinamik


Terapi dilakukan untuk mengendalikan dan menekan perilaku sosial dan untuk
mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruktif pasien. Dorongan positif
untuk perilaku yang diharapkan dan pemberian hukuman untuk perilaku yang tidak
diinginkan telah banyak menolong. Terapi kognitif, seperti menghilangkan keyakinan
palsu dan latihan relakasasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk

pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi. Terapi psikodinamika telah
digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk menurunkan konflik yang
menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.

Edukasi
Edukasi Kepada Anak
Pendidikan bagi anak-anak yang mengalami retardasi mental harus mencakup
program pelatihan komprehensif yang mencakup pendidikan keterampilan adaptif,
keterampilan sosial, dan latihan kejuruan. Pndidikan utama harus berfokus pada
komunikasi dan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi dalam kelompok
sering menjadi format yang berhasil di mana anak-anak retardasi mental bisa belajar dan
berlatih mempraktikkan situasi kehidupan nyata dan menerima umpan balik yang
mendukung.
Edukasi Kepada Keluarga
Salah satu hal yang paling penting yang dapat ditangani dokter adalah mendidik
keluarga pasien retardasi mental tentang cara-cara untuk meningkatkan kompetensi dan
harga diri dengan tetap menjaga harapan yang nyata bagi pasien. Orang tua dapat
mengambil manfaat dari konseling yang terus menerus atau terapi keluarga dan harus
diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan mereka, seperti perasaan
bersalah, putus asa, kesedihan, penolakan berulang, dan kemarahan tentang gangguan
anak mereka dan masa depan. Psikiater harus siap untuk memberikan orang tua semua
informasi kesehatan dasar dan saat ini tentang penyebab, pengobatan, dan bidang yang
berhubungan lainnya (misalnya, pelatihan khusus dan koreksi atas cacat indrawi).

PROGNOSIS
Pada kebanyakan kasus retardasi mental, tingkat intelektual yang rendah tidak dapat
diperbaiki. Namun gangguan adaptasi dapat dikurangi dalam lingkungan yang mendukung.
Secara umum, orang dengan retardasi mental ringan dan sedang memiliki fleksibilitas dalam
beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai