Diajukan oleh:
dr. Peter Michel Souisa
Pembimbing:
dr. Indriany, Sp. S
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, makalah laporan kasus ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini perkenananlah saya menyampaikan sebuah laporan kasus
yang berjudul Astrositoma Pilositik Supratentorial pada Dewasa, dalam rangka melengkapi
tugas Poster di PERTEMUAN ILMIAH REGIONAL JAWA TENGAH DAN DIY.
Pada kesempatan ini, perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Suroto, Sp. S (K), Sebagai Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr.
Muwardi Surakarta, yang telah memberi kesempatan untuk presentasi Poster.
2. dr. Risono Sp. S (K), Sebagai Kepala Program Studi Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD
Dr. Muwardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk presentasi Poster.
3. dr. Indriany, SpS, sebagai pembimbing makalah ini, dalam mempersiapkan maju
presentasi poster.
4. Seluruh Staf dan residen serta karyawan di bagian saraf FK UNS/ RSUD Dr. Muwardi
Surakarta, yang telah memberikan bantuan selama mengerjakan tugas ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
ABSTRAK
iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. ANAMNESIS..
B. PEMERIKSAAN FISIK.....
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG....
D. RESUME.....
12
E. DIAGNOSIS....
14
F. PENATALAKSANAAN.....
14
G. KONSULTASI/RAWAT BERSAMA....
14
H. PROGNOSIS....
15
16
DAFTAR PUSTAKA
19
iii
ABSTRAK
Latar Belakang: Astrositoma pilositik merupakan tumor primer otak yang paling sering pada
anak-anak (23,5% dari seluruh tumor otak). Pada anak-anak, tumor ini sering ditemukan pada
regio infratentorial. Astrositoma pilositik dapat terjadi usia dewasa, meskipun jumlahnya sangat
jarang (0,7% dari semua tumor otak) dan harus dipertimbangkan sebagai salah satu diagnosis
banding. Makalah berikut akan melaporkan kejadian astrositoma pilositik pada dewasa yang
jarang dijumpai.
Laporan Kasus: Seorang wanita usia 50 tahun, dibawa ke rumah sakit, dgn kelemahan dan
kebas anggota gerak kiri disertai keluhan nyeri kepala sejak 1 tahun lalu, dan memberat dalam 2
bulan terakhir. Nyeri kepala memberat pada pagi hari saat bangun tidur. Penderita juga selalu
kesulitan jika memakai baju sendiri. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran kompos mentis,
kelemahan anggota gerak kiri spastik, hipoestestesi anggota gerak kiri, apraksia berpakaian,
quadranopsia homonim kiri, dengan edema papil bilateral. Pemeriksaan penunjang dengan CT
scan kepala menunjukan lesi kistik bersepta di lobus parietal kanan, bentuk bulat dengan nodul
mural di dalamnya yang menyangat pada pemberian kontras. Pemeriksaaan histopatologi
jaringan tumor memberi kesimpulan astrositoma pilositik. Hasil yang baik didapatkan setelah
operasi pengangkatan semua jaringan tumor.
Kesimpulan: Pada kasus ini, astrositoma pilositik ditemukan pada usia dewasa dan di regio
supratentorial. Gejala yang ditimbulkan adalah akibat efek destruksi dan penekanan jaringan
otak, serta gejala umum peningkatan intrakranial. Dengan diagnosis yang tepat dan
pengangkatan semua jaringan tumor, penderita mendapatkan outcome yang baik.
Kata kunci: astrositoma, pilositik, dewasa, supratentorial
iv
ABSTRACT
Background: Pilocytic astrocytoma is the most common primary brain tumor in children
(23.5% from all brain tumors). In children, this tumor is more commonly found in the
infratentorial region. Despite being a rare entity, the diagnosis of pilocytic astrocytoma in an
adult does occur (0,7% from all brain tumor) and should be considered as a differential
diagnosis. The following paper will report the rare case of patient with supratentorial pilocytic
astrocytoma in adult.
Case Descriptions: A 50-year-old woman was admitted to hospital, with weakness and
numbness in the left limb, and headache since one year ago, which became progressive in the
last 2 months. The headache got worse when she woke up. She also complained difficulty to get
dress by her own. On admission, she was alert and well oriented, with left spastic hemiparesis,
hemihypesthesia, central type of left seventh cranial nerve palsy, dressing apraxia, left inferior
quadrantopia, and bilateral papilledema. Head computed tomography (CT) scan showed well
demarcated, circumscribed cyst lesion in the right parietal lobe, with an enhancing mural nodule.
The pathologic examination gave conclusion to pilocytic astrocytoma. Good results are obtained
after surgical removal of all tumor tissue.
Conclusion: In this case, pilocytic astrocytoma presents in an adult and supratentorial region.
All the symptom are due to focal invasion of neural tissue, local mass effect, and a general
increase in intracranial pressure. Proper diagnosis and total removal of tumor tissue, will give a
good outcome.
Key words: astrocytoma, pilocytic, adult, supratentorial
BAB I
PENDAHULUAN
Astrositoma pilositik merupakan tumor primer otak yang paling sering pada anak-anak,
dengan frekuensi 23,5% dari seluruh tumor otak dan insidensi 8,3 per sejuta anak-anak.1,2 Pada
anak-anak, tumor ini sering pada regio infratentorial. World Health Organisation (WHO)
mengklasifikasikan astrositoma pilositik sebagai neoplasma derajat 1, dengan sifatnya yang non
invasif, daya proliferasi rendah dan penyembuhan yang baik setelah reseksi tumor.1
Astrositoma pilositik dapat terjadi usia dewasa, meskipun jumlahnya sangat jarang
(0,7% dari semua tumor otak) dan harus dipertimbangkan sebagai salah satu diagnosis banding.2
Berbeda dengan anak-anak, pada dewasa, tumor ini lebih banyak pada lokasi supratentorial
(55%).3 Gejala yang sering dijumpai adalah nyeri kepala, mual, muntah, kejang, ataksia, dan
gangguan visual, bergantung pada lokasi tumor.3
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melaporkan kasus astrositoma pilositik
supratentorial pada dewasa, yang merupakan kasus yang jarang dijumpai.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
ANAMNESIS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat
Tgl MRS
Tgl pemeriksaan
No CM
: Ny. S
: 50 tahun
: buruh tani
: Islam
: Kiteran 02/05 Kembang, Pacitan
: 15 Januari 2013
: 16 Januari 2013
: 01 17 29 48
B. KELUHAN UTAMA
Kelemahan pada ekstremitas kiri
C. KELUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN UTAMA
Nyeri kepala menahun, kebas anggota gerak kiri, tidak bisa memakai baju sendiri
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Satu tahun sebelum masuk rumah sakit (SMRS) Dr Muwardi, penderita
mengalami kejang dan tidak sadarkan diri, bentuk kejang berupa kaku pada kedua
tangan dan kaki kurang lebih selama 5-10 menit, mata melirik ke atas, dan kemudian
sadar kembali. Setelah sadar penderita lupa akan kejadian yang terjadi dan
mendapatkan tangan dan kaki kiri lebih lemah dari biasanya, namun masih bisa
digerakan dan berjalan. Penderita tidak mengeluh bicara pelo ataupun merot, dan
oleh keluarga dibawa ke rumah sakit di Pacitan. Di rumah sakit tersebut, penderita
dikatakan menderita stroke ringan. Penderita dirawatinap selama 3 hari, dan
kemudian diperbolehkan pulang, dengan anggota gerak kiri tetap terasa lemah.
Setelah itu penderita tidak lagi bekerja (sebelumnya buruh tani). penderita
masih dapat berjalan dan aktivitas di rumah biasa, dengan masih lemah pada anggota
gerak kirinya, serta kadang-kadang terasa nyeri kepala ringan.
Tujuh bulan SMRS RS Dr Muwardi, penderita mengeluh nyeri kepala yang
cukup berat, dirasakan di kanan depan hingga belakang, cekot-cekot, dirasakan
sedikit mual, tanpa muntah. Keluhan berkurang dengan meminum obat warung.
Penderita pun mengeluh jika memakai baju sering terbalik terus, dan harus dibantu
oleh suaminya.
Dua bulan SMRS, kelemahan anggota gerak kiri dirasakan makin berat, juga
terasa kebas pada anggota gerak kiri. Selain itu, nyeri kepala juga dirasakan semakin
berat terutama jika bangun pagi hari yang juga disertai mual, pandangan menjadi
kabur, namun tanpa pandangan dobel, gangguan pembauan, gangguan pendengaran,
gangguan menelan, ataupun muntah.
Penderita berobat ke dokter saraf 4x, dikatakan sakit sarafnya, hanya diberi
obat, namun tidak ada perbaikan. Karena keluhan dirasa semakin memberat,
penderita mondok lagi di RS Pacitan. Kemudian penderita mengurus jamkesmas,
dan dirujuk dari RS pacitan ke RS Dr Muwardi. Selama perawatan di RS Muwardi,
penderita mengalami muntah 2x.
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit serupa sebelumnya : tidak ada
Riwayat operasi sebelumnya : tidak ada
Riwayat trauma kepala
: tidak ada
Riwayat terpapar radiasi
: tidak ada
Riwayat terpapar zat kimia : tidak ada
Riwayat sakit jantung : tidak ada
Riwayat sakit gula
: tidak ada
Riwayat batuk lama : tidak ada
Riwayat darah tinggi : tidak ada
F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Menurut penderita tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama,
tidak ada yang menderita sakit gula, darah tinggi, jantung, tumor, batuk lama, dan
penyakit berat lainnya.
G. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Penderita adalah seorang pekerja buruh tani di Pacitan, suami tukang ikan, dengan 2
orang anak, 1 kerja, 1 smp
H. RIWAYAT KEBIASAAN DAN GIZI
Kebiasaan makan
: makan dengan lauk pauk seadanya, memasak dengan
menggunakan kompor gas.
Keadaan gizi
: kesan cukup
5. Paru
6. Abdomen
B. STATUS PSIKIATRI
Emosi
: dbn
Proses berpikir
: dbn
Kecerdasan
: daya ingat
menghitung
pengertian
orientasi
Perhatian
: menurun
: dbn
: tidak bisa berhitung
: dbn
: dbn
C. STATUS NEUROLOGIS
1. Kesan Umum dan Fungsi Luhur
a. Kepala
: dbn
b. Kesadaran
: kompos mentis, E4V5M6
c. Cara berbicara
: dbn
d. Fungsi psikosensorik
: agnosia sensorik : (-/sde) agnosia visual : (-)
e. Fungsi psikomotorik
: dressing apraksia
f. Fungsi bahasa
: dbn
MMSE
: 19 (penderita tidak lulus SD)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: fleksi, ekstensi dan rotasi pasif
: dbn
: membungkuk, ekstensi dan deviasi lateral : dbn
4. Saraf Otak
a. Nervus I (Olfaktorius)
Anosmia
Parosmia
Halusinasi
:
:
:
b. Nervus II
Visus
Kacamata
Lapang Pandang
Warna
Funduskopi
Kanan
(-)
(-)
(-)
:
:
:
:
:
Kanan
Kiri
>6/60
>6/60
(-)
(-)
quadranopsia homonim inferior sinistra
dbn
dbn
papil edem
papil edem
Kiri
(-)
(-)
(-)
:
:
5
Kanan
simetris
ditengah
dbn
3 mm
bulat
(+)
(+)
: dbn
Kiri
simetris
ditengah
dbn
3 mm
bulat
(+)
(+)
Kanan
dbn
dbn
Kiri
dbn
dbn
Sensorik III
Otot kunyah
Refleks masseter
Refleks kornea
Sensorik lidah
:
:
:
:
:
e. Nervus VII
Otot dahi
:
Tinggi alis
:
Sudut mata
:
Sudut mulut
:
Lipatan nasolabial :
Memejamkan mata:
Meringis
:
Sekresi air mata : dbn
Pengecap lidah : dbn
Hiperakusis
:
dbn
dbn
dbn
(+)
dbn
dbn
dbn
dbn
(+)
dbn
Saat diam
Kanan
Kiri
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
dbn
(-)
Saat gerak
Kanan
Kiri
simetris
simetris
simetris
tertarik ke kanan
kiri lebih datar
dbn
tertarik ke kanan
(-)
f. Nervus VIII
Pendengaran
Tinitus
Vertigo
Nistagmus
Kanan
dbn
(-)
:
:
:
Kiri
dbn
(+)
(-)
(-)
(-)
AD
AS
(+)
(+)
normal
normal
lateralisasi (-)
Kesan: normal
g. Nervus IX dan Nervus X
Kanan
positif
dbn
Refleks muntah
:
Pengecapan
:
Posisi uvula
:
Arkus faring
:
Menelan
:
Bersuara
:
Fenomena Vernet Rideau :
Kiri
positif
dbn
ditengah
dbn
dbn
dbn
simetris
h. Nervus XI
Bentuk otot
Mengangkat bahu
Berpaling
:
:
:
i. Nervus XII
Atrofi lidah
Kekuatan
Gerak spontan
Posisi diam
Posisi dijulurkan
:
:
:
:
:
Kanan
dbn
dbn
dbn
Kiri
dbn
dbn
dbn
Kanan
(-)
dbn
(-)
Kiri
(-)
dbn
(-)
di tengah
di tengah
Kanan
dbn
dbn
dbn
Lengan
tde
tde
Kiri
Tungkai
kanan
kiri
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
kanan
kiri
dbn
tde
dbn
tde
dbn
tde (atas)
dbn
tde (bawah)
Kiri
(-)
tde
tde
tde
tde
tde
tde
Atas
Bawah
Tangan
Kanan kiri
kanan kiri
kanan kiri
normal normal normal normal normal normal
normal normal normal normal normal normal
Pertumbuhan
Tonus
Kekuatan
Fleksi
Ekstensi
5
5
Reflek fisiologis
Bisep
Trisep
: +2
: +2
Reflek patologis
Hoffman
Tromner
: (-) (+)
: (-) (+)
b. Ekstremitas Inferior
Tungkai
atas
kanan
4
4
5
5
4
4
5
5
+3
+3
kiri
bawah
kanan
kiri
kaki
kanan
c. Refleks
4
4
kiri
normal
normal
4
4
: (-/-)
: (-/+)
Refleks patella
Refleks Achilles
Reflkes Babinski
Refleks Chaddock
Refleks stransky
Refleks gonda
Refleks Openheim
Refleks Gordon
Refleks Schaeffer
kanan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
+2
+2
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
kiri
+3
+4
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
Refleks Mendel B
:
Refleks Rosolimo
:
Refleks dinding perut :
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
d. Refleks Primitif
Refleks memegang
Refleks snout
Refleks menghisap
Refleks palmo-mental
: (-)/(-)
: (-)
: (-)
: (+)/(+)
39 %
GDS
102 mg/dl
Ureum
20 mg/dl
RBC
4,00 x 106 /L
Creatinin
0,6 mg/dl
WBC
6,0 x 103 /L
Natrium
138 mmol/l
Trombosit
241 x 103 /L
Kalium
3,4 mmol/l
SGOT
56 u/l
Klorida
104 mmol/l
SGPT
109 u/l
HBsAg
non reaktif
0,30 mg/dl
Alkali fosfatase
58 u/l
Protein total
5,9 g/dl
Bilirubin total
0,60 mg/dl
globulin
2,1 g/dl
Bilirubin direk
0,30 mg/dl
albumin
3,8 g/dl
Anti Hbc
negatif
anti HCV
non reaktif
27,9 detik
1,020
- Calvaria intak
Kesan : Susp pilocytic astrocytoma DD hidatid cyst, pleomorphic
xantoastrocytoma, hemangioblastoma
11
Pembesaran 100x
Pembesaran 400x
IV. RESUME
a. Anamnesis
Cephalgia kronis progresif
Kelemahan anggota gerak kiri
12
b. Pemeriksaan Fisik
Status interna
c. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan kepala polos
Kesan : susp pilocytik astrocytoma di lobus parietal kanan DD
anaplastik astrocytoma, hemangioblastoma, hidatid
cyst, pleomorphic xantoastrocytoma
2. CT scan kepala kontras
Kesan : Susp
pilocytic
astrocytoma
DD
pleomorphic
xantoastrocytoma, hemangioblastoma
3. CT scan kepala post operasi
Kesan : Tampak lesi heteroden bekas luka post operasi, dengan
minimal perdarahan dan perifokal edema
4. Pemeriksaan histopatologi
Kesan : pilocytic astrocytoma
5. Foto thorax
Kesan : Cor dan pulmo tak tampak kelainan
6. EKG jantung
Kesan : Sinus ritme
13
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Neurologis
Diagnosis Klinis :
Cephalgia kronis progresif, hemiparese dan hemihipestesi sinistra, apraksia
berpakaian, parese N VII sinsitra tipe sentral, papil edema bilateral, quadranopsia
inferior sinistra
Diagnosis Topis :
Lobus parietalis dekstra
Diagnosis Etiologis:
Pilocytic astrocytoma
VI. PENATALAKSANAAN
Umum : prinsip 6 B
Breathing
: menjaga patensi jalan nafas
Blood
: memantau tekanan darah, keseimbangan cairan dan elektrolit
Brain
: memantau tanda-tanda penigkatan tekanan intra kranial
Bladder
: memantau miksi
Bowel
: memantau nutrisi, mencegah konstipasi
Medikamentosa (15 Januari 2013) IGD :
Inf NaCl 0,9 %
20 tpm
Inj Deksametason 5mg/6jam
Inj Ranitidin
50 mg/12 jam
Inj Vitamin B1
100 mg/12 jam
Inj metoklopramid 10mg extra
Medikamentosa (16 Januari 2013) Bangsal :
Inf NaCl 0,9 %
Inj Deksametason
Inj Ranitidin
Inj Vitamin B1
20 tpm
5 mg/6 jam (tapp off)
50 mg/12 jam
100 mg/12 jam
14
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
15
BAB III
DISKUSI
Astrositoma pilositik, yang sebelumnya dikenal dengan nama spongioblastoma, adalah
subtipe histologi dari astrositoma, yang termasuk dalam tumor non invasif derajat 1 WHO, yang
punya kecenderungan jinak dan tumbuh lambat.3 Tumor ini merupakan tumor otak tersering
yang dijumpai pada anak anak, dengan lokasi terbanyak adalah di serebelum dan struktur otak di
garis tengah, terutama di daerah infratentorial.4,5 Insidensi tahunan untuk astrositoma pilositik
pada semua umur yang telah dilaporkan adalah 2,9 - 4,8 kasus per sejuta populasi.3 Kejadian
pada dewasa, merupakan kasus yang sangat jarang, dimana frekuensinya hanya 0,7% dari
seluruh kejadian tumor otak.2 Gambaran klinis tumor ini, bergantung pada lokasi: 4
-
Lesi pada fosa posterior, sering menimbulkan tanda-tanda sumbatan cairan serebrospinal
(LCS), dengan peningkatan tekanan intrakranial dan disfungsi batang otak.
Lesi pada medulla spinalis, menimbulkan tanda defisit lokal dan gejala yang
berhubungan dengan efek massa.
Kejadian astrositoma pilositik pada dewasa, merupakan kasus yang sangat jarang,
dimana frekuensinya hanya 0,7% dari seluruh kejadian tumor otak.2 Lokasi predileksi tumor ini
berbeda antara anak-anak dan dewasa. Pada anak-anak, lebih dari 67% pasien terjadi pada lokasi
serebelum, dan pada dewasa, sekitar 55% pasien terjadi lesi supratentorial.3,6
Patologi
Astrositoma pilositik biasa berupa lesi abu abu-merah muda, dengan kista yang besar
atau kista multipel. Pada kista, terdapat nodul mural yang dapat terkalsifikasi. Dapat pula terjadi
perdarahan intratumoral.5,6 Secara histologis, tumor ini terdiri dari pilosit pilocyte/hair cell)
mono atau bipolar dan memanjang, yang membentuk fasikulus atau sebuah matirks jaringan
fibriler, dan sel stelat kecil dengan prosesus sitoplasma. Mikrokista, Rosenthal fiber, dan badan
esosinofilik merupakan gambaran yang khas.7 Kaya akan suplai vaskular dan beragam derajat
proliferasi dan hialinisasi bisa ditemukan, namun hal tersebut bukan penanda prognosis yang
buruk.7 Transformasi menjadi malignan pernah dilaporkan, dengan kondisi seperti multipel
mitosis atau nekrosis palisade.
16
Gambaran Radiologi
Dengan pemeriksaan computed tomography (CT), astrositoma pilositik terlihat sebagai
massa tumor yang berbentuk bulat. Secara umum, tumor ini hadir dengan bentuk kista, dan
dengan nodul mural yang menyangat dengan pemberian kontras. Gambaran kista akan tampak
ada sekitar 68% kasus. Pada CT, komponen solid dari tumor ini tampak hipodens (43%) atau
isodens (51%) atsu sangat jarang tampak hiperdens (6%).8 Kalsifikasi telah dilaporkan hadir di
11% kasus. Pada pemeriksaan dengan magnetic resonance imaging (MRI), tumor ini
hiperintense pada T2 dan hipointense pada T1.5 Penyangatan kontras terjadi pada 94% kasus,
baik pada CT ataupun MRI, namun ini tidak berhubungan dengan malignansi. Tumor ini
seringnya hanya menimbulkan sedikit edema dan efek massa yang minimal. Meskipun secara
radiologi, punya batas tumor yang jelas, tumor ini dapt menginfiltrasi parenkim sekitar.5
Terapi
Pembedahan memainkan peran penting dalam diagnosis dan penanganan tumor otak,
dengan survival rates sebesar 96% dalam 10 tahun setelah diagnosis dan intervensi (review).
Dalam satu seri penelitian dengan median follow-up 14,9 tahun, menyebutkan 10 year survival
rate nya adalah 100% untuk pasien yang menjalani reseksi total, dibandingkan 74% untuk pasien
yang menjalani reseksi subtotal.5,6 Meskipun begitu, sejumlah tumor menyisakan kondisi yang
unresectable, dikarenakan lokasinya sulit dan reseksi bedah subtotal yang hanya secara
sementara menhambat progresi tumor.1 Beberapa kasus, terjadi rekurens, jika ini terjadi pilihan
terapi adalah pembedahan ulang jika lokasinya mudah dijangkau.5 Tujuan pembedahan untuk
setiap kasus astrositoma pilositik adalah maksimal reseksi dengan efek yang minimal terhadap
pasien. Jika aman, pengangkatan komplit adalah yang paling ideal. Tindakan biopsi hanya bisa
didapat dari proses pembedahan, yang harus dilakukan untuk mendukung diagnosis pasti secara
histologis.1
Terapi adjuvan radiasi post-operasi tidak diindikasikan, karena kejadian rekurensi yang
sangat rendah setelah reseksi total jaringan tumor. Namun terapi radiasi dapat dilakukan, untuk
kasus dimana tumor berada pada lokasi yang sulit diakses, seperti pada jaras optik atau
hipotalamus, penyebaran leptomeningeal, atau jika ada sisa jaringan yang cukup signifikan postoperasi.1
Tindakan kemoterapi secara umum disediakan untuk pasien dengan neurofibroma tipe1
(NF1) dan pada kasus progresif yang non-resectable. Sering digunakan untuk anak-anak usia di
bawah 3 tahun, sebagai pilihan untuk menunda terapi radiasi karena akan menyebakan jaringan
otak makin rentan akibat radiasi. Penggunaan kemoterapi pada kasus dewasa masih perlu
17
penelitian lebih lanjut, namun begitu kemoterapi pernah dilaporkan sebagai terapi penyelamat
pada pasien dengan kejadian rekurensi yang multipel atau terjadi penyebaran leptomeningeal.1,5
Pada kasus ini, mulanya penderita mengalami kejang yang terjadi setahun sebelum
masuk RS Dr Muwardi. Kejang yang terjadi adalah tipe general tonik, selama 5-10 menit, dan
tidak pernah terulang lagi setelah itu, sesuai dengan laporan yang menyatakan, lebih dari 80%
kasus, kejang ditemukan sebagai gejala awal.1 Setelah kejang penderita merasakan lemah pada
anggota gerak kirinya, yang menunjukkan adanya suatu lesi pada jaras kortikospinal pada
hemisfer otak kanan. Lokasi tumor yang terletak pada lobus parietal hemisfer non dominan,
menimbulkan gejala sindrom lobus parietal non dominan, berupa gangguan sensorimotor
kontralateral, apraksia berpakaian, quadranopsia inferior kontralateral serta ditemukan juga
gejala nyeri kepala dan tanda papiledema bilateral, akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Nyeri kepala merupaka gejala yang paling umum ditemukan, terjadi pada sekitar 90% kasus
dalam suatu studi retrospektif.1 Pemberian deksametason mampu mengurangi gejala nyeri
kepala dan kelemahan anggota gerak sebelum operasi. Terapi pembedahan sebagai terapi utama,
dilakukan dengan tujuan pengangkatan seluruh jaringan tumor dan pemeriksaan histopatologi
jaringan tumor. Pemulihan yang baik ditunjukan oleh penderita. Hasil pemeriksaan patologi
anatomi menunjukkan suatu astrositoma pilositik, sehingga tidak direncanakan untuk terapi
adjuvan kemoterapi ataupun radiasi.
Astrositoma pilositik adalah tumor jinak, dan prognosisnya sangat baik jika reseksi total
jaringan tumor bisa dilakukan, akan tetapi pada beberapa faktor patologi yang kurang baik,
seperti pada reseksi yang tidak komplit, dan lokasi di batang otak dapat akan memberi prognosis
yang buruk.9
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Nichols Linda. Pilocytic Astrocytoma in Adults. Incidence and Outcomes: A Review of
the Literature. Australian Journal of Neuroscience 2012, Vol 22: 19-25
2. Ropper AH, Samuels MA. Intracranial Neoplasm and Paraneoplastic Disorders. In
Adams and Victors Principles of Neurology. 9th Ed. New York: McGraw-Hill; 2009:
612-24
3. Li Hao Ming, et al. Cerebral Pilocytic Astrocytoma with Spontaneous Intracranial
Hemorrhage in Adults. J Chin Med Assoc 2008, Vol 71: 587-93
4. Fuller Christine, Narendra Sonia. Pilocytic Astrocytoma and Pilomyxoid Astrocytoma. In
Atlas of Pediatric Brain Tumors. Springer. New York. 2010: 5-17
5. Smith Edward R., Ebb David H., Tarbell Nancy J., Barker Fred G. Pilocytic
Astrocytoma. In Textbook of Neuro-Oncology. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2005:
149-55
6. Prayson Richard, Cohen Mark L. Pilocytic Astrocytoma. In Brain Tumors. Demos
Medical Publishing. New York. 2010: 45-51
7. Haberland Catherine. Tumors of the Central Nervous System. In Clinical
Neuropathology. Demos Medical Publishing. New York. 2007: 216-222
8. Christoforidis Gregory A. Low Grade Astrocytoma. In Handbook of Neurooncology
Imaging. 2007: 341-8
9. Cyrine Souki, et al. Pilocytic Astrocytoma: A Retrospective Study of 32 Cases. Clinical
Neurology Neurosurgery 2012
19