Anda di halaman 1dari 69

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

OPTIMALISASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM FUNGSI HATI TERHADAP


EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN EPILEPSI RAWAT JALAN
DI RSJD SURAKARTA

Disusun Oleh:

Nama : dr. Martha Iccha Kertawari B, Sp.S, M.Kes


NIP : 19851029 201902 2 003
Angkatan/no.presensi : IV/19
Jabatan : Dokter Saraf Ahli Pertama
Unit Kerja : RSJD Surakarta
Sumber Kegiatan : Inovasi
Coach : Sriyatun, S.Kep, MM
Mentor : dr. Setyowati Raharjo, Sp.KJ, M.Kes

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN IV


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI


NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

OPTIMALISASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM FUNGSI HATI TERHADAP


EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN EPILEPSI RAWAT JALAN
DI RSJD SURAKARTA

Nama Peserta : dr. Martha Iccha Kertawari Buntoro, Sp.S, M.Kes


NIP : 19851029 201902 2 003
No Presensi : 19

Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada:


Hari : Jumat
Tanggal : 24 Januari 2020
Tempat : Ruang Seminar Merapi 6
BPSDMD Provinsi Jawa Tengah

Semarang, 23 Januari 2020

Menyetujui,

Coach, Mentor,

Sriyatun, S.Kep, MM dr. SETYOWATI RAHARJO, SpKJ, M.Kes


Widyaiswara Ahli Muda Kepala Bidang Pelayanan Medis
NIP 19690112 198903 2 005 NIP 19740625 200312 2 002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI


NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

OPTIMALISASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM FUNGSI HATI TERHADAP


EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN EPILEPSI RAWAT JALAN
DI RSJD SURAKARTA

Nama Peserta : dr. Martha Iccha Kertawari Buntoro, Sp.S, M.Kes


NIP : 19851029 201902 2 003
No Presensi : 19

Telah Diseminarkan dan Disempurnakan Sesuai Arahan


Penguji / Narasumber, Coach dan Mentor pada:

Hari : Jumat
Tanggal : 24 Januari 2020
Tempat : Ruang Seminar Merapi 6
BPSDMD Provinsi Jawa Tengah

Semarang, 24 Januari 2020


Mengesahkan,

Narasumber Coach, Mentor,

Sudirman Mustafa, SH, M.Hum Sriyatun, S.Kep, MM dr. SETYOWATI RAHARJO, SpKJ, M.Kes
Widyaiswara Ahli Madya Widyaiswara Ahli Muda Kepala Bidang Pelayanan Medis
19620916 195501 1 001 NIP 19690112 198903 2 005 NIP 19740625 200312 2 002

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, Rancangan Aktualisasi Optimalisasi Pemeriksaan
Laboratorium Fungsi Hati Terhadap Efek Samping Obat Epilepsi Pada
Pasien Rawat Jalan Di RSJD Surakarta dapat tersusun sebagai syarat dan
tugas dalam rangka mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar golongan III
angkatan IV di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah di
Srondol, Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa rancangan kegiatan ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ijinkan penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Drs. Muhammad Arief Irwanto, M.Si selaku Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah
yang telah memfasilitasi penyelenggaraan Diklat Prajabatan Golongan
III tahun 2020
2. Drs. Wisnu Zaroh, M.Si selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah
Jawa Tengah yang telah mendukung kegiatan penyelenggaraan Diklat
Prajabatan Golongan III tahun 2020
3. dr. Endro Suprayitno, Sp.KJ, M.Si selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta yang telah bersedia memfasilitasi selama kegiatan
aktualisasi.
4. Sudirman Mustafa, SH, M.Hum selaku narasumber / penguji atas
arahan, motivasi, dukungan, masukan dan bimbingannya.
5. Sriyatun, S.Kep, MM selaku coach atas arahan, motivasi, dukungan,
masukan dan bimbingannya.
6. dr Setyowati Raharjo, Sp.KJ, M.Kes selaku mentor atas arahan,
motivasi, dukungan, masukan dan bimbingannya.
7. Seluruh keluarga besar Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah Provinsi Jawa Tengah di Srondol, Semarang, Jawa Tengah
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu selama kegiatan ini.
iv
Semoga rancangan aktualisasi yang dihasilkan oleh penulis
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 23 Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iii
PRAKATA………………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… ix
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Isu…………………………………………………… 4
C. Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan…………………………. 9
D. Rumusan Masalah……………………………………………… 9
C.Tujuan……………………………………………………………. 10
D. Manfaat………………………………………………………….. 10
BAB II. LANDASAN TEORI………………………………………………. 15
A. Sikap Perilaku Bela Negara…………………………………… 15
1. Wawasan Kebangsaaan & Nilai – Nilai Bela Negara….. 11
2. Analisis Isu Kontemporer………………………………….. 11
3. Kesiapsiagaan Bela Negara………………………………. 12
B. Nilai Dasar Pegawai Negeri……………………….................. 13
1. Akuntabilitas………………………………………………… 13
2. Nasionalisme……………………………………………….. 13
3. Etika Publik…………………………………………………. 14
4. Komitmen Mutu…………………………………………….. 18
5. Anti Korupsi…………………………………………………. 21
D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI……………………. 24
1. Manajemen ASN……………………………………………. 24
2. Whole of Government……………………………………. 24
3. Pelayanan Publik…………………………………………. 26
E. Epilepsi dan Efek Samping Terhadap Fungsi Hati …………. 28

BAB III. TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA………………. 33


vi
A. Profil Organisasi………………………………………………… 33
1. Dasar Hukum Organisasi…………………………………. 32
2. Visi, Misi dan Nilai Organisasi……………………………. 33
3. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah
Sakit……………………………………………………………. 33
4. Deskripsi Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana
dan Sumber Daya lain……………………………………….. 36
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat……………………………….. 39
C. Role Model…………………………………………………….. 40
BAB IV. RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI……………………. 42
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan 42
dengan Nilai ANEKA……………………………………………
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi……………………………….. 54
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala………………… 55

BAB V. PENUTUP………………………………………………………….. 57
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………….. 60

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Isu………………………………………………………. 5


Tabel 2. Analisis Isu dengan Metode APKL dan USG…………………… 8
Tabel 3. Data kepegawaian menurut kelompok fungsional pendidikan.. 36
Tabel 4. Kapasitas tempat tidur…………………………………………… 38
Tabel 5. Rancangan kegiatan aktualisasi………………………………… 44
Tabel 6. Jadwal kegiatan aktualisasi………………………………………. 54
Tabel 7. Antisipasi dan Strategi dalam Menghadapi Kendala………….. 61

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi Tipe Bangkitan Epilepsi…………………………… 28


Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta…. 35
Gambar 3. Gambar Role Model…………………………………………… 41

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, menyatakan bahwa untuk
mewujudkan Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari reformasi
birokrasi, perlu ditetapkan ASN sebagai profesi yang memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam pelaksanaan manajemen
aparatur sipil negara. Adapun Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah
profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pengelolaan ASN diperlukan untuk menghasilan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 pasal 34
mengamanatkan instansi pemerintah untuk wajib memberikan
pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama
satu tahun masa percobaan. Selanjutnya amanat peraturan pemerintah
tersebut diterjemahkan dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Nomor 12 tahun 2018 yang menjelaskan tentang Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
aparatur inilah yang ditargetkan dan diharapkan dapat menjadikan ASN
memiliki nilai-nilai dasar profesi PNS dalam menjalankan tugas dan
perannya. Nilai – nilai dasar profesi PNS meliputi: Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima
nilai dasar tersebut diakronimkan menjadi ANEKA. Pada akhirnya
tujuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia dan tersurat dalam
pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945 dapat tercapai dengan
baik.
Sesuai dengan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar

1
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang menyatakan bahwa
pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga
negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan. Peran PNS sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik di bidang kesehatan adalah melaksanakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan profesional.
Sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap
mutu pelayanan publik, terutama di bidang kesehatan, RSJD Surakarta
secara intensif meningkatkan pelayanan pada masyarakat tidak lagi
hanya berfokus pada kesehatan jiwa namun juga pada kesehatan
penunjang yang seringkali menyertai pasien dengan gangguan jiwa
melalui salah satu misi rumah sakit yaitu “Memberikan pelayanan
kesehatan jiwa dan kesehatan penunjang yang bermutu dan terjangkau
masyarakat”
Berdasarkan observasi kami, pelaksanaan pelayanan
kesehatan secara keseluruhan di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
sudah berjalan dengan baik. Namun, masih ada beberapa
permasalahan yang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Adapun
permasalahan yang masih ditemui antara lain : (1) Belum optimalnya
penapisan hipersomnia dengan skala Epworth Sleepiness pada pasien
rawat jalan di RSJD Surakarta, (2) Kurang optimalnya pelayanan
pemberian obat injeksi di poliklinik non jiwa di RSJD Surakarta, (3)
Belum optimalnya pelayanan Dokter Saraf pada pasein poliklinik rawat
jalan di RSJD Surakarta, (4) Kurang optimalnya pelayanan Transcranial
Magnetic Stimulation sebagai alternatif terapi Electroconvulsive dengan
premedikasi di rawat inap RSJD Surakarta, (5) Belum optimalnya
pemeriksaan laboratorium fungsi hati terhadap efek samping obat pada
pasien epilepsi rawat jalan di RSJD Surakarta.

2
Kelompok studi epilepsi perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (Pokdi Epilepsi PERDOSSI, 2019) mengadakan penelitian
pada 18 rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan.
Didapatan 2288 pasien terdiri atas 487 kasus baru dan 1801 kasus
lama. Rerata usia kasus baru adalah 25,06 ± 16,9 tahun, sedangkan
rerata usia pada kasus lama adalah 29,2 ± 16,5 tahun. Sebanyak
77,9% pasien berobat pertama kali ke dokter spesialis saraf, 6,8%
berobat ke dokter umum, sedangkan sisanya berobat ke dukun dan
tidak berobat (Kusumastutik, 2014). Angka kejadian epilepsi di
Indonesia adalah 6 dari 1000 orang atau sekitar 2 juta orang, di wilayah
Jawa Tengah angka kejadian sekitar 214.000 orang (Ika, 2019)
Di negara sedang berkembang, diperkirakan ¾ pasien
epilepsi tidak mendapatkan pengobatan yang diperlukan. Sekitar 9 dari
10 pasien epilepsi di Afrika tidak mendapatkan pengobatan (treatment
gap). Di beberapa negara dengan pendapatan rendah dan menengah,
ketersediaan obat antiepilepsi (OAE) sangat rendah dan harga OAE
relatif mahal. Ketersediaan OAE generik sekitar kurang dari 50%. Di
Indonesia sendiri berbagai macam OAE sudah masuk pada e katalog
dan dapat diresepkan pada pasien dengan Jaminan Kesehatan
(Pedoman Tatalaksana Epilepsi PERDOSSI, 2019)
Data terakhir yang diambil dari rekam medis pasien rawat
jalan di RSJD Surakarta selama tahun 2019, diagnosis epilepsi
merupakan 4 besar diagnosis terbanyak rawat jalan didapatkan kurang
lebih 1300 pasien. Pelayanan Epilepsi dapat dilayani oleh Dokter
Spesialis Saraf dan Dokter Spesialis Jiwa dikarenakan pasien epilepsi
yang kurang terkontrol kejangnya dapat menimbulkan gejala gangguan
jiwa sebagai komorbid. Sehingga pada kenyataannnya pasien epilepsi
mendapatkan obat jiwa disamping obat anti epilepsi (OAE), hal
tersebut dapat menambah efek samping obat terhadap gangguan hati
sebagai mana diketahui bahwa banyak obat jiwa yang juga
dimetabolisme di hati (Pandit, dkk, 2012). Pasien epilepsi

3
membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama, bertahun –
tahun, hal tersebut memberi dampak peningkatan efek samping obat,
dikarenakan sebagian besar obat epilepsi di metabolisme di liver (hati),
maka diperlukan monitoring fungsi hati secara berkala. Secara teori
pemantuan fungsi hati dilakukan: (1) Awal pengobatan sebagai salah
satu acuan dalam menyingkirkan diagnosis banding dan pemilihan
OAE, (2) Dua bulan setelah pemberian OAE (Obat Anti Epilepsi) untuk
mendeteksi samping OAE, (3) Rutin diulang setiap tahun sekali untuk
memonitor samping OAE, atau bila timbul gejala klinis akibat efek
samping OAE (Pedoman Tatalaksana Epilepsi PERDOSSI, 2019).

B. IDENTIFIKASI ISU
1. Identifikasi Isu

Rencana kegiatan aktualisasi ini disusun berdasarkan isu-


isu yang ditemukan oleh penulis di RSJD Surakarta tempat penulis
bekerja, khususnya di unit rawat jalan. Isu-isu yang menjadi dasar
rancangan aktualisasi ini bersumber dari (1) Whole of Government,
(2) Pelayanan Publik, dan (3) Manajemen PNS. Sumber isu yang
diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP), inovasi dan inisiatif penulis yang disetujui
mentor dan coach, serta penugasan atasan.

Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai


Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat
diidentifikasi isu-isu yang dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

4
Tabel 1. Identifikasi Isu
Kondisi yang
No. Isu Keterkaitan Kondisi Saat Ini
Diharapkan
Mata Diklat
1. Belum Pelayanan - Hipersomnia Penggunaan skala
optimalnya Publik adalah kondisi Epworth Sleepiness
penapisan yang dapat pada pasien rawat
hipersomnia terjadi setelah jalan di RSJD
dengan skala pengunaan obat Surakarta sebagai
Epworth jiwa penapisan
Sleepiness - Dokter Spesialis hipersomnia
pada pasien belum
rawat jalan di melakukan
RSJD penapisan
Surakarta hipersomnia
dengan skala
Epworth
Sleepiness pada
pasien rawat
jalan
2. Kurang Manajemen - Pelayanan non Pelayanan
optimalnya ASN; jiwa di poliklinik pemberian obat
pelayanan Pelayanan Candra Kirana injeksi di poliklinik
pemberian obat Publik yang letaknya non jiwa di RSJD
injeksi di jauh dari farmasi Surakarta secara
poliklinik non - Pelayanan mudah dan cepat
jiwa di RSJD pemberian obat
Surakarta injeksi pada
kasus tertentu
terlambat dan
membutuhkan
waktu yang
lama
3. Belum Manajemen - Dokter spesialis Optimalnya
optimalnya ASN saraf hanya satu pelayanan Dokter
pelayanan orang Spesialis Saraf
Dokter Saraf - Tindakan saraf selama jam
pada pasien membutuhkan pelayanan
poliklinik rawat waktu yang
jalan di RSJD cukup lama
Surakarta (contoh:
perekaman otot)
- Waktu tunggu
pasien lebih
lama
4. Kurang Pelayanan Beberapa pasien - Transcranial
optimalnya Publik jiwa rawat inap Magnetic
pelayanan yang seharusnya Stimulation dapat
5
Transcranial mendapatkan sebagai alternatif
Magnetic terapi terapi
Stimulation Electroconvulsive Electroconvulsive
sebagai dengan dengan
alternatif terapi premedikasi premedikasi pada
Electroconvulsi terdapat pasein jiwa rawat
ve dengan kontraindikasi inap
premedikasi di - Optimalisasi
rawat inap pelayanan
RSJD Transcranial
Surakarta Magnetic
Stimulation di
RSJD Surakarta
5. Belum Pelayanan - Pemeriksaan Pemeriksaan efek
optimalnya Publik, laboratorium samping obat
pemeriksaan Manajemen fungsi hati epilepsi terhadap
laboratorium ASN terhadap efek fungsi hati dilakukan
fungsi hati samping obat secara berkala (
terhadap efek epilepsi belum minimal 1x/ tahun)
samping obat optimal
pada pasien - Belum adanya
epilepsi rawat SOP tentang
jalan di RSJD pemeriksaan
Surakarta efek samping
obat epilepsi
secara berkala
(Sumber : Data dielaborasi penulis, 2020).

a. Analisis Kriteria Isu Menggunakan Analisis APKL (Aktual,


Problematik, Kekhalayakan dan Layak)
Penetapan isu dilakukan melalui analisis isu dengan
menggunakan alat bantu penetapan kriteria isu. Analisis isu bertujuan
untuk menetapkan kualitas isu dan menentukan prioritas isu yang
perlu diangkat untuk diselesaikan melalui gagasan kegiatan yang
dilakukan. Analisis isu dilakukan dengan pendekatan APKL yaitu
Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak. Analisis APKL
merupakan alat bantu untuk menganalisis ketepatan dan kualitas isu
dengan memperhatikan tingkat aktual, problematik, kekhalayakan dan
layak dari isu-isu yang ditemukan di lingkungan unit kerja. Setelah
diperoleh analisis APKL, maka dipilih isu yang menjadi prioritas utama
yang selanjutnya akan diidentifikasi.
6
APKL memiliki 4 kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan di kalanganmasyarakat.
2. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikansolusinya.
3. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup
orangbanyak.
4. Kelayakan artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta
relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

b. Analisis Prioritas Isu Menggunakan USG (Urgency, Seriousness,


dan Growth)
Isu tersebut kemudian dianalisis lagi dengan menggunakan
metode USG menggunakan skala linkert dengan rentang penilaian 1-
5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2 berarti kecil, nilai
3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar, dan nilai 5 berarti sangat besar.
Kriteria analisis USG:
1. Urgency : seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindak lanjuti.
2. Seriousness : seberapa serius suatu isu harus dibahas yang
dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan.
3. Growth : seberapa besar memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani dengan segera.

7
Tabel 2. Analisis Isu dengan Metode APKL dan USG

Analisis APKL Kriteria USG Peringkat


No Sumber Isu Isu
A P K L Ket U S G ∑
1 Pelayanan Publik Belum optimalnya penapisan + + + + MS 4 5 4 13 II
hipersomnia dengan skala
Epworth Sleepiness pada pasien
rawat jalan di RSJD Surakarta
2 Manajemen ASN; Kurang optimalnya pelayanan + + - - TMS
Pelayanan Publik pemberian obat injeksi di poliklinik
non jiwa di RSJD Surakarta
3 Manajemen ASN Belum optimalnya pelayanan + + - + TMS
Dokter Saraf pada pasien poliklinik
rawat jalan di RSJD Surakarta
4 Pelayanan Publik; Kurang optimalnya pelayanan + + + + MS 4 4 4 12 III
Transcranial Magnetic Stimulation
sebagai alternatif terapi
Electroconvulsive dengan
premedikasi di rawat inap RSJD
Surakarta
5 Pelayanan Publik; Belum optimalnya pemeriksaan + + + + MS 5 5 5 15 I
Manajemen ASN laboratorium fungsi hati terhadap
efek samping obat pada pasien
epilepsi rawat jalan di RSJD
Surakarta

KETERANGAN : SKALA LINKERT :


1. A = Aktual 5. U = Urgency 8. MS = Memenuhi Syarat 1 = Tidak U/S/G
2. P = Problematik 6. S = Seriousness 9. TMS = Tidak Memenuhi Syarat 2 = Kurang U/S/G
3. K = Khalayak 7. G = Growth 3 = Cukup U/S/G
4. L = Layak 4 = U/S/G
5 = Sangat U/S/G

8
Berdasarkan analisis isu dengan metode APKL dan USG
diperoleh satu isu yaitu “Belum optimalnya pemeriksaan
laboratorium fungsi hati terhadap efek samping obat pada pasien
epilepsi rawat jalan di RSJD Surakarta” yang selanjutnya akan
dibuatkan rencana kegiatannya. Dalam pembahasan selanjutnya
akan dijabarkan secara lebih rinci identifikasi isu yang terpilih untuk
dibuatkan rangkaian kegiatan dan tahapan-tahapan dengan
menghubungkannya dengan nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.

C. Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan


Dampak yang akan terjadi apabila isu tidak segera dipecahkan
adalah peningkatan efek samping fungsi hati akibat penggunaan obat
epilepsi dalam jangka panjang (tahunan). Dengan dilakukan
pemeriksaan fungsi hati pada pasien epilepsi secara berkala, minimal
satu kali per tahun dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tidak
hanya bersifat kuratif tapi juga preventif guna mencegah efek samping
obat pada pasien epilepi yang lebih membahayakan jiwa. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi hati terhadap efek
samping obat pada pasien epilepsi di rawat jalan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi isu dan penetapan isu
di atas, rumusan masalah pada perancangan aktualisasi ini adalah:
1) Bagaimana cara mengoptimalkan pelaksanaan pemeriksaan
laboratorium fungsi hati terhadap efek samping obat pada
pasien epilepsi rawat jalan di RSJD Surakarta?
2) Bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan Anti Korupsi) dan peran kedudukan PNS dalam NKRI
dalam pelaksanaan tugas/kegiatan?

9
E. TUJUAN
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan aktualisasi
dan habituasi ini adalah sebagai berikut :
1) Mengoptimalkan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium fungsi
hati terhadap efek samping obat epilepsi pada pasien rawat
jalan di RSJD Surakarta
2) Mampu mengimplementasikan dan meninternalisasikan nilai-nilai
dasar PNS yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dan peran kedudukan
PNS dalam NKRI yang telah dipelajari dan dipahami dalam
pelaksanaan tugas/kegiatan.

F. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh adalah :
1. Peserta Diklat
Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap
untuk dapat melaksanakan tugas secara professional dengan
dilandasi akuntabilitas, nasionalisme, etika, komitmen, dan anti
korupsi.
2. Instansi (Rumah sakit)
a. Tercapainya visi dan misi instansi
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai
penyokong sebuah instansi

c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang


berorientasi pada pelayanan masyarakat

3. Masyarakat (Pasien)

a. Masyarakat akan mendapatkan pelayanan bermutu


b. Meningkatkan kepuasan pelanggan

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai- Nilai Bela Negara
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku
PNS harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu
mengaitkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa
Indonesia.
Kesadaran bela negara merupakan upaya untuk
mempertahankan negara dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakatyang berdasarkan atas cinta
tanah air. Selain itu menumbuhkan rasa patriotisme dan
nasionalisme di dalam diri PNS. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.
2. Analisis Isu Kontemporer
Lingkungan strategis adalah situasi internal dan eksternal
baik yang statis (trigatra) maupun dinamis (pancagatra) yang
memberikan pengaruh pada pencapaian tujuan nasional. Analisa
perubahan lingkungan strategis ini bertujuan membekali peserta
dengan kemampuan memahami konsepsi perubahan lingkungan
strategis sebagai wawasan strategis PNS. Sehingga PNS dapat
memahami modal insani dalam menghadapi perubahan
lingkungan strategis, dapat mengidentifikasi isu-isu kritikal, dan
dapat melakukan analisis isu-isu kritikal dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis. Dengan begitu PNS dapat mengambil

11
keputusan yang terbaik dalam tindakan profesionalnya.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945
mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat
tentang pembelan negara. Dalam hal ini setiap PNS sebagai
bagian dari warga masyarakat tertentu memiliki hak dan
kewajiban yang sama untuk melakukan bela negara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai
bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga
negara yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan
dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki
kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet,
kerja keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu
dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan
latihan-latihan seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
4. Keprotokolan;
5. Kegiatan ketangkasan dan permainan.

12
B. NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL
Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam
menjalankan tugas jabatan Profesi PNS secara profesional sebagai
pelayan masyarakat. Nilai – nilai dasar profesi PNS diakronimkan ke
dalam satu kata yaitu ANEKA, tiap poin dalam ANEKA mengandung
beberapa indikator dasar, penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya. PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu
mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis, memperlakukan
warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pelayanan publik serta konsisten dan dapat
diandalkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. (LAN RI,2014).
Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam mencipatakan
lingkungan organisasi yang akuntabel. Aspek-aspek tersebut yaitu
a. Kepemimpinan
1) Memberi contoh kepada oranglain.
2) Memiliki komitmen yang tinggi dalam melakukanpekerjaan
b. Transparansi, bisa dalam bentuk laporan atau informasi tertulis
yang dapat diakses oleh publik. Tujuan dari adanya transparansi
adalah mendorong komunikasi dan kerjasama, memberikan
perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan
korupsi dalam pengambilan keputusan, meningkatkan
akuntabilitas dalam keputusan-keputusan, dan meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan kepadapimpinan.
c. Integritas, kesesuaian antara perkataan dan tindakan, dengan
adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku

13
sehingga dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan
kepada public dan/atau stakeholders.
d. Tanggung jawab (responsibiitas), yaitu kewajiban dari individu
atau lembaga terhadap setiap tindakan yang telahdilakukan.
1) Responsibilitas Perseorangan
Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan
dan tindakan yang telah dilakukan, serta adanya pengakuan
terhadap etika dalam pengambilan keputusan.
2) Responsibilitas Institusi
Adanya perlindungan publik dan sumber daya, adanya
pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan, serta adanya penempatan ASN
sesuai kompetensinya.
e. Keadilan, merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
Keadilan melahirkan kepercayaan dan menjaga kredibilitas
organisasi sehingga meningkatkan kinerja secara optimal.
f. Kepercayaan, lingkungan akuntabel ada dari hal-hal yang dapat
dipercaya.
g. Keseimbangan, kinerja yang baik harus disertai keseimbangan
kapasitas sumber daya dan keahlian yangdimiliki.
h. Kejelasan, merupakan salah satu kunci mempertahankan
akuntabilitas. Pada saat bekerja seorang individu harus
mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi
organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi dan sistem
pelaporan kinerja baik individu maupunorganisasi.
i. Konsistensi, menjamin stabilitas untuk mencapai linkungan yang
akuntabel.

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai- nilai

14
Pancasila agar senantiasa menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan, menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai
bangsa dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri,
mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan bangsa, menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia, serta mengembangkan sikap tenggang rasa. (LAN RI,
2014).

Nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air yang


didasarkan pada 45 butir-butirPancasila
a. Sila 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan
ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang MahaEsa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masingmasing
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

15
b. Sila 2 : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dansebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila 3 : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air danbangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

16
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila 4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila 5 (Nilai keadilan)
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan

17
kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka


mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social

3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang
menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya perlindungan hak-
hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut. Sebagai ASN diharapkan mampu menanamkan nilai dan
membentuk sikap dan perilaku patuh kepada standard etika publik
yang tinggi.

18
a. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yaitu:
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara
Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur,
tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
b. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai
bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.

19
c. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut:
1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan
5) Orientasi organisasi
6) Respect
7) Kebajikan
8) Integritas
9) Inovatif
10) Keunggulan
11) Keluwesan
12) Kearifan
Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak
hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi
etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat
publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi
cenderung tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
deskriminatif, terutama pada masyarakat tingkat bawah yang tidak
beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan,
dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik
harus dirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan; ketiga,
menyadari bahwa pejabat publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

20
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/jasa berupa ukuran
baik/buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder (LAN RI,2014).
Indikator komitmen mutu diantaranya:
a. Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan.
b. Pelayanan sepenuh hati
c. Efisien, adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa pemborosan sumber daya dan hemat
waktu.
d. Efektif, adalah berhasil guna, menunjukan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja.
e. Inovatif, adalah sesuatu yang baru sebagai perwujudan ide
kreatifitas untuk meningkatkan mutu pelayanan.
f. Proses adaptasi
g. Perbaikan berkelanjutan

5. Anti Korupsi
Anti korupsi adalah kesadaran untuk tidak melakukan
korupsi yakni tidak melakukan perbuatan melawan hukum untuk
memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi yang dapat merugikan
negara. Korupsi sering dikatakan sebagi kejahatan luar biasa
dikarenakan dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan
baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari

21
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan dan gratifikasi (LAN RI, 2014).
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian
keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan
curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan
dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis tersebut
merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub
C UU No.3/71). Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.
d) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.

22
f) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
g) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
h) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
i) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan
kerugian keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan
kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat pula
bersifat jangka panjang. Fenomena dampak korupsi sampai pada
kerusakan kehidupan dan dikaitkan dengan tanggung jawab
manusia sebagai yang diberi amanah untuk mengelolanya dapat
menjadikan sarana untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk
anti korupsi.

23
C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS
dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan pemerintahan dan
memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu, PPPK
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah
untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem
Merit. Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan; pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan
karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian
dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan
pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen
Aparatur Sipil Negara, 2014).

2. Whole of Goverment
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu, WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan menunjuk sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati ,2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
24
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004). Beberapa cara pendekatan
WoG yang dapat dilakukan baik dari sisi penataan institusi formal
maupun informal antara lain:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga, yaitu penguatan
koordinasi yang dapat dilakukan jika jumlah lembaga-
lembaga yang dikoordinasikan masuh terjangkau dan
manageable.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus, yaitu pembentukan
lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian.
c. Membentuk gugus tugas, yaitu bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan diluar struktur formal, yang sifatnya
tidak permanen.
d. Koalisi sosial, yaitu merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu
membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di
tataran praktek antara lain:
a. Kapasitas SDM dan institusi
b. Nilai dan budaya organisasi
c. Kepemimpinan
Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh
pendekatan WoG adalah:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik
yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat.
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat
seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan, dan lainnya.

25
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis
barang yang dibutuhkan warga masyarakat seperti jalan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan
seterusnya.
d. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan
hukuman dan peraturan perundang-undangan maupun
kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan
dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:
a. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan
publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai
dengan bidang, tugas, fungsi dan wewenangnya.
b. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara terpadu pada suatu instansi pemerintah
yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing.
c. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan masyarakat
yang diberikan secara tunggal oleh satu unit kerja
pemerintahan berdasarkan pelimpahan kewenangan dari unit
kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.
d. Pola pelayanan terpusat, yaitu pelayanan masyarakat yang
dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak
selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah.
e. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang
merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang
bersifat elektronik atau on-line sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.

3. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi

26
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. Fundamen Pelayanan
Publik yaitu:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga
negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang.
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.

27
D. Epilepsi dan Efek Samping Terhadap Fungsi Hati
Epilepsi secara definisi konseptual adalah kelainan otak yang
ditandai dengan kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan
epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi neurobiologis,
kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi ini mensyaratkan terjadinya
minimal 1 kali bangkitan epileptic, sedangkan bangkitan epileptic
adalah terjadinya tanda atau gejala yang bersifat sesaat akibat aktivitas
neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak. Sedangkan definisi
operasional atau definisi praktis, epilepsi adalah suatu penyakit otak
yang ditandai dengan kondisi atau gejala berikut: (1). Minimal terdapat
2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan reflek dengan jarak waktu
antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam, (2) Satu
bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan reflek dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan bila terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau bangkitan
reflex, (3) Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi (oleh dokter
yang berkompeten). Bangkitan reflek adalah bangkitan yang muncul
akibat induksi oleh faktor pencetus spesifik, seperti stimulasi visual,
auditorik, somatosensitf, dan somatomotor (Pedoman Tatalaksana
Epilepsi PERDOSSI, 2019).
Klasifikasi ILAE 2017 tentang tipe bangkitan dapat terlihat
pada gambar 1, dibawah ini (Fisher, dkk, 2017)

Gambar 1. Klasifikasi Tipe Bangkitan Epilepsi


28
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam enam kategori, pasein
epilepsy dapat diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu kategori etiologi,
eiologi tidak bersifat hirarki dan mungkin tergantung dari kondisi pasien,
yaitu sebagai berikut (1). Idiopatik, penyebab epilepsi belum diketahui.
Diagnosis hanya berdasarkan usia awitan, semiology bangkitan dan
pemeriksaan electroenchephalography (EEG), (2). Struktural, etiologi
ini berdasarkan pemeriksaan pencitraan Magnetic Resonance Imaging
protocol spesifik epilepsi yang dikaitkan dengan pemeriksaan EEG,
misalnya stroke, trauma, infeksi atau kelainan genetik perkembangan
otak, (3). Genetik, akibat mutase genetik yang diketahui atau diduga
dimana bangkitan merupakan gejala utama dari gangguan tersebut
misalnya, Epilepsi Anak Tipe Absan, (4). Infeksi, akibat pasca infeksi
intracranial seperti HIV, tuberculosis otak, malaria, infeksi kongenital
toksoplasmosis, dll, (5). Metabolik, identifikasi metabolik penting
sehubungan dengan terapi spesifik dan pencegahan gangguan
intelektual, (6). Imun, gangguan imunitas sering di sertai dengan
peradangan susunan saraf pusat yang berhubungan dengan reaksi
autoimun, misalnya pada epilepsi pada multipel sklerosis (Scheffer,
dkk, 2017).
Diagnosis epilepsi ditegakkan terutama dari anamnesis, yang
didukung dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Ada
tiga langkah dalam menegakkan diagnosis epilepsi, yaitu sebagai
berikut (1). Langkah pertama memastikan adanya bangkitan epileptik,
(2). Langkah kedua tentukan tipe bangkitan berdasarkan klasifikasi
ILAE 2017, (3). Langkah ketiga menentukan sindroma epilepsi
berdasarkan klasifikasi ILAE 1989. Dalam praktik klinis, langkah-
langkah dalam penegakkan diagnosis adalah sebagai berikut (1).
Anamnesis yang didapatkan dari auto dan allo-anamnesis dari orang
tua atau saksi mata mengenai hal-hal terkait (a) gejala dan tanda
sebelum, salam, dan pasca bangkitan kejang, (b) faktor pencetus
kelelahan, kurang tidur, hormonal, stres psikologis dan alkohol, (c)
faktor lain yaitu usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan,

29
interval terpanjang antara bangkitan, kesadaran antara bangkitan, (d)
terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya, (e).
penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis psikiatrik
maupun sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun
komorbiditas, (f). riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga, (g).
riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh
kembang, riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam; (2).
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis, pemeriksaan fisik misalnya
untuk mencari tanda trauma kepala, infeksi, kelainan kongenital,
kecanduan alcohol dan keganasan serta kelainan pada kulit sedangkan
pemeriksaan neurologis untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis
fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan epilepsi. Jika
dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan, maka akan tampak
pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi
petunjuk lokalisasi misalnya paresis todd, gangguan kesadaran paska
kejang, gangguan bahasa setelah kejang; (3). pemeriksaan penunjang
yang diperlukan yaitu a. pemeriksaan EEG, b. pemeriksaan pencitraan
otak, berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik diotak, misalnya
dengan menggunakan CT Scan kepala untuk kasus kejang pertama kali
pada usia dewasa lebih ditujukan untuk kasus kegawatdaruratan,
Magnetic Resonance Imaging beresolusi tinggi (minimal 1,5 Tesla),
Fuctional brain imaging seperti Positron Emission Tomography (PET),
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), Magnetic
Resonance Spectroscopy (MRS) dan USG Doppler (pada neonates); c.
pemeriksaan laboratorium, terdiri dari pemeriksaan hematologis,
mencakup hemoglobin, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, trombosit,
apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium),
kadar gula darah sewaktu, fungsi hati (SGOT/SGPT), ureum, kreatinin
dan albumin yang dilakukan saat (i) awal pengobatan sebagai salah
satu acuan dalam menyingkirkan diagnosis banding dan pemilihan
OAE, (ii) dua bulan setelah pemberian OAE untuk mendeteksi samping
OAE, (iii) Rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor samping

30
OAE, atau bila timbul gejala klinis akibat efek samping OAE.
Pemeriksaan kadar OAE dalam plasma dilakukan apabila bangkitan
belum terkontrol meskupun kadar OAE sudah mencapai dosis terapi
maksimal atay untuk monitor kepatuhan pasien; d. pemeriksaan
penunjang lainnya dilakukan sesuai dengan indikasi misalnya punksi
lumbal dan EKG (Pedoman Tatalaksana Epilepsi PERDOSSI, 2019).
Terapi OAE pada epilepsi bertujuan utama mengupayakan
pasien epilepsi dapat hidup senormal mungkin dan tercapainya kualitas
hidup optimal, dengan harapan bebas bangkitan kejang tanpa efek
samping. Epilepsi dianggap teratasi apabila pada individu dengan
sindroma epilepsi tergantung usia tetapi sudah melewati batas usia
tertentu atau mereka yang bebas bangkitan selama 10 tahun terakhir,
tanpa obat antiepilepsi (OAE) selama 5 tahun terakhir (Pedoman
Tatalaksana Epilepsi PERDOSSI, 2019). Epilepsi yang kejangnya tidak
terkontrol dapat memberi gejala gangguan jiwa (komorbid) seperti
gangguan emosi, gangguan depresi, gejala halusinasi (psikotik)
menetap sehingga dalam perawatan lanjutan dapat rawat bersama
dengan dokter spesialis jiwa sehingga pasien epilepsi mendapatkan
obat jiwa seperti antipsikotik, antidepresan disamping obat anti epilepsi
(OAE), hal tersebut dapat menambah efek samping obat terhadap
gangguan hati sebagai mana diketahui bahwa banyak obat jiwa yang
juga dimetabolisme di hati (Pandit, dkk, 2012). Mekanisme kejadian
gangguan fungsi hati dapat menyebabkan efek kematian atau
transplatasi hati, namun mekanisme dibalik hepatotoksik karena OAE
tidak jelas. Residu aktif proses metabolisme dari OAE dapat
menyebabkan toksisitas langsung dan kematian jaringan organ hati,
beberapa kasus menyebabkan munculnya antigen.
Beberapa contoh obat OAE yang metabolismenya di hati
yaitu, fenitoin, carbamazepin, asam valproate, clobazam, lamotrigine,
levitirazetam, phenobarbital, dll. Pasien epilepsi membutuhkan
pengobatan dalam jangka waktu yang lama, bertahun – tahun, hal
tersebut memberi dampak peningkatan efek samping obat, dikarenakan

31
sebagian besar obat epilepsi di metabolisme di liver (hati), maka
diperlukan monitoring fungsi hati secara berkala. Pada pasien epilepsi
yang sudah di temukan adanya gangguan hati di monitoring dan
ditindaklanjuti dengan menghindari obat epilepsi golongan
benzodiasepin (seperti clobazam, klonazepam, phenobarbital) namun
apabila diperlukan diberi dengan dosis kecil, kewaspadaan
penggunaan phenytoin, pemberian obat pelindung hepar, penggantian
terapi epilepsi yang metabolismenya di ginjal (Pedoman Tatalaksana
Epilepsi PERDOSSI, 2019).

32
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Organisasi
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,
maka RS Jiwa Pusat Surakarta berubah menjadi RS Jiwa Daerah
Surakarta dibawah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. RS
Jiwa Pusat Surakarta diserahkan dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah pada tahun 2001 berdasarkan SK Menteri
Kesehatan No. 1079/Menkes/SK/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001.
Adapun penetapan RS Jiwa Pusat menjadi RS Jiwa Daerah
Surakarta berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah No.
440/09/2002 pada bulan Februari 2002. Kemudian sejak tahun 2009
RS Jiwa Daerah Surakarta telah menjadi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) Provinsi Jawa Tengah. Daerah RSJD Surakarta
merupakan Rumah Sakit khusus kelas A.

2. Visi, Misi Organisasi


RSJD Surakarta memiliki pedoman dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagai berikut:
1. Visi
“Menjadi Pusat Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan Jiwa
Pilihan Yang Profesional dan Berbudaya”
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan
kesehatan penunjang yang bermutu dan terjangkau
masyarakat
b. Mengembangkan sumber daya manusia melalui
peningkatan kualitas kompetensi aparatur
c. Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit yang
efektif dan efisien

33
d. Menyediakan wahana pendidikan kesehatan jiwa sebagai
rumah sakit pendidikan afiliasi
e. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
pengembangan bidang kesehatan jiwa yang unggul dan
profesional
f. Menerapkan nilai-nilai budaya kerja aparatur dalam
memberikan pelayanan selaras dengan kearifan lokal
3. Nilai-nilai Dasar Organisasi
P : Profesional dalam pelayanan
R : Ramah dalam bersikap terhadap pelanggan
O : Obyektif dalam penyampaian informasi
A : Antusias dalam semangat kerja
K : Kooperatif dalam kerjasama terpadu
T : Target dalam pencapaian program
I : Intensif dalam pelaksanaan tugas
F : Favorit dalam kinerja unggulan rumah sakit
4. Motto
“Melayani Lebih Baik”
5. Janji Pelayanan
“Kami Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, berjanji:
melayani pelanggan secara cepat, tepat, akurat dan memuaskan.”

3. Struktur Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi RumahSakit


a. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

34
Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

b. Tugas Pokok Dan Fungsi Rumah Sakit


Sesuai Peraturan Gubernur no. 97 tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja RS Jiwa Daerah Dr.
Amino Gondohutomo dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Provinsi Jawa Tengah memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Tugas Pokok:
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan khususnya
Kesehatan Jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan serta pengabdian masyarakat.
2. Fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan
Jiwa
b. Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang Pelayanan KesehatanJiwa
c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pelayanan kesehatan jiwa.

35
d. Pelayanan medis kesehatan jiwa
e. Pelayanan penunjang medis dan non medis
f. Pelayanan keperawatan
g. Pelayanan rujukan
h. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan khususnya
kesehatan jiwa
i. Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat
j. Pengelolaan keuangan dana kuntansi
k. Pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan
masyarakat, organisasi dan tata laksana, serta rumah tangga,
perlengkapan dan umum.

3. Deskripsi Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana Dan


Sumber Daya Lain
Sumber daya manusia Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
adalah sebagai berikut:
a. Susunan Kepegawaian
Kondisi umum mengenai Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta adalah sebanyak 406 orang pegawai
yang terdiri dari:

Tabel 3. Data Kepegawaian menurut kelompok fungsional Pendidikan


No. Jenis Ketenagaan Jumlah

I. Medis Dan Paramedis

1. Kedokteran Jiwa 9 orang


2. Kedokteran Spesialis Rehab Medik 1 orang
3. Kedokteran spesialis Saraf 1 orang
4. KedokteranUmum 10 orang

36
5. Kedokteran Gigi 2 orang

6. Sarjana Keperawatan + Ners 115 orang


7. Sarjana Keperawatan 29 orang
8. AKPER 102 orang
9. SPRB/SPKSJ/SPK 3orang
II. Paramedis Non Perawat

1. Profesi Psikolog 7 orang


2. Profesi Farmasi 11 orang
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) 7 orang
4. Akademi Teknik Elektromedik(ATEM) 2 orang
6. APRO/ATRO 4 orang
7. AAK (Akademi Analis Kesehatan) 8 orang
8. Sarjana Gizi 3 orang
9. Sarjana Muda Perekam Medik 15 orang
10. Sarjana Okupasi Terapi 5 orang
11. D IV Fisioterapi 3 orang
12. D IV Analis Kesehatan 4 orang
13. Akademi Gizi (AKZI) 4 orang
14. D III Kesehatan Gigi 1 orang
15. D III Kesehatan Lingkungan 3 orang
16. Sarjana Muda Terapi Wicara 3 orang
17. Akademi Analis Farmasi (AAF) 17 orang
18. SAA (Sekolah Asisten Apoteker) 1 orang
sumber : data internRS

37
b. Kapasitas Tempat Tidur: 340 TT
Kapasitas tempat tidur yang tersedia terdiri dari:
Tabel 4. Kapasitas Tempat Tidur
No. Kelas Kapasitas Perincian
Tersedi
Tersedia Ruang
a
1. VIP 9 TT R.Bisma 9 TT
2. Kelas I 9 TT R. Kresna 9 TT

R. Wisanggeni 3 TT
R. Dewi Kunthi 1 TT
3. Kelas II 22 TT R. Sembodro 2 TT
R. Wisanggeni 3 TT
R. Dewi Kunthi 4 TT
R. Puntadewa 2 TT
R. Arjuna 5 TT

4. Kelas III 299 TT R. Wisanggeni 8 TT


R. Dewi Kunthi 8 TT
R. Puntadewa 15 TT
R. Arjuna 15 TT
R. Abimanyu 25 TT
R. Nakulo 30 TT
R. Sadewa 29 TT
R.Gatotkoco 30 TT
R. Sena 30 TT
R. Sumbodro 15 TT
R. Larasati 29 TT
R. Srikandi 29 TT
R. Drupadi 28 TT
Jumlah 299 TT 299 TT
Sumber : Data intern RS
38
c. Peralatan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta memiliki fasilitas-fasilitas
peralatan dari yang sederhana hingga yang canggih dalam upaya
memberikan pelayanan prima dan menyeluruh.
d. Pelayanan
Saat ini RSJD Surakarta telah terakreditasi penuh 12 pelayanan
sejak tahun 2008. Pelayanan di RSJD Surakarta terdiri dari pelayanan
medis dan pelayanan penunjang.
Pelayanan Medis meliputi:
1. Instalasi Gawat Darurat (24 jam)
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Fisioterapi
5. Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
6. Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
7. Instalasi Gigi dan Mulut
8. Instalasi Psikogeriatri
9. Instalasi Elektromedik
10. Instalasi gangguan NAPZA
11. Instalasi Rekam Medik
12. Instalasi Psikologi

Pelayanan Penunjang meliputi:


1. Instalasi Laboratorium
2. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
3. Instalasi Laundry
4. Instalasi Gizi
5. Instalasi Sanitasi
6. Instalasi Farmasi

B. TUGAS JABATAN PESERTA DIKLAT


Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tentang Jabatan
39
Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya Bab II pasal 4 bahwa tugas
pokok dokter adalah memberikan pelayanan kesehatan pada sarana
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta
membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
kesehatan kepada masyarakat.
Rincian kegiatan tugas jabatan peserta diklat di Dokter saraf Ahli
Pertama di RSJD Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama
b. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana
c. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang
d. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap
e. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana
f. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I
g. Melakukan penyuluhan medik
h. Membuat catatan medik rawat jalan
i. Membuat catatan medik rawat inap
j. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar
k. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam
l. Memimpin satuan unit kerja pelayanan kesehatan
m. Mengikuti seminar (peserta)
n. Menjadi pengurus Profesi Dokter Spesialis Saraf
o. Menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia

C. ROLE MODEL
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru atau
baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan, sifat dan
sebagainya

40
Gambar 3. dr. Agustini Christiawati, MM sebagai role model
Role model bagi penulis adalah dr. Agustini Christiawati, MM wakil
direktur pelayanan medis di instansi tempat penulis bekerja. Beliau sudah
menyelesaikan tugasnya sebagai seorang PNS sejak bulan September
tahun lalu. Kurang lebih satu tahun sebelum pension, beliau sempat
menjadi pejabat pelaksana tugas Direktur di instansi tempat penulis
bekerja. Beliau adalah seorang pimpinan dan dokter yang dapat menjadi
panutan, inspirasi, contoh, dan teladan bagi penulis. Saat masih aktif
bekerja sebagai PNS, beliau menerapkan nilai-nilai ANEKA dalam
pekerjaannya sehari-hari. Beliau menjunjung tinggi nilai anti korupsi yaitu
kedisiplinan dan kejujuran dalam menyelesaikan tugas, bertangggung
jawab sebagai wakil direktur. Beliau bekerja dengan mengedepankan nilai
komitmen mutu dengan berorientasi pada kualitas pelayanan, bahkan
berkontribusi dalam menjaga mutu seluruh sektor rumah sakit. Sehari-hari
beliau juga menjalankan tugas dan jabatannya dengan penuh integritas
sesuai nilai akuntabilitas. Beliau mengedepankan musyawarah dalam
pengambilan keputusan dan menerapkan setiap tugas dan kewajiban
apabila dilakukan secara gotong royong dengan pembagian yang adil
sesuai tupoksi maka segala masalah dapat diselesaikan dengan baik, hal
tersebut mengamalkan nasionalisme terutama sila ke-4 dan ke-5. Penulis
banyak belajar dari beliau sebagai pimpinan, senior dan juga guru untuk
tetap konsisten menerapkan nilai-nilai ANEKA tanpa memandang pangkat
dan jabatan.
41
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai ANEKA


Unit Kerja : RSJD Surakarta
Identifikasi Isu :
1. Belum optimalnya penapisan hipersomnia
dengan skala Epworth Sleepiness pada pasien
rawat jalan di RSJD Surakarta
2. Kurang optimalnya pelayanan pemberian obat
injeksi di poliklinik non jiwa di RSJD Surakarta
3. Belum optimalnya pelayanan Dokter Saraf
pada pasein poliklinik rawat jalan di RSJD
Surakarta
4. Kurang optimalnya pelayanan Transcranial
Magnetic Stimulation sebagai alternatif terapi
Electroconvulsive dengan premedikasi di rawat
inap RSJD Surakarta
5. Belum optimalnya pemeriksaan laboratorium
fungsi hati terhadap efek samping obat pada
pasien epilepsi rawat jalan di RSJD Surakarta.
Isu yang diangkat : Belum optimalnya pemeriksaan laboratorium fungsi
hati terhadap efek samping obat pada pasien
epilepsi rawat jalan di RSJD Surakarta
Judul : Optimalisasi pemeriksaan laboratorium fungsi hati
terhadap efek samping obat pada pasien epilepsi
rawat jalan di RSJD Surakarta
Gagasan Penyelesaian Isu :
1. Menyusun revisi Panduan Praktek Klinis
Epilepsi (Inovasi)
2. Menyusunan Standar Prosedur Operasional
pemeriksaan laboratorium fungsi hati pada

42
pasein epilepsi (Inovasi)
3. Melakukan Sosialisasi SPO pemeriksaan
laboratorium fungsi hati pada pasein epilepsi
(Perintah Atasan)
4. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan
laboratorium fungsi hati pada pasein epilepsi
di rawat jalan (SKP)
5. Melakukan evaluasi pemeriksaan
laboratorium fungsi hati pada pasien epilepsi
di rawat jalan (SKP)

43
Tabel 5. Rancangan Kegiatan Aktualisasi

No KEGIATAN TAHAP KEGIATAN OUTPUT/HASIL KETERKAITAN SUBSTANSI MATA KONTRIBUSI TERHADAP PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN PELATIHAN VISI MISI ORGANISASI NILAI ORGANISASI

1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan revisi Tersusunnya Melalui output / hasil Melalui output / hasil
Panduan Praktek revisi Panduan kegiatan ini: kegiatan ini:
Klinis Epilepsi Praktek Klinis
(Inovasi) Epilepsi “Tersusunnya Revisi “Tersusunnya Revisi
a. Melakukan a. Adanya Proses melakukan penyusunan revisi Panduan Praktek Klinis Panduan Praktek Klinis
konsultasi persetujuan dari Panduan Praktek Klinis Epilepsi dapat Epilepsi “ Epilepsi “
dengan mentor untuk terwujud, hal ini sejalan dengan subtansi
mentor revisi PPK materi manajemen ASN bahwa dalam Memberikan kontribusi Memperkuat nilai
setiap pekerjaan perlu dukungan regulasi. dalam organisasi
Juga materi WoG yang menitik beratkan visi organisasi yaitu RSJD Surakarta yaitu:
pada pentingnya sinergitas, koordinasi, “menjadi pusat
b. Menyiapkan b. Tersedianya dan kolaborasi antara kebijakan dengan pelayanan dan “Profesional dalam
referensi Referensi sistem layanan yang terpadu sehingga pendidikan kesehatan pelayanan dan Intensif
sebagai acuan sebagai acuan dapat meningkatkan efektivitas pelayanan jiwa pilihan yang dalam pelaksanaan
dalam revisi PPK yang diberikan. Selain itu pada kegiatan profesional dan tugas”
melakukan inipun terkait materi Pelayanan Publik berbudaya”
revisi PPK yang menitikberatkan pada kejelasan dan
keterukuran proses pelayanan akan dan memberikan
memberikan panduan kepada tenaga konstribusi terhadap Misi
c. Melakukan c. Terlaksananya medis dalam praktek klinis no. 2 yaitu
koordinasi koordinasi “Mengembangkan
dengan teman dengan teman Dalam kaitannya dengan aktualisasi nilai- sumber daya manusia
sejawat dokter sejawat dokter nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang melalui peningkatan
spesialis jiwa spesialis jiwa relevan untuk diimplementasikan kualitas kompetensi
diantaranya aparatur.”

d. Melakukan d. Tersusunnya Akuntabilitas:


penyusunan revisi PPK  Menerima dan melaksanakan
revisi PPK Epilepsi rekomendasi dari mentor dengan penuh
integritas.
 Saya bertanggung jawab atas
persetujuan yang diberikan dan
44
menunjukkan kepercayaan

Nasionalisme:
 Sila ke-1 tidak mebedakan yang berbeda
keyakinan dalam pembentukan tim kerja
 Sila Ke-2 Adil dalam pembagian tugas dan
fungsi
 Sila ke-3 Menggunakan bahasa persatuan
(Bahasa Indonesia) agar dapat dipahami
oleh setiap anggota Tim
 Sila Ke-4 selalu mengedepankan
musyawarah dalm berkoordinasi
 Sila Ke-5 Menyusun revisi tepat waktu

Etika Publik:
 Sopan dan santun dalam berkordinasi
dengan teman sejawat dokter
 Saya menunjukkan sikap respek terhadap
mentor

Komitmen Mutu
 Menyusun materi PPK dengan
berorientasi pada mutu demi
menghasilkan revisi Panduan Praktek
Klinis yang berkualitas

Anti Korupsi:
 Kedisiplinan akan menjalankan tugas
yang diberikan

45
No KEGIATAN TAHAP OUTPUT/HASIL KETERKAITAN SUBSTANSI MATA KONTRIBUSI PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN PELATIHAN TERHADAP VISI MISI NILAI ORGANISASI
ORGANISASI
2. Menyusunan Tersusunnya Melalui output / hasil Melalui output / hasil
Draft Standar Standar Prosedur kegiatan ini: kegiatan ini:
Prosedur Operasional
Operasional pemeriksaan “Tersusunnya Draft “Tersusunnya Draft
pemeriksaan laboratorium fungsi Standar Prosedur Standar Prosedur
laboratorium hati pada pasein Operasional Operasional
fungsi hati epilepsi pemeriksaan pemeriksaan
pada pasein a. Melakukan a. Adanya Proses melakukan penyusunan Draft laboratorium fungsi laboratorium fungsi
epilepsi Konsultasi Persetujuan dan Standar Prosedur Operasional hati pada pasein hati pada pasein
(inovasi) dengan arahan dari pemeriksaan laboratorium fungsi hati epilepsi” epilepsi”
mentor mentor untuk pada pasein epilepsi dapat terwujud,
menyusun SPO hal ini sejalan dengan subtansi materi Memberikan kontribusi
manajemen ASN bahwa dalam setiap dalam Memperkuat nilai
b. Koordinasi b. Terlaksananya pekerjaan perlu dukungan regulasi. visi organisasi yaitu organisasi
dengan rapat koordinasi Juga materi WoG yang menitik “menjadi pusat RSJD Surakarta yaitu:
Kepala tim beratkan pada pentingnya sinergitas, pelayanan dan
Instalasi koordinasi, dan kolaborasi antara pendidikan kesehatan “Profesional dalam
Rawat Jalan kebijakan dengan sistem layanan yang jiwa pilihan yang pelayanan dan
dan Kepala terpadu sehingga dapat meningkatkan profesional dan kooperatif dalam
Instalasi efektivitas pelayanan yang diberikan. berbudaya” kerjasama terpadu”
Laboratorium Selain itu pada kegiatan inipun terkait
materi Pelayanan Publik yang dan memberikan
c. Menyiapkan c. Tersedianya menitikberatkan pada kejelasan dan konstribusi
materi materi referensi keterukuran proses pelayanan.akan misi no. 1 yaitu
referensi penyusunan memberikan panduan kepada tenaga “memberikan
untuk SPO medis dalam praktek klinis pelayanan kesehatan
penyusunan jiwa dan kesehatan
SPO Dalam kaitannya dengan aktualisasi penunjang yang
nilai-nilai dasar PNS maka nilai-nilai bermutu dan
d. Menyusun d. Tersusunnnya dasar yang relevan untuk terjangkau
draft SPO draft SPO diimplementasikan diantaranya masyarakat”

46
Akuntabilitas:
 Kerjasama dan komunikasi dengan
anggota tim dilakukan dengan
transparansi
 Kerjasama dilakukan untuk
mendapatkan persamaan persepsi
(kejelasan)

Nasionalisme:
 Sila ke-3 Menggunakan bahasa
persatuan (Bahasa Indonesia) agar
dapat dipahami oleh setiap anggota
Tim

Etika Publik:
 Dalam berkoordinasi dengan tim
menerapkan rasa kebersamaan dan
keluwesan dalam menghadapi
perbedaan pendapat.

Komitmen Mutu:
 Dalam merancang SOP dengan tim
berorientasi pada mutu, guna
menjalankan pelayanan sepenuh
hati demi perbaikan pelayanan yang
berkelanjutan.

Anti Korupsi:
 Kedisiplinan akan menjalankan
tugas yang diberikan

47
No KEGIATAN TAHAP OUTPUT/HASIL KETERKAITAN SUBSTANSI MATA KONTRIBUSI PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN PELATIHAN TERHADAP VISI MISI NILAI ORGANISASI
ORGANISASI
3. Melakukan Terlaksananya Proses melakukan melakukan Melalui output / hasil Melalui output / hasil
Sosialisasi solisalisasi SPO Sosialisasi SPO pemeriksaan kegiatan ini: kegiatan ini:
SPO pemeriksaan laboratorium fungsi hati pada pasein
pemeriksaan laboratorium epilepsi dapat terwujud, hal ini sejalan “Terlaksananya “Terlaksananya
laboratorium fungsi hati pada dengan subtansi materi manajemen solisalisasi SPO solisalisasi SPO
fungsi hati pasein epilepsi ASN bahwa dalam setiap pekerjaan pemeriksaan pemeriksaan
pada pasein perlu dukungan regulasi. Juga materi laboratorium fungsi laboratorium fungsi
epilepsi a. Melakukan a. Adanya WoG yang menitik beratkan pada hati pada pasein hati pada pasein
(Perintah Konsultasi Persetujuan pentingnya sinergitas, koordinasi, dan epilepsi” epilepsi”
Atasan) dengan kegiatan kolaborasi antara kebijakan dengan
mentor sosialisasi SPO sistem layanan yang terpadu Memberikan kontribusi Memperkuat nilai
pemeriksaan sehingga dapat meningkatkan dalam organisasi RSJD
laboratorium efektivitas pelayanan yang diberikan. visi organisasi yaitu Surakarta yaitu :
fungsi hati pada Selain itu pada kegiatan inipun terkait “menjadi pusat “obyektif dalam
pasein epilepsi materi Pelayanan Publik yang pelayanan dan menyampaikan
oleh mentor menitikberatkan pada kejelasan dan pendidikan kesehatan informasi dan
keterukuran proses pelayanan.akan jiwa pilihan yang professional dalam
memberikan panduan kepada tenaga profesional dan pelayanan”
b. Menyiapkan b. Adanya materi medis dalam praktek klinis berbudaya”
Materi dan presentasi dan
administrasi administrasi Dalam kaitannya dengan aktualisasi Dan memberi
sosialisasi untuk nilai-nilai dasar PNS maka nilai-nilai
kontribusi misi no 2
sosialisasi SPO dasar yang relevan untuk
yaitu
diimplementasikan diantaranya “Mengembangkan
sumber daya manusia
c. Melaksanakan c. Terlaksananya Akuntabilitas: melalui peningkatan
sosialisasi ke sosialisasi SPO  Tanggung Jawab menyiapkan materi kualitas kompetensi
unit rawat ke rawat jalan dan kelengkapan administrasi aparatur.”
jalan sosialisasi
 Kejelasan dalam penyampaian
sosialisasi

48
Nasionalisme:
 Sila ke-3 Menggunakan bahasa
persatuan (Bahasa Indonesia) saat
sosialisasi agar mudah dipahami

Etika Publik:
 Sopan dan Santun dalam melakukan
sosialisasi

Komitmen Mutu:
 Presentasi ini juga sebagai
komunikasi yang Efektif efisien
dalam dalam memamparkan SPO
dan hasil yang diharapkan.

Anti Korupsi:
 Nilai Kedisiplinan diterapkan
dengan datang tepat waktu

49
No KEGIATAN TAHAP OUTPUT/HASIL KETERKAITAN SUBSTANSI MATA KONTRIBUSI PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN PELATIHAN TERHADAP VISI MISI NILAI ORGANISASI
ORGANISASI
4. Melaksanakan Terlaksananya Melalui output / hasil Melalui output / hasil
kegiatan kegiatan kegiatan ini: kegiatan ini:
pemeriksaan pemeriksaan
laboratorium laboratorium “Terlaksananya “Terlaksananya
fungsi hati pada fungsi hati pada kegiatan kegiatan pemeriksaan
pasein epilepsi pasein epilepsi di pemeriksaan laboratorium fungsi hati
di rawat jalan rawat jalan laboratorium fungsi pada pasein epilepsi di
(SKP) a.Melakukan a. Adanya Proses melaksanakan kegiatan hati pada pasein rawat jalan”
koordinasi persamaan pemeriksaan laboratorium fungsi hati epilepsi di rawat
dengan tim persepsi dan pada pasein epilepsi di rawat jalan jalan” Memperkuat nilai
perawat rawat kerjasama dapat terwujud, hal ini sejalan dengan organisasi RSJD
jalan terkait pemberian subtansi materi manajemen ASN Memberikan Surakarta yaitu :
pemberian blanko pengantar bahwa dalam setiap pekerjaan perlu kontribusi dalam “professional dalam
pengantar laboratorium dukungan regulasi. Juga materi WoG visi organisasi yaitu pelayanan dan intensif
laboratorium pada pasien yang menitik beratkan pada “menjadi pusat dalam pelaksanaan
epilepsi pentingnya sinergitas, koordinasi, dan pelayanan dan tugas”
kolaborasi antara kebijakan dengan pendidikan kesehatan
sistem layanan yang terpadu jiwa pilihan yang
b.Melakukan b. Adanya sehingga dapat meningkatkan profesional dan
koordinasi Persamaan efektivitas pelayanan yang diberikan. berbudaya”
dengan persepsi dan Selain itu pada kegiatan inipun terkait
dokter, analis kerjasama materi Pelayanan Publik yang Dan memberi
laboratorium dengan dokter menitikberatkan pada kejelasan dan kontribusi
terkait untuk keterukuran proses pelayanan akan misi no. 1 yaitu
skrinning memberikan memberikan panduan kepada tenaga “memberikan
pasein pengantar medis dalam praktek klinis pelayanan kesehatan
epilepsi yang pemeriksaan jiwa dan kesehatan
belum laboratorium, Dalam kaitannya dengan aktualisasi penunjang yang
mendapatkan adanya nilai-nilai dasar PNS maka nilai-nilai bermutu dan
pemeriksaan kerjasama terkait dasar yang relevan untuk terjangkau
laboratorium hasil diimplementasikan diantaranya masyarakat”
fungsi hati pemeriksaan
50
laboratorium Akuntabilitas:
 kepemimpinan dan menaruh
kepercayaan saat melakukan
koordinasi
c. Melaksanakan c. Terlaksananya  transparansi dalam menyamakan
pemeriksaan pemeriksaan persepsi secara jelas dan menjalin
laboratorium laboratorium koordinasi
fungsi hati fungsi hati pada
pada pasein pasein epilepsi di
epilepsi di rawat jalan Nasionalisme:
rawat jalan  Sila ke-5 mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan dalam
berkoordinasi

Etika Publik:
 Cermat dalam melakukan skrinning
pasien yang akan diberi pengantar
laboratorium.
 Sopan dan Santun dalam meminta
bantuan sejawat pada pelaksanaan
pemeriksan laboratorium

Komitmen Mutu:
 Hasil pemeriksaan laboratorium
dilakukan dengan berorientasi mutu
agar hasil akurat terpercaya

Anti Korupsi:
 Nilai Kejujuran diterapkan dalam
hasil pemeriksaan laboratorium untuk
tatalaksana lanjutan

51
No KEGIATAN TAHAP OUTPUT/HASIL KETERKAITAN SUBSTANSI MATA KONTRIBUSI PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN PELATIHAN TERHADAP VISI MISI NILAI ORGANISASI
ORGANISASI
5. Melakukan Terlaksananya Melalui output / hasil Melalui output / hasil
evaluasi evaluasi kegiatan ini: kegiatan ini:
pemeriksaan pemeriksaan
laboratorium laboratorium “Terlaksananya “Terlaksananya
fungsi hati fungsi hati pada evaluasi evaluasi
pada pasien pasien epilepsi di pemeriksaan pemeriksaan
epilepsi di rawat jalan laboratorium fungsi laboratorium fungsi
rawat jalan a. Mengevaluasi a. Terevaluasinya Proses melaksanakan evaluasi hati pada pasien hati pada pasien
(SKP) hasil data pasien pemeriksaan laboratorium fungsi epilepsi di rawat epilepsi di rawat
pemeriksaan hasil hati pada pasien epilepsi di rawat jalan” jalan”
fungsi hati pemeriksaan jalan dapat terwujud, hal ini sejalan
pasien epilepsi fungsi hati dengan subtansi materi manajemen Memberikan kontribusi Memperkuat nilai
di rawat jalan pasien epilepsi ASN bahwa dalam setiap pekerjaan dalam organisasi RSJD
bulan Februari di rawat jalan perlu dukungan regulasi. Juga visi organisasi yaitu Surakarta yaitu :
2020 bulan Februari materi WoG yang menitik beratkan “menjadi pusat “professional dalam
2020 pada pentingnya sinergitas, pelayanan dan pelayanan, target
koordinasi, dan kolaborasi antara pendidikan kesehatan dalam pencapaian
b. Melaksanakan b. Adanya kebijakan dengan sistem layanan jiwa pilihan yang program, dan intensif
koordinasi Pemberian yang terpadu sehingga dapat profesional dan dalam pelaksanaan
terapi dengan terapi lanjutan meningkatkan efektivitas pelayanan berbudaya” tugas”
dokter jiwa dan bagi pasien yang diberikan. Selain itu pada
residen jiwa epilepsi yang kegiatan inipun terkait materi Dan memberi
terkait hasil fungsi hatinya Pelayanan Publik yang kontribusi
pemeriksaan bermasalah menitikberatkan pada kejelasan dan misi no. 1 yaitu
laboratorium keterukuran proses pelayanan akan “memberikan
fungsi hati memberikan panduan kepada pelayanan
tenaga medis dalam praktek klinis kesehatan jiwa dan
c. Rapat evaluasi c. Terlaksananya kesehatan
pelaksanaan rapat evaluasi Dalam kaitannya dengan aktualisasi penunjang yang
pemeriksaan pelaksanaan nilai-nilai dasar PNS maka nilai-nilai bermutu dan
fungsi hati pemeriksaan dasar yang relevan untuk terjangkau
pasien epilepsi fungsi hati diimplementasikan diantaranya masyarakat”
52
di rawat jalan pasien epilepsi Akuntabilitas:
di rawat jalan  Kepemimpinan dan menaruh
kepercayaan saat melakukan
koordinasi
 Nilai kepemimpinan dan
keadilan dalam memimpin rapat

Nasionalisme:
 Sila ke-1, Ketuhanan yang Maha
Esa, mengawali dengan berdoa
sebelum memulai rapat
 Sila Ke-4 selalu mengedepankan
musyawarah

Etika Publik:
 Cermat dalam melakukan skrinning
pasien yang akan diberi pengantar
laboratorium.
 Sopan dan Santun dalam meminta
bantuan sejawat pada pelaksanaan
pemeriksan laboratorium

Komitmen Mutu:
 Sopan dan Santun dalam
pelakssaan rapat
 Komunikatif pada saat diskusi

Anti Korupsi:
 Nilai Tanggung jawab dalam
melaksanakan hasil rapat
 Nilai Kedisiplinan diterapkan
dengan datang tepat waktu
Sumber : data dielaborasi penulis, 2020

53
B. Jadwal Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi
Kegiatan aktualisasi dan habituaasi akan dilaksanakan pada saat off campus selama 30 hari yaitu
tanggal 28 Januari – 2 Maret 2020 di RSJD Surakarta.

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Aktualisasi


Januari Februari Maret Bukti
No Kegiatan
28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2

1 Menyusun revisi Panduan Foto, revisi PPK, notulen,


Praktek Klinis Epilepsi daftar hadir

2 Menyusun SOP Foto, SPO, notulen,


pemeriksaan laboratorium daftar hadir
fungsi hati pada pasien
epilepsi
3 Melakukan sosialisasi SOP Foto kegiatan,
pemeriksaan laboratorium Presentasi penyuluhan,
fungsi hati pada pasien daftar hadir
epilepsi
4 Melaksanakan kegiatan Foto kegiatan, daftar
pemeriksaan laboratorium pasien, hasil
fungsi hati pada pasien pemeriksaan
epilepsi di rawat jalan laboratorium, foto
rekam medis (evaluasi
terapi)
5 Melakukan evaluasi hasil Foto kegiatan, daftar
. pemeriksaan laboratorium hadir, notulen, laporan
fungsi hati pasien epilepsi data pasien bulan
di rawat jalan Februari 2020, laporan
evaluasi dan tindak
lanjut

Keterangan : Sumber : data dielaborasi penulis, 2020

: Hari Libur 54
: Pelaksanaan Kegiatan
B. Antisipasi Dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan habituasi rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN akan
dilaksanakan di RS Jiwa Daerah Surakarta dalam pelaksanaannya
dimungkinkan terjadinya kendala-kendala yang berisiko menghambat
kegiatan yang telah direncanakan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu,
diperlukan antisipasi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut sehingga
dampak yang menghambat kegiatan tersebut dapat diminimalisir. Antisipasi
dalam menghadapi kendala-kendala selama aktualisasi dapat dijelaskan
lebih lanjut pada tabel berikut.

55
Tabel 7. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

No Kegiatan Kendala Antisipasi Strategi


Mengatasi Menghadapi Kendala
Kendala
1 Menyusun revisi Kurang sesuainya Mencari Pedoman Mencari Pedoman
Panduan Praktek PPK dengan Tatalaksana Tatalaksana Epilepsi
Klinis Epilepsi Pedoman Epilepsi Nasional Terbaru dari
Tatalaksana Terbaru Organisasi Dunia
Epilepsi Nasional
2 Menyusun Draft Keterlambatan Mengawal proses Berkomunikasi intensif
SOP pemeriksaan dalam penerbitan dari pembuatan dengan Seketaris
laboratorium SOP sampai menjadi Direktur
fungsi hati pada draft
pasien epilepsi
3 Melakukan Tidak semua rekan Membuat Perwakilan dari unit-
sosialisasi SOP rawat jalan dapat undangan unit terkait harus hadir
pemeriksaan menghadiri sosialisasi dari dan menyampaikan
laboratorium sosialisasi jauh hari kepada rekan yang
fungsi hati pada lain
pasien epilepsi
4 Melaksanakan Sejawat Dokter Menyediakan Bekerja sama dengan
kegiatan Spesialis Jiwa dan pengantar perawat poliklinik
pemeriksaan Residen Jiwa lupa laboratorium di rawat jalan untuk
laboratorium memberikan meja periksa melampirkan
fungsi hati pada pengantar pengantar
pasien epilepsi di laboratorium laboratorium pada
rawat jalan pasien epilepsi
5 Melakukan Data yang didapat Mempersempit Membuka rekam
evaluasi hasil minimal karena kriteria pasien, medis atau elektronik
pemeriksaan rentang waktu yang hanya pasien rekam medis, mencari
laboratorium hanya sebentar epilepsi. riwayat pemeriksaan
fungsi hati pasien laboratorium
epilepsi di rawat
jalan
Sumber : data dielaborasi penulis, 2020

56
BAB V
PENUTUP

Setelah menelaah permasalahan yang ada saya menyusun rancangan


kegiatan aktualisasi guna menyelesaikan isu “Belum optimalnya pemeriksaan
laboratorium fungsi hati terhadap efek samping obat pada pasien epilepsi
rawat jalan di RSJD Surakarta”. Dalam menyelesaikan isu tersebut saya
membuat rancangan untuk menyelesaikan isu tersebut, rancangan tersebut
terdiri dari 5 kegiatan yang meliputi:
1. Menyusun revisi Panduan Praktek Klinis Epilepsi
2. Menyusunan Standar Prosedur Operasional pemeriksaan
laboratorium fungsi hati pada pasein epilepsi
3. Melakukan Sosialisasi SPO pemeriksaan laboratorium fungsi hati
pada pasein epilepsi
4. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium fungsi hati pada
pasein epilepsi di rawat jalan
5. Melakukan evaluasi pemeriksaan laboratorium fungsi hati pada
pasien epilepsi di rawat jalan
Rancangan aktualisasi akan dilaksanakan pada saat off campus selama 30
hari yaitu tanggal 28 Januari – 2 Maret 2020 bertempat di RSJD Surakarta.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan menunjukkan adanya keterkaitan
dengan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu ANEKA (akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi) serta peran dan
kedudukan PNS dalam NKRI yaitu manajemen PNS, Whole of Government,
dan pelayanan publik. Kegiatan yang disusun ini juga berkontribusi terhadap
terlaksananya visi dan misi serta nilai-nilai organisasi RSJD Surakarta dalam
setiap pelaksanaan dengan demikian pelayanan kesehatan di rawat jalan
dapat berjalan optimal dan kepuasan masyarakat meningkat.

57
DAFTAR PUSTAKA

Fisher R, Cross H, D’Souza C, et al. 2017. Instruction Manual For ILAE 2017
operational classification seizure type. Epilepsia, p531-542.

Ika T, Hidayati E.2019. Family Support On Severe Frequency In Epilepsy


Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Media Keperawatan
Indonesia, Vol 2 No 1, February p.21-28

Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI 2019. Pedoman Tatalaksana Epilepsi.


Surabaya: Airlangga University Pres

Kusumastutik K, Gunadharma S KE. 2014. editor. Pedoman Tatalaksana


Epilepsi. Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI. Surabaya: Airlangga
University Pres.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2014


tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul

58
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III.

Pandit A, Sachdeva T, Bafna P. 2012. Drug-Induced Hepatotoxicity:A Review.


Journal of Applied Pharmaceutical Science 02 (05); p 233-243

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 tahun 2018 tentang


Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen


Pegawai Negeri Sipil

Scheffer I, Berkovic S, Capovilla G, et al.2017. ILAE Claziffication of


epilepsies-Potition paper of ILAE Commision for Classification
and Terminology. Epilepsia.p.521-21.

RSJD Surakarta.2019. Rekapitulasi Data Rekam medis Rawat Jalan RSJD


Surakarta.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

59
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS
1. Nama : dr. Martha Iccha Kertawari Buntoro, Sp.S., M.Kes
2. Alamat : Poko Rt 01 / Rw 05 Duwet Wonosari Klaten
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Tempat, Tanggal Lahir: Yogyakarta, 29 Oktober 1985
5. Agama : Kristen Protestan
6. No. Handphone : 082134627495 / 08112647495
7. Alamat Email : icchabuntoro@gmail.com
8. Status Perkawinan : Menikah, Anak 1

RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenjang Pendidikan Tahun Tahun Jurusan
Masuk Lulus
1 SMA Negeri 5 Yogyakarta 2000 2003 IPA
2 Sarjana Kedokteran FK UNS 2003 2008 -
3 Dokter (FK UNS) 2008 2010 -
4 Spesialis Saraf (FK UNS) 2011 2015 -
5 Magister Kesehatan (Pascasarjana UNS) 2011 2015 M.Kes

RIWAYAT PEKERJAAN
No Nama Instansi Lama Bekerja Jabatan
1 RS. Ludira Husada Tama Juli – September Dokter umum
Tegalrejo Yogyakarta 2011
2 RS. Bethesda Yogyakarta November – April Dokter IGD
2011
3 RS. Jiwa Daerah Surakarta Desember 2015 - Dokter Spesialis
sekarang Saraf BLUD
4 RS. Nirmala Suri Sukoharjo Februari 2016 - Spesialis Saraf
sekarang Part timer
5 RS. Indriati Solo Baru Sukoharjo Mei 2017 - Spesialis Saraf
sekarang Part timer

60

Anda mungkin juga menyukai