Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM INTEGUMEN DENGAN


LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Disusun Oleh
KELOMPOK IV
KELAS A2 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

ADELIA CHARISMA PUTRI


GALUH AYUNDA P.
HANIS RILL AZMI
PUTU ISTI INDRIANI
RIZKI APRILIA
SETYO RETNONING TYASTUTI
SYAHRIAL FARIZI
SURYA HARDIANTI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
TAHUN AJARAN 2014

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1

LUKA BAKAR (COMBUSTIO)


1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001)
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)
2. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara
garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami
memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat
rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
2

4.
5.

6.
7.
8.

mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.
Zat kimia (asam atau basa)
Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

3. Anatomi fisiologi combustio/ luka bakar


Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya
bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera
suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum
korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang
melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah
substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3
lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas
untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan
dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel
yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang
di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
3

Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari selsel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi
kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya
adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah
deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki.
Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin.
Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin
berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia
mayora.

Gambar 4. Anatomi Kulit


A. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
4

terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:


a) Kepala dan leher

: 9%

b) Lengan masing-masing 9%

: 18%

c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%


d) Tungkai maisng-masing 18%

: 36%

e) Genetalia/perineum

: 1%
Total : 100%

B. Berat ringannya luka bakar


Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
beberapa faktor antara lain :
a) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b) Kedalaman luka bakar.
c) Anatomi lokasi luka bakar.
d) Umur klien.
e) Riwayat pengobatan yang lalu.
f) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
1) Parah critical:
a)

Tingkat II

b) Tingkat III
c)

: 30% atau lebih.


: 10% atau lebih.

Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft


tissue yang luas.
2) Sedang moderate:
a) Tingkat II

: 15 30%

b) Tingkat III

: 1 10%

3) Ringan minor:
a) Tingkat II

: kurang 15%

b) Tingkat III

: kurang 1%

patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran
5

atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,


denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar
dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air
panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang
serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik
awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika
akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan
pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan
cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus
turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf
simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam
tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat
pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka
bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
6

tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktorfaktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme

Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)


Bahan Kimia

Termis

Radiasi
LUKA BAKAR

Biologis

Listrik/petir

Psikologis

Pada Wajah

Di ruang tertutup

Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa

Keracunan gas CO

Penguapan
meningkat

Oedema laring

CO mengikat Hb

Peningkatan pembuluh
darah kapiler

Obstruksi jalan nafas

Hb tidak mampu
mengikat O2

MK:
Gangguan
Konsep diri
Kurang
pengetahuan
Anxietas

Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Ganguan aktivitas
Kerusakan integritas kulit

Ektravasasi cairan
(H2O, Elektrolit,
protein)

Gagal nafas
Hipoxia otak

Tekanan onkotik
menurun.
Tekanan
hidrostatik
Cairan intravaskuler
menurun
meningkat

MK: Jalan nafas


tidak efektif

Hipovolemia dan
hemokonsentrasi

Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
Gangguan perfusi jaringan

Gangguan sirkulasi
makro
Gangguan
sirkulasi seluler

Gangguan perfusi organ penting


Otak

Kardiovaskuler

Ginjal

Hepar

Hipoxia

Kebocoran
kapiler

Hipoxia
sel ginjal

Pelepasan
katekolamin

Sel
otak
mati

Penurunan
curah jantung

Hipoxia
hepatik

Gagal
fungsi
sentral

Fungsi
ginjal
menurun

Gagal jantung

Gagal
ginjal

Gagal hepar

GI
Traktus
Dilatasi
lambun
g

Neurologi

Imun

Gangguan
Neurologi

Daya
tahan
tubuh
menurun

Hambahan
pertumbuhan

Gangguan
perfusi
Laju
metabolisme
meningkat
Glukoneogenesis
glukogenolisis
MK: Perubahan
nutrisi

MULTI SISTEM ORGAN

MANIFESTASI KLINIS COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


Kedalaman
Dan
Bagian Kulit
Penyebab
Yang Terkena
Luka Bakar
Derajat Satu Epidermis
(Superfisial):
tersengat
matahari,
terkena
api
dengan
intensitas
rendah

Gejala

Penampilan Luka

Kesemutan,
Memerah, menjadi
hiperestesia
putih ketika ditekan
(supersensivitas), rasa minimal atau tanpa
nyeri mereda jika edema
didinginkan

Derajat Dua Epidermis dan Nyeri,


hiperestesia,
(Partialbagian dermis sensitif terhadap udara
Thickness):
yang dingin
tersiram
air
mendidih,
terbakar oleh
nyala api

Melepuh,
dasar
luka
berbintikbintik
merah,
epidermis
retak,
permukaan
luka
basah,
terdapat
edema

Derajat Tiga
(FullThickness):
terbakar nyala
api,
terkena
cairan
mendidih
dalam waktu
yang
lama,
tersengat arus
listrik

Kering, luka bakar


berwarna
putih
seperti bahan kulit
atau gosong, kulit
retak
dengan
bagian lemak yang
tampak,
terdapat
edema

Epidermis,
keseluruhan
dermis
dan
kadangkadang
jaringan
subkutan

Tidak terasa nyeri,


syok,
hematuria
(adanya darah dalam
urin) dan kemungkinan
pula
hemolisis
(destruksi sel darah
merah), kemungkinan
terdapat luka masuk
dan keluar (pada luka
bakar listrik)

Perjalanan
Kesembuhan
Kesembuhan
lengkap dalam
waktu
satu
minggu,
terjadi
pengelupasan
kulit
Kesembuhan
dalam waktu
2-3 minggu,
pembentukan
parut
dan
depigmentasi,
infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Pembentukan
eskar,
diperlukan
pencangkokan
, pembentukan
parut
dan
hilangnya
kontur
serta
fungsi kulit,
hilangnya jari
tangan
atau
ekstrenitas

dapat terjadi

4. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar


A. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
B. Luka bakar grade III.
C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
5. Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a. Udara panas mukosa rusak oedem
obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin
iritasi Bronkhokontriksi obstruksi
gagal nafas.
2) Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke
ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan Baxter.
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
-

Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan


nekrotik.

Tulle.
9

F.

Silver sulfa diazin tebal.

Tutup kassa tebal.

Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.

Obat obatan:
-

Antibiotika

: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak

kejadian.
-

Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.

Analgetik: kuat (morfin, petidine)

Antasida : kalau perlu

10

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.

Pengkajian
a)

Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c)

Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.

d)

Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.

11

e)

Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

f)

Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).

g)

Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

h)

Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda:

serak;

batuk

mengii;

partikel

karbon

dalam

sputum;

ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera


inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i)

Keamanan:
Tanda:

12

Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j)

Pemeriksaan diagnostik:
(1)

LED: mengkaji hemokonsentrasi.

(2)

Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan


biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.

(3)

Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi

13

pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.


(4)

BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

(5)

Urinalisis

menunjukkan

mioglobin

dan

hemokromogen

menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.


(6)

Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

(7)

Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat


menurun pada luka bakar masif.

(8)

Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi


asap.

2.

Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning
and

documenting

patient

care

mengemukakan

beberapa

Diagnosa

keperawatan sebagai berikut :


1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka
bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
2

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera


inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka
bakar sirkumfisial dari dada atau leher.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak


adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.

Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan


edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.

Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi


neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran

14

darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan


edema.
7

Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari
proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.

Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

gangguan

neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.


9

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan


permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).

10

Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan


krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan
nyeri.

11

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak
mengenal sumber informasi.

3.

Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawatan

Kriteria

Intervensi

Rasional

Hasil
Resiko

Bersihan jalan

Kaji

jalan nafas tidak

nafas

menelan;

efektif

efektif.

pengaliran

berhubungan

Kriteria Hasil :

ketidakmampuan

dengan obstruksi

Bunyi

serak, batuk mengi.

trakheobronkhial;

vesikuler, RR

Awasi

oedema mukosa;

dalam

batas

kedalaman

kompressi

normal, bebas

perhatikan

dispnoe/cyano

pucat/sianosis dan sputum

sis.

mengandung

nafas .

bersihan

jalan

tetap

nafas

refleks

gangguan

Dugaan cedera inhalasi

perhatikan
air

liur,
menelan,

frekuensi,

merah muda.

penggunaan

otot

bantu, sianosis dan perubahan


irama,

pernafasan

adanya
karbon

Takipnea,

sputum menunjukkan terjadi


distress pernafasan/edema paru
dan

kebutuhan

intervensi

medik.

atau
Obstruksi

jalan

nafas/distres

pernafasan dapat terjadi sangat

15

Auskultasi paru, perhatikan

cepat

stridor,

sampai 48 jam setelah terbakar.

mengi/gemericik,

atau

lambat

contoh

penurunan bunyi nafas, batuk


rejan.

Dugaan

adanya

hipoksemia

atau karbon monoksida.


Perhatikan adanya pucat atau

Meningkatkan ekspansi paru

warna buah ceri merah pada

optimal/fungsi

kulit yang cidera

Bilakepala/leher

Tinggikan

kepala

tempat

bantal

pernafasan.
terbakar,

dapat

menghambat

tidur. Hindari penggunaan

pernafasan,

bantal

nekrosis pada kartilago telinga

di

bawah

kepala,

sesuai indikasi

menyebabkan

yang

terbakar

dan

meningkatkan konstriktur leher.


Meningkatkan ekspansi paru,
Dorong batuk/latihan nafas

memobilisasi

dalam dan perubahan posisi

sekret.

sering.

Membantu

Hisapan (bila perlu) pada

jalan nafas bersih, tetapi harus

perawatan

dilakukan kewaspadaan karena

ekstrem,

pertahankan teknik steril.

dan

drainase

mempertahankan

edema mukosa dan inflamasi.


Teknik steril menurunkan risiko
infeksi.

Tingkatkan

istirahat

suara

Peningkatan

sekret/penurunan

tetapi kaji kemampuan untuk

kemampuan

untuk

bicara

menunjukkan

peningkatan

edema

dan

dan/atau

menelan

sekret oral secara periodik.

trakeal

mengindikasikan
Selidiki

perubahan

perilaku/mental
gelisah,

contoh

agitasi,

kacau

mental.

menelan
dapat

kebutuhan

untuk intubasi.
Meskipun sering berhubungan
dengan

nyeri,

perubahan

kesadaran dapat menunjukkan


terjadinya/memburuknya

Awasi 24 jam keseimbngan

hipoksia.

cairan,

Perpindahan

perhatikan

variasi/perubahan.

cairan

atau

kelebihan penggantian cairan


meningkatkan

risiko

edema

paru. Catatan : Cedera inhalasi


meningkatkan kebutuhan cairan
Lakukan program kolaborasi

16

sebanyak 35% atau lebih karena

meliputi :

edema.

Berikan pelembab O2 melalui

O2

cara

hipoksemia/asidosis.

yang

tepat,

contoh

memperbaiki

masker wajah

Pelembaban

Awasi/gambaran seri GDA

pengeringan saluran pernafasan


dan

menurunkan

menurunkan

viskositas

sputum.
Data

dasar

pengkajian
Kaji ulang seri rontgen

penting

untuk

lanjut

status

pernafasan dan pedoman untuk


pengobatan. PaO2 kurang dari
50, PaCO2 lebih besar dari 50

Berikan/bantu

fisioterapi

dada/spirometri intensif.

dan

penurunan

pH

menunjukkan inhalasi asap dan


terjadinya pneumonia/SDPD.
Perubahan

menunjukkan

atelektasis/edema

paru

tak

Siapkan/bantu intubasi atau

dapat terjadi selama 2 3 hari

trakeostomi sesuai indikasi.

setelah terbakar
Fisioterapi dada mengalirkan
area dependen paru, sementara
spirometri intensif dilakukan
untuk memperbaiki ekspansi
paru, sehingga meningkatkan
fungsi

pernafasan

dan

menurunkan atelektasis.
Intubasi/dukungan

mekanikal

dibutuhkan bila jalan nafas


edema

atau

luka

mempengaruhi
Resiko

tinggi

kekurangan
volume

cairan

Pasien

dapat

Awasi

tanda

vital,

CVP.

kapiler

dan

mendemostras

Perhatikan

ikan

kekuatan nadi perifer.

status

fungsi

paru/oksegenasi.
Memberikan pedoman untuk
penggantian

cairan

mengkaji

dan
respon

berhubungan

cairan

dengan

biokimia

Awasi pengeluaran urine dan

Kehilangan

membaik.

berat

cairan

Kriteria

warna urine dan hemates

untuk

sesuai indikasi.

pengeluaran urine 30-50 cc/jam

rute

melalui
abnormal.

evaluasi:

dan

bakar

tak

kardiovaskuler.
jenisnya.

17

Observasi

Penggantian

cairan

dititrasi

meyakinkan

rata-2

Peningkatan

ada

pada

kebutuhan : status

manifestasi

berwarna

hypermetabolik,

dehidrasi,

Perkirakan drainase luka dan

kerusakan otot masif karena

ketidak cukupan

resolusi

kehilangan yang tampak

adanyadarah

pemasukan.

oedema,

mioglobin.

Kehilangan

elektrolit

Peningkatan

perdarahan.

serum

dalam

batas normal,
atas

ml/jam.

30

dewasa.

Urine

merah

pada

dan

keluarnya

permeabilitas

Timbang berat badan setiap

kapiler, perpindahan protein,

hari

proses inflamasi dan kehilangan

haluaran urine
di

orang

cairan
Ukur

lingkar

ekstremitas

melalui

evaporasi

mempengaruhi volume sirkulasi

yang terbakar tiap hari sesuai

dan pengeluaran urine.

indikasi

Penggantian cairan tergantung


pada berat badan pertama dan

Selidiki perubahan mental

perubahan selanjutnya
Memperkirakan

luasnya

oedema/perpindahan
Observasi

distensi

cairan

yang mempengaruhi volume

abdomen,hematomesis,feces

sirkulasi dan pengeluaran urine.

hitam.

Penyimpangan

Hemates drainase NG dan

kesadaran

feces secara periodik.

mengindikasikan

ketidak

Lakukan program kolaborasi

adequatnya

volume

meliputi :

sirkulasi/penurunan

perfusi

Pasang / pertahankan kateter

serebral

urine

Stres (Curling) ulcus terjadi


pada

pada

tingkat
dapat

setengah

dari

semua

yang

luka

bakar

Pasang/ pertahankan ukuran

pasien

kateter IV.

berat(dapat terjadi pada awal

Berikan penggantian cairan

minggu pertama).

IV yang dihitung, elektrolit,


plasma, albumin.
Observasi ketat fungsi ginjal
Awasi

hasil

pemeriksaan

dan

mencegah

laboratorium ( Hb, elektrolit,

refleks urine.

natrium ).

Memungkinkan

stasis
infus

atau
cairan

cepat.
Berikan obat sesuai idikasi :

Resusitasi cairan menggantikan

kehilangan cairan/elektrolit dan

Diuretika contohnya
Manitol (Osmitrol)

18

membantu

mencegah

komplikasi.
Mengidentifikasi
-

Kalium

darah/kerusakan

kehilangan
SDM

dan

kebutuhan penggantian cairan


-

dan elektrolit.

Antasida

Meningkatkan
urine

Pantau:
-

Tanda-tanda
setiap

vital

jam

selama

pengeluaran

dan

membersihkan

tubulus dari debris /mencegah


nekrosis.

periode darurat, setiap 2

Penggantian

jam

kehilangan urine dalam jumlah

selama

periode

lanjut

karena

akut, dan setiap 4 jam

besar

selama

Menurunkan keasaman gastrik

periode

sedangkan inhibitor histamin

rehabilitasi.
-

Warna urine.

Masukan
haluaran

menurunkan

setiap

produksi

asam

dan

hidroklorida untuk menurunkan

jam

produksi

asam

hidroklorida

selama periode darurat,

untuk menurunkan iritasi gaster.

setiap 4 jam selama

Mengidentifikasi

periode akut, setiap 8

penyimpangan

jam

kemajuan atau penyimpangan

selama

periode

dari hasil yang diharapkan.

rehabilitasi.
-

Hasil-hasil JDL dan


Berat badan setiap
CVP (tekanan vena

luka

bakar)

adalah

periode kritis yang ditandai


oleh

hari.
-

Periode darurat (awal 48 jam


pasca

laporan elektrolit.
-

indikasi

hipovolemia

mencetuskan

individu

yang
pada

sentral) setiap jam bial

perfusi ginjal dan jarinagn tak

diperlukan.

adekuat.

Status umum setiap


8 jam.

Pada

penerimaan

rumah

sakit,

lepaskan

semua

pakaian dan perhiasan dari


area luka bakar.
Mulai

terapi

ditentukan

19

IV

yang

dengan

jarum

lubang besar (18G), lebih

Inspeksi

disukai melalui kulit yang

bakar.

telah

terluka

bakar.

adekuat

dari

luka

Bila

pasien menaglami luka bakar


luas

dan

menunjukkan

gejala-gejala

syok

Penggantian

cairan

cepat

penting untuk mencegah gagal

hipovolemik, bantu dokter

ginjal.

dengan pemasangan kateter

bermakna

vena

jarinagn yang terbakar dengan

sentral

untuk

pemantauan CVP.
Beritahu

Kehilangan
terjadi

cairan
melalui

luka bakar luas. Pengukuran

dokter

bila:

tekanan

vena

sentral

haluaran urine < 30 ml/jam,

memberikan data tentang status

haus, takikardia, CVP < 6

volume cairan intravaskular.

mmHg, bikarbonat serum di


bawah

rentang

normal,

gelisah, TD di bawah rentang

Temuan-temuan

normal, urine gelap

mennadakan hipovolemia dan

atau

encer gelap.

ini

perlunya peningkatan cairan.


Pada

Konsultasi

doketr

bila

lka

bakar

luas,

perpindahan cairan dari ruang

manifestasi kelebihan cairan

intravaskular

ke

ruang

terjadi.

interstitial

menimbukan

hipovolemi.
Tes guaiak muntahan warna

Pasien rentan pada kelebihan

kopi atau feses ter hitam.

beban

Laporkan

selama periode pemulihan bila

temuan-temuan

positif.

volume

perpindahan

intravaskular
cairan

dari

kompartemen interstitial pada


Berikan

antasida

diresepkan

atau

reseptor

histamin

simetidin

yag

kompartemen intravaskuler.

antagonis

Temuan-temuan guaiak positif

seperti

ennandakan adanya perdarahan


GI. Perdarahan GI menandakan
adaya stres ulkus (Curlings).
Mencegah perdarahan GI. Luka
bakar luas mencetuskan pasien
pada

ulkus

stres

yang

disebabkan peningkatan sekresi


hormon-hormon adrenal dan

20

asam HCl oleh lambung.


Resiko kerusakan

Pasien

pertukaran

Pantau laporan GDA dan

Mengidentifikasi kemajuan dan

mendemonstra

kadar

penyimpangan dari hasil yang

berhubungan

sikan

serum.

dengan

oksigenasi

merusak alveoli, mempengaruhi

inhalasi asap atau

adekuat.

pertukaran gas pada membran

sindrom

Kriteroia

kompartemen

evaluasi:

torakal sekunder
terhadap

gas
cedera

luka

dapat

karbon

diharapkan. Inhalasi asap dapat

Beriakan suplemen oksigen

kapiler alveoli.

RR

pada tingkat yang ditentukan.

Suplemen

12-24

x/mnt,

Pasang atau bantu dengan

meningkatkan jumlah oksigen

warna

kulit

selang

dan

yang tersedia untuk jaringan.

pasien

pada

Ventilasi mekanik diperlukan

mekanis

sesuai

untuk

terjadi

sampai pasie dapat dilakukan

endotrakeal

bakar sirkumfisial

normal, GDA

temaptkan

dari

dalam renatng

ventilator

normal, bunyi

pesanan

nafas

insufisiensi

dada

atau

leher.

monoksida

bersih,

tak

ada

bila

pernafasan

oksigen

pernafasan

dukungan

secara mandiri.

(dibuktikan dnegna hipoksia,

kesulitan

hiperkapnia, rales, takipnea

bernafas.

dan perubahan sensorium).

Pernafasan

Anjurkan pernafasan dalam

mengembangkan

dengan

menurunkan resiko atelektasis.

penggunaan

dalam
alveoli,

spirometri insentif setiap 2


jam selama tirah baring.
Pertahankan

posisi

Memudahkan ventilasi dengan


semi

menurunkan tekanan abdomen

fowler, bila hipotensi tak ada.

terhadap diafragma.

Untuk luka bakar sekitar

Luka bakar sekitar torakal dapat

torakal, beritahu dokter bila

membatasi

terjadi

dispnea

disertai

Mengupas kulit (eskarotomi)

dengan

takipnea.

Siapkan

memungkinkan ekspansi dada.

pasien

untuk

ekspansi

adda.

pembedahan

eskarotomi sesuai pesanan.


Resiko

tinggi

Pasien

bebas

infeksi

dari infeksi.

berhubungan

Kriteria

dengan

evaluasi:

Pertahanan

ada

primer
adekuat;

tidak

Pantau:
-

tak

demam,

Penampilan

luka

Mengidentifikasi

bakar (area luka bakar,

indikasi

sisi donor dan status

penyimapngan dari hasil yang

balutan

diharapkan.

di

atas

sisi

pembentukan

tandur bial tandur kulit

jaringan

dilakukan) setiap 8 jam.

21

kemajuan

indikasiatau

kerusakan

granulasi baik.

perlinduingan
kulit;

Suhu setiap 4 jam.

Jumlah

jaringan

yang dikonsumsi setiap

traumatik.
tidak

adekuat;
penurunan

Pembersihan

kali makan.

Pertahanan
sekunder

makanan
pelepasan

Bersihkan area luka bakar

jaringan nekrotik meningkatkan

setiap

pembentukan granulasi.

hari

dan

lepaskan

jarinagn
Hb,

dan

nekrotik

(debridemen) sesuai pesanan.

penekanan

Berikan mandi kolam sesuai

respons inflamasi

pesanan,

implementasikan

perawatan yang ditentukan

Antimikroba topikal membantu

untuk sisi donor, yang dapat

mencegah infeksi. Mengikuti

ditutup

prinsip

dengan

balutan

aseptik

melindungi

vaseline atau op site.

pasien dari infeksi. Kulit yang

Lepaskan krim lama dari

gundul menjadi media yang

luka sebelum pemberian krim

baik untuk kultur pertumbuhan

baru. Gunakan sarung tangan

baketri.

steril

dan

antibiotika

beriakn

krim

topikal

yang

Temuan-temuan

ini

diresepkan pada area luka

mennadakan

infeksi.

bakar dengan ujung jari.

membantu

mengidentifikasi

Berikan

patogen

krim

secara

penyebab

Kultur
sehingga

menyeluruh di atas luka.

terapi antibiotika yang tepat

Beritahu dokter bila demam

dapat

drainase purulen atau bau

balutan

busuk dari area luka bakar,

diganti setiap 5-10 hari, sisi ini

sisi donor atau balutan sisi

memberiakn media kultur untuk

tandur. Dapatkan kultur luka

pertumbuhan bakteri.

dan berikan antibiotika IV

Kulit adalah lapisan pertama

sesuai ketentuan.

tubuh

diresepkan.
siis

Karena

tandur

untuk

hanya

pertahanan

terhadap infeksi. Teknik steril


Tempatkan

pasien

pada

dan

tindakan

ruangan khusus dan lakukan

perlindungan

kewaspadaan

pasien

untuk

luka

perawatan
lainmelindungi

terhadap

infeksi.

bakar luas yang mengenai

Kurangnya berbagai rangsang

area luas tubuh. Gunakan

ekstrenal

linen
handuk

dan

kebebasan

tempat

tidur

steril,

bergerak mencetuskan pasien

dan

skort

untuk

pada kebosanan.

pasien. Gunakan skort steril,

22

sarung tangan dan penutup


kepala dengan masker bila

Melindungi terhadap tetanus.

memberikan perawatan pada


pasien. Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan pasien

Ahli diet adalah spesialis nutrisi

untuk

yang dapat mengevaluasi paling

menghilangkan

kebosanan.

baik status nutrisi pasien dan

Bila riwayat imunisasi tak

merencanakan

adekuat,

emmenuhi kebuuthan nutrisi

berikan

globulin

diet

imun tetanus manusia (hyper-

penderita.

tet) sesuai pesanan.

memabntu penyembuhan luka

Mulai rujukan pada ahli diet,

dan

beriakn protein tinggi, diet

energi.

tinggi

kalori.

suplemen

Nutrisi

untuk

memenuhi

adekuat
kebutuhan

Berikan

nutrisi

seperti

ensure atau sustacal dengan


atau

antara

makan

masukan makanan

bila

kurang

dari 50%. Anjurkan NPT atau


makanan enteral bial pasien
Nyeri

Pasien

dapat

tak dapat makan per oral.


Berikan anlgesik narkotik

Analgesik narkotik diperlukan

berhubungan

mendemonstra

yang diresepkan prn dan

utnuk memblok jaras nyeri

dengan

sikan

sedikitnya 30 menit sebelum

dengan nyeri berat. Absorpsi

Kerusakan

dari

prosedur

luka.

obat IM buruk pada pasien

kulit/jaringan;

ketidaknyama

Evaluasi

keefektifannya.

dengan luka bakar luas yang

pembentukan

nan.

Anjurkan analgesik IV bila

disebabkan oleh perpindahan

edema.

Kriteria

luka bakar luas.

interstitial berkenaan dnegan

Manipulasi

evaluasi:

jaringan

cidera

hilang

perawatan

peningkatan

menyangkal

Pertahankan

pintu

kamar

contoh

nyeri,

tertutup,

debridemen luka.

melaporkan

ruangan dan berikan selimut

jaringan

perasaan

ekstra

menyebabkan

nyaman,

kehangatan.

tingkatkan
untuk

suhu

memberikan

dan

postur

tubuh rileks.

kapiler.
Panas dan air hilang melalui

Tindakan

ekspresi wajah

permeabilitas

luka

hipoetrmia.
eksternal

membantu
Berikan

ayunan

di

atas

temapt tidur bila diperlukan.

bakar,
ini

menghemat

kehilangan panas.
Menururnkan

neyri

dengan

mempertahankan berat badan


jauh dari linen temapat tidur

23

Bantu dengan pengubahan

terhadap luka dan menuurnkan

posisi setiap 2 jam bila

pemajanan ujung saraf pada

diperlukan.

aliran udara.

bantuan

Dapatkan

tambahan

sesuai

Menghilangkan tekanan pada

kebutuhan, khususnya bila

tonjolan

tulang

pasien tak dapat membantu

Dukungan adekuat pada luka

membalikkan badan sendiri.

bakar

selama

membantu
Resiko

tinggi

bakar

yang

gerakan
meinimalkan

ketidaknyamanan.
Mengidentifikasi

Pasien

Untuk

kerusakan perfusi

menunjukkan

mengitari ekstermitas atau

indikasi

jaringan,

sirkulasi tetap

luka bakar listrik, pantau

penyimpangan dari hasil yang

perubahan/disfun

adekuat.

status

diharapkan.

gsi neurovaskuler

Kriteria

ekstermitas setaip 2 jam.

perifer

evaluasi:

Pertahankan

berhubungan

warna

dengan

normal,

Penurunan/interu

menyangkal

Beritahu

psi aliran darah

kebas

segera

arterial/vena,

kesemutan,

berkurang, pengisian kapiler

menandakan

contoh luka bakar

nadi

buruk,

sirkualsi distal. Dokter dapat

seputar

dapat diraba.

kulit

luka

dependen.

neurovaskular

dari

ekstermitas

bengkak ditinggikan.

indikasi-

kemajuan

atau

Meningkatkan aliran balik vena


dan

menurunkan

pembengkakan.
dan
perifer

dokter
bila
atau

sensasi.

dengan

terjadi

penurunan

Siapkan

ekstremitas

pembedahan

dengan edema.

sesuai pesanan.

nadi

untuk

eskarotomi

Temuan-temuan

mengkaji

ini
keruskana

tekanan

jaringan

untuk emnentukan kebutuhan


terhadap

intervensi

Eskarotomi

(mengikis

bedah.
pada

eskar) atau fasiotomi mungkin


diperlukan untuk memperbaiki
Memumjukka

Kaji/catat

warna,

sirkulasi adekuat.
Memberikan informasi dasar

kedalaman luka, perhatikan

tentang kebutuhan penanaman

jaringan

jaringan nekrotik dan kondisi

kulit

permukaan kulit

Kriteria hasil:

sekitar luka.

petunjuk tentang sirkulasi pada

sekunder

Mencapai

destruksi lapisan

penyembuhan

Lakukan

kulit.

tepat

bakar

Kerusakan
integritas
b/d

kulit

kerusakan

regenerasi

waktu

pada area luka

ukuran,

dan

kemungkinan

aera graft.
perawatan
yang

tepat

luka
dan

tindakan kontrol infeksi.

bakar.

Menyiapkan

jaringan

untuk

penanaman dan menurunkan


resiko infeksi/kegagalan kulit.

Pertahankan penutupan luka


sesuai indikasi.

24

Kain

nilon/membran

silikon

mengandung kolagen porcine


peptida yang melekat pada
permukaan

luka

Tinggikan area graft bila

lepasnya

mungkin/tepat. Pertahankan

secara spontan kulit repitelisasi.

posisi yang diinginkan dan

Menurunkan

imobilisasi

/membatasi resiko pemisahan

area

bila

diindikasikan.

atau

sampai

graft.

mengelupas
pembengkakan

Gerakan

jaringan

dibawah graft dapat mengubah


Pertahankan balutan diatas

posisi

area graft baru dan/atau sisi

penyembuhan optimal.

donor sesuai indikasi.

Area mungkin ditutupi oleh


bahan

Cuci

sisi

dengan

sabun

yang

mempengaruhi

dengan

permukaan

tembus pandang tak reaktif.

ringan, cuci, dan minyaki


dengan krim, beberapa waktu

Kulit graft baru dan sisi donor

dalam sehari, setelah balutan

yang

dilepas

perawatan

dan

penyembuhan

selesai.

sembuh

memerlukan

khusus

untuk

mempertahankan kelenturan.

Lakukan

program

kolaborasi :

Graft kulit diambil dari kulit

- Siapkan / bantu prosedur

orang itu sendiri/orang lain

bedah/balutan biologis.

untuk

penutupan

sementara

pada luka bakar luas sampai


kulit orang itu siap ditanam.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth
Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.
25

Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press.
Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing.
A Nursing

Process Approach. W. B.

Saunders

Company.

Philadelphia. Hal. 357 401.


Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

26

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai