Anda di halaman 1dari 11

REFERAT ILMU FARMASI KEDOKTERAN

Nama Mahasiswa

: Diwiasti Firdausi Yasmin

NIM

: G99131034

SKABIES

A. Definisi
Skabies adalah penyakit pada kulit manusia yang disebabkan oleh
penetrasi, infeksi dan sensitisasi dari tungau Sarcoptes scabiei var. hominis,
yang termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit ini mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah
menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan
penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air,
atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan
masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada
bagian kulit seperti disela-sela jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan
penyakit anak pondok pesantren, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang
kurang terajaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu
lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit
scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama
sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan
menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan
mudah tertular kembali penyakit skabies.

B. Epidemiologi
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi.
Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies cenderung lebih
tinggi. Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit
ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit skabies
banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, insidennya sama terjadi pada
pria dan wanita.

C. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis. Secara

morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Bentuk dewasa mempunyai 4


pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
larva. kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel
rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau
jantan mati setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih
kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya
masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

D. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal
yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

E. Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak
tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan
atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian.
Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara
penderita dengan orang yang sehat.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu
tempat yang relatif sempit.

F. Gejala Klinis
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada malam hari.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah


keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di pondok
pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut.

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi berbentuk garis


lurus atau berkelok, rata-rata panjang satu cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela

jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mame (wanita), umbilikus, gluteus, genitalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

G. Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal dari
manifestasi klinis Skabies:
a. Pruritus nokturnal.
b. Menyerang manusia secara berkelompok.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi.
d. Menemukan adanya tungau
Diagnosa pasti skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah
yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya
dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan
kerak digunakan larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil kerokan tersebut
diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.

H. Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Semua baju, alat mandi dan perlengkapan tidur harus dicuci dengan air
panas dan detergen. Kasur dijemur di bawah sinar matahari.
c. Setiap orang di sekitar penderita dengan gejala sakit serupa juga harus
diobati.

2. Medikamentosa
a. Scabimite

Gambar 1. Scabimite cream

1) Bahan aktif: Permethrin 5%. Permetrhin merupakan antiparasit


spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta
arthropoda lainnya.
2) Permetrhin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel
saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi
paralisis parasit.
3) Permethrin dimetabolisme dengan cepat di kulit.
4) Penggunaan Permethrin aman digunakan pada wanita hamil dan
menyusui, bayi usia 2 bulan atau lebih, sedangkan pemakaian pada
bayi usia kurang dari 2 bulan belum diketahui.
5) Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal,
aritema, hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat
sementara dan akan menghilang sendiri.
6) Krim dioleskan pada di permukaan tubuh mulai dari leher ke
bawah untuk orang dewasa dan pada bayi di seluruh tubuh.
Apabila belum sembuh dapat diulang 1 minggu kemudian. Untuk
orang dewasa butuh 45-50 gram krim.
7) Kurang toksik dibandingkan gameksan dengan efektivitas yang
sama.

b. Salep 2-4

Gambar 2. Salep 2-4

1) Merupakan salep campuran asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Cara


pemakaian dioleskan pada badan dan ekstremitas selama 3 hari
berturut-turut sekitar 3-4 x / hari. Preparat ini karena tidak efektif
terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang
dari 3 hari.
2) Obat ini dapat dipakai pada bayi, penderita hamil dan menyusui.
3) Obat ini dapat membunuh larva, tungau, namun kerugiann
pemakaiannya adalah baunya yang tidak enak, lekat, mewarnai
pakaian dan kadang-kadang menyebabkan kulit kering serta iritasi
ringan.
c. Gamma benzen hexachloride (gameksan)
1) Kadarnya 1% dalam krim atau losio. Termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
menyebabkan iritasi.
2) Dipakai selama 1 malam dan dapat diulang satu minggu kemudian.
3) Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita
hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
d. Malathion 0,5%
1) Dioleskan dalam 24 jam, diulang kemabli 3 hari kemudian.
e. Krotamiton 10%
1) Terdapat dalam bentuk sediaan krim atau losio.

2) Mempunyai dua efek, yaitu sebagai antiskabies dan antipruritus.


3) Pemakaiannya harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
f. Anti Histamin
1) Anti Histamin yang dipakai di sini merupakan AH-1 baik generasi
pertama yang mempunyai efek sedatif seperti CTM dan
siproheptadin, maupun generasi kedua yang tidak menimbulkan
efek sedasi seperti cetirizin, loratadin dan terfenadin.
2) Di dalam kasus ini, obat ini digunakan sebagai anti-pruritus.
Dengan efek sedatifnya diharapkan rasa gatal oleh parasit skabies
yang terutama timbul pada malam hari bisa diatasi.
g. Antibiotik oral dapat digunakan bila ada tanda infeksi sekunder.
h. Bila sakit lebih dari dua minggu, pada umumnya sudah terjadi
sensitisasi sehingga perlu diberi kortikosteroid oral.

I. Prognosis
Penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.

STATUS PASIEN

I.

ANAMNESIS
A. Identitas
Nama

: Sdr. MR

Umur

: 18 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Sukoharjo

Tanggal periksa

: Selasa, 1 Juli 2014

No rekammedik

: 00 90 17 03

B. Keluhan utama
Gatal-gatal di daerah tangan dan kaki.

C. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal di kedua tangan dan kaki
sejak 4 hari yang lalu. Gatal awalnya terasa di sela-sela jari tangan,
kemudian menyebar ke punggung tangan lalu juga ke kaki. Pasien
mengaku pada malam hari terasa sangat gatal sehingga kadang sampai
mengganggu tidur.
Pasien 2 tahun yang lalu pernah mengalami sakit serupa. Namun
setelah rutin berobat, keluhan membaik dan sembuh. Pasien saat ini
tinggal di pesantren dan teman satu kamarnya juga mengalami keluhan
yang serupa.

D. Riwayat penakit dahulu


Riwayat penyakit serupa

: (+) dua tahun yang lalu

Riwayat kontak dengan penyakit sejenis : (+) teman satu kamar pesantren
8

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat atopi

: disangkal

E. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit serupa

: tidak diketahui

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal


Riwayat atopi

II.

: disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umum

: baik, composmentis

Vital sign

: TD = 110/70 mmHg

T = 37oC

HR= 90x/menit

BB = 43 kg

RR= 18x/menit

TB = 149cm

Kepala

: normocephal

Mata

: dalam batas normal

Mulut

: dalam batas normal

Wajah

: dalam batas normal

Thorax Anterior

: dalam batas normal

Thorax Posterior

: dalam batas normal

Abdomen

: dalambatas normal

Ekstremitas atas

: lihat status dermatologis

Ekstremitas bawah

: lihat status dermatologis

Urogenital

: dalam batas normal

B. Status dermatologis
Regio manus & pedis dextra et sinistra:
Pada regio dorsum manus, dorsum pedis, dan interdigitalis tampak
terowongan (kunikulus) berkelok yang pada ujungnya sebagian tampak
papul dan sebagian lain vesikel. Pada beberapa tempat tampak ekskoriasi
akibat garukan.
9

III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit : tungau Sarcoptes scabiei (+)

IV.

DIAGNOSIS BANDING
1. Skabies
2. Prurigo
3. Pedikulosis korporis
4. Dermatitis

V.

DIAGNOSIS KERJA
Skabies

VI.

TERAPI
Non medikamentosa
a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Semua baju, alat mandi dan perlengkapan tidur harus dicuci dengan air
panas dan detergen. Kasur dijemur di bawah sinar matahari.
c. Setiap orang di sekitar penderita dengan gejala sakit serupa juga harus
diobati.

Medikamentosa
R/ Scabimite cream tube No. I
S uc
R/ Cetirizine tab mg 10 No. VII
S 1-0-0
R/ Chlor-Trimeton tab mg 4 No.VII
S 0-0-0-1
Pro : Sdr. MR (18 tahun)

10

VII.

PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Ad kosmetikam

: bonam

11

Anda mungkin juga menyukai