dr. Eva Musdalifah Sp.A. MKes Sub Bagian Nefrologi Anak IKA-FK UNS/SMF Anak RSUD Dr. Muwardi Surakarta
1
DEFINISI : suatu penyakit dengan kumpulan gejala : - proteinuria masif - hipoalbuminemia - edema - dengan/ tanpa hiperkolesterolemia.
2
Klasifikasi SN : 1. Klinis : a. 1. SN Bawaan (kongenital). 2. SN Primer/Idiopatik. 3. SN Sekunder. b. Respon steroid : sensisitif steroid dan resisten steroid. 2. Histopatologi : a. Kelainan minimal b. Kelainan non minimal c. Endapan Ig G, Ig A, Ig M, C3, fibrinogen
4
S.N. BAWAAN :
Jarang Autosomal Edema pada masa neonatus Resisten terhadap pengobatan Prognosis kurang baik - contoh : sklerosis mesangial difus, SN tipe finlandia
S N SEKUNDER
1. Penyakit keturunan dan metabolik : Diabetes, Amiloidosis, Sindrom Alport.
3. Akibat toksin dan alergi : Logam berat (Au,Hg), probenecide, serangga dan bisa ular. 4. Penyakit sistemik dan penyakit immune mediated : SLE, Sindrom vaskulitis, Poliarteritis, Henoch Scholein Purpura, Sarcoid, Dermatitis herpetifomis.
Insidensi SNP: 20-30 /1 juta anak setiap tahun (Salcedo et.al 1993). 1-2 /100.000 pada anak umur < 16 th dari Asia dan AfrikaAmerika (Schlesinger et.al. 1968, Hodson et.al 2000, Mc Kinney 2001). 610 anak /tahun pada anak umur kurang dari 16 tahun (Damanik, 1997).
Kriteria Diagnostik SN : 1. Edema 2. Proteinuria masif (++ atau dengan pemeriksaan protein kuantitatif 40 mg/m2/jam atau 1 gr/L dalam 24 jam dg Esbach). 3. Hipoalbuminemia(< 2,5 mg/dl). 4. Dapat disertai hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). 5. C3 normal.
10
Bagan Proteinuria
- Tranasferin - Glob. Tiroksin - Glob. Vit D - Faktor pembekuan VII, IX, XII
PROTEINURIA
Ig G Ig E Ig A Ig M Fibrinogen HIPOALBUMINEMIA B. lipoprot TEKANAN OSMOTIK Hiperlipidemia
Lipiduria
Hb
Plasma Renin
Ureum + K Hiponatremia
11
Akibat
Hipoalbuminnemia dan edema. Gangguan metabolisme cholesterol dan trigliseride sehingga terjadi hiperlipidemia. Gangguan fibrinolisis dan peningkatan kemungkinan trombosis. Hipogama globulinemia dan perubahan opsonisasi dengan peningkatan resiko terinfeksi. Anemia mikrositik hipokromik yang resisten besi. Disgenesis dan luka sulit sembuh. Gangguan metabolisme vitamin D, dengan risiko penyakit gangguan metabolisme tulang. Perubahan tes fungsi tiroid dengan peningkatan kadar T3 dan T4.
12
e. Transferin
Pembagian morfologik kelainan glomerulus (Churg, Habib dan White, 1970) 1. Kelainan minimal 2. Glomerulosklerosis Fokal 3. Glomerulonefritis Proliferatif 4. Difus Eksudatif 5. Mesangial 6. Dengan Crescent 7. Fokal 8. Membrano-Proliferatif 9. Nefropati Membranosa 10.Glomerulonefritis Kronik Lanjut
13
Gambaran klinik
Edema palpebra, tibia, asites, scrotum, efusi pleura oligouria Gejala infeksi, nafsu makan berkurang, bisa disertai diare, hati-hati peritonitis
15
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis , biakan urin bila perlu Protein urin kwantitatif : dengan urin 24 jam atau rasio protein/kreatini urin Pemeriksaan darah - Darah tepi lengkap: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, hematokrit, LED - Albumin, kolesterol plasma - Ureum, kreatin, hitung laju filtrasi glomeruli (LFG) - Kadar komplemen : C3, C4( bila curiga SLE)
16
Laboratorium : Urin : BD. Urin menetap (1008 -1012). proteinuria. Eritrosit +. Leukosit (hilang timbul).
Penata laksanaan
Dietetik Diuretik Antibiotika Pengobatan dengan steroid atau imunosupresan Imunisasi
18
SN pertama kali dirawat dg tujuan : mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, edukasi orang tua
19
Sebelum pengobatan steroid : mencari fokal infeksi. Pemeriksaan mantoux : positif profilaksis dg INH disertai pemberian steroid Perawatan SN relaps : hanya bila disertai edema anasarka yang berat Tirah baring disesuaikan
Dietetik
Diit tinggi protein: tidak dianjurkan lagi karena menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein sklerosis glomerulus Diit protein normal sesuai RDA (recommended daily allowences) 2 gr/kgBB/hr Diit rendah protein menyebabkan kurang gizi Diit rendah garam 1grm/kgBB/hr hanya selama anak menderita edema
21
Diuretik
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat Furosemid 1-2 mg/kgBB/hr, bila perlu dikombinasi dengan spironolakton (antagonis aldosteron, hemat kalium) 2-3 mg/kgBB/hr Pemakaian diuretik lebih 1-2 minggu pemantauan elektrolit Bila diuretik tidak berhasil mengurangi edema diberikan infus albumin 1gr/kgBB/x untuk menarik cairan interstisiil
22
Antibiotika
Antibiotika diberikan bila ada tanda tanda infeksi Biasanya : amoksisilin, eritromisin, sefaleksin atau sesuai kultur
23
Imunisasi
Pasien SN sedang dalam pengobatan steroid atau dalam 6 minggu setelah steroid dihentikan hanya boleh mendapat vaksin mati Setelah lebih dari 6 minggu dapat diberikan vaksin hidup
24
DOSIS OBAT YANG DIANJURKAN PADA PENGOBATAN SINDROM NEFROTIK (Standar Nasional/ISKDC)
Prednison : Tiap harinya : 60 mg/m2/hari dibagi dalam 3 dosis atau 2 mg/kgBB/hr Intermiten : 40 mg/m2/hari atau 1,5 mg/kgBB/hr tiga hari berturut-turut dalam 7 hari atau dengan dosis alternate (selang sehari) dosis terbagi.
Siklofosfamid : 2 - 3 mg/kg/hari selama tidak lebih dari 6 minggu sampai 8 minggu Klorambusil : Dosis 0,1 - 0,2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi dengan kortikosteroid selang sehari.
25
Definisi/ batasan
Remisi : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4mg/m2LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu Relaps : proteinuria 2+ (40 mg/m2LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu Relaps jarang: relaps kurang dari 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respon awal atau kurang dari 4 kali dalam 1 tahun.
26
Relaps sering (frequent relaps): relaps terjadi 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respon awal atau 4 kali dalam periode 1 tahun. Dependen steroid: relaps terjadi pada saat dosis steroid diturunkan atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan dan hal ini terjadi 2 kali berturut turut Resisten steroid: tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2mg/kgBB/hr selama 4 minggu
27
Terapi Steroid (ISKDC) Prednison 60 mg/m2/hari 4 minggu 40 mg/m2/hari intermiten 4 minggu - I, 4 minggu - II,
R2
R = remisi Bila Remisi pd 4 mg I pengobatan selama 8 mg Bila Remisi pd 4 minggu II pengobatan selama 12 mg
28
Respons 93 %
Non relaps 36 %
Relaps jarang 36 %
Relaps sering 3%
Respons 5%
Non Respon 2%
29
30
INFEKSI:
Faktor-faktor Predisposisi - Gangguan fungsi limfosit T - Edema, Ascites, Efusi pleura - Pengobatan : Kortikosteroid jangka panjang Peritonitis primer (nyeri perut, lemah, muntah, demam) Penyebab : gram negatif, streptokokus pnemonia, E. Coli, Streptokokus hemolitik. Pengobatan: Antibiotik
32
Tromboembolik :
1,8- 4% Pembuluh darah vena: kaki, ginjal, otak Faktor I,II,V,VII, VIII, IX, dan XIII
Faktor-faktor lain: diuretika, infeksi, tirah baring, retriksi cairan. Pengobatan : Heparin 75 UI/kg iv selama 10 menit. Wafarine (anti koagulasi) 3-6 bulan dosis 0,2 mg kg (max. 10 mg) selama 2 hari.
33
Hipovolemik:
Klinis : Nyeri perut, anoreksia, muntah, takikardia, hipotensi, oliguria Pengobatan : 0,5-1 g kg BB iv 20 % albumin diberikan selama 4 jam.
35
Efek Samping : Siklofosfamid: Toksisitas gonade (Azoospermia, ovarian fibrosis, dan kemandulan) terjadi bila dosis kumulatif > 250 mg/kg BB. Supresi sumsum tulang, alopecia, haemorarrgis cystitis, infeksi, gangguan gastrointestinal.
PATOGENESIS SN
Diatur oleh faktor-faktor: Nuklear kappaB (NF-kB) Aktifitas protein 1 (AP-1) Peningkatan pengikatan faktor ini menyebabkan proteinuria berat pada SNP (Sahale et.al. 2001, Chou et.al. 2001)
Undervill
Proteinuria Hipoalbuminemia Tek. Onkotik Plasma Volume plasmal
ADH
ANP/N
Retensi Air
Retensi Na
Retensi Na
Edema
40
OVERFILL
Retensi Na
Aldosteron
41
Gambar 1. Dinding kapiler glomerulus: sel endotel, membrana basalis dan sel epitel (Kher et al, 1982).
43
Indikasi Biopsi Renal 1. Sindroma nefrotik dengan hematuria nyata, hipertensi, kadar ureum kreatinin plasma meningkat 2. Semua penderita Resisten Steroid (RS) 3. Penderita Dependen Steroid
44
Prosedur Pelaksanaan
a. Penentuan titik biopsi melalui USG b. Tindakan anti septik c. Anestasi lokal pada titik biopsi d. Melalui alat penunjuk pada USG dimasukan jarum ginjal dan diaspirasi pelan-pelan dengan hasil + 1 cm (8-10 ml) e. Hasil biopsi dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan Mikroskop Cahaya, mikroskop Imunoflorensensi (MI), Mikroskop Elektron (ME).
45
Kontra indikasi biopsi a. Indikasi relatif : hipertensi, ascites berat, usia kurang 4 tahun (kurang kooperatif), uremia, dugaan stenosis arteria renalis, dugaan trombosis vena renalis. b. Indikasi absolud : dialisis hemoragik, ginjal polikistik, ginjal soliter.
46