Anda di halaman 1dari 3

AJAIB ?

Impor obat hewan dapat dikurangi walaupun dengan cara yang


tidak patut
Drh. Abadi Soetisna Msi

Bulan Februari 2014 yang lalu, orang dikagetkan dengan turunnya SE (Surat
Edaran) Menteri Pertanian yang menyatakan kewajiban perusahaan obat
hewan/importir untuk melaksanakan Onsite Visit.
Apakah onsite visit itu ???
Onsite visite yang dimaksud adalah tim CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan
yang Baik) dari Direktorat Kesehatan Hewan (Keswan) akan meninjau,
memeriksa ataupun mengaudit pabrik obat hewan di luar negeri sebagai principle
yang mengexport obat hewan ke Indonesia.
Analisa:
1. Sebetulnya pengusaha obat hewan/ASOHI tidak perlu terkejut dengan SE
Menteri Pertanian dengan Kepala Surat berlambang Garuda tapi.kok
ditanda tangani Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kemana
Menterinya??? Apakah sedang umroh???
Ternyata pada tanggal sekitar hari diterbitkannya ketentuan tersebut Menteri
Pertanian
ada
di
Indonesia.
Kenapa
Dirjen
sebegitu
kebelet
menandatangani SE Menteri ???
Apakah akan terjadi huru hara kala SE itu di tunda satu atau dua hari
kemudian sehingga dapat ditandatangani langsung oleh Menteri ???
2. Masalah berikut yang menimbulkan kegaduhan dikalangan ASOHI adalah
bahwa SE Menteri itu dinilai cacat hukum oleh Biro Hukum, Kementrian
Pertanian, karena tidak ada payung hukum serta SE itu juga tidak melalui Biro
Hukum.
Hal itu dinyatakan oleh pejabat Biro Hukum Kemtan dihadapan Ketua Umum
ASOHI dan pejabat Keswan
3. Masalah lain dengan SE yang mengharuskan adanya Onsite visit itu adalah
kewajiban perusahaan obat menanggung semua biaya ( board & lodging) tim
Keswan yang berpergian ke luar negeri tempat perusahaan obat itu akan di
tuju.
Apakah ini bisa disebut sebagai gratifikasi ??? atau au ahh gelap!!!
Agaknya tidak cantik bila Kemtan ingin memeriksa perusahaan obat hewan
sedangkan biayanya juga minta dari perusahaan obat yang akan diperiksa,
dengan demikian Kemtan dipertanyakan independensinya dan dalam bahasa
Jawa Ora Sembodo. Kalau seperti itu drh. Soehadji menyebutnya sebagai
memalukan dan memilukan haha..
4. Dari segi hukum yang mau diperiksa apanya sih ????

Seharusnya terlebih dahulu dikaji dari dokumen, apakah perusahaan


yang bersangkutan telah didukung oleh sarana produksi dan
laboratorium yang sesuai dengan persyaratan.
Betulkah tim CPOHB Kemtan lebih canggih dari CPOHB di luar negeri
yang sudah bertaraf international
Adakah teknologi dan pengetahuan yang menyokong hal tersebut???
(Ini bukan minder, tapi introspeksi)
Lebih konyol lagi Peraturan Menteri Pertanian tentang CPOHB yang
sudah ada tidak mengatur pelaksanaan onsite visit di luar negeri
Setelah terjadi kegaduhan itu, kedua pihak (Keswan-ASOHI) cooling down.
Tetapi kemudian Keswan alih-alih introspeksi untuk menarik SE yang salah
padahal menurut Biro Hukum, kalau dibawa ke PTUN (Pengadilan Tata
Usaha Negara), Keswan akan kalah. Namun demikian Keswan malah
melakukan hal-hal yang mengherankan antara lain :
Melakukan penyanderaan terhadap :
o pemberian Rekomendasi Impor (rekim)
o menghentikan proses regitrasi obat hewan (mulai dari
verifikasi, Penilaian Obat Hewan, surat keterangan untuk
pengujian mutu ke BPMSOH, dll)
Akibatnya importasi obat hewan langsung terhenti....hebat tuh
Proses registrasi obat hewan ataupun pemberian rekomendasi impor obat hewan
pun diberikan apabila perusahaan obat hewan membuat surat pernyataan setuju
melakukan onsite visite!!!
Kalau perusahaan obat hewan bertanya kepada petugas keswan mereka
mengatakan disuruh Dirjen
Gimana sih??? masa ada pelarangan tanpa ada SK Dirjen??? Kalau bagini tidak
heran bisa terjadi penyelundupan obat hewan menurut logika, daripada menunggu
surat pendaftaran obat hewan lama banget, lebih baik bawa obat cangkingan
dari luar negeri lebih murah dan lebih cepat.
Tolong pejabat yang berseragam memperhatikan ini.
Sebetulnya hal-hal seperti ini secara gampang bisa disebut menzalimi atau sudah
mencederai aspirasi semangat kerja sama antara Asosiasi Obat Hewan dengan
Direktorat Kesehatan Hewan agar mempermudah administrasi pendaftaran obat
hewan.
Hal ini sangat memprihatinkan karena menurut sejarah awalnya pengaturan obat
hewan ditangani oleh Kementrian Kesehatan karena pada waktu itu pelayanannya
kurang lancar, maka ASOHI mendukung perjuangan Kementrian Pertanian untuk
menangani obat hewan. Hal ini terwujud setelah keluar Peraturan Pemerintah no. 78
tahun 1992 tentang Obat Hewan, yang memberikan kewenangan sepenuhnya
kepada Kementrian Pertanian.
Barangkali kalau tetap dipegang Kementrian Kesehatan akan jauh lebih cepat.
Menurut pengalaman, pendaftaran obat manusia di Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) hanya berlangsung 3 hari, padahal di Keswan dalam 3 bulan


walaupun dalam Standard and Procedure (SOP) nya 7 hari kerja. katanya!!!
Pertanyaannya adalah keswan membutuhkan seperti ini sampai kapan ???
Apakah tidak memalukan kalau sampai di liput oleh koran lagi seperti halnya
komoditi pertanian lainnya yang terkait dengan: masalah daging, pembibitan dan
holtikultura
Tolong lah, teman-teman yang berseragam di Keswan agar memperbaiki kinerja dan
suasana seperti ini.
Kalau tidak salah setiap kantor pelayanan publik harus memenuhi standar ISO tapi
kalau kita lihat di keswan (pojok maut lantai 9) yang ada adalah ora iso.
Mohon maaf lahir batin, kalau ini sekedar untuk mengingatkan kinerja Directorate
General of Livestock and Animal Health Services supaya tidak disebut servix nya
jelek. Mari kita duduk bersama lagi menyelesaikan masalah antara Keswan ASOHI
oleh Biro Hukum.

Anda mungkin juga menyukai