PENDAHULUAN
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun.1 Di dunia
sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar
kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Jumlah kematian anak di dunia
akibat diare sebesar 17 %. Berdasarkan hasil Rikerdas 20072 diperoleh bahwa
diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia yaitu 42
%, dibandingkan pneumonia 24%, sementara untuk golongan usia 1-4 tahun
penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.
Pada tahun 1970-an, infeksi bakteri diperkirakan masih menjadi
penyebab diare pada anak terbanyak di Indonesia. Penelitian selanjutnya
memberikan bukti bahwa penyebab terbanyak diare akut adalah virus. Bahkan
pada penelitian tahun 2005-2006 di Rumah Sakit Tipe A di Yogyakarta
ditemukan hanya 5% diare yang disebabkan oleh bakteri.2
Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai pengobatan,
hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka
kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare
sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini
adalah anak dibawah umur 5 tahun ( 40 juta kematian). Kelompok ini setiap
tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita
(1-2%) akan jatuh dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%
diantaranya dapat meninggal.3
Lebih dari 1,5 juta anak di bawah lima tahun meninggal tiap tahun akibat
diare akut. Jumlah ini dapat dikurangi secara drastis melalui terapi seperti
pencegahan dan penatalaksanaan dehidrasi dengan Cairan Rehidrasi Oral (CRO)
dan penyediaan cairan yang didapatkan dari rumah, pemberian ASI, makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi
yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari,
keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat
belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum
ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya
frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti bisaanya. Kadang-kadang pada seorang
anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair,
keadaaan ini sudah dapat disebut diare.1
Diare akut dibagi menjadi dua macam:2
1. Diare cair akut
Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa buang air saja dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih
sering dari biasanya dalam 24 jam.
Pada 0-2 bulan frekuensi buang air besar anak yang minum ASI bisa
mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja lunak, sering berbiji-biji dan
berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut
tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.
2. Disentri
Disentri adalah episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah
terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya terlihat secara micros
kopis atau tinja berwarna hitam yang menandakan adanya darah pada
saluran cerna atas, bukan merupakan diare berdarah. Diare berdarah
sering disebut juga sebagai sindrom disentri. Sindrom disentri terdiri
dari kumpulan gejala, diare dengan darah dan lendir dalam feses dan
adanya tenesmus.2
2.2. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya
diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar
dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-inflamatory dan
inflammatory.1
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus,
perlekatan oleh parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri.
Sebaliknya inflammatori diare birsanya disebabkan oleh bakteri yang
menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.1,6
Tabel 1. Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
Golongan bakteri
Golongan virus
Golongan parasit
Aeromonas
Astrovirus
Balantidiom coli
Bacillus cereus
Calcivirus (Norovirus,
Blastocystis homonis
Sapovirus)
Canpilobacter jejuni
Enteric adenovirus
Crytosporidium
parvum
Clostridium
Corona virus
perfringens
Entamoeba
histolytica
Clostridium defficile
Rotavirus
Giardia lamblia
Eschercia coli
Norwalk virus
Isospora belli
Plesiomonas
shigeloides
Salmonella
Strongyloides
stercoralis
Cytomegalovirus
Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio
parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada angka usia <5 tahun
Neoplasma
Defek anatomis
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Lain-lain:
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Penyakit Crohn
Atrofi mikrovilli
Defisiensi imun
Stricture
Colitis ulserosa
Pellagra
Malabsorbsi
Keracunan makanan
Defesiensi disakaridase
Malabsorbsi
glukosa
dan
logam berat
Mushrooms
galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
3) Sel Paneth
Terdapat di basis kripta. memiliki granula eosinophilic sitoplasma dan
basofil. Granula lisosom dan zymogen didapatkan juga pada
sitoplasma, meskipun fungsi sekretori sel panet belum diketahui,
diduga membunuh bakteri dengan lisosom dan immunoglobulin
intrasel, menjaga keseimbangan flora normal usus.
4) Sel Enteroendokrin
Merupakan sekumpulan sel khusus meuroskretori, sel enteroendokrin
terdapat di mukosa saluran cerna, melapisi kelenjar gaster, villus, dan
kripta usus. Sel enteroendokrine mensekresi neuropeptide seperti
gastrin, sekretin, motilin, neurotensin, glucagon, enteroglukagon, VIP,
GIP, neurotensin, cholesistokinin dan somatostatin.
5) Sel M merupakan sel epitel khusus yang melapisi folikel limfoid.
Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2 cara:6
a) Transport aktif: Penyerapan Na+ dan glukosa secara aktif dilaksanakan
oleh enterosit yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap
1 molekul glukosa dan Na+, dan bersama-sama dengan absorbsi glukosa
dan Na+ ini secara aktif juga terabsorbsi air. Glukosa masuk ke dalam
ruang interseluler atau subseluler, kemudian masuk peredaran darah. Na+
masuk ke dalam sirkulasi berdasarkan proses enzimatik Na-K-ATPase
yang terdapat pada basal dan lateral enterosit. Proses ini dikenal dengan
istilah pompa Na (sodium pump). Dengan masuknya Na+ secara aktif ke
dalam peredaran darah, tekanan osmotik meningkat dan memperbanyak
terjadinya penyerapan air.
b) Transport Pasif: Terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik.
Setelah Na+ masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa Na,
tekanan osmotik plasma meningkat dan akan menarik air, glukosa dan
elektrolit secara pasif.
dihuni
oleh
bermacam-macam
mikroorganisme
yang
yang
optimal
(pH
menurun,
daya
oksidasi
reduksi
mencegah
Staphylococcus,
perlekatan
Lactobacilus
kuman-kuman
pada
mukosa
Streptococcus,
mulut
sehingga
Mucin serupa terdapat pula dalam mucus yang dikeluarkan oleh sel
epitel usus atau disekresi oleh usus secara kompetitif mencegah
melekatnya dan berkembangbiaknya mikroorganisme di epitel usus.
Selain itu mucin juga dapat mencegah penetrasi zat-zat toksik seperti
allergen, enterotoksin,dll.
c. pertahanan lambung
Asam lambung dan pepsin mempunyai peranan penting sebagai
penahan masuknya mikroorganisme, toksin dan antigen kedalam usus.
d. gerak peristaltik
Gerak peristaltik merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam usaha mencegah perkembangbiakan bakteri dalam usus, dan
juga ikut mempercepat pengeluaran bakteri bersama tinja. Hal ini
terlihat bila karna sesuatu sebab gerak peristaltis terganggu (operasi,
penyakit, kelainan bawaan dsb), sehingga menimbulkan stagnasi isi
usus.
e. filtrasi hepar
Hepar, terutama sel kupfer dapat bertindak sebgaai filtrasi
terhadap bahan-bahan yang berbahaya yang diabsorbsi oleh usus dan
mencegah bahan-bahan yang berbahaya tadi masuk kedalam sirkulasi
sistemik.
f. Lain-lain
- lisosim (mempunyai daya bakteriostatik)
- garam-garam empedu membantu mencegah perkembangbiakan
kuman
- Natural antibody: menghambat perkembangan beberapa bakteri
pathogen, tetapi tidak mengganggu pertumbuhan flora usus normal.
Natural antibody ini mungkin merupakan hasil dari reaksi cross
imunity terhadap antigen yang sama yang terdapat pula pada
beberapa mikroorganisme.
10
pengerusakan
oleh
enzim
proteolitik
(tripsin
dan
11
c. Imunoglobulin lain
IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak dalam
lumen usus. Hanya bila mukosa usus mengalami peradangan IgG
bersama-sama dengan sel plasma terdapat dalam jumlah cukup banyak
di usus dan merupakan proteksi temporer terhadap kerusakan usus
lebih lanjut. IgM dapat menggantikan fungsi IgA bila karena suatu
sebab terjadi defisiensi IgA. IgE tidak jelas peranannya dalam proteksi
usus.
12
tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat
bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling
tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang
yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.1
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung
virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi
yang
asimtomatik
berperan
penting
dalam
penyebaran
banyak
13
terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992 dikenal strain
baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemik di Asia dan lebih
dari 11 negara mengalami wabah.1
2.6. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.1,7
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen
usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan
bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni
dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara
lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable,
air akan mengalir kearah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam
lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil
cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen
oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrosa,
lactosa, maltosa di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon,
sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan
yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak
yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare
14
Sekretorik
Volume tinja
<200 ml/hari
>200 ml/hari
Puasa
Diare berhenti
Diare berlanjut
Na+ tinja
<70 mEq/L
>70 mEq/L
Reduksi
(+)
(-)
pH tinja
<5
>6
15
16
17
Rotavirus
Salmonella
Campylobacter
1-7 hari
0-3 hari
2-4 hari
4-8 hari
2-7 hari
5-7 hari
Usia
< 2tahun
semua
Kontak
30 %
Demam
Jarang
ISPA
Masa
Yersinia
Shigella
EPEC
ETEC
EIEC
EHEC
0-2 hari
1-3 hari
1-8 hari
1-46 hari
2-5 hari
3-5 hari
3-6 hari
1-5 tahun
Semua
<6 tahun
<1thn
<1thn
Semua
Semua
Var
10%
<10%
50%
20%
Variasi
Jarang
50%
Sering
Jarang
Jarang
Variasi
Variasi
Sering
Sering
Kejang
Jarang
Sering
Jarang
Muntah
Variasi
Sering
30%
40%
Sering
Sering
Jarang
60%
Nyeri
Ringan
Sedang
Berat
Kramp
Berat
Berat
Tenesmus
Jarang
Sering
Sering
Sering
Sering
Diare
Air
Encer
Mukoid air
Hijau
Mukoid
Air
Air
Mukoid
Mukoid
Air
Air
Inkubasi
Lama
Diare
>38,5C
(tinggi)
Perut
Berlendir
air + bau
busuk
Darah
Jarang
Sering
25%
> 50%
Sering
Sering
Lendir
Selalu
Selalu
Sering
Selalu
Sering
Sering
2.8. Diagnosis
Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan menentukan 3 hal berikut:2
1) Persistensinya
18
Menanyakan pada orang tua pasien, sudah berapa lama pasien menderita
diare. Apakah sudah lebih dari 7 hari atau belum, sehingga nantinya
dapat menentukan apakah diare pada pasien termasuk diare akut atau
persisten. Hal ini berkaitan dengan tatalaksana diare yang berkaitan
penyulit ataupun komplikasi dari diare tersebut.
2) Etiologi
Diagnosis klinis diare akut berdarah hanya berdasarkan adanya darah
yang dapat dilihat secara kasat mata pada tinja. Hal ini dapat langsung
ditanyakan pada orang tua maupun dilihat sendiri oleh dokter. Pada
beberapa episode Shigellosis, diare pada awalnya lebih cair dan menjadi
berdarah setelah 1-2 hari. Diare cair ini dapat sangat berat, dan
menimbulkan dehidrasi. Seringkali disertai demam, nyeri perut, nyeri
pada rectum dan tenesmus.
Kematian karena disentri biasanya disebabkan oleh kerusakan yang berat
pada ileum dan kolon, komplikasi sepsis, infeksi sekunder (misalnya
pneumonia) dan gizi buruk.
3) Derajat dehidrasi
Melakukan anamnesis dengan teliti terutama tentang asupan per oral,
frekuensi miksi/urin, frekuensi serta volume tinja dan muntah yang
keluar. Tanyakan juga apakah pasien sudah pernah periksa dan apakah
pasien mengkonsumsi obat tertentu sebelumnya. Saat melakukan
anamnesis, amati keadaan umum dan aktivitas anak. Adanya demam
menunjukkan proses inflamasi dan dapat pula timbul karena adanya
dehidrasi. Berikut adalah cara dalam menentukan derajat dehidrasi :
Kategori
Dehidrasi berat
19
( 2 detik)
Dehidrasi tak berat
Tanpa dehidrasi
Catatan :
a) Beberapa anak atau ras tertentu, dalam keadaan normal mata anak dapat
tampak cowong, sehingga sangat penting menanyakan` pada orangtua
apakah mata anaknya lebih cowong dari biasanya, juga dengan melihat
mata orang tua pasien apakah bentuknya cowong.
b) Bayi dan anak dengan gizi buruk atau obesitas, cubitan kulit biasanya
tidak berguna. Tanda-tanda lain yang menunjukkan anak dengan gizi
buruk mengalami dehidrasi harus dicari.
Turgor kulit pada penderita marasmus lambat dikarenakan
sedikitnya lemak subkutan, matanya kadang-kadang tampak cowong. Pada
penderita kwashiorkor, turgor kulit sulit dinilai karena adanya edema.
Tanda-tanda klinis yang masih berguna dalam menentukan status hidrasi
pada pasien KEP yaitu: pasien sangat kehausan atau tidak (gejala dehidrasi
ringan-sedang), letargi, akral dingin pada ekstremitas, denyut nadi yang
lemah, berkurangnya produksi urin (gejala dehidrasi berat). Namun kadangkadang sangat sulit menentukan derajat dehidrasi pada anak dengan KEP
berat.10 Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan
gangguan keseimbangan asam-basa serta pemeriksaan kadar ureum untuk
mengetahui adanya gangguan faal ginjal.9
1. Anamnesis
20
21
atau
mucus
bisa
disebabkan
infeksi
bakteri
yang
22
23
bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi tetes eosin
atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:5
bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut
negatif.
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut
(++)
bila terdapat leukosit lebih dari lapang pandang besar disebut
(+++)
bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut
(++++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan
sudan III yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak
agar dapat diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali
dicari butiran lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian
berdasarkan 3 kriteria:7
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai
lapang pandang
(++) bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari lapang pandang
(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang
pandang.
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar.
Dengan memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja
dan emulsikan dalam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga
dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit
saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan
sehingga tidak terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu
sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis), karena telur cacing dan
bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk
24
25
2.9. Tatalaksana
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,
dukungan nutrisi, pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang
tua. Tujuan pengobatan:7
1. Mencegah dehidrasi.
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada.
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
setelah diare.
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,
dengan memberikan suplemen zinc.
Terdapat lima lintas tatalaksana yaitu: rehidrasi, dukungan nutrisi,
suplementasi zinc, antibiotik selektif edukasi orang tua:2
1) Rehidrasi
Salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi adalah
dehidrasi. Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah
sayur atau air sup. Bila terjadi dehidrasi, anak harus segera dibawa ke
petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat
yaitu dengan oralit. Komposisi cairan rehidrasi oral sangat penting untuk
memperoleh penyerapan yang optimal.
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) yang dianjurkan WHO selama 3
dekade terakhir ini menggunakan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada
diare, karena kombinasi gula dan garam ini dapat meningkatkan
penyerapan cairan di usus. CRO selain murah, mudah digunakan juga
aman. Sesuai dengan anjuran WHO saat ini dianjurkan penggunaan CRO
dengan formula baru yaitu komposisi Natrium 75 mmol/L, Kalium 20
26
27
28
29
30
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang menguntungkan pada host
dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
fenomena tersebut, bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk
pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganiosme lain, maupun diare yang disebabkan oleh
penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan travellers diarrhea.
31
banyak
macam
formula
susu
seperti
ini
tidak
mencantumkan jumlah cfu per gram susu bubuk kering, melainkan hanya
menonjolkan manfaat untuk memelihara keseimbangan mikroflora usus
dan memelihara kesehatan
32
Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak.
Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam
kategori ini adalah:1,3
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar
kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau
bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada
bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan
rutin diare akut pada anak.
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture
opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi
diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada
anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang
dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat
eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada
dosis normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada
bayi dan anak dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja
pada anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang
digunakan.
obat-obat lain:
33
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang
dapat menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi
rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada
anak dengan diare, muntah bisaanya berhenti bila penderita telah
terehidrasi
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti
rencana terapi yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:13
Rencana Terapi A
(Penderita Diare tanpa Dehidrasi)
Gunakan Cara ini untuk Mengajari Ibu :
Teruskan mengobati anak diare di rumah
Berikan terapi awal bila terkena diare
4. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus-menerus
Rasa haus yang nyata
35
36
Rencana Terapi B
( Penderita Diare dengan Dehidrasi Ringan Sedang)
4-12 bulan
12 bulan-2 tahun
2-5 tahun
Berat Badan
< 6 kg
6- < 10 kg
10 - < 12 kg
12-19 kg
Dalam mL
200-400
400-700
700-900
900-1400
37
Rencana Terapi C
(Penderita Diare dengan Dehidrasi Berat)
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah Ya, teruskan ke
kanan, bila Tidak, teruskan ke bawah.
Apakah saudara dapat
menggunakan cairan
IV secepatnya?
Ya
Tidak
1 jam
5 jam
30 menit
2 jam
Ya
Tidak
Apakah saudara
dapat menggunakan
pipa nasogastrik
untuk rehidrasi ?
Tidak
Ya
38
Catatan :
- Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrsi untuk
memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang
dengan member oralit.
- Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah
saudara maka pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang
tepat secara oral setelah anak sadar
2.10. Komplikasi
1.
Gangguan elektrolit
a. Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma >150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma
yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema
otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara
terbaik dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat
dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8
jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal
lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan
periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan
gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam.
Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah
pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat
mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB,
sampai diare berhenti.1
b. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia
(Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan
39
Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus.
Pada umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan
invasi ke dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena
dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak
tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam
40
Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak bisanya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi
bila ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita
dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan
pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika
kejang.3
4.
Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya
basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis
respiratorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat
(kuszmaull). pemberian oralit yang cukup mengadung bikarbonas atau
sitras dapat memperbaiki asidosis.
5.
Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak
kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala
berupa perut kembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak
ada. Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan
parenteral yang mengandung banyak K.3
6.
Kejang3
a. Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv,
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika
koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan pemberian
glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
b. kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsi.
41
7.
badan
tidak
bertambah
atau
gejala/tanda
dehidrasi
memburuk.
c. Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar
laktosa dan menghidari efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi
kekeurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
c. Pemberian yogurt atau susu yang telah mengalami fermentasi
untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri
usus.
d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau
ganti dengan susu kedelai.
8.
Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit
dihentikan, berikan cairan intravena3
9.
Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan
dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena
pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikitsedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic
sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan
kesadaran.3
42
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam
waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.3
2.11. Prognosis
Bila kita penatalaksanaan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.7
2.12. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang
terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebisaaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
43
44
BAB III
PENYAJIAN KASUS
3.1. Identitas
a. Nama
: An. EJ
: 11 bulan
e. Agama
: Islam
f. Suku/Bangsa : Bugis
g. Pekerjaan
: Belum bekerja
h. Alamat
i. Nama Ayah
: Tn. EH
j. Nama Ibu
: Ny. V
k. No. RM
: 793906
Jam: 00.57
3.2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) cair
45
1 hari SMRS keluhan BAB cair semakin berat. BAB cair 6x/hari sebanyak
gelas aqua dengan komposisi air yang semakin banyak, ditemukan
ampas namun tidak ditemukan lendir dan darah pada kotoran BAB. Tidak
pula ditemukan warna seperti cucian beras dan bau busuk pada BAB.
Keluhan disertai dengan demam dan muntah sebanyak 15 x, berisi
makanan atau minuman yang dimakan. Banyaknya muntah sesuai dengan
banyaknya makanan atau minuman yang dimakan. Keluhan seperti batuk
pilek, dan sesak nafas disangkal. Os menjadi makin lemas dan rewel. Os
juga menjadi sering kehausan.
Kemudian os dibawa ke RS. Sultan Syarif Abdurahman dan diberi
terapi oralit, paracetamol dan nistatin. Os disuruh pulang namun apabila
tidak ada perbaikan os disuruh ke RS Sultan Syarif Abdurahman lagi.
Setelah keadaan os semakin lemas, os dibawa ke RS Sultan Syarif
Abdurahman dan langsung dirujuk ke RS Dokter Soedarso.
46
beras menggunakan air hujan. Mencuci piring menggunakan air parit yang
ditampung sedangkan untuk mandi menggunakan air parit yang dimasak
sampai mendidih dicampur dengan air parit yang tidak dimasak.
f. Riwayat kehamilan
- Riwayat Kehamilan
: P1 A1
- Perawatan antenatal
: tidak teratur
: 3000 gram
- Panjang badan
: 59 cm
- Kelainan bawaan
: tidak ada
g. Riwayat perkembangan
- Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
- Psikomotor
o Tengkurap
: 5 bulan
o Duduk
: 10 bulan
o Berdiri
: 11 bulan
: 10
h. Riwayat makanan
Umur
ASI / PASI
Buah/biscuit
Bubur susu
Nasi Tim
0 2 bulan
3 4 bulan
5 6 bulan
7 8 bulan
9 10 bulan
11 bulan
47
i. Riwayat imunisasi
- Hepatitis B
: 1 x (usia 1 hari)
- BCG
: 1 x (usia 2 bulan)
AYAH
IBU
Umur sekarang
32
21
Perkawinan ke
30
20
Islam
Islam
Bugis - Indonesia
Melayu Indonesia
SMP
SMP
Kuli bangunan
IRT
1.680.000
Baik
Baik
Penyakit
Kosanguitas
Agama
Suku bangsa
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Penghasilan perbulan
Keadaan kesehatan
: 164 x/menit
48
3) RR
: 48 x/menit
4) Suhu
: 38,5oC
c. Pemeriksaan perorgan:
1) Kulit
3) Mata
4) Tenggorokan
5) Mulut
6) Dada
7) Paru
8) Jantung
9) Perut
10) Punggung
11) Anus
d. Panjang badan
: 67 cm
e. Berat badan
: 6,9 Kg
: 10,6 K/uL
b. RBC
: 4,16 K/uL
c. HGB
: 9,2 g/dl
d. MCV
: 77,4 fl
e. MCH
: 22,1 pg
f. MCHC
: 28,6 g/dl
g. PLT
: 336 K/uL
2) Kimia darah
a. Natrium
b. Kalium
c. Klorida
49
3) Feses
a. Makroskopis
- Warna
: kuning kehijauan
- Konsistensi
: cair
- Lendir
: (+)
- Darah
: (-)
- Nanah
: (-)
b. Mikroskopis
- Lekosit
: (+) 0-1
- Eritrosit
: (-)
- Amoeba
: (-)
- Telur cacing
o Ascaria
: (-)
o Ankylostoma
: (-)
o Trichuris
: (-)
- Lemak
: (+)
- Serat tumbuhan
: (+)
3.5. Diagnosis
a. Diagnosis utama
- Diare akut + vomitus frequent + febris H.IV
- Dehidrasi ringan sedang
- Gizi kurang
b. Diagnosis banding
- Diare akut ec infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan sedang
3.6. Tatalaksana
- RL 60 cc/ 1 jam. Selanjutnya 20 tpm micro
- Cedantron 3 x 0.7 mg iv
- Antrain 3x75 mg iv
- Cefotaxim 3x25 mg iv
50
3.7. Prognosis
a. Ad vitam
: dubia ad bonam
b. Ad fungtionam
: dubia ad bonam
c. Ad sanactionam
: dubia ad malam
3.8. Follow up
No.
Tanggal
1.
12.6.13
H.1
S
BAB cair (+)
Kes: CM
Diare akut
- RL 6 tpm
KU: Baik
+ dehidrasi
mikro
- Ampas (+)
N: 150 x/menit
ringan-
- Lendir (-)
RR: 24 x/menit
sedang
3x125 mg iv
- Antrain 60 mg
6x
- Cefotaxim
- Darah (-)
T ax: 36,9 C
dengan
Muntah (+) 1x
BB: 5,9 KG
perbaikan
iv
isi susu
H.V
paracetamol
Demam (+)
drop 3 x 0.6
Kembung (+)
Mata
ml
Rewel (+)
- Konj. Anemis
Sering haus
- Zink 2 ml
- Oralit 50-100
(-/-)
- Cekung (-/-)
2.
g/menit
K, darah rutin
13.6.13
Kes : CM
Diare akut
H.II
Demam (<<)
KU: baik
+ dehidrasi
Muntah (-)
N: 144 x/menit
ringan-
Batuk (-)
RR: 30 x/menit
sedang
3x125 mg iv
Pilek (-)
T ax: 36,8oC
dengan
- Ondansetron
Rewel (<<)
BB: 6 KG
perbaikan
H. VI
- RL 10 tpm
mikro
- Cefotaxim
3x0,6 mg iv
- Pct 3x0,6 mg
- Zingkid 2 x
Mata
- Oralit 50-100
51
- Cekung (-/-)
mg
- Konj.Anemis
(-/-)
Bibir: kering (-/-)
Anus: merah (-)
3.
14.6.13
H.III
Kes : CM
Diare akut
Demam (-)
KU: baik
+ dehidrasi
Muntah (-)
N: 128 x/menit
ringan-
Batuk (-)
RR: 32 x/menit
sedang
3x125 mg iv
Pilek (-)
T ax: 36,2oC
dengan
- Ondansetron
Rewel (-)
BB: 6,3 KG
perbaikan
H.VII
- RL 10 tpm
mikro
- Cefotaxim
3x0,6 mg iv
- Pct 3x0,6 mg
- Zingkid 2 x
Mata
- Oralit 50-100
- Cekung (-/-)
mg
- Konj.Anemis
- Cotrimoksazol
(-/-)
2x4 mg
15.6.13
H.IV
Kes : CM
Diare akut
Demam (-)
KU: baik
+ dehidrasi
Muntah (-)
N: 96 x/menit
ringan-
Batuk (-)
RR: 24 x/menit
sedang
Pilek (-)
T ax: 36,2oC
dengan
Rewel (-)
BB: 6,3 KG
perbaikan
H.VIII
BLPL
52
(-/-)
Bibir: kering (-/-)
Anus: merah (-)
5.
16.6.13
H.V
Kes : CM
Diare akut
Demam (-)
KU: baik
+ dehidrasi
Muntah (-)
N: 96 x/menit
ringan-
Batuk (-)
RR: 24 x/menit
sedang
Pilek (-)
T ax: 36,2oC
dengan
Rewel (-)
BB: 6,3 KG
perbaikan
BLPL
53
BAB IV
PEMBAHASAN
54
nanah (-), dan pada pemeriksaan mikroskopis didapatkan: lekosit (+) 0-1, eritrosit
(-), amoeba (-), telur cacing, ascaria (-), ankylostoma (-), trichuris (-)
Diagnosis dehidrasi ringan-sedang ditegakan berdasarkan keluhan berupa
anak menjadi lebih rewel dan sering haus. Selain itu pada pemeriksaan fisik
didapatkan anak semakin lemah, ubun-ubun besar cekung, dan mukosa bibir
tampak kering. Tampak normalnya turgor kulit pada pasien ini bisa saja
disebabkan karena pasien telah direhidrasi. Pasien dikatakan menderita dehidrasi
berat apabila didapatkan 2 dari 4 tanda berikut:
Mata cekung
55
tunggu sampai 10 menit kemudian kembali diberi diare lebih pelan yaitu tiap 2-3
menit selama 3 jam. Oralit diberikan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi
sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang saat diare. Berdasarkan
penelitian dengan oralit osmolaritas rendah, penderita diare akan:
1) Mengurangi volume tinja hingga 25%
2) Mengurangi mual muntah hingga 30%
3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai
33%.
Pada pasien ini juga dilakukan rehidrasi melalui IV line. Hal ini
dikarenakan anak yang sering muntah sehingga ditakutkan terjadi diare dengan
dehidrasi berat. Selain itu anak ini disertai dengan keadaan kurang gizi. Cairan
intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (RL). Cairan yang diberikan
kemudian hanya bersifat maintenence. Pada anak ini pada saat rehidrasi cairan
yang diberikan adalah 60 cc/jam iv ringer laktat iv line. Dalam 3 jam cairan yang
masuk hanya 120 cc, sedangkan pada anak ini seharusnya cairan yag dibutuhkan
dalam 3 jam pertama adalah 442, 5 cc. Sedangkan untuk maintenancenya,
seharusnya jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan perhitungan holiday
segar. Pada anak ini jumlah cairan yang diberikan per 24 jam berdasarkan
perhitungan holiday segar adalah BB x 100 ml = 5,9 x 100 ml = 590 ml/24 jam
atau mendekati 25 ml/jam. Masukan cairan ini dapat berasal dari minuman,
makanan maupun melalui iv line. Pada anak ini cairan yang diberikan hanya 6
tpm mikro karena pada anak ini masih bisa diberikan cairan peroral.
Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut. Ada dua cara perhitung dosis
pemberian zink yaitu dengan menggunakan usia dan menggunakan berat badan.
Dengan perhitungan usia, umur < 6 bulan: tablet (10 mg) per hari; usia 6 bulan
ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari. Sedangkan dengan perhitungan berat badan
anak dengan berat badan < 10 Kg diberi dosis 10 mg/hari sedangkan berat badan
10 Kg diberi zink dengan dosis 20 mg/hari. Pada anak ini digunakan
perhitungan dosis dengan menggunakan berat badan karena anak ini termasuk
dengan anak gizi kurang. Pada anak ini zink yang diberikan dengan sediaan sirup
dengan dosis 1 sendok teh per hari. Zink merupakan mikronutrien penting untuk
56
kesehatan dan perkembangan anak. Zink hilang dalam jumlah banyak selama
diare. Penggantian zink yang hilang ini penting untuk membantu kesembuhan
anak dan menjaga anak tetap sehat di bulan-bulan berikutnya. Telah dibuktikan
bahwa pemberian zink selama episode diare, mengurangi lamanya dan tingkat
keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan diare harus diberi zink,
segera setelah anak tidak muntah. Zink/Seng terbukti secara ilmiah terpercaya
dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat
menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng/Zink elemental diberikan
selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare.
Adapun tatalaksana nutrisi pada anak ini adalah tatataksan sesuai
tatalaksana nutrisi balita umur 9-12 bulan yaitu:
1) Teruskan pemberian ASI
2) Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim atau bubur nasi
3) Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau
4) Setiap hari berikan makanan 3 x 11 sendok makan
Pemberian antibiotik sebenarnya tidak boleh dilakukan pada anak dengan
diare akut yang disebabkan oleh virus. Pada anak ini diberikan antibiotik
cefotaxim dikarenakan tingkat higienisitas ibu pasien yang masih rendah. Hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan mencuci dan memasak ibu yang mengunakan air parit
yang biasa digunakan warga untuk kegiatan mandi, cuci, kakus, sehingga
ditakutkan bakteri bisa menjadi etiologi diare walaupun pada pemeriksaan feses
tidak ditemukan adanya bakteri maupun parasit. Paracetamol diberikan untuk
menurunkan panas jika terdapat demam saja.
Edukasi pada keluarga pasien sangat perlu dilakukan dengan tujuan agar
mengurangi keparahan diare dan mencegah berulangnya diare pada anak. Hal-hal
yang dapat dilakukan antara lain:
1) Memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih
besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar.
57
2) Jangan menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar
dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Pencemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
3) Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
4) Membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja binatang juga dapat
menyebabkan infeksi pada manusia.
Anak ini juga menderita gizi kurang. Hal ini didapat dari perhitungan:
1. Berat badan menurut umur (BB/U) pada persentil -3 sampai dengan
persentil -2, sehingga masuk kategori gizi kurang.
2. Panjang badan menurut umur (PB/U) pada persentil -3 sampai dengan
persentil -2 sehingga masuk kategori pendek.
3. Panjang badan menurut berat badan (PB/BB) pada pada persentil -3 sampai
dengan persentil -2, sehingga masuk kategori gizi kurang.
4. Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) pada persentil -3 sampai dengan
persentil -2, sehingga masuk kategori kurus.
Sehingga dapat disimpulkan anak ini dengan gizi kurang.
Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa kebutuhan energi pada pasien ini
adalah 384x2 = 768 kkal/hari untuk mengejar kekurangan berat badan yang
dialaminya. Penentuan status gizi dan kebutuhan kalori adalah sebagai berikut:
50-60% kebutuhan kalori hendaknya dipenuhi oleh karbohidrat, sehingga
sebanyak 384-460,8 kkal/hari harus berasal dari karbohidrat. Kebutuhan kalori
ini dipenuhi dengan mengkonsumsi 96-115 gram karbohidrat dalam sehari.
Untuk anak ini kita ambil kebutuhan sebesar 460 kkal/hari atau 115 gram
karbohidrat/hari
15-25% kebutuhan kalori hendaknya dipenuhi dengan lemak, sehingga
sebanyak 115,2-192 kkal/hari harus berasal dari lemak. Kebutuhan kalori ini
58
dipenuhi dengan mengkonsumsi 12,5-21 gram lemak. Untuk anak ini kita
ambil kebutuhan sebesar 192 kkal/hari atau 21 gram lemak per hari.
Kalori yang berasal dari lemak dan karbohidrat telah terpenuhi. Jumlah total
kalori yang berasal dari keduanya adalah 652 kkal/hari. Maka sisa kebutuhan
energi dipenuhi dari protein. Pada anak ini maka kebutuhan protein adalah 116
kkal/hari. Yang dipenuhi dengan mengkonsumsi 29 gram protein/hari.
Prognosis anak ini adalah baik karena lima elemen penting dalam
tatalaksana diare telah diterapkan dalam penatalaksanaan anak ini. Tetapi
kemungkinan kekambuhan diare pada anak ini tetap ada apabila ibu anak ini tidak
menerapka pola hidup yang higienis. Pada hari ke 4 perawatan An.EJ sudah boleh
pulang karena sudah tidak ada BAB cair lagi, tidak ada muntah lagi, tidak ada
demam lagi, makan dan minum tidak ada masalah, dan tidak ada lagi tanda-tanda
dehidrasi. Tahap perkembangan An.EJ sudah sesuai dengan umurnya berdasarkan
KPSP namun An.EJ harus tetap melengkapi program imunisasinya.
59
BAB V
KESIMPULAN
An.EJ menderita diare akut disertai dehidrasi ringan sedang dan gizi
kurang. An.EJ diterapi menggunakan rencana terapi B WHO berupa lima elemen
terapi yaitu: rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah, zink diberikan
selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik
selektif, dan edukasi. Setelah diare akut berhasil diatasi dilakukan tatalaksana
keadaan gizi kurang melalui pengaturan pola makan yang benar pada keadaan gizi
kurang berdasarkan berat badan, panjang badan, dan umur.
60