OLEH :
KELOMPOK : 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
AGUS
AHMAD KAMUDI
ANDREAS ISMU K
DANDING
FREDDY RAMANDA D.M
MAYA LIGA S
RENDI EDITYA D
WIWIN PRATIWI
YUNI W
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2010
Bab 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara, 1996 :
4).Sedangkan ketoasidosis diabetik adalah suatu keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemik, asidosis, dan ketosis, terutama
disebabkan oleh difisiensi insulin.
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawar darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya
mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat menyebabkan syok (Pradana
Soewondo, 2006).
Perkiraan untuk diabetes melitus tergantung insulin lebih dapat
dipercaya karena pada umumnya pasien didiagnosis setelah timbul gejala yang
jelas .Di Inggris prevalensi tipe 1 diperkirakan 0,22% pada usia 16th dan
penelitian di Amerika menunjukan prevalensi 0.26% pada usia 20th.
Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi
dan kadar hormon insulin yang rendah dapat menyebabkan berkurangnya
penggunaan glukosa oleh jaringan tepi dan bertambahnya glukoneogenesis di hati
sehingga keduanya dapat menyebabkan hiperglikemi. Defisiensi insulin
menyebabkan bertambahnya glukagon dan perubahan rasio ini menimbulkan
peningkatan lipolisis di jaringan lemak serta ketogenesis di hati. Lipolisis terjadi
karena defisiensi insulin merangsang kegiatan lipase dalam jaringan lemak akibat
nertambahnya pasokan asam lemak bebas di hati. Di dalam mitokondria hati
enzim karnitil asil transferase1 terangsang untuk mengubah asam lemak bebas
menjadi keton atau disimpan dalam bentuk trigliserida. Pada proses ketosis ini
menghasilkan
asam
betahidroksibutirat
&asam
asetoasetat
inilah
yang
menyebabkan asidosis.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya
KAD pada pasien diabetes melitus, diantaranya jangan menghentikan suntikan insulin
atau obat diabetes walaupun sedang sakit dan tidak nafsu makan, periksa kadar
gula darah sekali sehari dan catat hasil pemeriksaan tersebut,periksa keton urin
bila gula darah > 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak,saat sakit, makanlah
sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu makan, boleh makan bubur
atau minuman berkalori lain, minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus
serta ketoasidosis diabetikum.
1.2. Tujuan
1.2.1.Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan diabetes melitus serta
ketoasidosis diabetikum melalui proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami konsep keperawatan meliputi: pengertian, etiologi,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegaan dan penatalaksanaan
2. Memahami asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus serta
ketoasidosis diabetikum.
3. Mampu memberikan asuhan keperawatan pasien diabetes melitus serta
ketoasidosis diabetikum.
4. Mampu mengaplikasikan dalam praktek keperawatan di lapangan.
1.4. Manfaat
1.4.1.Bagi Perawat
Meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan diabetes melitus serta ketoasidosis
diabetikum.
1.4.2.Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien untuk dapat
melakukan perawatan mandiri serta mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus
2.1.1
Diabetes mellitus
2.1.2
Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus dan gangguan toleransi menurut WHO
1985 sebagai berikut :
1) Diabetes mellitus
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes
Mellitus Tergantung Insulin (DMTI).
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).
a) Tidak gemuk.
b) Gemuk.
c. Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) atau Diabetes
Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
d. Diabetes tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu :
a) Penyakit pankreas.
b) Penyakit hormonal.
c) Karena obat atau bahan kimia lain.
d) Kelainan reseptor insulin.
e) Sindrom genetik tertentu.
f) Sirosis hepatitis.
2) Toleransi glukosa terganggu
a. Tidak gemuk.
b. Gemuk.
c. Yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu.
3) Diabetes mellitus gestasional
Komisi FAO/WHO/UNO 1985 menyarankan tambahan energi bagi
wanita hamil sebesar :
a. Aktivitas berat
Etiologi
Penyebab pasti dari diabetes mellitus belum diketahui dari beberapa
penderita diabetes mellitus para ahli telah merumuskan bahwa penyebab
diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan.
2. Obesitas.
3. Riwayat pankreatitis kronis.
4. Melahirkan anak lebih dari 4 kg.
5. Riwayat glukosurin selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
penyakit atau terapi obat glukokortikosteroid, serta kontrasepsi oral).
6. Kebiasaan diet.
7. Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
2.1.5
Gejala Klinik
Gejala klinik diabetes mellitus yang klasik : mula-mula polifagia,
polidipsia, poliuria, dan berat badan naik, kemudian polidipsia, poliuria,
dan berat badan turun, bahkan dapat disusul dengan muntah-muntah dan
koma diabetik. Gejala kronik lain yang sering : lemah badan, kesemutan,
mata kabur yang berubah-ubah, mialgia, antralgia, penurunan kemampuan
seksual dan lain-lain (Mansjoer, 2001).
2.1.6
Patofisiologi
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh
Diuresis
Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan
keadaan gizi dimana berat badan ideal mencegah terjadinya komplikasi.
Secara garis besar dilakukan dengan :
o Obat hipoglikemik
1) Sulfonilurea.
2) Biguanid.
3) Inhibitor alfa glukosidase.
4) Insulin sensitizing agent.
o Latihan jasmani
Sudah lama diketahui bahwa olahraga menimbulkan penurunan kadar gula
dalam darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan glukosa di
daerah perifer. Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama
+ 0,5 jam. Latihan dilakukan terus menerus tanpa terhenti. Otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara
bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan
pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
o Perencanaan makan (meal planning)
Tahap pertama dalam mempersiapkan perencanaan makan adalah
mendapatkan riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien
dan gaya hidupnya. Daftar bahan makanan penukar bagi perencanaan
makan harus disampaikan kepada pasien dengan penggunaan jumlah kalori
yang tepat.
o Perawatan kaki
7
Zat Gizi
Diet A
Diet B
1.
Karbohidrat
50 %
60 - 68 %
2.
Protein
20 %
12 - 20 %
3.
Lemak
30 %
20 %
4.
Kolesterol
500 mg
100 - 50 mg
5.
Serat
Sayuran tipe A
Sayuran tipe B
6.
Frekuensi per-hari
3 kali
6 kali
Tabel 2.1
: 68 % karbohidrat
12 % protein
20 % lemak
: Makan pagi.
2. Pukul 09.30
3. Pukul 12.30
: Makan siang.
4. Pukul 15.30
5. Pukul 18.30
: Makan malam.
9
6. Pukul 21.30
Buah-buahan yang dapat dianjurkan adalah buah yang kurang manis (buah
golongan B) misalnya : pepaya, kedondong, salak, pisang, apel, tomat dan semangka.
Sedangkan buah-buahan yang manis (buah golongan A) yang harus dilarang pada
diabetes mellitus ialah sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur.
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari, hendaknya diikuti
pedoman 3 J (jumlah, jadwal dan jenis) artinya :
J1
J2
J3
BB
x 100 % (BB = kg; TB = cm)
TB - 100
: BBR < 90 %.
2. Normal/ideal
: BBR 90-110 %.
3. Gemuk
4. Obesitas
Obesitas ringan
Obesitas sedang
Obesitas berat
Obesitas morbid
Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk
penderita diabetes mellitus yang bekerja biasa adalah :
1. Kurus
: BB x 40 - 6 kalori sehari.
2. Normal
: BB x 30 kalori sehari.
3. Gemuk
: BB x 20 kalori sehari.
4. Obesitas
: BB x 10 - 15 kalori sehari.
: 1000 kalori.
Untuk T2 (trimester 2)
: 2000 kalori.
Untuk T3 (trimester 3)
: 3000 kalori.
Untuk L (laktasi)
400 kalori.
glukagon
penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis
lemak
hiperglikemia
protein
11
glycosuria
ketogenesis
BUN
ketonemia
Nitrogen urine
Osmotic Diuresis
Dehidrasi
pH
Mual muntah
Hemokonsentrasi
Asidosis
Kekurangan
volume cairan
Trombosis
Koma
Kematian
Aterosklerosis
Makrovaskuler
Jantung
Miokard Infark
Serebral
Stroke
Mikrovaskuler
Retina
Ginjal
Retinopati
diabetik
Nefropati
Ekstremitas
Gangren
Ggn. Penglihatan
Ggn Integritas Kulit
Gagal
Ginjal
Resiko Injury
10). Seksualitas.
Gejala: Rabas vagina, gangguan ereksi penis, kesulitan orgasme.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
insulin,
peningkatan
kebtuhan
energi
status
hipermetabolik/infeksi
6. Ketidakberdayaan
berhubungan
dengan
penyakit
jangka
panjang,
RENCANA KEPERAWATAN.
1). Kekurangan volume cairan
(hiperglikemia)
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba,turgor kuliit dan pengisian baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
a) Pantau tanda-tanda vital,catat adanya perubahan TD ortostatik.
14
Intervensi :
a) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat(termasuk
utilisasi dan absorpsinya).
b) Tentukan
suatu
keadaan
dekompensasi-
2.2.3
Infeksi
Infark miokard akut
Pankreatitis akut
Penggunaan obat golongan steroid
Menghentikan atau mengurangi dosis insulin
20% tidak diketahui faktor pencetus
Patofisiologi
Glukagon >>,
insulin <<
Jaringan lemak
Hati
Lipolisis >>
Ketogenesis >>
Hati
Glukoneogenesis >>
Asidosis (ketosis)
2.2.4
Jaringan tepi
Asidosis (ketosis)
Batasan
Kondisi yang mengancam jiwa yang disebabkan penurunan kadar insulin
Diuresis osmotik
efektif didalam tubuh, atau berkaitan dengan resistensi insulin,
dan disertai
17
Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
DIAGNOSIS BANDING
KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan koma yang lain
termasuk : hipoglikemia, uremia, gastroenteritis dengan asidosis metabolik,
asidosis laktat, intoksikasi salisilat, bronkopneumonia, ensefalitis, dan lesi
intrakranial.
2.2.6
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
1) Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi),
2) Menghentikan ketogenesis (insulin),
3) Koreksi gangguan elektrolit,
18
4) Mencegah komplikasi,
5) Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.
Resusitasi
20
a.
Jika syok berikan larutan isotonik (normal salin 0,9%) 20 cc/KgBB bolus.
Observasi Klinik
Pemeriksaan dan pencatatan harus dilakukan atas :
a.
f.
g.
Keton urine sampai negatif, atau keton darah (bila terdapat fasilitas).
21
Rehidrasi
Penurunan osmolalitas cairan intravaskular yang terlalu cepat dapat
meningkatkan resiko terjadinya edema serebri.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Tentukan derajat dehidrasi penderita.
b. Gunakan cairan normal salin 0,9%.
Penggantian Natrium
a. Koreksi Natrium dilakukan tergantung pengukuran serum elektrolit.
b. Monitoring serum elektrolit dapat dilakukan setiap 4-6 jam.
22
Penggantian Kalium
Pada saat asidosis terjadi kehilangan Kalium dari dalam tubuh walaupun
konsentrasi di dalam serum masih normal atau meningkat akibat berpindahnya
Kalium intraseluler ke ekstraseluler. Konsentrasi Kalium serum akan segera
turun dengan pemberian insulin dan asidosis teratasi.
a. Pemberian Kalium dapat dimulai bila telah dilakukan pemberian cairan
resusitasi, dan pemberian insulin. Dosis yang diberikan adalah 5 mmol/kg
BB/hari atau 40 mmol/L cairan.
b. Pada keadaan gagal ginjal atau anuria, pemberian Kalium harus ditunda.
Penggantian Bikarbonat
a. Bikarbonat sebaiknya tidak diberikan pada awal resusitasi.
23
Pemberian Insulin
a. Insulin hanya dapat diberikan setelah syok teratasi dengan cairan
resusitasi.
b. Insulin yang digunakan adalah jenis Short acting/Rapid Insulin (RI).
c. Dalam 60-90 menit awal hidrasi, dapat terjadi penurunan kadar gula darah
walaupun insulin belum diberikan.
d. Dosis yang digunakan adalah 0,1 unit/kg BB/jam atau 0,05 unit/kg BB/jam
pada anak < 2 tahun.
e. Pemberian insulin sebaiknya dalam syringe pump dengan pengenceran 0,1
unit/ml atau bila tidak ada syringe pump dapat dilakukan dengan
microburet (50 unit dalam 500 mL NS), terpisah dari cairan
rumatan/hidrasi.
f. Penurunan kadar glukosa darah (KGD) yang diharapkan adalah 70-100
mg/dL/jam.
g. Bila KGD mencapai 200-300 mg/dL, ganti cairan rumatan dengan D5
Salin.
h. Kadar glukosa darah yang diharapkan adalah 150-250 mg/dL (target).
24
i. Bila KGD < 150 mg/dL atau penurunannya terlalu cepat, ganti cairan
dengan D10 Salin.
j. Bila KGD tetap dibawah target turunkan kecepatan insulin.
k. Jangan menghentikan insulin atau mengurangi sampai < 0,05 unit/kg
BB/jam.
l. Pemberian insulin kontinyu dan pemberian glukosa tetap diperlukan untuk
menghentikan ketosis dan merangsang anabolisme.
m. Pada saat tidak terjadi perbaikan klinis/laboratoris, lakukan penilaian
ulang kondisi penderita, pemberian insulin, pertimbangkan penyebab
kegagalan respon pemberian insulin.
n. Pada kasus tidak didapatkan jalur IV, berikan insulin secara intramuskuler
atau subkutan. Perfusi jaringan yang jelek akan menghambat absorpsi
insulin.
Fase Pemulihan
Setelah KAD teratasi, dalam fase pemulihan penderita dipersiapkan untuk: 1)
Memulai diet per-oral. 2) Peralihan insulin drip menjadi subkutan.
a. Memulai diet per-oral.
25
1. Diet per-oral dapat diberikan bila anak stabil secara metabolik (KGD <
250 mg/dL, pH > 7,3, bikarbonat > 15 mmol/L), sadar dan tidak
mual/muntah.
2. Saat memulai snack, kecepatan insulin basal dinaikkan menjadi 2x
sampai 30 menit sesudah snack berakhir.
3. Bila anak dapat menghabiskan snacknya, bisa dimulai makanan utama.
4. Saat memulai makanan, kecepatan insulin basal dinaikkan menjadi 2x
sampai 60 menit sesudah makan utama berakhir.
b. Menghentikan insulin intravena dan memulai subkutan.
1. Insulin iv bisa dihentikan bila keadaan umum anak baik, metabolisme
stabil, dan anak dapat menghabiskan makanan utama.
2. Insulin subkutan harus diberikan 30 menit sebelum makan utama dan
insulin iv diteruskan sampai total 90 menit sesudah insulin subkutan
diberikan.
3. Diberikan short acting insulin setiap 6 jam, dengan dosis individual
tergantung kadar gula darah. Total dosis yang dibutuhkan kurang lebih
1 unit/kg BB/hari atau disesuaikan dosis basal sebelumnya.
c.
Dapat diawali dengan regimen 2/7 sebelum makan pagi, 2/7 sebelum
makan siang, 2/7 sebelum makan malam, dan 1/7 sebelum snack
menjelang tidur.
26
27
28
KOMPLIKASI TERAPI
1. Hipoglikemia dan hipokalemia.
2. Edema serebri.
3. Asidosis metabolik hiperkloremia.
29
WOC KAD
Gangguan Produksi atau gangguan reseptor Insulin
Penurunan proses
penyimpanan glukosa
dalam hati
Penurunan kemampuan
reseptor sel dalam
uptake glukosa
Kelaparan tingkat
seluler
Hiperosmolar darah
Peningkatan proses
glukolisis dan
glukoneogenesis
Poliuria
Dehidrasi
Keseimbangan kalori
negative
Rangsang metabolisme
anaerobik
Asidosis
Penurunan kesadaran
30
insulin,
penurunan
masukan
oral,
status
berhubungan
dengan
hipermetabolisme
3. Resiko
tinggi
terhadap
infeksi
(sepsis)
berhubungan
dengan
penurunan
produksi
energi
Kriteria Hasil :
-
Intervensi
1.Kaji riwayat durasi/intensitas mual,
Rasional
Membantu memperkirakan pengurangan
bau aceton
diindikasikan
volume
lambung
pada vaskuler
Kolaborasi:
dextrosa
secara individual
BUN/Kreatinin
Osmolalitas darah
Natrium
Kalium
Mencegah hipokalemia
menghilangkan muntah
makan
-
Diare
Kriteria hasil :
-
Intervensi
1.Pantau berat badan setiap hari atau sesuai
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang
indikasi
yang dihabiskan
3.Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri Hiperglikemia dan ggn keseimbangan
abdomen/perut kembung, mual, muntahan
baik
7.Kolaborasi :
Pemeriksaan GDA dengan Memantau gula darah lebih akurat daripada
reduksi urine untuk mendeteksi fluktuasi
finger stick
pH dan HCO3
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 15 04 -2010
Jam masuk
: 23.20 WIB
Ruang
: ECU Interna II
Pengkajian
: 16 04 - 2010
A. Identitas
B.
Nama Pasien
: Ny. M
Umur
: 50 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
: Surabaya
Diagnosa medis
: Diabetes Melitus
RIWAYAT KEPERAWATAN
1.
Keluhan Utama
Sesak nafas
2.
3.
(sepuluh tahun yang lalu) dan biasa berobat (kontrol) di Puskesmas. Klien
juga mengalami gangren sejak sekitar 4 tahun yang lalu. Sakit yang bisa
dialami klien hanyalah demam biasa atau pilek yang biasanya sembuh dengan
membeli obat dari warung
4.
Keterangan :
Pria
5.
Wanita
Klien
Pemeriksaan Fisik
a.
Breath (pernafasan)
Pernafasan 36 X/menit, kusmaull, hidung bersih sebelah kanan terpasang
NGT, discart (-), pernafasan cuping hidung (+), retraksi otot bantu nafas
(+). Suara nafas tidak ada stridor, vesikuler pada lapang paru.
b.
Blood (Kardiovaskuler)
Nadi 130 X/mnt, reguler kuat; TD : 140/90 mmHg, Suara Jantung S1S2
tanpa suara tambahan, mur-mur/split (-), CRT < 2 detik.
c.
Brain (Persyarafan)
GCS 11 (E3 V 4 M 4), Refleks pupil (+) isokhor, gelisah, koordinasi gerak
tidak terkaji.
d.
Bowel (Pencernaan)
Mulut kotor,bibir kering, lidah tidak tremor, pharing tidak hiperemis, nafas
bau aseton, pembesaran kel leher (-). Abdomen supel simetris, masa (-)
41
skibala tidak teraba, pembesaran hati (-) limpha (-) ascites (-). Bising usus
(+) tidak meningkat. b.a.b belum sejak dua hari yang lalu.
BB turun 66 kg menjadi 63 kg
e.
Bladder (Perkemihan)
Distensi kandung kemih (-), Intake cairan 2000cc/24 jam, Produksi urine
1800 cc/24 jam, warna kuning jernih. Terpasang kateter
f.
Bone (Muskuloskeletal)
Kekuatan otot tidak terkaji, atropi otot tidak ditemukan, deformitas
ekstremitas tidak ditemukan, Kemampuan bergerak tidak beraturan kuat.
g.
Skin (Integumen)
BB saat masuk 63 kg, TB 159 Cm, cyanosis (-) Icterus (-), spider
nevi/perdarahan kulit (-) lesi (-) oedema (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data Laboratorium Tanggal 16 April 2010
Hb
: 15, 6 mg%
PCV
: 0,48
( 0,38 0,42)
Leukosit
: 4.5000
(< 100.000)
Trombosit
: 387
Glukosa
: 451 mg/dL
SGOT
: 31
Kreatinin
: 1,56
Albumin
: 4 mg/dL
( 3,5 5 )
Analisa Darah
pH
: 7,19
(7,35 7,54)
pCO2
: 18,9 mmol
(25 45 mmol)
pO2
: 78 mmol
( 80 104 mmol)
HCO3
: 12,2 mmol
(21 25 mmol)
O2 sat
: 96,3 %
Elektrolit :
K
: 4,45 mEq
Na
: 115 mEq
Cl
: 105 mEq
Urinalisis
Eritrosit 3 4, Leukosit 5 6, Epitel 9 11, Kristal - , Kuman (+)
D.Penatalaksanaan
Klien mendapat diet B-1 per Sonde
Analisa Data
Data
Etiologi
43
Masalah
DS : Px mengatakan
sesak nafas
(glukolisis, glukoneolisis)
DO :
-
Pernafasan
kusmaull,
RR 36 X/mnt
pernafasan
cuping
hidung
retraksi
otot
(+),
bantu
Pola nafas
nafas (+).
-
(E3 V 4 M 4),
Glukosa:
inefektif
451
mg/dL
-
pH
7,19
(7,35 7,54)
-
pCO2
18,9
mmol
-
pO2 : 78 mmol
HCO3:
12,2
mmol
-
O2 sat: 96,3 %
Hb : 15, 6 mg%
DS : -
DO :
-
keseimbangan
GDA
451
Hiperosmolaritas organ
mg/dL
-
Gangguan
elektrolit
Distensi kandung
kemih
2000cc/24
cairan dan
(-),Intake
jam,
(Hipovolemia)
cc/24
jam,
kuning
warna
jernih.
Terpasang kateter
-
PCV 4,8
Na 115 mEq
Bibir kering
DS : -
DO :
-
Kesadaran
menurun
-
Kemampuan
makan(-)
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Terpasang NGT
Diet B-1
BB turun 66 kg
tubuh
Energi >>
menjadi 63 kg
-
Albumin
mg/dL
Diagnosa Keperawatan :
1.
2.
3.
45
Rencana Perawatan
1. Pola nafas inefektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
Tujuan : Setelah diberikan intervensi pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
-
2) Observasi pola
nafas tiap hari
3) Observasi
berpengaruh
Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran
kemungkinan
mungkin timbul
4) Observasi
pernafasan kusmaul
atau pernafasan
keton
tidak tersumbat
6) Observasi kadar
Intervensi
1) Berikan cairan paling
Rasional
Mempertahankan hidrasi dan volume sirkulasi
pengeluaran berlebih :
poliuri, muntah, diare
3) Pantau tanda vital
duduk/berdiri
Indikator tingkat hidrasi atau volume cairan yang
adekuat
pengeluaran, catat BJ
Urine
diberikan
muntah, distensi
lambung
Kolaborasi
dekstrose
2) Berikan Plasma,
albumin
3) Pantau pemeriksaan
laboraorium : Ht,
BUN/Creatinin, Na, K
5) Berikan Bikarbonat
lakukan penghisapan
muntah
Kriteria hasil : BB ideal, makan dihabiskan sesuai diet, albumin (3,6-5 mg/dL)
Intervensi
Rasional
1) Timbang BB tiap hari
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
2) Tentukan program diet dan pola
makan pasien dan bandingkan
intervensi
Pemberian makanan peroral lebih baik jika
pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
Kolaborasi
1) Lakukan pemeriksaan gula darah
denggan menggunakan finger stick
2) Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti glikosa darah, aseton, pH dan pengantian cairan dan terapi insulin
49
HCO3
dikoreksi
Insulin reguler memiliki awitan cepat
menentu/lambat.
Bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien, menjawab pertanyaan dan
dapat pula membantu pasien atau orang
terdekat untuk mengembangkan rencana
makanan
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta
Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis,
Philadelphia
50
Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit, EGC, Jakarta
Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kumar, Robbins. 1995. Patologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional
republik Indonesia. 2003. 62-65.
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2004. 756-763.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC.
Tanagho EA, McAninch JW. Smiths General Urology. Edisi ke-16. New York :
Lange Medical Book. 2004. 256-283.
Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com.
Last update : April 2010.
Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari : http://www.icm.tn.gov.in. Last
update : April 2010.
51
52