2.1
kata lain manajemen yang dimaksud disini adalah kegiatan atas usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasi kegiatan-kegiatan orang lain.
Dalam pengertian ini terdapat unsur penting yaitu adanya orang yang lebih daripada satu,
adanya tujuan yang ingin dicapai dan orang yang bertanggung jawab atas tercapainya
tujuan tersebut. Bila dilihat dari segi perusahaan, sukses atau tidaknya suatu perusahaan
dalam mencapai tujuannya, sangat tergantung pada pelaksanaan dan pengelolaan
manajemen perusahaan tersebut.
Adapun kegiatan operasi dan produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan
kegunaan atau daya guna dari suatu barang atau jasa, atau juga sering disebut sebagai
kegiatan masukan (input) menjadi keluaran (Output) yang tidak dapat dilakukan sendiri
tetapi dibutuhkan bantuan dan harus dilakukan bersama-sama dengan orang lain sehingga
dibutuhkanlah kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen itu sendiri dibutuhkan untuk
mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang berupa sumber daya dan
bahan, agar dapat meningkatkan kegunaan dari barang atau jasa tersebut secara efektif
dan efisien dengan meningkatkan keterampilan atau skill yang dimiliki para manajernya.
Dengan adanya manajemen maka tingkat efisiensi dalam semua kegiatan manusia
atau organisasi akan lebih meningkat, karena manejemen selalu menginginkan yang lebih
baik. Untuk jelasnya kita lihat pendapat dari para ahli mengenai apa yang dimaksud dengan
manajemen, operasi dan produksi, juga apa yang dimaksud dengan manajemen
operasional.
2.1.1
Pengertian Manajemen
Menurut pendapat Assauri (2004, p12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha
yang
dilakukan
untuk
mencapai
tujuan
dengan
menggunakan
atau
2.1.2
Pengertian Operasi
Istilah operasi sering digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan yang
menghasilkan keluaran atau output, baik berupa barang atau jasa. Pengertian operasi secara
tersendiri berdasarkan pendapat seorang ahli adalah sebagai berikut.
Menurut pendapat Subagyo (2000, p1) : Operasi atau Operation adalah kegiatan
untuk merubah masukan (yang berupa faKtor-faktor produksi/operasi) menjadi
keluaran sehingga lebih bermanfaat dari bentuk aslinya.
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian operasi merupakan kegiatan yang mengubah bentuk dengan menciptakan atau
menambah manfaat suatu barang atau jasa yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia sehingga nilai atau mAnfaatnya lebih tinggi dari bentuk aslinya.
2.1.3
dan jasa. Setiap hari kita dapat menjumpai barang atau jasa yang melimpah yang
ditawarkan oleh sejumlah perusahaan, dimana semuanya itu dihasilkan dibawah pengawasan
manajer operasi. Beberapa pengertian tentang manajemen operasi adalah sebagai berikut :
Menurut pendapat Barry Render dan Jay Heizer (2001,p2) : Operation Management
is the set of activities that creates goods and services by transforming inputs into
outputs.
is define as the design, operation, and improvement of the systems that create and
deliver the firms primary producs and service.
Jadi manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan membuat barang dan jasa
melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran atau pengelolaan sumber daya yang
berupa faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal untuk diubah menjadi
barang dan jasa yang lebih bermanfaat.
2.1.4
Persediaan
(Inventory
Control)
atau
disebut
juga
Inventory
dijaga, kapan persediaan harus diisi dan seberapa besar pesanan yang harus dilakukan
sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak
investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal.
2.1.5
Pengertian Persediaan
Setiap peruasahaan, baik yang bergerak dibidang perdagangan maupun pabrik selalu
mengadakan persediaan. Persediaan (inventory) dapat memiliki barbagai fungsi penting yang
menambah fleksibelitas dari operasi suatu perusahaan dan dengan adanya persediaan dapat
mempermudah dan memperlancar jalannya proses produksi. Jika tidak adanya persediaan
maka perusahaan akan menghadapi berbagai masalah dimana proses produksi akan
terganggu ataupun akan terhenti yang selanjutnya tidak dapat memenuhi keinginan
pelanggan. Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal dibanyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi telah
lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting, karna
melalui manajemen persediaan yang baik dapat mengurangi biaya produksi dan operasi.
Beberapa pengertian tentang persediaan (inventory) adalah sebagai berikut :
Jadi persediaan (inventory) adalah persediaan berbagai jenis barang atau sumber
daya yang digunakan dalam suatu organisasi/perusahaan untuk memfasilitasi produksi atau
memuaskan permintaan konsumen.
10
dalam
sistem
manufaktur,
Proses
Barang
Setengah jadi
Bahan
Baku
Barang
jadi
Produksi
Sumber : Nasution Hakim (2003,p103)
Gambar 2.1 Proses Transformasi Produksi
2.1.6
11
2. Ketidakpastian (Uncertainties)
Ketidakpastian merupakan dorongan utama perusahaan menyimpan persediaan.
Terutama ketidakpastian permintaan eksternal. Ketidakpastian lain yang menjadi
alasan adalah ketidakpastian waktu tunggu (lead time), walaupun permintaan yang
akan datang dapat diprediksi secara akurat, tapi perusahaan perlu menyimpan stok
untuk menjamin kelancaran pergerakan produksi atau kelanjutan penjualan ketika
waktu tunggu penambahan tidak pasti. Selain itu ketidakpastian pasokan tenaga
kerja (labor supply), harga dari sumber-sumber bahan baku, dan biaya modal (cost
12
(maintain inventory) pada salah satu kasus dimana itemnya harus dibeli dalam
jumlah yang kecil.
7. Biaya Pengendalian (Control Cost)
Dalam sistem ini banyak persediaan yang tidak diadakan dalam tingkatan
pengendalian yang sama. Biaya pengendalian bisa menjadi rendah bagi perusahaan
dalam jangka panjang untuk memelihara persediaan item yang tidak lebih mahal
daripada mengeluarkan waktu pekerjaan untuk menyimpan salinan detail untuk item
ini.
Pentingnya suatu persediaan bagi perusahaan adalah menanggulangi suatu
ketidakpastian atau berjaga-jaga untuk mencari kondisi yang aman bagi perusahaan,
memastikan apabila terjadi hal-hal di luar perkiraan perusahaan baik yang terjadi pada faktor
internal atau eksternal perusahaan sehingga proses produksi dapat terus berjalan secara
efektif.
2.1.7
Fungsi Persediaan
Persediaan timbul disebabkan oleh tidak singkronnya permintaan dengan penyediaan
dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan
permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan.
Menurut Zulian Yamit (2003,p6) terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi
perlunya persediaan, yaitu :
1. Faktor waktu, yaitu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi
sebelum barang jadi sampai kepada konsumen.
2. Faktor ketidakpastian waktu, yaitu ketidakpastian waktu dari supplier
menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat
proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
13
Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001,p314), persediaan (inventory) dapat
memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu
perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu :
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan
produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat
membentuk stock selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok
dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu
perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra mungkin diperlukan
untuk memasangkan proses produksinya.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian
dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat tercadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. stok
pengaman misalnya, barang di tangan ekstra, dapat mengurangi resiko
kehabisan stok.
14
waktu
untuk
memproduksi
barang
dan
karena
sepanjang
2.1.8
Biaya-biaya Persediaan
Menurut Fredy Rangkuti (2004, p16-p18), ada 4 jenis biaya persediaan, yaitu :
1. Biaya penyimpanan (Holding cost atau Carrying cost), yaitu terdiri atas biaya-biaya
yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan
per-periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai
biaya penyimpanan adalah sebagai berikut :
a) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan pendingin
ruangan dan sebagainya).
b) Biaya modal (Opportunity Cost of Capital), yaitu alternatif pendapatan atas
dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c) Biaya keusangan.
d) Biaya perhitungan fisik.
e) Biaya asuransi persediaan.
f)
15
16
a) Kehilangan penjualan.
b) Kehilangan pelanggan.
c) Biaya pemesanan khusus.
d) Biaya ekspedisi.
e) Selisih harga.
f)
Terganggunya operasi.
2.2
Pengendalian Persediaan
Dalam suatu perusahaan, kelancaran seluruh kegiatan operasi harus didukung oleh
beberapa kegiatan penting. Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan penting
dari urutan kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi
produksi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu,
jumlah, kuantitas, dan biayanya. Pengendalian persediaan ini meliputi perencanaan
persediaan jadwal untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan, dan lainnya. Pengendalian
persediaan ini juga penting bagi semua jenis perusahaan karena kegiatan ini dapat
membantu tercapainya suatu tingkat efesiensi penggunaan dalam persediaan.
2.2.1
17
aktivitas
untuk
menetapkan
besarnya
persediaan
dengan
memperhatikan
2.2.2
mempunyai
tujuan-tujuan
tertentu.
Menurut
pendapat
Assauri
(2004,p177)
tujuan
jangan
sampai
perusahaan
kehabisan
persediaan
sehingga
dapat
2.2.3
Model Persediaan
Perusahaan manufaktur dalam menjalankan usahanya membutuhkan persediaan
mulai dari keperluan bahan mentah sampai pada barang jadi. Manajemen persediaan ini
18
demikian,
pembelian,
pemakaian,
maupun
pemanfaatannya
dapat
19
20
2.3
Menurut Gasperz (2002, p141), Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule)
adalah satu set perencanaan yang menggambarkan beberapa jumlah yang akan dibuat untuk
setiap item akhir periode tertentu.
Menurut Herjanto (2004, p260), Jadwal Produksi Induk merupakan gambaran atas
periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana suplai /
penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (Available To Promise,
ATP). MPS mengendalikan MRP dan merupakan masukan utama dalam proses MRP.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005, p162), Jadwal Produksi Induk dapat
dinyatakan dalam istilah sebagai berikut:
stock).
2.3.1
atau
memberi
input
utama
kepada
sistem
perencanaan
21
2.3.2
Firm Planned Orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak
inventory yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan.
3) Rencana Produksi
Memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya
untuk menetukan tingkat produksi, inventory, dan sumber daya lain dalam
produksi itu.
4) Data Perencanaan
Berkaitan dengan aturan-aturan tentang Lot Sizing yang harus digunakan,
Shrinkage Factor, stok pengaman (Safety Stock), dan waktu tunggu (Lead Time)
dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam dokumen induk dari item
(Item Master File).
22
2.3.3
Lead Time :
Safety Stock :
On Hand
Forecast
Actual Order
Project Available Balance
Available To Promise
Master Schedule
Sumber: Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT
Menuju Manufacturing 21
23
3) Lot Size
Adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik / pemasok.
4) Safety Stock
Adalah stok tambahan dari item yang direncanakan untuk berada dalam inventory
yang dijadikan sebagai stok
24
2.4
adalah daftar dari produk dan komponen yang diperlukan untuk dirakit atau dicampur agar
menjadi produk akhir.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005, p164) Daftar Kebutuhan Bahan (bill of
material BOM) adalah sebuah pembuatan daftar komponen, komposisi dan jumlah dari
setiap bagian yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.
2.5
25
2.5.1
Meminimalkan Persediaan
Perencanaan
Kebutuhaan
(Material
Material
Kebutuhaan
(Material
Material
mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pengadaan atau pembeliaan komponen, sehingga memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana
produksi.
26
komitmen dalam penggiriman barang dilakukan secara realistis. Hal ini mendorong
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen.
Meningkatkan Efisiensi
Perencanaan Kebutuhaan Material (Material Requirement Planning MRP), juga
mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan
waktu pengiriman barang dapat direncanakan dengan baik sesuai dengan jadwal
produksi induk.
2.5.2
27
Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada
waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan
rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis.
Jika penjadwalan masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, berarti
perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen, sehingga perlu
dilakukan pembatalan atas pesanan konsumen tersebut.
2.5.3
Gasperz
(2002,
p178)
Perencanaan
Kebutuhan
Material
(Material
untuk
Perencanaan
memproduksi
Kebutuhan
satu
unit
(Material
Material
produk
atau
parent assembly.
menggunakan Daftar Kebutuhan Bahan (Bill of Material BOM) sebagai basis untuk
perhitungan banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode
waktu.
Item Master
Item Master merupakan suatu komponen file yang berisi informasi status tentang
material, parts, subassemblies, dan produk-produk yang menunjukan kuantitas on-
28
Lot Sizing, toleransi untuk scrap atau hasil, dan berbagai informasi penting lainnya
yang berkaitan dengan suatu item.
Pesanan-pesanan (Orders)
Pesanan-pesanan (orders) akan memberitahukan tentang berapa banyak dari setiap
item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock-on-hand dimasa
mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu shop orders or work
pesanan pembelian suatu item dari pemasok eksternal. Kita juga dapat
mengkategorikan pesanan-pesanan yang datang (incoming orders) apabila dari
shop
orders
atau
purchase
order
dalam
bentuk
yang
berbeda,
yang
Kebutuhan-kebutuhan (Requirements)
Kebutuhan-kebutuhan (Requirements) akan memberitahukan tentang berapa
banyak dari masing-masing item itu dibutuhkan, sehingga akan mengurangi stock-
29
2.5.4
MRP)
Menurut Herjanto (2004, p263) kebutuhan untuk setiap komponen yang diperlukan
dalam melaksanakan MPS dihitung dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1) Netting,
yaitu
jumlah
kebutuhan
bersih
dari
kebutuhan
kasar
dengan
memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang ada,
dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan.
2) Konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pemesanan
3) Menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktunya yang tepat dengan cara
menghitung mundur (backward scheduling) dari waktu yang dikehendaki dengan
memperhitungkan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan komponen yang
bersangkutkan.
4) Menjabarkan rencana produksi produk akhir kebutuhan kasar untuk komponenkomponennya melalui daftar material.
2.6
Planning (MRP))
Metode Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode perencanaan
(planning) dan penjadwalan (scheduling) pesanan dan inventori untuk item-item permintaan
bebas (dependent demand), item-item yang termasuk dalam dependent demand adalah
bahan baku (raw materiali), bagian dari produk (parts), sub perakitan (subassemblies), dan
perakitan (assemblies).
Moto dari MRP adalah memperoleh material yang tepat, dari sumber yang tepat,
untuk penempatan yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Berikut ini akan dikemukakan
terlebih dahulu beberapa pengertian MRP :
30
Menurut pendapat Sheikh (2002, p88) : MRP is a sample set of calculation that show
create good and services maintain valid schedules that show what items are required
and they are need.
suatu perencanaan produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke barang
mentah (komponen) yang dibutuhkan yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu
tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masingmasing komponen suatu produk yang akan dibuat.
2.6.1
31
2. Mengurangi
hambatan
proses
produksi
dengan
mencegah
keterlambatan
Master
Production
Schedule
Product
Structure
File
Work
Order
Material
Requirement
Planning
Item
Master
File
Purchase
Order
Rescheduling
Notices
32
khususnya dalam efisiensi biaya produksi. Untuk itu dalam pengelolaan data sistem MRP
pada pembuatan suatu produk dibutuhkanlah data-data yang mendukung dan menunjang
sistem ini untuk dapat diperhitungkan secara akurat, untuk itu data-data yang diperoleh
haruslah data aktual yang berkaitan seputar jadwal produksi induk (Master Production
schedule), daftar kebutuhan bahan (BOM), item master, data pesanan-pesanan, dan data
kebutuhan. Setelah semua data itu terkumpul kemudian data tersebut di olah pada sistem
MRP dengan melihat perencanaan kapasitas produksi yang tepat, kemudian output berupa
informasi (report) dari laporan itu berguna sebagai laporan normal yang digunakan untuk
persediaan dan kontrol produksi ataupun perencanaan proses kerja dari MRP dimasa
mendatang.
2.6.2
Komponen MRP
Menurut pendapat Chase, et al (2004,p588) MRP mempunyai tiga input informasi
33
34
Tingkat
B(2)
C(3)
E(3)
E(1)
D(2)
F(2)
G(1)
D(2)
kita
telah
mengembangkan
struktur
produknya,
kita
dapat
menentukan jumlah unit dari setiap produk yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan sebagaimana diperlukan di bawah ini :
35
KomponenB2XjumlahA=(2)(50)=100
KomponenC3XjumlahA=(3)(50)=150
KomponenD2XjumlahB+2XjumlahF=(2)(100)+(2)(300)=800
KomponenE3XjumlahB+1XjumlahC=(3)(100)+(1)(150)=450
KomponenF2XjumlahC=(2)(150)=300
KomponenG1XjumlahF=(1)(300)=300
Maka, untuk 50 unit A, kita memerlukan 100 unit B, 150 unit C, 800 unit D,
450 unit E, 300 unit F, dan 300 unit G.
3. Catatan Daftar Persediaan (Infentory Records File)
Catatan daftar persediaan merupakan catatan tentang persediaan komponen
yang ada digudang dan sudah dipesan tapi belum diterima. Catatan ini digunakan
bila diperlukan dalam produksi. Isi catatan ini adalah nomor identifikasi, kuantitas
yang tersedia, tingkat stok pengaman (safety stock), kuantitas yang telah
direncanakan untuk dan waktu tunggu pengadaan (procurement leadtime) untuk
tiap item. Catatan ini harus selalu baru dengan cara melakukan pencatatan atas
transaksi-transaksi yang terjadi seperti penerimaan, pengeluaran, produk gagal, dan
pemesanan, untuk adanya kekeliruan dalam perencanaan.
36
2.6.3
Proses MRP
Format perencanaan kebutuhan material :
Tabel 2.2
Tabel Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning MRP)
Sumber : Production planning and Inventory Control Berdasarkan Sistem Terintegrasi MRP II dan Jit
Menuju Manufacturing 21
37
Project Available = On Hand pada awal periode (Project Available pada periode
sebelumnya) + Schedule Receipt periode sekarang + Planned Order Receipts periode
sekarang Gross Requirement periode sekarang.
9. Kebutuhan Bersih (Net Requirement)
Kebutuhan bersih merupakan kekurangan material yang diproyeksikan untuk periode
ini, sehingga perlu diambil tindakan ke dalam perhitungan rencana penerimaan
38
pesanan (planned order receipt) agar menutupi kekurangan pada periode ini. Net
Requirement dapat dihitung dengan formula :
Requirement).
11. Rencana Keluarnya Pesanan (Planned Order Release)
Rencana keluarnya pesanan merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan
atau dikeluarkan pada periode tertentu, agar item yang dipesan itu akan tersedia
pada saat dibutuhkan.
2.6.4
Output MRP
Menurut pendapat Davis, Heineke (2005, p250) dari proses MRP dihasilkan dua
39
report),
laporan
pengendalian
yang
menentukan
waktu
2.7
Lot Sizing adalah kuantitas yang dikeluarkan pada rencana penerimaan order dan
pengeluaran order pada jadwal MRP. Untuk barang-barang yang diproduksi sendiri ukuran lot
adalah kuantitas produksi, untuk barang-barang yang dibeli lot sizing merupakan kuantitas
yang dipesan dari supplier. Sebagian besar lot sizing berurusan dengan bagaimana
menyeimbangkan antara set up cost/ordering cost atau holding cost yang berhubungan
dengan kebutuhan bersih yang dihitung dari proses perencanaan MRP.
Menurut pendapat Chase, et al (2004,p604) ada empat yaitu :
1. Lot Per Lot (Lot for Lot (L4L))
2. Jumlah Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity (EOQ))
40
$10.00
Biaya pemesanan
$47.00
2.7.1
50
60
70
60
95
75
60
55
Menghasilkan dengan tepat apa yang dibutuhkan setiap minggunya tanpa ada
kelebihan yang dibawa kepriode berikutnya.
diatas :
41
Weeks
Net
Requirement
Production
Quantity
Ending
Inventory
Holding
Cost
Setup
Cost
Total
cost
1
2
3
4
5
6
7
8
50
60
70
60
95
75
60
55
50
60
70
60
95
75
60
55
0
0
0
0
0
0
0
0
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$94.00
$141.00
$188.00
$235.00
$282.00
$329.00
$376.00
2.7.2
stock model EOQ menggunakan perkiraan permintaan total tahunan, biaya pengadaan, biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan dalam setahun. EOQ tidak dirancang untuk sistem yang
terputus-putus seperti MRP. Teknik lot sizing digunakan dalam MRP yang diasumsikan bahwa
kebutuhan bahan baku telah tersedia di awal produksi. Biaya penyimpanan dicatat pada saat
ending inventory periode tersebut, tidak pada average inventory seperti pada kasus model
EOQ. EOQ berasumsi bahwa bahan baku terus digunakan selama periode berlangsung,
besarnya lot dalam EOQ model tidak selalu menunjukan keseluruhan periode produksi.
Menggunakan data sama dengan contoh Lot for lot, EOQ dihitung dengan cara sebagai
berikut :
525
8
52
3412,5
42
0,5%
$10
52
$2.60
Jadi :
2 3412,5 47
$2,60
351
(2)
Net
Requirement
50
60
70
60
95
75
60
55
(3)
Produktion
Quantity
351
0
0
0
0
351
0
0
(4)
Ending
Inventory
301
241
171
111
16
292
232
177
(5)
Holding
Cost
$15,25
$12,05
$8,55
$5,55
$0,80
$14,60
$11,60
$8,85
(6)
Setup
Cost
$47.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$47.00
$0.00
$0.00
(7)
Total
cost
$62,05
$74,10
$82,65
$88,20
$89,00
$150,60
$62,20
$171,05
2.7.3
membandingkan antara set up cost dan carrying cost untuk lot sizing yang bervariasi dan
memilih sebuah lot yang memberikan atau mempunyai set up cost dan carrying cost yang
hampir sama.
43
Pada bagian berikut menunjukan hasil biaya terkecil dari lot sizes. Adapun prosedur
untuk menghitung Least Total Cost Lot Sizes adalah dengan membandingkan biaya
pemesanan (ordering cost) dengan biaya penyimpanan (holding cost) untuk berbagai
minggu. Pemilihan yang tepat adalah lot sizing dimana biaya pemesanan (ordering cost) dan
biaya penyimpanan (holding cost) adalah kira-kira sama.
Tabel berikut menunjukan perhitungan Least Total Cost for an MRP Schedule.
weeks
Quantity
Ordered
Carrying
Cost
Order
Cost
Total
Cost
1
1-2
1-3
1-4
1-5
50
110
180
240
335
$0.00
$3.00
$10.00
$19.00
$38.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$50.00
$57.00
$66.00
$85.00
1-6
1-7
1-8
6
6-7
410
470
525
75
135
$58.75
$74.75
$94.00
$0.00
$3.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
6-8
190
$8,50
$47.00
1st order
Least Total
Cost
$103.75
$121.75
$141.00
$47.00
$50.00
2nd order
Least Total
Cost
Weeks
Net
Requirement
Produktion
Quantity
Ending
Inventory
Holding
Cost
Setup
Cost
Total
cost
1
2
3
4
5
6
7
8
50
60
70
60
95
75
60
55
50
60
70
60
95
75
60
55
0
0
0
0
0
0
0
0
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$94.00
$141.00
$188.00
$235.00
$282.00
$329.00
$376.00
$55.50
44
2.7.4
least Unit Cost merupakan teknik yang menambah biaya set up dan penyimpanan
untuk setiap lot dan dibagi dengan jumlah unit setiap lot, dan mengambil sebuah lot dengan
unit cost yang paling kecil. Table berikut menunjukan perhitungan menggunkan Least Unit
Cost run size for an MRP schedule.
Tabel 2.6 Least Unit Cost
weeks
Quantity
Ordered
Carrying
Cost
Order
Cost
Total
Cost
Unit
Cost
1
1-2
1-3
1-4
1-5
1-6
50
110
180
240
335
410
$0.00
$3.00
$10.00
$19.00
$38.00
$58.75
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$47.00
$50.00
$57.00
$66.00
$85.00
$103.75
$0,9400
$0,4545
$0,3167
$0,2750
$0,2537
$0,2530
1-7
1-8
7
470
525
60
$74.75
$94.00
$0.00
$47.00
$47.00
$47.00
$121.75
$141.00
$47.00
$0,2590
$0,2686
$0,7833
7-8
115
$2.75
$47.00
$50.00
$0,4326
1st order
Least Unit
Cost
2nd order
Least Unit
Cost
Weeks
Net
Requirement
Production
Quantity
Ending
Inventory
Holding
Cost
Setup
Cost
Total
cost
1
2
3
4
5
6
7
8
50
60
70
60
95
75
60
55
410
0
0
0
0
0
115
0
360
300
230
170
75
0
55
0
$18.00
$15.00
$11.50
$8.50
$3.75
0
$2.75
$0.00
$47.00
$0.00
$0.00
$0.00
$0.00
0
$47.00
$0.00
$65.00
$80.00
$91.00
$100.00
$103.75
$103.75
$153.00
$153.50
45
Dari
$ 376.00
$ 171.05
$ 140.50
$ 153.50
perhitungan
diatas,
Least
Total
Cost
adalah
metode
yang
dapat
2.8
46
(Lot For Lot) menghasilkan tidak hanya persediaan. Biaya yang timbul hanya berupa
biaya pemesanan. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang,
mengakibatkan terhetinya produksi, jika persediaan itu berupa bahan baku, atau
tidak terpenuhinya permintaan pelanggan apabila persediaan itu berupa bahan jadi.
Namun, bagi perusahaan tertentu seperti yang menjual barang-barang yang tidak
tahan lama, metode ini merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik.
Dengan
D = Jumlah kebutuhan barang
S = Biaya pemesanan
H = Biaya penyimpanan
47
dicakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungan diatas dapat diselasaikan dengan
rumus, sebagai berikut:
Dengan
D = Rata-rata kebutuhan
48
2.9
Kerangka Pemikiran
Penjelasan Kerangka Pemikiran:
Untuk menyusun sistem Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement
Planning, MRP) pada PT. Gapura Citra Indonesia dibutuhkan sejumlah data atau daftar
kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk
untuk menentukan kebutuhan material. Data-data tersebut dibutuhkan karena MRP
merupakan sebuah teknik permintaan terkait, yang menggunakan sejumlah data sebagai
masukan, terutama Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule MPS), dimana
jadwal produksi merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan,
termaksud peramalan, backlog, rencana suplai/ penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas
yang dijanjikan tersedia (available to promise, ATP). Untuk menyusun Jadwal Produksi Induk
(Master Production Schedule MPS) PT. Gapura Citra Indonesia memerlukan sejumlah data
yang harus diolah terlebih duhulu, seperti data pemesanan dari konsumen dan data
persediaan akhir bahan baku. Dari data pemesanan (customer order) sejumlah produk
mainan, yang kemudian bagian PPIC pada perusahaan mencari tahu daftar kebutuhan bahan
baku (Bill Of Material BOM produk tersebut dengan melihat daftar komponen, komposisi,
dan jumlah dari setiap bagian yang diperlukan untuk membuat satu unit produksi. Setelah
itu, bagian PPIC mengecek bagian Store Keeping untuk mengetahui jumlah bahan baku
utama yang telah tersedia atau jumlah persediaan bahan baku akhir (bahan baku utama sisa
produksi sebelumnya). Bila kedua hal tersebut diketahui dengan jelas, barulah penghitungan
menggunakan metode MRP Lot For Lot. Setelah diketahui hasil penghitungan menggunakan
metode MRP Lot For Lot, barulah hasilnya dibandingan dengan sistem yang berjalan di
perusahaan. Bila hasil penghitungan MRP Lot For Lot lebih minimal dibandingkan dengan
sistem yang berjalan, maka selanjutnya dilakukan penerapan sistem MRP pada PT. Gapura
Citra Indonesia.
49
Customer Order
Catatan
Struktur Produk
Bill Of Material
(BOM)
Store Keeping