Prinsip Perencanaan TV Di Indonesia
Prinsip Perencanaan TV Di Indonesia
TV Siaran di Indonesia
Rapat Koordinasi Nasional KPI
Hotel Preanger, Bandung, 2 Desember 2004
Denny Setiawan
Direktorat Kelembagaan Internasional
Ditjen Postel-Dephub
Latar belakang
Sejarah
Kronologis Perizinan TV
Kebijakan 2 programa TVRI dan 5 programa TV swasta nasional -> Kepmen Penerangan
No.04A tahun 1993
Permasalahan
Perencanaan Frekuensi TV
Siaran di Indonesia
Pita VHF, hampir semua kanal frekuensi digunakan TVRI mencakup sekitar
80% wilayah Indonesia
Pita UHF, master plan frekuensi awal (th.90-an) adalah 7 kanal frekuensi di
setiap wilayah di Indonesia. Akibat kebijakan Deppen th.1998 (5 TV swasta
nasional baru), terpaksa dijatahkan 11 kanal frekuensi untuk Ibu Kota
Provinsi (jatah daerah bersebelahan dengan IKP dikurangi)
Thn 1990-an: TVRI dan Ditjen RTF bekerjasama dengan JICA expert
telah membuat plan frekuensi nasional untuk 7 kanal dengan wilayah
siaran nasional
Thn 1998 Menpen saat itu meminta dibuka 5 penyelenggara TV baru.
Terpaksa untuk mengakomodasinya, planning diubah tambal sulam.
Kondisi eksisting:
Thn. 2003 - KM.76 rencana induk TV-UHF: master plan Ditjen RTF
tahun 1990-an dan modifikasi untuk mengakomodasi penambahan TV
di kota-kota besar.
Standar TV
Kanal frekuensi TV
Pita
Frekuensi
Batas
Frekuensi
(MHz)
Bandwidth
Saluran
(MHz)
Nomor
Saluran
Jumlah
Saluran
VHF Band I
54 68
2 dan 3
174 230
4 s/d 11
478 806
22 s/d 62
41
Pembatasan kanal
Adjacent Channel (kanal tetangga)
Band
4 dan 6
21
22
22
21 dan 23
III
IVdan V
Band
Saluran yag
digunakan
VHF
4 dan 5
5, 7, dan 8
27
30 dan 32
33 dan 35
35 dan 37
38 dan 40
41 dan 43
10
43 dan 45
11
46 dan 48
tidak ada
UHF
11
Ch. UHF
Ch. UHF
Ch. UHF
Ch. UHF
Ch. UHF
Ch. UHF
Ch. UHF
22
23
36
37
50
51
24
25
38
39
52
53
26
27
40
41
54
55
28
29
42
43
56
57
30
31
44
45
58
59
32
33
46
47
60
61
34
35
48
39
62
63
12
Protection Ratio
(dB)
(dB)
45
52
-4 / 12
30
-8 / 12
30
Frequency Offset
Precision Offset
T
Frequency Offset
(dB)
(dB)
40
-26.000 Hz
22
22
-26.025 Hz
40
-52.000 Hz
22
27
-52.050 Hz
Protection Ratio
-9 dB
-12 dB
13
Band I
Band III
Band IV
Band V
48
55
65
70
Jumlah maksimum teoritis dalam satu wilayah layanan terisolasi adalah 41:2 =
20 s/d 21 kanal. Tetapi tidak bisa semuanya digunakan, karena diperlukan untuk
mengakomodasi daerah layanan sekitarnya, serta juga untuk jatah gap filler.
Gap filler pemancar daya pancar kecil untuk menutup blank spot karena ada
halangan (gunung, gedung tinggi, dsb).
Di ibu kota propinsi, sepanjang memungkinkan, jumlah maksimum, dengan
mempertimbangkan 7 kanal untuk jatah daerah sekitar lokasi tersebut, adalah
maksimum menjadi 14 kanal. (mengambil jatah daerah yg bersebelahan)
Dari 14 kanal, perlu dipertimbangkan 2 kanal untuk jatah TV digital.
Catatan: Ch.22-25, di beberapa daerah digunakan penyelenggara selular
analog NMT-470 (Mobisel). Perlu dikaji seksama agar tidak interferensi. Hal ini
dapat mengurangi jumlah kanal yang dapat digunakan.
16
Dasar perhitungan #1
Band IV : 65 dBV/m
Band V : 70 dBV/m
Steady
Co-channel
: 52
Co-channel offset +4/-4 : 40
Lower Adjacent
:
1
Upper Adjacent
:
-2
Image Channel (N+9) :
9
Tropo
45
30
-9
-12
-1
Dasar perhitungan #2
Asumsi :
Tinggi antena penerima pengukuran : 10 m
Tinggi efektif antena pemancar: EHAAT=100m
Keandalan penerimaan sinyal :
50 % location
50 % time
18
PENGUKURAN EHAAT
TINGGI RATA-RATA
PERMUKAAN TANAH
TINGGI ANTENA
EHAAT
15 km
19
PERHITUNGAN ERP
ERP (dBkW)
(kW)
(kW) = 10 ^ (dBkW/10)
TRANSMITTER
POWER TX (kW)
(dBkW)
20
R2
R1
R3
Tx A
21
R2
R3
R2
R1
Tx B
Tx A
22
ERP
Pemancar A
Pemancar
Pemancar B
R1A
+ R1A
+ Jarak
R1B
R2B
Aman
R2A
R3A
R2B
R3B
Low
Low
15 km
100 km
15 km
100 km
115 km
115 km
115 km
Low
Med
15 km
100 km
30 km
200 km
215 km
130 km
215 km
Low
High
15 km
100 km
60 km
500 km
515 km
160 km
515 km
Med
Med
30 km
200 km
30 km
200 km
230 km
230 km
230 km
Med
High
30 km
200 km
60 km
500 km
530 km
260 km
530 km
High
High
60 km
500 km
60 km
500 km
560 km
560 km
560 km
23
R2
R2
R3
R1
Tx B
Tx A
24
ERP
Pemancar A
Pemancar
Pemancar B
R1A
+ R1A
+ Jarak
R1B
R2B
Aman
R1A
R2A
R1B
R2B
Low
Low
8 km
15 km
8 km
15 km
23 km
23 km
23 km
Low
Med
8 km
15 km
20 km
30 km
38 km
35 km
38 km
Low
High
8 km
15 km
45 km
60 km
56 km
60 km
60 km
Med
Med
20 km
30 km
20 km
30 km
50 km
50 km
50 km
Med
High
20 km
30 km
45 km
60 km
80 km
75 km
80 km
High
High
45 km
60 km
45 km
60 km
105 km
105 km
105 km
25
41 saluran
frekuensi
PEMBATASAN PE
NETAPAN SALU
RAN FREK
PERENCANAAN
SCR NAS
PERENCANAAN
SALURAN LINIER
-Negara kepulauan
-Dibatasi pegunungan
-Pemisahan wil :
Utara-Selatan (P. Jawa)
Barat-Timur (Sumatra,Sul)
26
PERENCANAAN
SALURAN LINIER
PERTIMBANGAN
KONDISI NYATA
GRUP
SALURAN
PETA
DAERAH
LAYANAN
PETA
ALOKASI
SAL FREK
TV UHF
-Penyelenggara TV Eksisting
-Survey Propagasi Gelombang
Frek radio Jangkauan daerah
layanan
-Kriteria teknis jangkauan layanan
(standar kuat medan
penerimaan,referensi penerimaan,
rasio proteksi saluran)
27
SKEMA JANGKAUAN
PEMANCAR
28
29
Dalam keadaan yang memaksa di satu wilayah siaran dapat ditambah saluran baru di
luar 7 (tujuh) saluran yang telah direncanakan.
Dengan digunakannya saluran yang direncanakan untuk wilayah lain mengakibatkan
berkurangnya jumlah saluran, atau bahkan tidak ada lagi saluran yang bisa digunakan di
wilayah tersebut. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa jumlah stasiun pemancar baru
yang bisa dibangun di daerah tersebut akan berkurang dari 7 saluran yang disediakan,
sehingga mungkin perlu dilakukan seleksi atau pertimbangan lain yang lebih luas bagi
penyelenggara siaran yang mengajukan usulan baru.
Stasiun penyiaran gap filler dan TV komunitas tidak selalu ada disetiap wilayah,
melainkan hanya ada di wilayah tertentu, yaitu wilayah dimana komunitas tersebut
tinggal.
Dengan demikian kebutuhan frekuensi saluran untuk mengatasi blank spot (gap filler)
dan penyiaran komunitas memiliki kesamaan, yaitu untuk service area yang tidak luas,
dan tidak harus ada di seluruh wilayah nasional. Karena itu proses penetapan frekuensi
saluran TV untuk keperluan blank spot (gap filler) dan penyiaran TV komunitas dilakukan
diluar Pola Dasar.
30
31
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
Jabotabek
Group D, E,, & F
23,27,29,31,37,39,4
1,43,45,47,49,
51,53,57
Pandeglang
Group C
50,52,54,56
,58,60,62
Sukabumi
Group A
22,24,26,28
,30,32,34
Malingping
Group A
22,24,26,28
,30,32,34
Pelbhan Ratu
Group D
25,33,35
Purwakarta
Group F
55,59,61
Cirebon,Indramayu
,Kuningan
Group B
36,38,40,
42,44,46,48
Bandung,Pad,Cim
ahi,Cianjur
Group B & C
36,38,40,42,44,46
,48,50,52,54,56,5
8,60,62
KET :
Bold : Kanal Tambahan u/ menjadi
11 kanal
Kanal UHF 22-62 = 41 kanal
Grup A : 22,24,26,28,30,32,34
Grup B : 36,38,40,42,44,46,48
Grup C : 50,52,54,56,58,60,62
Grup D : 23,35,37,39,31,33,35
Grup E : 37,39,41,43,45,47,49
Grup F : 51,53,55,57,59,61
Cianjur Selatan
Group E
37,39,41,43,45,
47,49
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
Garut,Tasik,Ciamis
Group A
22,24,26,28,30,32,3
4
32
33
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
Purwokerto,Bymas,
Prbalingga,Kbmen,
Cilacap
Group E
37,39,41,43,45,47,4
9
Semarang,Kendal,U
ngaran,Demak,Kudu
s
Group D & E
23,25,27,29,31,33,3
5
Magelang,Salat
37,39,41,43,45,47,4
iga,Temanggun
9
g
Group C
50,52,54,56,58,
Purworejo
60,62
Group F
51,53,55,57,
59,61
Blora,Cepu
Group C
50,52,54,56,58,
60,62
Solo,Klaten,Kanyar,
Jogyakarta,Solo,Sleman,Wte
Wgiri,Blali
s
B
Group A &Group
B
44,46,48
22,24,26,28,30,32,34,36,38,
40,42,44,46,48
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
34
Tuban,Bojonegor
o
Group E
37,39,41,43,45,47
,49
Madiun,Ngaw
iMgtan,Progo
Group B
36,38,40,42,4
4,46,48
Pacitan
Group D
23,25,27,29,31
33,35
Trenggalek
Group C
50.52,54,56,58,
60,62
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
Jember
Group C
50,52,54,56,5
8,60
Situbondo
Group E
37,39,41,43,4
5,47,49
Banyuwangi
Group B
36,38,40,42,4
4,46,48
35
Kemungkinan kanal frekuensi TV sangat terbatas (dibandingkan FM). Untuk band UHF
maksimal 12 s/d 13 kanal TV analog, 1 kanal TV digital untuk wilayah layanan ibu kota
provinsi. Dan 7 kanal TV analog untuk wilayah lainnya.
Mengingat jatah frekuensi di berbagai daerah sangat terbatas, perlu dilakukan seleksi.
Peminat frekuensi tsb termasuk penyelenggara TV Swasta Nasional, TVRI dan calon TV
lokal.
Untuk TV komunitas dan gap filler harus dikaji secara hati-hati
Pada proses perizinan frekuensi TV perlu dibentuk suatu tim seleksi yang melibatkan
unsur-unsur terkait seperti KPI, Ditjen Postel-Dephub, Menteri Negara Komunikasi dan
Informatika, serta Pemerintah Daerah.
Tim seleksi dalam penentuan pemenang seleksi izin frekuensi pengembangan TV swasta
nasional dan/atau TVRI, dapat mencantumkan persyaratan yang spesifik berdasarkan
kebutuhan daerah, misalnya:
Kewajiban menyiarkan sebagian waktu tayang untuk programa daerah, budaya, pembangunan, dsb
Kewajiban memiliki studio di daerah, untuk memungkinkan penyiaran programa daerah, dsb
Untuk pembangunan TV Siaran baru, tim seleksi dapat mengarahkan lokasi menara
pemancar di tempat yang berdekatan, atau lebih baik lagi kalau bisa beberapa pemancar
TV (dan juga FM) pada 1 menara.
37