Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Asma telah menjadi epidemi di seluruh dunia dengan kecenderungan meningkatnya


prevalens dan derajat penyakit asma. Untuk menanggulangi asma telah disusun berbagai
panduan/konsensus, baik yang bertingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia pada
tahun 1994 UKK Pulmonologi IDAI telah mengeluarkan Konsensus Nasional Asma Anak
(KNAA) yang direvisi ulang pada bulan Desember 1998. Secara garis besar KNAA terdiri dari
dua bagian, bagian A tata laksana jangka panjang, dan bagian B penanganan serangan asma.
Batasan asma yang digunakan adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dalam keadaan
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.
Secara klinis asma dibagi menjadi 3 derajat penyakit, yaitu asma episodik jarang (ringan), asma
episodik sering (sedang), dan asma persisten (berat).
Dari fungsinya obat asma ada dua kelompok, yaitu obat pereda

(reliever) yang

digunakan untuk meredakan gejala/serangan asma bila timbul, misalnya salbutamol dan teofilin.
Obat pengendali (controller) atau obat profilaksis adalah obat untuk mengendalikan/mencegah
agar gejala/serangan asma tidak mudah timbul, misalnya kromolin dan budesonid. Obat
pengendali diberikan pada asma episodik sering, dan terutama asma persisten. Perlu ditekankan
bahwa penanggulangan asma tidak bisa semata mengandalkan obat, tapi yang tidak kalah
penting adalah penghindaran faktor pencetus. Serangan asma mencerminkan gagalnya tata
laksana jangka panjang, atau adanya pajanan dengan faktor pencetus. Serangan asma dibagi
menjadi 3 derajat, yaitu serangan ringan, sedang, dan berat. Beratnya derajat serangan asma tidak
selalu sesuai dengan derajat penyakit asmanya. Misalnya asma episodik jarang (ringan) dapat
saja mengalami serangan berat.

Anda mungkin juga menyukai