Anda di halaman 1dari 16

Catatan Kuliah

FISIKA KUANTUM

oleh:

Prof. Freddy P. Zen, D. Sc ( fpzen@fi.itb.ac.id)


Agus Suroso, M. Si ( agussuroso@s.itb.ac.id)
Laboratorium Fisika Teoretik, FMIPA-ITB

terakhir diperbaharui pada


18 Oktober 2010.

Daftar Isi
Daftar Isi

Daftar Gambar

ii

1 Gejala Kuantum
1.1 Radiasi Benda Hitam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1.1 Gejala radiasi termal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1.2 Hukum Stefan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1.3 Hukum Raleygh-Jeans . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Model osilator harmonik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Energi rata-rata osilator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rapat jumlah osilator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kerapatan energi radiasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1.4 Teori kuantum radiasi Planck . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Efek Fotolistrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3 Hamburan Compton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4 Model Atom . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4.1 Sejarah Teori Atom . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4.2 Model Atom Bohr . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1
1
1
1
3
3
3
4
5
5
7
8
9
9
10

Daftar Gambar
1.1 Kurva intensitas radiasi termal per satuan panjang gelombang . . . . . . 2
1.2 Perbandingan antara hasil yang didapat hukum Raleygh-Jeans dan Teori
Kuantum Planck . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.3 Skema efek Compton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

ii

Bab 1

Gejala Kuantum
1.1
1.1.1

Radiasi Benda Hitam


Gejala radiasi termal

Kajian tentang radiasi benda hitam bertujuan menjelaskan fenomena yang terkait dengan intensitasi radiasi (daya emisi) suatu benda pada temperatur tertentu. Pada
tahun 1792, T. Wedjwood mendapati bahwa sifat universal dari sebuah objek yang
dipanaskan tidak bergantung pada komposisi dan sifat kimia, bentuk, dan ukuran
benda. Selanjut-nya, pada tahun 1859 G. Kircho membuktikan sebuah teorema yang
didasarkan pada sifat termodinamika benda bahwa pada benda dalam kesetimbangan
termal, daya emisi (pancar) dan daya absorbsi (serap) sama besar. Ide Kircho
dinyatakan dalam sebuah persamaan
ef = J (f; T ) Af ;
dengan ef adalah daya emisi per frekuensi cahaya tiap satuan luas, f adalah frekuensi
cahaya, T suhu mutlak benda, dan Af daya absorbsi (yaitu fraksi daya masuk yang diserap
per frekuensi tiap satuan luas. Benda hitam dide nisikan sebagai benda yang menyerap
semua radiasi elektromagnetik yang mengenainya, sehingga benda tersebut menjadi
berwarna hitam, atau pada persamaan (1.1) berlaku Af = 1 sehingga e f = J (f; T ) (daya
emisi per frekuensi per satuan luas hanya bergantung pada f dan T saja).

1.1.2

Hukum Stefan

Pada tahun 1879, J. Stefan menemukan (secara eksperimental) bahwa daya total tiap
satuan luas yang dipancarkan oleh benda padat pada semua frekuensi bergantung
4
pada pangkat empat dari suhu (T ), atau
Z

etotal =

ef (f; T ) df = a T ;

(1.2)
8

dengan 0 < a <= 1 merupakan koe sien serap dan = 5; 67 10 W.m .T adalah
tetapan Stefan-Boltzman.
Contoh. Hukum Stefan dapat diterapkan untuk memperkirakan suhu di permukaan bintang. Sebagai contoh, kita akan memperkirakan suhu di permukaan matahari.
8
Diketahui jejari matahari adalah RS = 7; 0 10 m, jarak rata-rata matahari ke bumi
1

BAB 1. GEJALA KUANTUM

Gambar 1.1: Kurva intensitas radiasi termal per satuan panjang gelombang. Jumlah
radiasi yang dipancarkan (luas daerah di bawah kurva) bertambah seiring dengan
naiknya temperatur. (Gambar diambil dari [?])
11

adalah R = 1; 5 10 m, dan uks (daya per satuan luas) energi matahari yang terukur di
2
permukaan bumi adalah 1400 Wm . Seluruh energi yang dipancarkan matahari dapat
dianggap berasal dari reaksi nuklir yang terjadi di dalamnya, bukan berasal pantulan
da-ri radiasi yang mengenainya (seluruh radiasi yang mengenai matahari dianggap
terserap sempurna). Sehingga, matahari dapat dianggap sebagai benda hitam (a = 1).
Energi radiasi total yang mengenai bumi dan titik-titik lain di alam semesta yang
2
berjarak R dari matahari adalah et (R) 4 R , sedangkan energi total yang
2
meninggalkan permukaan matahari adalah et (RS) 4 RS . Menurut hukum kekekalan
energi, besar kedua energi tersebut haruslah sama, sehingga
2
R
2
2
et (R) 4 R = et (RS) 4 RS
) et (RS) = et (R)
R2 :
S

Lalu, menurut hukum Stefan et (RS) = T , sehingga diperoleh


2
T = et(R)R

RS

1=4

1400W m 2 1; 5 1011m (R)R2


8

(5; 67 10 W:m :T ) (7; 0 10 m)


5800K:
(1.3)

!1=4

(1.4)

Berdasarkan
persaaan
(1.1), untuk benda hitam
akan berlaku ef = J(f; T ).
Selan-jutnya, dide nisikan
besaran kerapatan spektrum
energi per satuan volume
per satuan frekuensi u(f; T ),
sehingga
untuk
cahaya
(kecepatannya
c)
akan
diperoleh

J(f; T ) = u(f; T )
BAB 1. GEJALA KUANTUM

c :

Berdasarkan kurva spektrum radiasi benda hitam, Wien membuat tebakan bentuk
3
fungsi kerapatan spektrum energi tersebut sebagai u(f; T ) = Af e Tf . Ternyata bentuk
fungsi tersebut dikon rmasi secara eksperimental oleh Paschen untuk = 1 4 m (infra
merah) dan T = 400 1:600 K (hasil eksperimen untuk lebih besar menyimpang dari
prediksi Wien).

1.1.3

Hukum Raleygh-Jeans

Model osilator harmonik


Bentuk kurva spektrum pancar benda hitam juga coba dijelaskan melalui hukum
Rayleigh-Jeans. Menurut hukum tersebut, benda hitam dimodelkan sebagai sebuah
rongga, dan cahaya yang memasukinya membentuk gelombang berdiri. Energi radiasi
per satuan volume per satuan frekuensi merupakan moda dari osilator-osilator
harmonik per satuan volume dengan frekuensi yang terletak pada selang f dan f + df.
Sehingga, kerapatan energi dapat dinyatakan sebagai
u(f; T )df = EN (f)df
dengan N(f) menyatakan rapat jumlah osilator per satuan volume per satuan frekuensi.
Benda hitam dianggap berada pada kesetimbangan termal, sehingga terbentuk
gelombang elektromagnetik berdiri di dalam rongga (gelombang berdiri EM ekivalen
dengan osilator satu dimensi).
Fungsi probabilitas osilator klasik memenuhi fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann,
(0)
P ( ) = P0e

k T
B

dengan 0 adalah energi dasar (terendah) osilator, energi osilator, P 0 = P ( 0)


merupakan peluang osilator memiliki energi sebesar 0, kB konstanta Boltzmann, dan T
suhu mutlak sistem (dalam hal ini rongga).
Energi rata-rata osilator
Energi rata-rata osilator dihitung dengan memanfaatkan fungsi probabilitas (1.7),
P
=
P();
P()
P
P
atau untuk nilai energi yang sinambung (kontinyu), notasi jumlah ( ) berubah menjadi
integral. Lalu dengan mengingat persamaan (1.7), diperoleh

R1

(0

P0e
1

kBT

kBT

(0)

1e

kBT
B

R0

R 0 P0e
Pembilang dan penyebut pada persamaan terakhir dapat dihitung dengan cara
1
sebagai berikut. Misalkan = (kBT ) , maka penyebut persamaan terakhir menjadi
Z0

1e

d=

1
e

1
=0

= :
4

BAB 1. GEJALA KUANTUM


Lalu, dengan memanfaatkan hubungan tersebut, dapat diperoleh

d
d Z0

1
0

1
0

e d =

d
d

d
1

d=

e
Z

kBT

1
0 e kBT d =

d=

(1.11)

Sehingga, energi rata-rata osilator adalah


1
0
R

kBT

k BT

R0
Rapat jumlah osilator
Tinjau
sebuah
kubus
dengan panjang rusuk L
yang di dalamnya terdapat
gelombang
elektromagnetik
stasioner.
Berdasarkan
persamaan
Maxwell,
diperoleh
persamaan
gelombang
stasioner untuk medan
elektromagnetik berbentuk

dengan r

@x

@y

merupakan fungsi dari


koordinat x; y; z. Dengan
menganggap berlakunya
separasi variabel

@2

+ @z2

~ ~

pada tiap komponen medan E, misalnya E

diperoleh

2
=

e d

= kBT:

(1.12)

(1.14)

d2u
d2v

+ k2u =

d2w

dengan solusi

0;

+ k2v = 0;

(1.15)

+ k2w

(1.16)

(
1
(
1
(

u(x) = Cx sin(kxx);
v(y) = Cy sin(kyy);
w(z) = Cz sin(kzz);
BAB 1. GEJALA KUANTUM

yang memberikan solusi untuk komponen Ex


Ex(x; y; z) = A sin(kxx) sin(kyy) sin(kzz);
dan berlaku pula
2

k =

2
L

nx + n y + n z =

(1.23)

2 2

L2

(1.24)
3

dengan n menyatakan jumlah osilator dalam kotak.


1

Sebuah kotak dalam ruang k (dimensi/satuannya m ) dengan volume

berisi

L
kulit bola berjejari k

satu buah gelombang berdiri. Sebuah elemen volum berbentuk


1
2
yang terletak pada sebuah kotak dengan rusuk k memiliki volum 8 4 k dk (karena
kotak berusuk k menempati satu oktan/perdelapan dari sebuah bola berjejari k). Lalu,
diperoleh N(k) yaitu rapat jumlah gelombang berdiri dengan bilangan gelombang
terletak antara k dan dk,
1
2
3 2
4 k dk = L k dk:
8
N(k)dk =
3

Dengan mengingat bahwa terdapat dua keadaan polarisasi untuk setiap modus gelombang
3
EM, diperoleh jumlah gelombang berdiri tiap satuan volume (V = L ) sebesar
2

k dk

N(k)dk
N (k)dk

atau dengan memanfaatkan hubungan besaran-besaran gelombang EM k =


f diperoleh
2
8f
8
3

N (f)df =

df , N ( )d =

=2

dan c =

d:

(1.27)

Kerapatan energi radiasi


N (f) seperti di atas, diperoleh nilai kerapatan energi

Berdasarkan hasil untuk E dan

radiasi

8f

8
4

c kBT df , u( ; T )d =
kBT d :
u(f; T )df =
(1.28)
Hasil ini memungkinkan terjadinya bencana ultraviolet, bahwa rapat energi untuk
cahaya dengan panjang gelombang kecil (atau frekuensi besar) dapat bernilai
takhingga. Dan ini bertentangan dengan hasil eksperimen.

1.1.4

Teori kuantum radiasi Planck

Untuk mengatasi masalah yang timbul pada hukum Rayleigh-Jeans, Max Planck mempostulatkan bahwa energi osilator adalah sebanding dengan frekuensi gelombang, n = nhf (n
bilangan bulat positif dan h konstanta Planck). Penerapan postulat ini ke persamaan untuk
energi rata-rata menurut statistik Maxwell-Boltzman (persamaan 1.8) memberikan

n=0

kT

nhf e
e

k T
B

nhf

n=0

nhf

Dengan mengingat rumus jumlah pada deret geometri,


1

1
X

r =

n=0

jrj < 1;

BAB 1. GEJALA KUANTUM

maka penyebut persamaan energi rata-rata tersebut dapat dituliskan sebagai


1
n=0

hf

hf

kBT

(1.31)

e kT
B

hf
kBT

Bagian pembilang dihitung seperti pada persamaan (1.11). Misalkan =

, maka

d X

X
ne

d
d

1
hf

1e

k T

(1 e )

(1.32)

Jadi, diperoleh energi rata-rata


hf

hf

kBT

1 e

hf e
= 1 e

hf

kBT

hf 1 e
=

hf

kBT

hf
kBT
hf
kBT

(1.33)

hf

e kBT 1
Selanjutnya, diperoleh rapat energi radiasi
u(f; T )df =

8f

hf
hf

df

u( ; T )d =

8 hc d

hf

(1.34)

c
e kBT 1
!
,
5 e kBT 1
Terlihat bahwa postulat Planck mampu mengatasi masalah yang muncul pada hukum
Rayleigh-Jeans. Bahkan, hasil ini sesuai dengan data eksperimen (Gambar ??).
Postulat Planck juga mampu menjelaskan hukum Stefan-Boltzman. Substitusi
persamaan rapat energi radiasi ke persamaan untuk radiasi total, menghasilkan
c
et = 4

Z
1

BAB 1. GEJALA KUANTUM

=0

=0

u( ; T ) d
8 hc d
5

e k T1
B

hf

Gambar 1.2: Kurva intensitas radiasi termal menurut hukum Raleygh-Jeans dan Teori
Kuantum Planck. Terlihat bahwa teori Planck sesuai dengna hasil eksperimen (yang dinyatakan oleh titik), sedangkan hukum Raleygh-Jeans hanya sesuai untuk daerah
panjang gelombang besar. (Gambar diambil dari [?])
hc

Ambil x

kBT

kBT

hc

sehingga dx =
e=

kBT

4
h 3c 2

kBT

2 hc2

hc

=2 k T

d atau d =

hc

x=1

hc

x3

xkBT
x=0

{z
=

4
15

1=

5 4
2 kB
3 2

15h c

2=

T4

(1.36)

T ;

dengan

(1.37)

=
merupakan konstanta Stefan-Boltzmann.

e x 1 dx

hc dx

dx = kBT

hc
dx
T x2

(e

1)

, sehingga

Soal Latihan
1. Turunkan hukum
pergeseran Wien, mT =
C, dengan
memaksimumkan u( ; T ).
(dikumpulkan sebelum
Jum'at, 4 September
2009)

1.2

Efek
Foto
listri
k

Fot
olo
stri
k

BAB 1. GEJALA KUANTUM

1. Beri penjelasan tentang efek fotolistrik yang menganggap bahwa cahaya


berbentuk kuanta (partikel)!

2. Hitung kecepatan photoelectron yang dilepas dari bahan seng (zinc, dengan
stop-ping potential 4,3 eV) yang diberi cahaya ultraviolet. Dibanding kecepatan
cahaya, berapa persen besar kecepatan tersebut?

2
3. Cahaya
dengan intensitas 1,0 W/cm jatuh pada permukaan besi seluas 1,0
2

cm . Anggap bahwa besi memantulkan 96% cahaya yang mengenainya dan


hanya 3% dari energi yang terserap terletak pada daerah ultraviolet.

(1) Hitunglah intensitas yang dipakai untuk menghasilkan efek fotolistrik!


(2) Jika panjang gelombang sinar ultraviolet adalah 250 nm, hitunglah
banyaknya elektron yang diemisikan tiap detik!

(3) Hitunglah besar arus yang ditimbulkan pada efek fotolistrik!


(4) Jika frekuensi cut o f0 = 1; 1 1015 Hz, carilah fungsi kerja 0 untuk besi!
1.3

Hamburan Compton

fek Compton adalah gejala yang timbul jika radiasi (sinar x) berinteraksi dengan partikel
hf
h
(elektron). Foton sinar x bersifat sebagai partikel dengan momentum p = c = . Skema
efek Compton diberikan pada gambar 1.3. Efek Compton dapat dijelaskan menggunak-

Gambar 1.3: Skema efek Compton. Foton datang dengan momentum p dan
0
menumbuk elektron yang diam. Lalu foton terhambur dengan momentum p dan
elektron terhambur dengan momentum pe. Sudut hamburan foton dihitung terhadap
arah datangnya. (Gambar diambil dari [?])
an konsep momentum dan tumbukan. Tumbukan dianggap bersifat lenting sempurna,
sehingga berlaku hukum kekekalan energi,
2

E + mec = E + Ee , Ee = hf hf + mec :
2

dengan E adalah energi foton sebelum tumbukan, m ec energi elektron sebelum


0
tumbukan (berupa energi diam), E energi foton setelah tumbukan, dan E e energi
elektron setelah tumbukan. Seperti kasus tumbukan pada umumnya, pada peristiwa
efek Compton juga berlaku kekekalan momentum.

BAB 1. GEJALA KUANTUM

Pada arah sumbu x (searah dengan arah datang foton)


0

02

p = p cos + pe cos , p + p

cos

2pp cos = pe cos

(1.39)

dengan p momentum foton sebelum tumbukan, p momentum foton setelah tumbukan, pe momentum elektron setelah tumbukan, dan sudut hambur elektron
(dihitung terhadap arah foton datang).
Pada arah sumbu y (tegaklurus arah datang foton)
0

p sin = pe sin , p

02

sin = pe sin :

Jumlah dari kedua persamaan terakhir menghasilkan


2

p +p

02

2pp cos = pe :

Dengan mengingat hubungan antara momentum dengan frekuensi, persamaan


terakhir dapat ditulis menjadi
hf

hf

2h f f

pe2 = c
c2 cos :
+ c
Di lain pihak, elektron memenuhi persamaan energi relativistik,
2

(1.42)

22

Ee = (pec) + mec :
Substitusi persamaan (1.38) dan (1.42) ke persamaan terakhir, menghasilkan
0

hf hf + mec

"

c0

hf

hf

2h

c2 cos :
2
ff

mec2

(1.43)
(1.44)

Setelah disederhanakan, persamaan tersebut menghasilkan


0

f mec + f mec = hf f hf f cos


2
c
c
hc

, mec2

(1 cos )
h (1 cos ) ;
0
= m ec

(1.45)
0

yang menyatakan hubungan antara panjang gelombang foton terhambur ( ) dan sudut
hamburannya ( ) dengan panjang gelombang foton datang ( ) dan massa diam
elektron (me). Persamaan tersebut telah sesuai dengan hasil percobaan.

1.4
1.4.1

Model Atom
Sejarah Teori Atom

Cerita tentang model atom dari model


Democritus, Dalton, Thomson, Rutherford.
Lalu beri pengantar tentang model Bohr.

BAB 1. GEJALA KUANTUM

1.4.2

10

Model Atom Bohr

Menurut postulat Bohr, elektron dalam atom hidrogen mengelilingi inti atom (proton)
pada orbit stasioner berbentuk lingkaran (misal dengan jejari a). Pada orbit elektron,
gaya Coulumb berperan sebagai gaya sentripetal, sehingga berlaku
1 Ze

a2

4 "0
Sehingga energi kinetik elektron adalah

mv
= a

mv =
)

Ze

4 "0

1 2
1 Ze
mv =
8 "0 a
2

K=

Postulat Bohr: keadaan stasioner sistem dikarakterisasi oleh momentum sudut


p = mva = n~; n = 1; 2; 3; : : : :
Berdasarkan postulat tersebut, diperoleh v =
persama-an gaya sentripetal menghasilkan

(1.49)

a=

4 "~

mZe2

n~
ma

Lalu, diperoleh energi total elektron

E=K+V
1

=
=
=

2
2 mv

8 "0 (1.50)

13; 6
2

eV.

. Substitusi nilai v tersebut ke

Anda mungkin juga menyukai