Anda di halaman 1dari 15

1.

3 Sifat-sifat partikel dari gelombang elektromagnetik


1.3.1 Radiasi benda hitam
Bila sebuah benda dipanaskan, maka akan terlihat
memancarkan radiasi. Dalam keadaan setimbang cahaya yang
dipancarkan meliputi rentang seluruh frekuensi, distribusi
spektrumnya tergantung pada frekuensi atau panjang gelombang
dan temperatur. Daya pancaran J(x,T) didefinisikan sebagai

energi yang dipancarkan pada panjang gelombang (  ) tertentu


persatuan luas dan persatuan waktu. Riset secara teoritis dalam
bidang radiasi termal sudah dimulai sejak tahun 1859, dilakukan

oleh Kirchoff, yang telah menunjukan bahwa untuk  tertentu,


perbandingan daya pancaran J terhadap absorpsivitas A, yang
didefinisikan sebagai fraksi- radiasi (sinar) datang pada panjang

gelombang (  ) yang diserap oleh benda, adalah sama untuk


semua benda.
Dalam menyelidiki emisi dan absorbsi, Kirchhoff
menggunakan dua plat sejajar dan terlihat bahwa dalam keadaan

setimbang besarnya emisi dan absorpsi sama untuk setiap  ,


maka rasio antara J dan A untuk dua plat tersebut harus sama
besar. Kemudian ia mengamati benda hitam, yaitu sebuah benda
yang mampu menyerap semua radiasi yang jatuh padanya,

sehingga A = 1 dan J (  ,T) merupakan fungsi yang bersifat


universal.

1
Untuk menyelidiki sifat-sifat J(  ,T) diperlukan sumber
yang terbaik dari radiasi
Rapat
Energi benda hitam. Solusi
R-J
praktis untuk keperluan
Wien
Planck ini dipilih benda
berongga yang pada
bagian dindingnya
dilubangi dengan
 ukuran yang sangat
Gambar 1. 1 Rapat energy sebagai fungsi (diadopsi dari )
kT kecil dan seluruh
permukaan dindingnya dicat hitam. Radiasi akan keluar dari
lubang kecil tersebut bila benda berongga tersebut dipanaskan
pada suhu T. Bila benda hitam tidak memancarkan radiasi maka
tidak ada apapun yang bearada di dalam rongga karena bila ada
sinar yang masuk ke dalam rongga, sinar tersebut akan segera
terserap. Bila ada berkas cahaya yang jatuh ke dalam rongga juga
tidak punya kesempatan untuk keluar dari rongga tersebut, karena
benda hitam tersebut menyerap secara total maka radiasi yang
keluar darinya disebut ”Radiasi Benda Hitam”. Bila lubang
rongga cukup kecil maka cahaya yang diabsorbsi sama dengan
yang diradiasikan. Maka perlu difahami distribusi radiasi dalam
rongga yang dindingnya bersuhu T.
Rapat energi dari radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam
menurut teori secara klasik dideskripsikan dalam dua hukum
radiasi yang saling bertentangan yaitu 1) Hukum radiasi yang

2
diusulkan oleh Rayleigh –Jeans yang sesuai dengan hasil
eksperimen hanya pada bagian spectrum yang mempunyai
panjang gelombang yang panjang atau pada frekuensi yang
rendah, 2) Hukum radiasi menurut Wien hanya sesuai dengan
hasil eksperimen pada spectrum dengan panjang gelombang
pendek atau pada frekuensi yang tinggi. 3) Planck dapat
menunjukkan bahwa terdapat interpolasi antara spectrum radiasi
benda hitam menurut Rayleigh Jeans dan Wien, bahkan spektrum
yang diusulkan Planck mencakup seluruh rentang frekuensi baik
yang tercakup dalam spectrum Rayleigh-Jeans dan Wien, lihat
skema pada Gambar 1.
Rapat energi merupakan besaran fisis yang hanya berarti
secara teoritis. Berdasarkan asusmsi bahwa rongga dalam
keadaan seimbang, gelombang eleltromagnetik tidak terpolarisasi
dan bersifat isotropis, dan terinspirasi teori tentang distribusi
kecepatan molekul gas menurut Maxwell, Wien mengusulkan
rapat energy dari radiasi benda hitam
−βν
u(υ ,T ) = cv 3 e T
(1.1)
Implikasi dari hukum ini adalah:
1. Dengan diketahuinya distribusi spektrum radiasi benda hitam
pada temperatur tertentu, distribusi spektrum pada temperatur
yang lain dapat ditentukan dengan persamaan (1.1)

3
2. Bila f ( x ) atau g ( x) dari fungsi di atas mempunyai harga

maksimum untuk x > 0, maka max yaitu harga  pada


u(υ ,T ) maksimum, dinyatakan sebagai:
b
max 
T , b adalah konstanta umum.
Rayleigh-Jeans menyatakan bahwa rapat energi
gelombang elektromagnetik dalam benda berongga yang
dindingnya dan seluruh bagian rongga dipertahankan pada suhu
yang tetap dan homogen T, radiasinya kesegala arah sama besar,
homogen dan tak terpolarisasi, sebagai

dE E
Vd ω = u (,T) atau V =
∫ u(ω ,T )dω
(1.2)
Energi radiasi dalam benda berongga dapat diinterpretasikan
sebagai energi medan elektromagnetik pada frekuensi resonansi
dalam rongga. Bila rongga tersebut volumenya V, banyaknya
gelombang EM yang beresonansi dalam rentang frekuensi d
adalah dN dan masing–masing GEM mempunyai energy rata-rata
ε̄(ω, T ) , maka energy total yang terkandung dalam rongga
adalah
dN
V u (,T) d = dω ε̄(ω, T ) d (1.3)
dan besarnya rapat energi u (,T) adalah
ε̄ (ω ,T ) 2
ω
u (,T) = π2 c3 (1.4)
4
Karena gelombang EM yang beresonansi dianggap sebagai
osilator harmonik satu dimensi dan setiap osilator harmonik
mempunyai dua arah polarisasi, dan dengan menerapkan prinsip
ekuipartisi energi seperti dalam termodinamika dimana rerata
energy untuk masing-masing osilator harmonik adalah
ε̄=kT , (1.5)
maka besarnya rapat energy yang sesuai dengan perumusan
Rayleigh Jeans adalah
kT 2
ω
u (,T) = π 2 c3 (1.6)
ℏω
Untuk harga kT yang kecil pers (1.6) sesuai dengan hasil
eksperimen, tetapi bila frekuensi cukup besar maka perumusan
tersebut tidak bisa diaplikasikan.
Kemudian Planck merubah definisi rata-rata energy per
osilator harmonik dari GEM dinyatakan pada pers (1.5) sebagai
ε=n ℏ ω
untuk n = 1, 2 , 3, …. (1.7)

Besarnya energy rata-rata dalam suatu sistem yang berada dalam


kesetimbangan termodinamika dapat diperoleh dengan statistika
sederhana, yaitu

ℏ ω3
u(ν , T )= 2 3 ℏ ω/kT
π c e −1 (1.8)
Contoh Soal

5
Tentukan banyaknya kuanta yang dipancarkan oleh lampu
100 watt bila panjang gelombang cahaya lampu adalah
¿ 6000 A 0 !
Penyelesaian:
Energi partikel kuantum untuk cahaya dengan λ=6000 A 0
dapat dihitung dengan menggunakan formula kuantisasi
cahaya,
hc 6, 63 1027  3 108
 
 6  105
 3,3  1012 erg .
Untuk sumber cahaya100 watt, maka banyaknya kuanta yang
terkandung adalah:
100  107
N  3 1020 foton
3,3  1012
Dari perhitungan tersebut ditunjukkan bahwa begitu banyak
jumlah foton yang dihasilkan oleh 100 watt lampu maka,
tidak mengherankan bila kita tidak merasakan sifat partikel
dari cahaya.

1.3.2 Efek Fotolistrik


Dalam bidang kedokteran atau teknologi sinar x digunakan
untuk menginspeksi bagian benda yang tidak dapat diamati
secara langsung seperti organ tubuh bagian dalam pada manusia
atau barang-barang yang disimpan dalam kopor. Di sini sinar x
seolah-olah digunakan sebagai kamera yang dapat membentuk

6
citra pada film. Namun citra yang dibentuk bukan citra biasa
seperti film pada bidang fotografi, tetapi citra yang dibentuk
karena setiap elemen pada benda tersebut menyerap sinar x
dengan intensitas yang berbeda-beda. Terlemparnya elektron dari
permukaan logam yang disinari dengan cahaya disebut efek
fotolistrik. Eksperimen yang dilakukan oleh Philipp Lenard
menunjukkan bahwa energi elektron yang terlempar dari
permukaan logam ditentukan oleh frekuensi radiasi yang jatuh ke
logam, lihat Gambar 1.2.
Plat kolektor Plat logam

7
Bila cahaya monokromatik diradiasikan kepermukaan
logam, lihat Gambar 1.2, maka permukaan logam melepaskan
elektron-elektron bebas dengan energi kinetik tertentu. Dengan
naiknya intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan logam
menyebabkan naiknya emisi elektron yang dibebaskan dan tak
mengubah energi elektron. Fenomena ini berlawanan dengan
teori gelombang klasik, dimana energi gelombang ditentukan
oleh intensitasnya. Bila berkas foton dengan energi masing-
masing foton sebesar E=ℏω jatuh pada permukaan logam
sehingga menyebabkan elektron pada kulit bagian dalam atom
terionisasi, maka elektron yang terionisasi akan bergerak menuju
anoda dengan kecepatan elektron :
2(ℏω−Φ)
v=
√ m
(1.9)

dimana  = fungsi kerja yaitu energy ikat e dengan inti.


Besarnya beda potensial yang menghentikan elektron yang
bergerak adalah
ℏω−Φ
V= (1.10)
e
dengan e = 1,6.10-19C
Dari pers (1.9) dapat dilihat bahwa elektron bergerak makin cepat
bila energi foton makin besar. Bila dilakukan eksperimen dengan
gelombang polikromatik yang bervariasi frekuensinya (cahaya
merah, hijau, biru, dll), maka energi elektron yang terbebaskan
berbanding lurus dengan frequensi radiasi foton yang dijatuhkan
pada permukaan logam, lihat Gambar 1.3.
8
E

a 
Gambar 1.3 Grafik energi elektron bebas sebagai fungsi dari
frekuensi cahaya yang membebaskan elektron.

Dari gambar 1.3 dapat disimpulkan bahwa,


E ∝(a+bω)

Faktor kesebandingan b yang ditemukan dari percobaan

h
merupakan konstanta Planck dibagi 2 , b= 2 π =ℏ , maka

E=ℏ(ω−ω a )
E=h(ν−ν a)
Einstein menginterpretasikan fenomena ini sebagai postulat

kuantum cahaya diskrit (foton) dengan energi  .


Dari percobaan yang hasilnya ditunjukkan pada Gambar

1.3, frekuensi batas (ambang) a tergantung pada jenis logam


yang disinari. Cahaya yang diradiasikan ke permukaan logam
dengan frekuensi lebih rendah dari frekuensi ambang tidak
menyebabkan elektron terbebas dari permukaan logam. Dengan
demikian diperlukan foton dengan energi tertentu terkecil yang
dapat membebaskan elektron. Energi terkecil dari foton disebut
9
energi ambang. Kuantum cahaya yang dipostulatkan untuk
memahami fenomena efek fotolistrik bergerak dengan kecepatan
cahaya. Maka menurut teori relativitas Einstein, massa diam
foton adalah nol. Dengan demikian diperoleh hubungan untuk
energi total pada efek fotolistrik :

E 2       mo c 2   p 2 c 2 (1.13)
2 2


Dengan k = yang merupakan angka gelombang dan
λ
 (1.14)
p  k  
c
Arah momentum foton searah dengan arah rambatan gelombang
cahaya, maka
 
p  k (1.15)

Contoh Soal

Berkas cahaya yang intensitasnya 1 µwatt/cm2 jatuh

pada permukaan plat besi yang luasnya 1 cm2. Bila

96% berkas cahaya dipantulkan oleh plat besi dan

hanya 3% nya yang mempunyai energi di atas fungsi

kerja dari besi (a) berapakah elektron yang terlepas

per detik dan (b) hitung kuat arus yang dihasilkan bila

10
panjang gelombang cahaya tersebut adalah 250 nm !

Penyelesaian:

(a)
Energi total yang diserap besi

1 0−6 W 10−10 J
E=0,03 ×0,04 × =12 ×
cm 2 S

Banyaknnya elektron yang terlepas dari

permukaan logam dengan asumsi setiap satu

foton menghasilkan satu elektron adalah

10−10 J 10−10 J (
N=
( 12×
S ) (
λ 12 ×
=
S ) −9
250 ×1 0 m )
=1,5 ×109
8
hc −34
6,6 ×10 JS ×3 ×10 m/s
(b)
Besarnya kuat arus yang dihasilkan elektron

adalah

I =( 1,6 ×1 0−19 C )( 1,5 ×10 9 /S )=2,4 × 1 0−10 A

1.3.3 Efek Compton


Sinar X yang dihamburkan oleh elektron mengalami
perubahan frekuensi bila dibandingkan dengan sinar X yang
dijatuhkan ke permukaan logam dan perubahan ini tergantung
pada sudut hamburan. Efek ini diamati Compton pada tahun 1923
dan dijelaskan berdasar pada pandangan foton oleh Compton dan
Debye secara serempak.
11
Foton hambur

Foton datang

Electron diam Electron terpental


Gambar 1.4 Skema interaksi antara foton dengan elektron pada efek Compton

Gambar 1.4 mengilustrasikan mekanisme hamburan foton


yang menumbuk sebuah elektron. Pada tumbukan antara foton
dan elektron berlaku hukum kekekalan energi, yaitu jumlah
energi foton yang datang dan energi elektron diam sama dengan
jumlah antara energi foton yang dihamburkan dengan energi
elektron yang terpental, yaitu
ℏω+ m 0 c 2=ℏω' +m c2 atau

hc hc
+m 0 c 2= +m c 2 (1.16)
λi λf
dan hukum kekekalan momentum, yaitu
h h
= +⃗p (1.17)
λ λ'
Karena elektron bergerak secara relativistikmaka persamaan
energi relativistik pada elektron dinyatakan sebagai
E2=m2❑ c 4 =m20 c 4+ p 2 c 2 (1.18)

Hubungan antara sudut hamburan  dengan pergeseran frekuensi


atau panjang gelombang dapat diperoleh dari pers. (1.16), ),

12
(1.17) dan (1.18). Bila pers. (1.17) diuraikan ke dalam komponen
paralel dan tegak lurus,yaitu
h h
= cosθ+ pcosϕ (1.19)
λi λf
dan
−h
0= sinθ+ psinϕ (1.20)
λf
Bila masing-masing pers. (1.19) dan (1.20) dikuadratkan dan
kemudian dijumlahkan maka diperoleh:
h2 h2 h2 2 2 2
2
−2 cosθ+ 2
co s θ= p co s ϕ
λi λ λ
i f λf
h2 2 2 2
2
sin θ= p sin ϕ
λf
_____________________________________ (+)
h2 h2 h2 2
2
−2 cosθ+ 2
=p (1.21)
λi λi λ f λf
Jika persamaan (1.16) dikuadratkan diperoleh,
h2 c2 h2 c2 2 4 hc 2 hc 2 h2 c 2 2 4
2
+ 2
+ m0 c +2 m0 c −2 m 0 c −2 ❑ =m c
λi λf λi λf λf λ i

h2 c2 h2 c2 hc 2 hc 2 h2 c2 2 2
Atau 2
+ 2
+2 m 0 c −2 m 0 c −2 ❑= p c
λi λf λi λf λ f λi
(1.22)
dan jika pers. (1.21) dikalikan dengan c 2 maka diperoleh
h2 c2 h2 c2 h2 c 2 2 2
2
−2 cosθ+ 2 = p c (1.23)
λi λi λf λf
Dengan mengkombinasikan pers. (1.22) dan (1.23) diperoleh

13
hc 2 hc 2 h 2 c2 h2 c 2
2 m0 c −2 m0 c −2 +2 cosθ=0
λi λf λ f λi λi λ f
Atau
m0 c h
( λf −λi ) = (1−cosθ)
λi λ f λf λ i
h
( λ f −λi ) = m c (1−cosθ) (1.24)
0

Persamaan (1.24) menunjukkan bahwa perubahan panjang


gelombang antara foton yang datang dan yang dihamburkan

hanya tergantung pada sudut hamburan  . Namun sebenarnya

sudut hamburan  tergantung pada panjang gelombang sinar


datang. Selama proses tumbukan, sebagian energi foton hilang
sehingga foton yang terhambur panjang gelombangnya

h
membesar. Faktor mo c disebut panjang gelombang foton yang

terhambur atau panjang gelombang Compton,  e , dari sebuah


partikel degan massa diam m0, dalam hal ini adalah elektron.
Panjang gelombang Compton dapat digunakan sebagai estimasi
dari ukuran partikel. Energi kinetik elektron yang terhambur
adalah,
hc hc
T= ( λi −λ f )= λ (1−cosθ)
λi λ f λi λ f e
Pers. (1.25) menerangkan bahwa energi elektron yang
terhambur berbanding lurus dengan energi foton yang
menumbuknya. Efek compton hanya dapat diamati dalam
14
domamin panjang gelombang pendek (hanya sinar  dan sinar ).
Kalau dibandingkan dengan elektrodinamika klasik,
gelombangnya sama dengan gelombang EM yang datang, dan
hanya mungkin terjadi pada kuantum cahaya dengan momentum
k dan energi  . Dengan demikian ide kuantum cahaya secara
eksperimen diperkuat oleh efek Compton. Spektrum hamburan
Compton yang lebar teramati pada eksperimen disebabkan oleh
distribusi mnomentum elektron dan karena elektron terikat dalam
atom. Gambar 1.5 menunjukkan distribusi energi foton dan
elektron yang tergantung pada suatu sudut hamburan.

Gambar 1.5 distribusi foton dan sudut hamburan (diadopsi dari Greiner, W.
Quantum Mechanics An Introduction, Springer-Verlag, Berlin Heidilberg 1989)

15

Anda mungkin juga menyukai