Anda di halaman 1dari 26

I.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teh

Teh adalah tumbuhan yang daunnya dapat dijadikan sebagai minuman. Teh
mengandung kafein atau sebuah infuse yang dibuat dengan cara menyeduh daun,
pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia Sinensis
dengan air panas.
Kata teh (Camelia sinensis) berasal dari Cina. Orang Cina daerah Amoy
menyebut teh dengan tay. Nama ini kemudian menyebar ke mancanegara dengan
penyebutan yang sedikit berbeda. Tanaman teh masuk ke Indonesia pada tahun
1684, berupa biji teh dari Jepang. Dewasa ini di seluruh pelosok Indonesia aneka
produk teh dijumpai sehari-hari. Teh bisa diminum panas atau dingin, sebagai
minuman penyegar atau obat (Setyamidjaja, 2000).
Menurut Nazarudin dan Paimin (1993), silsilah kekerabatan tanaman teh
dalam dunia tumbuhan termasuk dalam :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Guttiferales

Famili

: Tehaceae

Genus

: Camellia

Spesies

: Camellia sinensis

Tanaman teh berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai belasan


meter. Namun, tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan
pemetikan, sehingga tingginya 90-120 meter. Mahkota tanaman teh berbentuk
kerucut dan daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur terbalik/ lanset.
Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam rangkaian kecil. Buah berupa buah
kotak berwarna hijau kecoklatan. Akar teh berupa akar tunggang dan mempunyai
banyak akar cabang (Setyamidjaja, 2000).
Tanaman teh memerlukan persyaratan tertentu untuk pertumbuhannya.
Persyaratan itu antara lain ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut, curah
hujan, temperatur, jenis dan kesuburan tanah. Teh akan dapat tumbuh dengan baik
di dataran tinggi diatas 700 m dpl (diatas permukaan laut). Curah hujan yang
cocok untuk pertumbuhan teh berkisar 2500-3500 mm per tahun, dengan curah
hujan minimum 1100-1400 mm per tahun dan suhu tempat pertumbuhan tanaman
teh sebesar 14 25 C. Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman
teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik tinggi, tidak
bercadas serta mempunyai pH antara 4,5-6,0 .
Menurut Adisewojo (1982), secara umum tanaman teh terdiri dari dua
varietas besar yaitu varietas sinensis merupakan thea sinensis yang berasal dari
daerah Tibet dan Tiongkok sebelah selatan dan varietas assamica yaitu Thea
assamica yang berasal dari assamica yang berasal dari India pada tahun 1878.
thea sinensis mempunyai daun yang lebih kecil dari Thea assamica dan hasilnya
lebh sedikit dibanding dengan Thea assamica.

Daun teh yang baru dipetik mengandung air 75 % dari berat daun dan
sisanya berupa padatan dan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik.
Bahan organik yang penting dalam pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat
dan turunannya, ikatan nitrogen, pigmen, enzim dan vitamin. Komposisi kimia
daun teh segar sangat berpengaruh terhadap mutu teh hitam yang dihasilkan. Hal
ini sebagai akibat perubahan kimia selama proses pengolahan. Persentase
komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam
% / 100 gr berat teh
komponen
Daun teh segar
Teh hitam
Selulosa dan serat kasar
34,00
34,00
Protein
17,00
16,00
Klorofil dan pigmen lain
1,50
1,00
Pati
0,50
0,25
Tanin
25,00
13,00
Tanin teroksidasi
0,00
4,00
Theina
4,00
4,00
Asam amino
8,00
9,00
Mineral
4,00
4,00
Total abu
5,50
5,50
Sumber : Zein Nasution dan Wachyuddin (1975) cit Yenni (2000)

Menurut

Bambang

(1994),

bahan-bahan

kimia

dalam

daun

teh

dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yaitu:


1. Substansi fenol : tanin/ catekin, flavanol
2. Substansi bukan fenol : resin, vitamin, serta substansi mineral
3. Substansi aromatis : fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, netral bebas karbonil
(sebagian besar terdiri atas alkohol).

4. Enzim : Invertase, amilase, -glukosidase, oximetilase, protease, dan


peroksidase.
Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat
yang baik pada teh. Jadi apabila pengendalian selama proses pengolahan dapat
dilakukan dengan tepat, maka akan diperoleh produk yang bermutu tinggi. Berikut
penjelasannya:
1. Substansi fenol
Komponen fenol dalam daun teh segar dan muda mencapai 25-35 %
dari keseluruhan bahan kering daun (Belitz and Grosch, 1999).
a. Tanin/ katekin
Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting pada daun teh karena
dapat menentukan kualitas daun teh dimana dalam pengolahannya,
perubahannya selalu dihubungkan dengan semua sifat teh kering yaitu
rasa, warna dan aroma. Tanin atau katekin pada daun teh merupakan
senyawa yang sangat kompleks. Jumlah totalnya hanya merupakan fraksi
saja yang merupakan ukuran kualitas teh. Tanin atau katekin sebagian
besar tersusun atas
epikatekin,

senyawa-senyawa sebagai

galokatekin,

epikatekin

galat,

berikut:

katekin,

epigalokatekin

dan

epigalokatekin galat. Katekin ini menyusun 20-30 % dari seluruh berat


kering daun, sedangkan yang terbanyak dari keenam komponen bahan
tersebut adalah epigalokatekin dan galatnya.
b. Flavanol

Senyawa kurang menentukan kualitas pada teh kering bila dibandingkan


dengan katekin tetapi diketahui mempunyai aktifitas pada teh, meliputi
kaemferol, querectin dan miricetin (Sumarsono, 1987).
2. Substansi bukan fenol
a. Karbohidrat
Seperti tanaman lain, daun teh juga mengandung karbohidrat mulai dari
gula sederhana sampai dengan yang kompleks. Yang terpenting
diantaranya adalah sukrosa, glukosa dan fruktosa. Keseluruhan
karbohidrat yang dikandung teh adalah 0,75 % dari berat kering daun.
b. Substansi Pektin
Substansi pektin terutama terdiri atas pektin dan asam pektat, besarnya
bervariasi antara 4,9-7,6 % dari berat kering daun atau tangkai. Sustansi
ini dianggap ikut menentukan kualitas dari teh.
c. Alkaloid
Senyawa ini yang menjadikan teh sangat digemari karena bersifat
menyegarkan. Sifat penyegar teh yang berasal dari bahan tersebut
menyusun 3-4 % berat kering. Alkaloid utama dalam daun teh adalah
kafein, theobromin dan theofilin.
d. Protein dan asam-asam amino
Daun teh mengandung protein yang sangat besar peranannya dalam
pembentukan aroma teh. Diketahui bahwa perubahan utama selama
pelayuan adalah pembongkaran protein menjadi asam-asam amino. Asam
amino bersama dengan karbohidrat dan katekin akan membentuk

senyawa aromatis. Asam amino yang paling berpengaruh adalah alanin,


fenilalanin, valin, leusin, dan isoleusin.seluruh protein dan asam amino
bebas berkisar 1,4-5 % dari berat kering daun.
e. Klorofil dan zat warna lain
Zat warna (klorofil) dalam daun mendukung 0,019 % dari berat kering
daun teh. Zat lainnya seperti karotenoid (zat warna jingga) dalam daun
teh dapat menentukan aroma teh, karena oksidasinya menghasilkan
substansi yang mudah menguap yang terdiri atas aldehid dan keton tidak
jenuh.
f. Asam organik
Dalam proses metabolisme terutama respirasi, asam organik berperan
penting sebagai pengatur proses oksidasi dan reduksi. Selain itu, asam
organik juga merupakan bahan untuk membentuk karbohidrat, asam
amino dan lemak untuk tanaman.
g. Substansi resin
Bau atau aroma teh tergantunhg pada minyak esensial dan resin. Sebagai
bahan kimia, resin sukar dibedakan dengan minyak essensial dan terpena.
Peranan resin yang lain adalah menaikkan daya tahan tanaman teh
terhadap frost. Kandungan resin besarnya 3 % dari berat kering.
h. Vitamin-vitamin
Daun teh mengandung vitamin-vitamin diantaranya vitamin P, C, K, A,
B1, B2, asam nikotinat, dan asam pantotenat. Namun sayang, vitaminvitamin tersebut rusak oleh pengolahan.

i. Subsansi mineral
Pentingnya substansi mineral dalam kehidupan tanaman tidak dapat
disangsikan lagi. Mineral bertanggung jawab terhadap perubahan koloid
dan langsung berpengaruh terhadap metabolisme sel. Dalam banyak hal,
mineral

merupakan

katalisator

daari

reaksi

biokimia

tanaman

(Sumarsono, 1987).
Elemen mineral yang merupakan mayoritas adalah potasium yang
jumlahnya separuh dari kandungan mineral. Kandungan mineral dalam
daun teh kira-kira 4-5 % dari berat kering. Dari segi kualitas, peranan
substansi ini tidak banyak disebut. Namun ada beberapa unsur yang
berhubunan dengan oksidasi polienol, yaitu fosfor yang mengtur pH
selama oksidasi, magnesium yang merupakan komponen dari klorofil
serta tembaga yang merupakan gugusan prostetis dari polifenol oksidasi
(Belitz and Grosch, 1999).
3. Substansi aromatis
Salah satu sifat penting dari kualitas teh adalah aroma. Timbulnya
aroma ini secara langsung atau tidak langsung, selalu dihubungkan dengan
terjadinya oksidasi senyawa polifenol. Para peneliti dari Jepang telah
melakukan

penyelidikan

yang

intensif

menggolongkannya dalam 4 kelompok, yaitu:


a. Fraksi karboksilat
b. Fraksi fenolat
c. Fraksi karbonil

terhadap

aroma

dan

d. Fraksi netral bebas karbonil


Pendapat tertua mengatakan bahwa aroma berasal dari glikosida yang
terurai menjadi gula sederhana dan senyawa beraroma. Pendapat lain
menyebutkan bahwa timbulnya aroma adalah akibat penguraian protein.
Adanya minyak esensial yang mudah menguap juga disebut sebagai sumber
aroma teh. Minyak ini selama pengolahan akan membentuk substansi
aromatis baru yang lain.
4. Enzim
Peranan enzim adalah sebagai biokatalisator pada setiap reaksi kimia didalam
tanaman. Enzim yang terkandung dalam daun teh diantaranya adalah
invertase, amilase, glukosidase, oksimetilase, protease dan peroksidase.
Enzim lainnya yang terkandung dalam proses kehidupan tanaman tetapi
berpengaruh terhadap pengolahan adalah enzim polifenol oksidase yang
tersimpan dalam kloroplas, sedangkan polifenol/katekin terdapat dalam
vakuola.

Tabel 2. Komposisi kimia daun teh segar dan teh kering


Komponen
Air
Asam amino
Kafein
Minyak esteris
Lemak, hijai daun, lilin
Dekstrin
Tanin
Tanin teroksidasi
Pektin dan lain-lain
Serat
Abu

Teh segar (%)


9,51
25,5
3,58
0,58
6,39
6,44
15,65
0
16,02
11,58
5,65

Teh kering (%)


3
25,5
3,58
0,68
6,39
6,44
8,65
10,51
16,02
11.58
5,65

Sumber : Setiawati dan Nasikun (1991).

B. Proses Pengolahan dan Alat-alat Produksi

Secara umum proses dan alat produksi pengolahan teh siap saji skala
industri adalah :
1. Proses pengolahan air
Proses pengolahan air harus memenuhi persyaratan air industri.
Pengolahan air itu antara lain :
a. Mata air sumber
Mata air ini dibendung dan dibuat kolam untuk menampung air. Air
ini dipompa menuju bak penampungan atau reservoir yang berada dalam
unit pengolahan air.
b. Kolam reservoir
Air yang nantinya akan ditampung dalam kolam reservoir
ditambahakan chlorin yang berfungsi sebagai disinfektan atau bahan yang
digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba. Kolam ini dilengkapi
dengan level control untuk mengatur agar kolam ini tidak sampai meluap.
c. Tangki sand filter
Didalam tangki ini terdapat pasir silica. Pasir ini akan menyaring
kotoran yang tidak larut dalam air. Pasir silica ini akan mengalami
penyumbatan atau kejenuhan ditandai dengan inlet dan outlet selisih >2
bar dan turbidity 3 NTU. Maka harus dilakukan scouringan menggunakan

udara agar pasir kembali gembur, backwash atau pencucian dengan aliran
air dari bawah ke atas untuk membuka celah antar partikel dan
mengeluarkan kotoran, serta rinsing aliran air dari atas ke bawah untuk
menyempurnakan proses pembersihan dan mengeluarkan kotoran keluar
dari tangki sand filter.
d. Tangki carbon filter
Tangki ini berisi carbon active yang berfungsi untuk mengikat
chlorin yang terdapat pada air baku, menyerap bau, rasa dan warna. Pada
saat tertentu pori-pori carbon ini akan tersumbat, untuk mengatasinya
dilakukan proses steaming atau perendaman dengan air panas. Air dari
tangki ini ditampung dalam buffer carbon untuk produksi FTB dan
dialirkan ke tangki softener.
e. Tangki softener
Tangki ini bertujuan untuk mengurangi kesadahan air karena
adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat menimbulkan kerak pada alat
penukar panas dan dapat menimbulkan kekeruhan pada produk. Bila
kualitas

air softener menurun

menggunakan

NaCl

dengan

maka

perlu

dilakukan

regenerasi

konsentrasi

tertentu.

Kemudian

di backwash dan rinsing dengan air untuk membersihkan NaCl maupun


sisa CaCl2 atau MgCl2 dalam tangki ini. Air ini ditampung dalam buffer
softener serta dialirkan ke anion exchanger.
f. Anion exchanger

Tangki Anion exchanger bertujuan untuk mereduksi ion negatif


(anion) dalam air, terutama ion silica (SiO32-) yang berpotensi
menimbulkan kerak pada pipa maupun dinding boiler jika bereaksi dengan
ion Ca2+ dan Mg2+. Air dari tangki ini menuju ke boiler.
g. Carbon buffer dan buffer softener
Merupakan tangki penampungan atau penyimpan bahan baku air
untuk kegiatan produksi. Tangki ini berfungsi sebagai tangki penampung
dan sebagai efisiensi karena sebagian besar prosesnya adalah proses batch.
2. Proses pembuatan teh cair
Proses pembuatan teh cair dilakukan pada unit kitchen. Unit kitchen
memiliki peralatan pengolahan yang canggih sehingga dapat menghasilkan
seduhan teh dengan mutu yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Unit Kitchen memiliki berbagai tangki pengolahan antara lain: tangki extraction
untuk pembuatan teh cair pahit, tangki pendingin, tangki pencampuran,
pembuatan sirup gula dilakukan pada tangki dissolving dan tangki buffer , proses
pencampuran dan penyaringan dilakukan pada filtrox, niagara filter dan bag filter.
3. Bottling line
Bottling line merupakan sistem pembotolan yang menggunakan mesin serba
otomatis sehingga produk yang dihasilkan dapat terjamin kualitasnya. Kegiatan
pada tahap ini meliputi pengemasan dan pemberian label. Teh yang sudah
dimasukkan kedalam botol kemasan berlabel yang memberikan informasi yang
dibutuhkan konsumen, kemudian ditutup rapat. Tujuan pengemasan adalah
melindungi produk dari pencemaran, memudahkan dalam penyimpanan,

pengangkutan dan distribusi, memberi perlindungan dari kontaminan luar,


kerusakan dan dapat menimbulkan daya tarik konsumen.

C. Pengawasan Mutu

Pengendalian mutu pada produksi teh botol dikendalikan mulai dari bahan
baku utama (air, teh, dan gula), bahan penunjang (botol dan tutup botol), serta
produk akhir (teh dalam kemasan botol).
1. Pengendalian mutu bahan baku utama
a. Pengendalian mutu air
Pengendalian mutu terhadap air dilakukan dengan cara pemeriksaan
100 % terhadap setiap tangki sebanyak 6000 liter. Uji dilakukan sesuai
dengan standar industri untuk air minuman. Apabila ada satu parameter
yang menyimpang maka akan dilakukan penolakan. Parameter uji dan
standar air disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar mutu air bahan baku teh kemasan parameter mutu
Parameter
Jumlah
Kesadahan

24
dH

pH

6.5
8.5

Standar
Warna

Jernih

Klorin

maks. 8
ppm

Cloride
(Cl-)

maks.
100
ppm

Rasa dan
bau

normal

Fe, Mn,
Pt, Cu

tidak
ternyata

Sumber : (Dwi Riyanto, 1991).

b. Pengendalian Mutu Teh Hijau kering


Pengendalian mutu teh hijau kering dapat dilakukan dengan
mengambil contoh pada lot teh hijau kering (28 karung), kemudian di uji
sesuai standar yang telah ditetapkan di industri minuman teh kemasan.
Setiap ada penyimpangan pada salah satu parameter mutu yang diuji, maka
dilakukan penolakan terhadap contoh. Parameter mutu yang diuji dan
standar mutu teh hijau disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar mutu teh hijau kering parameter mutu standar


Parameter

Jumlah

Kadar air

< 12%

Kadar
abu

< 2%

Bau dapat
larut
dalam air

> 50%
dari
kadar
abu

Thanin

> 5%

Pb, Cu,

Tidak

Hg, Fe

ternyata

Bau, rasa,
keadaan

Normal

Ekstrak
dalam air

> 3%

Sumber : (Dwi Riyanto, 1991).

c. Pengendalian Mutu Gula Pasir


Pengendalian mutu gula pasir dilakukan dengan mengambil contoh
dari lot gula (ukuran lot gula 28 karung). Contoh akan ditolak jika pada
pengujian yang dilakukan terdapat penyimpangan pada salah satu atau
lebih atas parameter uji yang diuji. Parameter mutu pengujian mutu gula
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Standar mutu gula pasir parameter mutu standar
Parameter

Jumlah

Kotoran

Minimum

Ukuran
Kristal

Kecil
sampai
sedang

Kadar
kemanisan

> 9.0 Brix

pH

Beda pH
larutan
dengan
pelarut > 0.2

Kesadahan

2 dH dari
kesadahan
larutan

Sumber : (Dwi Riyanto, 1991)

2. Pengendalian mutu bahan penunjang


a. Pengendalian mutu tutup botol
Apabila penyimpangan pada pengujian parameter mutu terhadap
contoh tutup botol yang diambil dari lot yang besarnya 10 000, maka
contoh tersebut langsung ditolak. Parameter mutu dari tutup botol
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Standar mutu tutup botol parameter mutu standar
Parameter

Jumlah

Ketebalan

0.260.01
mm

Dekorasi

Sesuai
pesanan
pabrik

Diameter
luar

Mm

Diameter
dalam

0.10
mm

Tinggi

0.15
mm

Jumlah
corrugation
Karat

21

Tidak
ternyata

Sumber : (Dwi Riyanto, 1991)

b. Pengendalian mutu botol


Ada dua macam pengendalian mutu botol di industri munuman teh
kemasan. Pertama adalah pengendalian mutu terhadap botol lama yang

telah dipakai dan botol baru. Pemeriksaan botol lama terus-menerus untuk
setiap botol yang datang (pemeriksaan 100 persen). Botol baru
pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa contoh botol yang mewakili lot
botol (1 lot = 3.580 botol). Parameter mutu botol yang diuji tercantum
pada Tabel 7.
Tabel 7. Standar mutu botol parameter mutu standar
Parameter

Jumlah

Tebal
gelas

> 1.3
mm

Tebal
dasar
botol

> 3.2
mm

Toleransi
tinggi
botol

mm

Toleransi
diameter

mm

Cacat
kritis

Tidak
ada

Cacat
fungsional

Tidak
ada

Dekorasi

Sumber : (Dwi Riyanto, 1991)

3. Pengendalian mutu produk akhir


a. Pengendalian mutu teh botol

Sesuai
pesanan
pabrik

Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggi


pengisian teh manis dalam botol. Toleransi yang diberikan sebesar 1 ml.
pemeriksaan dilakukan secara kontinnyu (pemeriksaan 100%), apabila ada
yang menyimpang maka dilakukan pengambilan dan dipisahkan dari
produk yang normal.
Pemeriksaan kedua dilakukan dengan pengambilan contoh dari
konvenyor setiap 15 menit sekali, kemudian dilakukan terhadap parameter
mutu seperti yang tercantum pada Tabel 8. Penolakan dilakukan apabila
ada parameter uji yang menyimpang. Setelah pengjian diatas maka apabila
ada penyimpangan pada contoh yang diambil maka dilakukan lagi
pemeriksaan dengan memperkecil lot, dengan parameter yang diuji sesuai
dengan Tabel 8.
Tabel 8. Standar mutu teh botol parameter mutu standar
Parameter

Jumlah

Kadar gula

40 o Brix

Kesadahan

0 o dH

Penampakan

Jernih

Rasa dan bau

Normal

Mikrobiologi :
Bakteri

< 100
koloni/ 5
ml

Kapang dan khamir

<5
kolono/5
ml

Koliform

<0

koloni/100
ml
Kondisi tutup dan botol
Sumber : (Dwi Riyanto, 1991)

II. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang

Baik

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang direncanakan selama 25 hari kerja di


Perusahaan Coca Cola Amatil Indonesia, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
pada Januari - Februari 2015.

B. Materi Praktik Kerja Lapang

Materi yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah :


1. Kondisi umum perusahaan.
2. Proses pengolahan di Perusahaan Coca Cola Amatil Indonesia.
3. Alat dan mesin produksi.
4. Pengawasan mutu.
5. Analisis SWOT.

C. Metode Praktik Kerja Lapang

Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah :


1. Berpartisipasi aktif
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh perusahaan.
2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang dikaji
untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi sebenarnya.

3. Jenis dan teknik pengambilan data


a) Data primer

Praktek langsung di Perusahaan Coca Cola Amatil Indonesia,


Semarang.
Wawancara dengan staff, karyawan dan petugas di Perusahaan Coca
Cola Amatil Indonesia, Semarang.
Observasi terhadap aspek keteknikan pertanian pada proses produksi
tepung tapioka di Perusahaan Perusahaan Coca Cola Amatil Indonesia,
Semarang.
b) Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh perusahaan, pustaka
dan literatur maupun sumber-sumber lain yang mendukung.

D. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang

Jadwal pelaksanan kerja praktik yang akan dilaksanakan di Perusahaan Coca


Cola Amatil Indonesia, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dapat dilihat pada
Tabel 9.

Tabel 9. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapang


No
1
2
3

Jenis Kegiatan

I
Observasi
*****
Pengambilan Data Primer Dan
Sekunder
Penyusunan Laporan

II

Minggu
III

*****

Lampiran 1. Laporan Harian Praktik Kerja Lapang

IV

*****
*****

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGi DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal Telp. (0281) 638791 Purwokerto 53123
Laporan Harian Kegiatan Praktik Kerja Lapang
Nama

: Ade Putri Aryani

NIM

: A1H012060

Tempat PKL

: Perusahaan Coca Cola Amatil Indonesia, Kecamatan


Ungaran Barat Kabupaten Semarang Jawa Tengah

Waktu

:
No.

Tanggal

Kegiatan
yang
Dilakukan

No.

Tanggal

Kegiatan
yang
Dilakukan

Mengetahui,
Pembimbing Lapang

(_________________)
Lampiran 2. Daftar Kajian

Pembuat Laporan

Ade Putri Aryani


NIM. A1H012060

BIDANG KAJIAN

I. KONDISI UMUM PERUSAHAAN


A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
B. Lokasi Perusahaan dan Kondisi Geografis
II. SISTEM ADMINISTRASI PERUSAHAAN
A. Struktur Organisasi Perusahaan
B. Ketenagakerjaan
III. ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PROSES
PENGOLAHAN TEH
A. Proses pengolahan
B. Mesin atau peralatan produksi
C. Pengawasan mutu

Lampiran 3. Format Laporan Praktik Kerja Lapang

FORMAT LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Praktik Kerja Lapang
C. Sasaran Praktik Kerja Lapang
D. Manfaat Praktik Kerja Lapang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh
B. Proses Pengolahan dan Alat-alat Produksi
C. Pengawasan Mutu
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANG
A. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapang
B. Materi Praktik Kerja Lapang
C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
B. Lokasi Perusahaan dan Kondisi Geografis
V. SISTEM ADMINISTRASI PERUSAHAAN
A. Struktur Organisasi Perusahaan
B. Ketenagakerjaan

VI. PEMBAHASAN
A. Penyediaan Bahan Baku
B. Kapasitas Produksi
C. Mesin atau Peralatan Produksi
D. Proses Pengolahan
E. Pengawasan Mutu
VII. ANALISIS SWOT
A. Kekuatan (Streangth)
B. Kelemahan (Weakness)
C. Peluang (Opportunity)
D. Ancaman (Threat)
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai