Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN

MENGHITUNG BENTUK, UKURAN DAN MENGUKUR KEKERASAN


PADA BUAH

Oleh:
Annas Ardiansyah
NIM A1H012025

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO

2014
I; PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Produk hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam.
Beberapa komponen karakteristik fisik komoditas pertanian antara lain bentuk,
ukuran, volume, luas permukaan, densitas, porositas, warna dan kenampakan
terkait langsung terhadap rancangan suatu alat terhadap perhitungan energi dalam
proses pendinginan dan pengeringan, rancangan alat pengecil ukuran, masalah
distribusi, stress berbagai bahan selama penyimpanan, elektrostatik separation,
refleksi cahaya dalam evaluasi warna, dan pengembangan alat sortasi dan grading.
Densitas dan gravitasi berperan dalam perhitungan difusivitas panas dalam
pindah panas, penemuan bilangan Reynolds dalam perancangan pneumatic atau
hidrolik, pemisahan produk dari bahan yang tidak diinginkan dan pendugaan
struktur fisik serta komposisi kkimia. Komoditas dengan bentuk yang irregular
dan porous akan mempersulit proses pengukuran volume dan densitas. Untuk itu
penting untuk mengetahui karakteristik dari suatu produk pertanian agar proses
penyimpanan dan pengolahan hingga ke konsumen dapat berlangsung lebih
optimal.

B; Tujuan

1; Menentukan bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian berdasarkan


perhitungan kebundaran dan kebulatan.
2; Mengukur kekerasan bahan hasil pertanian dengan menggunakan fruits
hardness tester.

II; TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-bahan padatan
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair.
Bahan pangan pada umumnya bersifat encer. Kedua sifat bahan pangan inilah
yang diketahui sebagai sifat alir bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat
alir yang sangat mudah mengalir disebut fluiditas (Kanoni, 1999).
Sifat fisik bahan sangat berhubungan dengan pengelolaan bahan pangan
secara mekanis, banyak jenis pakar yang profesional bahan pangan secara
mekanis, banyak formula. Sifat fisik bahan dapat langsung diamati tanpa adanya
reaksi kimia, sedangkan sifat fisik kimia hanya dapat diamati dengan terjadinya
perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau pembentukan gas.
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu
alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan
cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembangan alat grading dan sortasi (Suharto, 1991).
Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian merupakan karakteristik yang tidak
dapat dipisahkan dalam hal objek fisik suatu bahan dan keduanya diperlukan

untuk mendeskripsikan karakteristik fisik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil
pertanian diantaranya bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu
bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda benda geometri
tertentu.
Bentuk komoditi hasil pertanian atau pangan umumnya tidak beraturan
(irregular). Dibedakan atas 2 kasus :
a; Komoditi yang bentuk dan ukurannya dapat dibedakan

dengan mata

telanjang
b; Komoditi yang bentuk dan ukurannya hanya dapat dibedakan dengan alat,
misalnya produk bubuk : kopi, garam, susu bubuk dll.
Bentuk dan ukuran bahan pangan mempunyai arti penting dalam proses
penanganan bahan pangan, misalnya pada proses pengepakan, pengangkutan, dan
penyimpanan. Selain itu, bentuk dan ukuran bahan pangan juga penting pada
proses pengolahan bahan pangan, misalnya pada proses pemotongan curd
(jendalan) pada pembuatan tahu merupakan penyeragaman bentuk dan ukuran
guna memberi kenampakan yang lebih baik, mempermudah pengepakan,
penyimpanan ataupun pengangkutannya. Ukuran menyatakan besaran materi atau
isi pada suatu komoditas yang dimanifestasikan dalam bentuk besaran yaitu berat,
lebar, volume, diameter, luas, tebal, dan panjang.
Pengetahuan tentang karakteristik bahan diperlukan untuk mencegah
kerusakan seminimal mungkin, untuk merancang mesin-mesin pengolahan,
menentukan bahan konstruksinya, pengoperasian serta pengendaliannya, untuk
menganalisis dan menentukan efisiensi dari suatu mesin, maupun proses

pengolahannya, untuk mengembangkan produk-produk olahan baru dari tanaman


dan hewan, dan untuk mengevaluasi serta mengawetkan mutu produk akhir.
Pada pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu berat
jenis bertambah. Itulah sebabnya mengapa telah diusulkan kemungkinan
menggunakan berat jenis sebagai metode pengujian kemasakan secara cepat.
Buah-buah yang mengapung di atas air mempunyai berat jenis lebih kecil, jadi
masih belum masak. Buah-buah yang tenggelam mempunyai berat jenis lebih
besar dari 1, total zat terlarut lebih banyak dan oleh karena itu berarti sudah
matang (Pantastico, 1989).
Bentuk dan ukuran bahan pangan mempunyai arti penting dalam proses
penanganan bahan pangan, misalnya pada proses pengepakan, pengangkutan, dan
penyimpanan. Selain itu, bentuk dan ukuran bahan pangan juga penting pada
proses pengolahan bahan pangan, misalnya pada proses pemotongan curd
(jendalan) pada pembuatan tahu merupakan penyeragaman bentuk dan ukuran
guna memberi penampilan yang lebih baik, mempermudah pengepakan,
penyimpanan ataupun pengangkutannya. Ukuran menyatakan besaran materi atau
isi pada suatu komoditas yang dimanifestasikan dalam bentuk besaran yaitu
berat,lebar, volume, diameter, luas, tebal, dan panjang.
Pada berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran, sifat fisik dan kimia
bahan tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap
kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat
dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar gula (Solube Solida) (Khatir, 2006).
Ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk
dan ukuran bahan hasil pertanian, diantaranya :

1; Bentuk acuan
Dilihat melalui pengamatan terhadap keadaan permukaan dari potongan atau
melintangnya atau mengukur parameter-parameter bahan dan kemudian
membandingkannya dengan bentuk-bentuk yang sudah ada pada bentuk acuan
(chart standar).

Gambar 1. Contoh chart standar pada buah dan sayur.


Beberapa istilah dalam bentuk dan acuan yang dapat digunakan untuk
mendeskripsikan suatu objek :
Bentuk

Deskripsi

Bundar (Round)
Oblate
Membujur (Oblong)
Kerucut (Conic)
Bujur telur (Ovate)
Berat sebelah/ miring (Lopsided)
Bujur telur terbalik (Oboveta)
Bulat panjang (Elliptica)
Kerucut terpotong (Truncate)
Tidak seimbang (Unequal)
Teratur (Reguler)
Tidak teratur (Iregular)

2; Kebulatan (Sphericity)
Kebulatan (sphericity) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
diameter bola yang mempunyai volume sama dengan objek dengan diameter bola
terkecil yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai
kebulatan suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu

bahan hasil pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut mendekati bentuk bola
(bulat).
Rumus untuk mencari kebulatan :
a b c 1 /3

sphericity=
atau
sphericity=

di
dc

Gambar 2. Kebulatan (sphericity).


dimana :
a
= sumbu terpanjang
b
= sumbu intermediate
c
= sumbu terpendek
di
= diameter lingkaran terbesar di dalam obyek
dc
= diameter lingkaran terkecil yg membatasi obyek
3; Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda
padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu
bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar.
Rumus menghitung kebundaran :
A
Roundness= p
Ac
Atau
N
i=1
r
Roundness=
NR
dimana :
Ap
= luas permukaan proyeksi terbesar dr bhn dlm posisi bebas
Ac
= luas permukaan lingkaran terkecil yg membatasi
r
= jari-jari lengkungan
R
= jari-jari lingkaran maksimum
N
= jumlah sudut yang ada

Gambar 3. Kebundaran (roundness).


4; Pengukuran dimensi sumbu bahan

Untuk objek-objek yang berukuran kecil seperti biji-bijian, garis besar


proyeksi dari setiap sampel dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat photo
pembesar (photographic enlarger), namun secara sederhana dapat pula dilakukan
dengan metode proyeksi dengan menggunakan OHP (Overhead Projector).
5; Kemiripan terhadap benda-benda geometri
Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan
hasil pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan bendabenda geometri tertentu, yaitu bulat memanjang (prolate spheroid), bulat
membujur (oblate spheroid), dan kerucut berputar atau silinder. Setelah diketahui
bentuk bahan berdasarkan kemiripan terhadap benda-benda geometri, maka
volume dan luas permukaan bahan dapat dihitung.
Rumus untuk perhitungan kemiripan berdasarkan tipe atau jenisnya adalah
sebagai berikut :
a; Bulat memanjang

V 4 a b2
3

ab 1
S 2b 2 2
sin e
c

b
e 1

1/ 2

dimana :
V
= Volume
S
= Luas permukaan
a
= sumbu memanjang elips (major axes)
b
= Sumbu membujur elips (minor axes)
e
= Eksentrisitas

b; Kerucut berputar atau silinder (right circular cone) : wortel, mentimun.



V h r12 r1r 2 r 2 2
3
2
s r1 r 2 h 2 r1 r 2

dimana :
V

= volume bahan

1/ 2

= luas permukaan bahan

= sumbu panjang elips (major axes)

= sumbu pendek elips (minor axes)

r1

= jari2 bag dasar bahan

r2

= jari2 bag pucuk

= tinggi bahan

= eksentrisitas

c. Bulat membujur (oblate spheroid)


Sebuah elip berputar pd sumbu pendeknya : buah anggur.

V 4 a 2 b
3
S 2a 2

b2 1 e
ln
e 1 e

III; METODOLOGI
A; Alat dan Bahan
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;

Jangka sorong
Penggaris
Pensil / pulpen
Kertas HVS
Milimeter blok
Jangka
Fruits Hardness Tester
Buah

B; Prosedur Kerja
1; Menyiapkan alat dan bahan.
2; Menentukan nilai kebundaran buah.
a; Objek digambar pada milimeter blok.
b; Menentukan nilai Ap dan Ac.

3; Menentukan kebulatan buah.


a; Mengukur nilai a, b, dan c dengan menggunakan jangka sorong.
b; Objek digambar pada milimeter blok dan ditentukan nilai di dan dc
4; Kekerasan buah ditentukan dengan menggunakan alat Fruits Hardness
Tester

IV; HASIL DAN PEMBAHASAN


A; Hasil
1; Menghitung kebundaran
a; Apel 1
AC = 102 mm
AP = 1065 mm
AP
1065
Kebundaran =
=
= 10,44
AC
102
b; Apel 2
AC = 432 mm
AP = 2085 mm
AP
2085
Kebundaran =
=
= 4,83
AC
432
c; Apel 3
AC = 511 mm
AP = 1530 mm
AP
1530
Kebundaran =
=
= 2,99
AC
511
2; Menghitung kebulatan
a; Berdasarkan pemgukuran jangka sorong
1; Apel 1
1/ 3
1 /3
(axbxc )
(5,21 x 4,26 x 3,1245)
Kebulatan =
=
a
5,21

= 0,79

2; Apel 2
1/ 3

Kebulatan =

(axbxc )
a

1 /3

(5,38 x 4,2 x 3,38)


5,38

= 0,79

3; Apel 3
1/ 3

1 /3

(axbxc )
(5,84 x 5,39 x 4,2)
=
a
5,84
b; Berdasarkan milimeter blok
1; Apel 1
di
4,6
Kebulatan =
=
= 0,92
dc
5
2; Apel 2

Kebulatan =

= 0,87

di
dc

Kebulatan =

5,3
6

= 0,88

3; Apel 3

di
4,7
=
= 0,84
dc
5,6
3; Menghitung kekerasan apel
A; Apel 1
F
3,2
Pd =
=
= 16,84
A
0,19
F
4,75
Pt =
=
= 25
A
0,19
F
4,9
Pb =
=
= 25,79
A
0,19
16,84 +25+25,79
Prata-rata =
= 22,543
3
Kebulatan =

B; Apel 2

F
A
F
Pt =
A
F
Pb =
A
Pd =

Prata-rata
C; Apel 3

2,57
= 13,53
0,19
4,9
=
= 25,79
0,19
4,85
=
= 25,53
0,19
13,53+25,79+ 25,53
=
3

F
A
F
Pt =
A
F
Pb =
A
Pd =

Prata-rata

Buah
Apel

= 21,62

5
= 26,31
0,19
4,75
=
= 25
0,19
2,2
=
= 11,58
0,19
26,31+25+ 11,58
=
= 20,96
3

Kebundaran
10,44

Kebulatan
Jangka mm blok
sorong

0,79

0,92

1
16,84

2
25

kekerasan
3

25,79

22,543

pir
jeruk
Mangga
salak
jambu

4,83
2,99
3,56
6,83
1,63
1,046
1,371
1,487
0,734
0,5
0,472
0,971
3,175
1,413
0,58
0,6
0,64

0,79
0,87
0,899
0,95
0,85
0,776
0,890
0,892
0,8
0,91
0,99
0,713
0,882
0,835
O,74
0,82
0,79

0,88
0,84
0,835
0,809
0,724
0,957
0,845
0,875
1,5
1,7
1,73
0,77
0,82
0,79
1,148
1,22
1,308

13,52
26,31
15,26
13,947
12,895
12,368
14,747
16,210
12,89
16,84
23,15
18,16
12,63
13,95
25,26
20,26
25,79

25,79
25
12,63
15,789
12,105
10,526
14,210
14,684
16,57
14,73
21,31
22,11
22,37
24,47

25,53
21,62
11,58
20,96
13,68
13,857
15
14,912
15,789
13,596
11,842
11,578
12,368
13,684
14,737
15,210
15,47
14,97
15,73
15,76
20,26
21,57
23,68
21,32
23,42
19,47
23,16
20,53
Xrata-rata = 23,77

B; Pembahasan
Sifat fisik dari produk fisik dari pertanian sangat diperhatikan dalam
penanganan pascapanen, terutama dalam kegiatan sortasi maupun grading
(pemutuan). Sifat fisik dari produk pertanian terdiri dari berat, volume, bentuk,
warna, tekstur, berat jenis dan kadar air. Dimana sifat fisik tersebut berat dan
volume biasanya dipakai untuk pemutuan buah berdasarkan kuantitas. Dalam
kegiatan pascapanen lainnya seperti pengemasan dan pengangkutan, sifat
fisik sangat

diperhatikan.

Sifat

fisik bahan

sangat

berhubungan

dengan

pengelolaan bahan pangan secara mekanis. Sifat fisik bahan dapat langsung
diamati tanpa adanya reaksi kimia, sedangkan sifat fisik kimia hanya dapat
diamati dengan terjadinya perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau
pembentukan gas.
Sifat fisik suatu bahan dapat langsung diamati tanpa adanya reaksi kimia,
sedangkan sifat-sifat kimia hanya dapat diamati dengan terjadinya perubahan
warna, suhu, pembentukan endapan, atau pembentukan gas. Sifat fisik kimia
protein dari lemak selama pengolahan, perubahan protein selama pengolahan sifat

fisik sangat berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran
transportasi energi.
Bentuk dan ukuran merupakan dua karakter fisik yang tidak dapat
dipisahkan. Bentuk dan ukuran diperlukan untuk pemberian karakter fisik suatu
bahan. Ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk mennjelaskan
bentuk dan ukuran hasil pertanian yaitu bentuk acuan atau gambar standar
(charted standart), kebundaran (roundness), kebulatan (sphericity), kesesuaian
atau kemiripan terhadap bentuk geometri, dan dimensi sumbu bahan atau luas
proyeksi rata-rata. Bentuk acuan dilakukan melalui pengamatan terhadap
potongan penampang yang dibandingkan dengan gambar standar. Contoh bentuk
adalah round, oblong, oblate, cone, ovate, dan obovate. Round (bundar)
mempunyai bentuk menyerupai bulatan, oblong (membujur) merupakan bentuk
dimana diameter vertikal lebih besar daripada horisontal, oblate mempunyai
bentuk datar pada bagian batang dan pucuk, cone (kerucut) berbentuk meruncing
ke arah bagian pucuk, ovate (bujur telur) berbentuk seperti telur dan melebar pada
bagian pangkal, dan obovate (bujur telur terbalik) berbentuk telur terbalik.
Pada umumnya bentuk dan ukuran ini digunakan untuk menggambarkan
obyek secara fisual. Dalam penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran
dan bentuk merupakan faktor mutu yang pertama kali di lihat. Beberapa kriteria
yang termasuk ukuran adalah bobot, volume, panjang, lebar, diameter, kerapatan,
dan luas bidang. Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca
sejak yang halus sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran
yang di kehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat di catat sebagai
bobot total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu.

Pengukuran volume ada dua pengertian yaitu volume nyata (volume bahan
tesebut dalam suatu wadah tertentu) dan volume mutlak (suatu bahan adalah
volume bahan itu sendiri). Panjang, lebar dan diameter suatu bahan dapat di ukur
dengan menggunakan berbagai alat pengukur seperti penggaris, micrometer, dan
vernier caliper. Kerapatan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; kerapatan nisbi
(perbandingan antara kerapatan suatu bahan pada suatu suhu tertentu dengan
kerapatan standar), nyata (perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu
tertentu dengan massa air pada suhu yang sama) dan kerapatan mutlak
(perbandingan antara bobot dengan volume bahan).
Sebagian besar semua hasil pertanian memiliki ukuran yang tidak beraturan.
Pengukuran luas bidang dari bahan yang tak beraturan di lakukan dengan dua cara
yaitu : penimbangan dan dengan simpons rule. Sedangkan yang termasuk ke
dalam bentuk adalah oval, simetri, dan melengkung.
Proses pengolahan suatu bahan hasil pertanian, bentuk dan ukuran suatu
komoditi merupakan parameter yang penting di dalam penilaian. Bentuk dan
ukuran merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan pada suatu obyek. Pada
umumnya bentuk dan ukuran ini digunakan untuk menggambarkan obyek secara
visual. Dalam penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran dan bentuk
merupakan faktor mutu yang pertama kali di lihat. Beberapa kriteria yang
termasuk ukuran adalah :
1; Bobot
Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca sejak
yang halus sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran

yang di kehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat di catat sebagai
bobot total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu.
2; Volume
Pengukuran volume ada dua pengertian yaitu: volume nyata (volume
bahan tesebut dalam suatu wadah tertentu) dan volume mutlak (suatu bahan
adalah volume bahan itu sendiri).
3; Panjang, lebar, diameter
Panjang, lebar dan diameter suatu bahan dapat di ukur dengan
menggunakan berbagai alat pengukur seperti penggaris, micrometer, dan
vernier caliper.
4; Kerapatan
Kerapatan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; kerapatan nisbi
(perbandingan antara kerapatan suatu bahan pada suatu suhu tertentu dengan
kerapatan standar), nyata (perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu
tertentu dengan massa air pada suhu yang sama) dan kerapatan mutlak
(perbandingan antara bobot dengan volume bahan).

5; Luas bidang
Sebagian besar semua hasil pertanian memiliki ukuran yang tidak
beraturan. Pengukuran luas bidang dari bahan yang tak beraturan di lakukan
dengan dua cara yaitu : penimbangan dan simpons rule. Sedangkan yang

termasuk ke dalam bentuk adalah oval, simetri dan melengkung. ( Mikolehi.


2012 )
Ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk
dan ukuran bahan hasil pertanian, diantaranya :
1; Bentuk acuan
Dilihat melalui pengamatan terhadap keadaan permukaan dari potongan
atau melintangnya atau mengukur parameter-parameter bahan dan kemudian
membandingkannya dengan bentuk-bentuk yang sudah ada pada bentuk
acuan (chart standar). Dalam proses pengolahan suatu bahan hasil pertanian,
bentuk dan ukuran suatu komoditi merupakan parameter yang penting
didalam penilaian. Bentuk dan ukuran merupakan 2 hal yang tidak dapat
dipisahkan pada suatu obyek. Pada umumnya bentuk dan ukuran ini
digunakan untuk menggambarkan obyek secara fisual. Dalam penggolongan
tingkat mutu (grading) biasanya ukuran dan bentuk merupakan faktor mutu
yang pertama kali di lihat.
2; Kebulatan (Sphericity)
Kebulatan (sphericity) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
diameter bola yang mempunyai volume sama dengan objek dengan diameter
bola terkecil yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran,
nilai kebulatan suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan
suatu bahan hasil pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut mendekati
bentuk bola (bulat). Sphericity dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara diameter bola yang mempunyai volume sama dengan objek dengan
diameter bola terkecil yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai
kebundaran, nilai kebulatan suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila

nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut
mendekati bentuk bola (bulat).
3; Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu
benda padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai
kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan
tersebut mendekati bundar.
4; Kekerasan (firmness)
Kekerasan merupakan nilai yang menunjukan seberapa kuat tekstur dan
kulit dari produk hasil pertanian menerima tekanan. Untuk mengukur
kekerasan pada bahan dapat menggunakan alat bantu Fruit Hardness Tester.
Tingkat kekerasan pada beberapa produk hasil pertanian dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, tempat penyimpanan, respirasi dan
transpirasi.
Prosedur menentukan kebundaran (roundness) kentang, tomat, telur
dengan menggunakan OHP :
1; Menempatkan bahan pada OHP sehingga bahan dapat diproyeksikan
2; Menggambar proyeksi bahan pada kertas millimeter block
3; Menentukan luas proyeksi terbesar dari bahan dalam posisi bebas (Ap) dan
luas lingkaran terkecil (Ac) yang membatasi proyeksi bahan (Ap) dengan
planimeter.
4; Menghitung kebundaran (roundness) bahan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Roundness (Rd) =
Dimana :
r1

= diameter dalam,

r2

= diameter luar.

Ap
Ac

r 12
r 22

Prosedur menentukan kebulatan (sphericity) kentang, tomat, telur :


1; Mengukur sumbu-sumbu dari bahan yang terdiri dari sumbu a (sumbu
terpanjang/mayor), b (sumbu pertengahan/intermediet) dan c (sumbu
terpendek/minor).
2; Menghitung kebulatan (sphericity) bahan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
sphericity =

(abc)
a

1
3

Rumus ini hanya berlaku jika asumsi bahan berbentuk elips.


Sedangkan untuk menentukan kekerasan pada buah menggunakan alat
Fruits Hardness Tester.
Dari pengukuran yang dilakukan pada produk hasil pertanian yaitu apel,
Menurut Soelarso (1996) menyatakan bahwa buah apel (Malus sylvetris)
mempunyai bentuk bulat sampai lonjong bagian pucuk buah berlekuk dangkal,
kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan renggang, tetapi setelah tua
menjadi halus dan mengkilat. Warna buah hijau kemerah-merahan, hijau
kekuning-kuningan, hijau berbintik-bintik, merah tua dan sebagainya sesuai
dengan varietas. diketahui bahwa buah apel merupakan buah dengan nilai
kebundaran 10,44, 4,83, 2,99.
Kebulatan merupakan perbandingan antara diameter bola pada 3 posisi
tertentu, yaitu sumbu terpanjang, sumbu terpendek dan sumbu intermediate. Nilai
kebulatan suatu bahan antara 0 hingga 1. Untuk nilai 1 berarti bahan mendekati
bentuk bola. Pengukuran kebulatan dilakukan dua kali, dengan data dari milimeter
blok, dan data dari pengukuran menggunakan jangka sorong. Pada buah apel
menghasilkan nilai sebesar 0,92, 0,88, 0,84 untuk kebulatan dengan milimeter

blok dan 0,79, 0,79, 0,87 untuk kebulatan dengan pengukuran menggunakan
jangka sorong. Hal ini menunjukkan bahwa buah apel berbentuk bulat atau
mendekati bulat karena kedua nilainya mendekati satu.
Dari pengukuran nilai kebulatan pada buah apel, nilai kebulatan dengan
pengukuran milimetr blok dan pengukuran jangka sorong seharusnya sama. Akan
tetapi, terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Hhal ini kemungkinan
dikarenakan karena kesalahan pengukuran atau pembacaan pada milimetr blok
atau pada jangka sorong.
Kekerasan (firmness) merupakan daya tahan produk hasil pertanian terhadap
tekanan dari luar. Dari hasil pengukuran dengan penetrometer, dapat diketahui
bahwa nilai kekerasan buah apel adalah 22,543, 21,62, 20,96. Nilai ini
menunjukkan bahwa buah pir mempunyai tingkat kekerasan bahan yang besar
karena nilainya besar.
Perbandingan antara nilai kebundaran pada 3 buah apel menunjukan
perbedaan nilai yang cukup signifikan yang perbedaan nilainya cukup besar. Hal
ini dapat dikarenakan oleh keadaan buah yang tidak sepenuhnya bulat dan pada
saan pengukuran dengan jangka soorong maupun milimeter blok untuk setiap
praktikannya akan berbeda menurut pengkurannya masing-masing.
Pada saat praktikum terdapat beberapa kendala yang terjadi bisa
dikarenakan kesalahan prosedur yang dilakukan oleh praktikan. Beberapa hal
yang dapat terjadi seperti :
1;
2;
3;
4;
5;

Kesalahan pengukuran dengan jangka sorong.


Kurang tepat pada saat perhitunga.
Kurang menguasai prosedur yang benar dalam melakukan praktikum.
Kesalahan pengukuran.
Kerusakan alat

6; Ketersediaan alat yang minim, sehingga mengakibatkan waktu berjalannya


praktikum menjadi tidak efektif dan efisien.
7; Kesulitan dalam menentukan bagian Ap dan Ac menggunakan milimeter blok
maupun

jangka

sorong.

Butuh

kesabaran

dan

ketelitian

terutama

menggunakan milimeter blok untuk membuat pola.


8; Penentuan titik pengukuran jari-jari bahan agar diperoleh hasil yang akurat (2
cm dari dasar maupun pucuk).
9; Ketepatan dalam mengukur kekerasan pada buah perlu ketepatan agar dapat
memperoleh hasil yang akurat.
Adapun produk pertanian (buah) yang digunakan dalam praktikum kali ini
selain buah jambu yaitu buah jambu, apel, salak. Hasil yang diperoleh pada buah
jambu kelompok 3 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah jambu sebesar 0,839;
0,862; 0,828 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan jangga sorong tiap buah
jambu memperoleh nilai sebesar 0,89; 0,954; 0,87 sedangkan nilai kebulatan
menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar 0,892; 0,857; 0,871 dan
hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester tiap buah, yaitu buah
jambu 1 : 16,84; 18,94; 20,52 rata-rata 18,1; jambu 2 : 9,47; 9,73; 10,52 rata-rata
9,9; jambu 3 : 10,52; 8,68; 11,05 rata-rata 10,08. Selanjutnya hasil yang diperoleh
pada buah salak kelompok 5 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah jambu sebesar
0,625; 0,681; 0,724 untuk nilai kebulatan menggunakan jangga sorong tiap buah
salak memperoleh nilai sebesar 0,641; 0,763; 0,734 sedangkan nilai kebulatan
menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar 0,666; 0,8; 0,735 dan
hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester tiap buah salak, yaitu
buah salak 1 : 16,31; 24,21; 24,21 rata-rata 21,57; salak 2 : 18,42; 25,78; 24,73
rata-rata 22,97; salak 3 : 30,52; 23,68; 24,21 rata-rata 22,80. Hasil yang diperoleh
pada buah salak kelompok 6 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah jambu sebesar

0,206; 0,285; 0,429 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan jangga sorong tiap
buah salak memperoleh nilai sebesar 0,827; 0,815; 0,927 sedangkan nilai
kebulatan menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar 0,493; 0,544;
0,661 dan hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester tiap buah,
yaitu buah salak 1 : 12,105; 24,736; 23,684 rata-rata 20,175; salak 2 : 18,42;
23,15; 22,63 rata-rata 21,11; salak 3 : 18,42;25,78; 22,63 rata-rata 22,27. Hasil
yang diperoleh pada buah apel kelompok 2 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah
jambu sebesar 0,7867; 0,8419; 0,7451 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan
jangga sorong tiap buah jambu memperoleh nilai sebesar 2,9978; 3,0063; 2,9104
sedangkan nilai kebulatan menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar
0,7794; 0,8382; 0,8 dan hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester
tiap buah, yaitu buah apel 1 : 25,26; 24,73; 26,31 rata-rata 25,43; apel 2 : 26,31;
25,26; 26,31 rata-rata 25,96; apel 3 : 25,78; 20,52; 26,31 rata-rata 24,21. Hasil
yang diperoleh pada buah apel kelompok 1 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah
apel sebesar 0,79; 0,95; 0,93 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan jangga
sorong tiap buah apel memperoleh nilai sebesar 0,806; 0,805; 0,833 sedangkan
nilai kebulatan menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar 0,87; 0,82;
0,86 dan hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester tiap buah,
yaitu buah apel 1 : 23,68; 25; 26,32 rata-rata 25; apel 2 : 25; 26,32; 25,84 rata-rata
25,72; apel 3 : 25,79; 25,79; 26,32 rata-rata 25,97.
Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu dilakukan pengukuran pada 6
buah yaitu : apel, pir, jeruk, mangga, salak, jambu. Besarnya nilai kebundaran apel
pada pengukuran menggunakan rumus yaitu 10,44, 4,83, 2,99 untuk pengukuran

kebulatan menggunakan jangka sorong yaitu 0,79, 0,79, 0,87 sedangkan


menggunakan milimeter blok 0,92, 0,88, 0,84.

V; KESIMPULAN DAN SARAN


A; Kesimpulan
1; Kebundaran atau roundness merupakan ukuran ketajaman sudut-sudut dari
suatu benda padat nilai kebundaran suatu benda berkisar dari 0 1, apabila
nilai mendekati 1 maka bentuk bahan tsb mendekati bundar.
2; Kebundaran (roundness) dapat dihitung menggunakan rumus :
Kebundaran = Ap/Ac
Dimana :
Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dr bhn dlm posisi bebas
Ac = luas permukaan lingkaran terkecil yg membatasi
3; Kebulatan atau sphericity merupakan perbandingan antara diameter bola pd 3
posisi sumbu :
a = sb terpanjang
b = sb intermediate
c = sb terpendek
4; Sphericity = [(a b c )1/3]/ a = diameter geometri rata-rata dibagi diameter
terpanjang. Nilai kebulatan suatu bahan berkisar 0 1. Untuk nilai 1 berarti
bahan mendekati bentuk bola (bulat) Dapat juga dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Kebulatan = di/dc
Dimana :
di : diameter lingkaran terbesar di dalam obyek
dc : diameter lingkaran terkecil yang membatasi obyek
B; Saran

Praktikan sebaiknya tidak ribut dalam kegiatan praktikum ini sehingga


semua praktikan lebuh mengerti apa yang sedang dipraktikumkan dan supaya alat
diperbanyak lagi

DAFTAR PUSTAKA

Kanoni, Sri, 1999. Handout Viskositas TPHP. Universitas Gadjah Mada:


Jogjakarta.
Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan
Pasca Panen. Faperta_UNSYIAH: Banda Aceh.

Mikolehi. 2012. Tingkat Kematangan Buah. http://mikolehi.wordpress.com/dkuliah/. Diakses tanggal 23 November 2014.
Pantastico, 1989. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press:
Jogjakarta.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Soelarso. R bambang. 1996. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai