Oleh:
Annas Ardiansyah
NIM A1H012025
2014
I; PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Produk hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam.
Beberapa komponen karakteristik fisik komoditas pertanian antara lain bentuk,
ukuran, volume, luas permukaan, densitas, porositas, warna dan kenampakan
terkait langsung terhadap rancangan suatu alat terhadap perhitungan energi dalam
proses pendinginan dan pengeringan, rancangan alat pengecil ukuran, masalah
distribusi, stress berbagai bahan selama penyimpanan, elektrostatik separation,
refleksi cahaya dalam evaluasi warna, dan pengembangan alat sortasi dan grading.
Densitas dan gravitasi berperan dalam perhitungan difusivitas panas dalam
pindah panas, penemuan bilangan Reynolds dalam perancangan pneumatic atau
hidrolik, pemisahan produk dari bahan yang tidak diinginkan dan pendugaan
struktur fisik serta komposisi kkimia. Komoditas dengan bentuk yang irregular
dan porous akan mempersulit proses pengukuran volume dan densitas. Untuk itu
penting untuk mengetahui karakteristik dari suatu produk pertanian agar proses
penyimpanan dan pengolahan hingga ke konsumen dapat berlangsung lebih
optimal.
B; Tujuan
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-bahan padatan
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair.
Bahan pangan pada umumnya bersifat encer. Kedua sifat bahan pangan inilah
yang diketahui sebagai sifat alir bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat
alir yang sangat mudah mengalir disebut fluiditas (Kanoni, 1999).
Sifat fisik bahan sangat berhubungan dengan pengelolaan bahan pangan
secara mekanis, banyak jenis pakar yang profesional bahan pangan secara
mekanis, banyak formula. Sifat fisik bahan dapat langsung diamati tanpa adanya
reaksi kimia, sedangkan sifat fisik kimia hanya dapat diamati dengan terjadinya
perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau pembentukan gas.
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu
alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan
cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembangan alat grading dan sortasi (Suharto, 1991).
Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian merupakan karakteristik yang tidak
dapat dipisahkan dalam hal objek fisik suatu bahan dan keduanya diperlukan
untuk mendeskripsikan karakteristik fisik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil
pertanian diantaranya bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu
bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda benda geometri
tertentu.
Bentuk komoditi hasil pertanian atau pangan umumnya tidak beraturan
(irregular). Dibedakan atas 2 kasus :
a; Komoditi yang bentuk dan ukurannya dapat dibedakan
dengan mata
telanjang
b; Komoditi yang bentuk dan ukurannya hanya dapat dibedakan dengan alat,
misalnya produk bubuk : kopi, garam, susu bubuk dll.
Bentuk dan ukuran bahan pangan mempunyai arti penting dalam proses
penanganan bahan pangan, misalnya pada proses pengepakan, pengangkutan, dan
penyimpanan. Selain itu, bentuk dan ukuran bahan pangan juga penting pada
proses pengolahan bahan pangan, misalnya pada proses pemotongan curd
(jendalan) pada pembuatan tahu merupakan penyeragaman bentuk dan ukuran
guna memberi kenampakan yang lebih baik, mempermudah pengepakan,
penyimpanan ataupun pengangkutannya. Ukuran menyatakan besaran materi atau
isi pada suatu komoditas yang dimanifestasikan dalam bentuk besaran yaitu berat,
lebar, volume, diameter, luas, tebal, dan panjang.
Pengetahuan tentang karakteristik bahan diperlukan untuk mencegah
kerusakan seminimal mungkin, untuk merancang mesin-mesin pengolahan,
menentukan bahan konstruksinya, pengoperasian serta pengendaliannya, untuk
menganalisis dan menentukan efisiensi dari suatu mesin, maupun proses
1; Bentuk acuan
Dilihat melalui pengamatan terhadap keadaan permukaan dari potongan atau
melintangnya atau mengukur parameter-parameter bahan dan kemudian
membandingkannya dengan bentuk-bentuk yang sudah ada pada bentuk acuan
(chart standar).
Deskripsi
Bundar (Round)
Oblate
Membujur (Oblong)
Kerucut (Conic)
Bujur telur (Ovate)
Berat sebelah/ miring (Lopsided)
Bujur telur terbalik (Oboveta)
Bulat panjang (Elliptica)
Kerucut terpotong (Truncate)
Tidak seimbang (Unequal)
Teratur (Reguler)
Tidak teratur (Iregular)
2; Kebulatan (Sphericity)
Kebulatan (sphericity) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
diameter bola yang mempunyai volume sama dengan objek dengan diameter bola
terkecil yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai
kebulatan suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu
bahan hasil pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut mendekati bentuk bola
(bulat).
Rumus untuk mencari kebulatan :
a b c 1 /3
sphericity=
atau
sphericity=
di
dc
V 4 a b2
3
ab 1
S 2b 2 2
sin e
c
b
e 1
1/ 2
dimana :
V
= Volume
S
= Luas permukaan
a
= sumbu memanjang elips (major axes)
b
= Sumbu membujur elips (minor axes)
e
= Eksentrisitas
dimana :
V
= volume bahan
1/ 2
r1
r2
= tinggi bahan
= eksentrisitas
V 4 a 2 b
3
S 2a 2
b2 1 e
ln
e 1 e
III; METODOLOGI
A; Alat dan Bahan
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;
Jangka sorong
Penggaris
Pensil / pulpen
Kertas HVS
Milimeter blok
Jangka
Fruits Hardness Tester
Buah
B; Prosedur Kerja
1; Menyiapkan alat dan bahan.
2; Menentukan nilai kebundaran buah.
a; Objek digambar pada milimeter blok.
b; Menentukan nilai Ap dan Ac.
= 0,79
2; Apel 2
1/ 3
Kebulatan =
(axbxc )
a
1 /3
= 0,79
3; Apel 3
1/ 3
1 /3
(axbxc )
(5,84 x 5,39 x 4,2)
=
a
5,84
b; Berdasarkan milimeter blok
1; Apel 1
di
4,6
Kebulatan =
=
= 0,92
dc
5
2; Apel 2
Kebulatan =
= 0,87
di
dc
Kebulatan =
5,3
6
= 0,88
3; Apel 3
di
4,7
=
= 0,84
dc
5,6
3; Menghitung kekerasan apel
A; Apel 1
F
3,2
Pd =
=
= 16,84
A
0,19
F
4,75
Pt =
=
= 25
A
0,19
F
4,9
Pb =
=
= 25,79
A
0,19
16,84 +25+25,79
Prata-rata =
= 22,543
3
Kebulatan =
B; Apel 2
F
A
F
Pt =
A
F
Pb =
A
Pd =
Prata-rata
C; Apel 3
2,57
= 13,53
0,19
4,9
=
= 25,79
0,19
4,85
=
= 25,53
0,19
13,53+25,79+ 25,53
=
3
F
A
F
Pt =
A
F
Pb =
A
Pd =
Prata-rata
Buah
Apel
= 21,62
5
= 26,31
0,19
4,75
=
= 25
0,19
2,2
=
= 11,58
0,19
26,31+25+ 11,58
=
= 20,96
3
Kebundaran
10,44
Kebulatan
Jangka mm blok
sorong
0,79
0,92
1
16,84
2
25
kekerasan
3
25,79
22,543
pir
jeruk
Mangga
salak
jambu
4,83
2,99
3,56
6,83
1,63
1,046
1,371
1,487
0,734
0,5
0,472
0,971
3,175
1,413
0,58
0,6
0,64
0,79
0,87
0,899
0,95
0,85
0,776
0,890
0,892
0,8
0,91
0,99
0,713
0,882
0,835
O,74
0,82
0,79
0,88
0,84
0,835
0,809
0,724
0,957
0,845
0,875
1,5
1,7
1,73
0,77
0,82
0,79
1,148
1,22
1,308
13,52
26,31
15,26
13,947
12,895
12,368
14,747
16,210
12,89
16,84
23,15
18,16
12,63
13,95
25,26
20,26
25,79
25,79
25
12,63
15,789
12,105
10,526
14,210
14,684
16,57
14,73
21,31
22,11
22,37
24,47
25,53
21,62
11,58
20,96
13,68
13,857
15
14,912
15,789
13,596
11,842
11,578
12,368
13,684
14,737
15,210
15,47
14,97
15,73
15,76
20,26
21,57
23,68
21,32
23,42
19,47
23,16
20,53
Xrata-rata = 23,77
B; Pembahasan
Sifat fisik dari produk fisik dari pertanian sangat diperhatikan dalam
penanganan pascapanen, terutama dalam kegiatan sortasi maupun grading
(pemutuan). Sifat fisik dari produk pertanian terdiri dari berat, volume, bentuk,
warna, tekstur, berat jenis dan kadar air. Dimana sifat fisik tersebut berat dan
volume biasanya dipakai untuk pemutuan buah berdasarkan kuantitas. Dalam
kegiatan pascapanen lainnya seperti pengemasan dan pengangkutan, sifat
fisik sangat
diperhatikan.
Sifat
fisik bahan
sangat
berhubungan
dengan
pengelolaan bahan pangan secara mekanis. Sifat fisik bahan dapat langsung
diamati tanpa adanya reaksi kimia, sedangkan sifat fisik kimia hanya dapat
diamati dengan terjadinya perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau
pembentukan gas.
Sifat fisik suatu bahan dapat langsung diamati tanpa adanya reaksi kimia,
sedangkan sifat-sifat kimia hanya dapat diamati dengan terjadinya perubahan
warna, suhu, pembentukan endapan, atau pembentukan gas. Sifat fisik kimia
protein dari lemak selama pengolahan, perubahan protein selama pengolahan sifat
fisik sangat berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran
transportasi energi.
Bentuk dan ukuran merupakan dua karakter fisik yang tidak dapat
dipisahkan. Bentuk dan ukuran diperlukan untuk pemberian karakter fisik suatu
bahan. Ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk mennjelaskan
bentuk dan ukuran hasil pertanian yaitu bentuk acuan atau gambar standar
(charted standart), kebundaran (roundness), kebulatan (sphericity), kesesuaian
atau kemiripan terhadap bentuk geometri, dan dimensi sumbu bahan atau luas
proyeksi rata-rata. Bentuk acuan dilakukan melalui pengamatan terhadap
potongan penampang yang dibandingkan dengan gambar standar. Contoh bentuk
adalah round, oblong, oblate, cone, ovate, dan obovate. Round (bundar)
mempunyai bentuk menyerupai bulatan, oblong (membujur) merupakan bentuk
dimana diameter vertikal lebih besar daripada horisontal, oblate mempunyai
bentuk datar pada bagian batang dan pucuk, cone (kerucut) berbentuk meruncing
ke arah bagian pucuk, ovate (bujur telur) berbentuk seperti telur dan melebar pada
bagian pangkal, dan obovate (bujur telur terbalik) berbentuk telur terbalik.
Pada umumnya bentuk dan ukuran ini digunakan untuk menggambarkan
obyek secara fisual. Dalam penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran
dan bentuk merupakan faktor mutu yang pertama kali di lihat. Beberapa kriteria
yang termasuk ukuran adalah bobot, volume, panjang, lebar, diameter, kerapatan,
dan luas bidang. Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca
sejak yang halus sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran
yang di kehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat di catat sebagai
bobot total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu.
Pengukuran volume ada dua pengertian yaitu volume nyata (volume bahan
tesebut dalam suatu wadah tertentu) dan volume mutlak (suatu bahan adalah
volume bahan itu sendiri). Panjang, lebar dan diameter suatu bahan dapat di ukur
dengan menggunakan berbagai alat pengukur seperti penggaris, micrometer, dan
vernier caliper. Kerapatan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; kerapatan nisbi
(perbandingan antara kerapatan suatu bahan pada suatu suhu tertentu dengan
kerapatan standar), nyata (perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu
tertentu dengan massa air pada suhu yang sama) dan kerapatan mutlak
(perbandingan antara bobot dengan volume bahan).
Sebagian besar semua hasil pertanian memiliki ukuran yang tidak beraturan.
Pengukuran luas bidang dari bahan yang tak beraturan di lakukan dengan dua cara
yaitu : penimbangan dan dengan simpons rule. Sedangkan yang termasuk ke
dalam bentuk adalah oval, simetri, dan melengkung.
Proses pengolahan suatu bahan hasil pertanian, bentuk dan ukuran suatu
komoditi merupakan parameter yang penting di dalam penilaian. Bentuk dan
ukuran merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan pada suatu obyek. Pada
umumnya bentuk dan ukuran ini digunakan untuk menggambarkan obyek secara
visual. Dalam penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran dan bentuk
merupakan faktor mutu yang pertama kali di lihat. Beberapa kriteria yang
termasuk ukuran adalah :
1; Bobot
Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca sejak
yang halus sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran
yang di kehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat di catat sebagai
bobot total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu.
2; Volume
Pengukuran volume ada dua pengertian yaitu: volume nyata (volume
bahan tesebut dalam suatu wadah tertentu) dan volume mutlak (suatu bahan
adalah volume bahan itu sendiri).
3; Panjang, lebar, diameter
Panjang, lebar dan diameter suatu bahan dapat di ukur dengan
menggunakan berbagai alat pengukur seperti penggaris, micrometer, dan
vernier caliper.
4; Kerapatan
Kerapatan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; kerapatan nisbi
(perbandingan antara kerapatan suatu bahan pada suatu suhu tertentu dengan
kerapatan standar), nyata (perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu
tertentu dengan massa air pada suhu yang sama) dan kerapatan mutlak
(perbandingan antara bobot dengan volume bahan).
5; Luas bidang
Sebagian besar semua hasil pertanian memiliki ukuran yang tidak
beraturan. Pengukuran luas bidang dari bahan yang tak beraturan di lakukan
dengan dua cara yaitu : penimbangan dan simpons rule. Sedangkan yang
nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut
mendekati bentuk bola (bulat).
3; Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu
benda padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai
kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan
tersebut mendekati bundar.
4; Kekerasan (firmness)
Kekerasan merupakan nilai yang menunjukan seberapa kuat tekstur dan
kulit dari produk hasil pertanian menerima tekanan. Untuk mengukur
kekerasan pada bahan dapat menggunakan alat bantu Fruit Hardness Tester.
Tingkat kekerasan pada beberapa produk hasil pertanian dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, tempat penyimpanan, respirasi dan
transpirasi.
Prosedur menentukan kebundaran (roundness) kentang, tomat, telur
dengan menggunakan OHP :
1; Menempatkan bahan pada OHP sehingga bahan dapat diproyeksikan
2; Menggambar proyeksi bahan pada kertas millimeter block
3; Menentukan luas proyeksi terbesar dari bahan dalam posisi bebas (Ap) dan
luas lingkaran terkecil (Ac) yang membatasi proyeksi bahan (Ap) dengan
planimeter.
4; Menghitung kebundaran (roundness) bahan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Roundness (Rd) =
Dimana :
r1
= diameter dalam,
r2
= diameter luar.
Ap
Ac
r 12
r 22
(abc)
a
1
3
blok dan 0,79, 0,79, 0,87 untuk kebulatan dengan pengukuran menggunakan
jangka sorong. Hal ini menunjukkan bahwa buah apel berbentuk bulat atau
mendekati bulat karena kedua nilainya mendekati satu.
Dari pengukuran nilai kebulatan pada buah apel, nilai kebulatan dengan
pengukuran milimetr blok dan pengukuran jangka sorong seharusnya sama. Akan
tetapi, terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Hhal ini kemungkinan
dikarenakan karena kesalahan pengukuran atau pembacaan pada milimetr blok
atau pada jangka sorong.
Kekerasan (firmness) merupakan daya tahan produk hasil pertanian terhadap
tekanan dari luar. Dari hasil pengukuran dengan penetrometer, dapat diketahui
bahwa nilai kekerasan buah apel adalah 22,543, 21,62, 20,96. Nilai ini
menunjukkan bahwa buah pir mempunyai tingkat kekerasan bahan yang besar
karena nilainya besar.
Perbandingan antara nilai kebundaran pada 3 buah apel menunjukan
perbedaan nilai yang cukup signifikan yang perbedaan nilainya cukup besar. Hal
ini dapat dikarenakan oleh keadaan buah yang tidak sepenuhnya bulat dan pada
saan pengukuran dengan jangka soorong maupun milimeter blok untuk setiap
praktikannya akan berbeda menurut pengkurannya masing-masing.
Pada saat praktikum terdapat beberapa kendala yang terjadi bisa
dikarenakan kesalahan prosedur yang dilakukan oleh praktikan. Beberapa hal
yang dapat terjadi seperti :
1;
2;
3;
4;
5;
jangka
sorong.
Butuh
kesabaran
dan
ketelitian
terutama
0,206; 0,285; 0,429 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan jangga sorong tiap
buah salak memperoleh nilai sebesar 0,827; 0,815; 0,927 sedangkan nilai
kebulatan menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar 0,493; 0,544;
0,661 dan hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester tiap buah,
yaitu buah salak 1 : 12,105; 24,736; 23,684 rata-rata 20,175; salak 2 : 18,42;
23,15; 22,63 rata-rata 21,11; salak 3 : 18,42;25,78; 22,63 rata-rata 22,27. Hasil
yang diperoleh pada buah apel kelompok 2 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah
jambu sebesar 0,7867; 0,8419; 0,7451 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan
jangga sorong tiap buah jambu memperoleh nilai sebesar 2,9978; 3,0063; 2,9104
sedangkan nilai kebulatan menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar
0,7794; 0,8382; 0,8 dan hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester
tiap buah, yaitu buah apel 1 : 25,26; 24,73; 26,31 rata-rata 25,43; apel 2 : 26,31;
25,26; 26,31 rata-rata 25,96; apel 3 : 25,78; 20,52; 26,31 rata-rata 24,21. Hasil
yang diperoleh pada buah apel kelompok 1 yaitu pada nilai kebundaran tiap buah
apel sebesar 0,79; 0,95; 0,93 selanjutnya nilai kebulatan menggunakan jangga
sorong tiap buah apel memperoleh nilai sebesar 0,806; 0,805; 0,833 sedangkan
nilai kebulatan menggunakan milimeter blok memperoleh nilai sebesar 0,87; 0,82;
0,86 dan hasil kekerasan menggunakan alat Fruits Hardness Tester tiap buah,
yaitu buah apel 1 : 23,68; 25; 26,32 rata-rata 25; apel 2 : 25; 26,32; 25,84 rata-rata
25,72; apel 3 : 25,79; 25,79; 26,32 rata-rata 25,97.
Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu dilakukan pengukuran pada 6
buah yaitu : apel, pir, jeruk, mangga, salak, jambu. Besarnya nilai kebundaran apel
pada pengukuran menggunakan rumus yaitu 10,44, 4,83, 2,99 untuk pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
Mikolehi. 2012. Tingkat Kematangan Buah. http://mikolehi.wordpress.com/dkuliah/. Diakses tanggal 23 November 2014.
Pantastico, 1989. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press:
Jogjakarta.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Soelarso. R bambang. 1996. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta.