Anda di halaman 1dari 17

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan memiliki pertanian terbesar di dunia. Bahan hasil
pertanian sering mengalami kerusakan baik di lahan maupun dalam proses
penanganan pasca panen. Ini dikarenakan produk pertanian mempunyai ciri mudah
rusak. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya faktor fisiologis, mekanis, termis, biologis dan kimia. Salah satu upaya
untuk mencegah kerusakan bahan hasil pertanian adalah dengan mengetahui
karakteristik dari masing-masing bahan hasil pertanian. Bergamnya bentuk bahan
hasil pertanian sehingga diperlukannya bentuk acuan untuk mengenal dari suatu
bahan. Maka diperlukannya suatu standart metode pengukuran untuk menganalisa
bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yang sangat beragam yang berguna
untuk mengklasifikasikan dari bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian. Bentuk
dan ukuran berperan dalam peningkatan mutu dan mengenal kualitas dari bahan yang
diperoleh dari proses pasca panen. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk
menentukan bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu kebundaran,
kebulatan, dimensi sumbu bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap
geometri tertentu. Karakteristik fisik suatu bahan hasil pertanian ini akan
mempengaruhi bentuk dan ukuran berat atau volume.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini digunakan untuk menentukan
kebundaran (roundness). Agar pengetahuan karakteristik fisik dari bahan hasil
pertanian dapat diketahui dengan baik.
1.2 Tujuan
tujuan diadakannya praktikum yaitu :
1. Untuk mengetahui metode pengukuran kebundaran (roundness) pada bahan
hasil pertanian
2. Untuk mengetahui tingkat kebundaran (roundness) pada bahan hasil pertanian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda padat.
Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu bahan
hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar.
(Mohsenin, 1980).
2.2 Metode Pengukuran Roundness
Ada beberapa metode untuk mengestimasi kebundaran suatu benda diantaranya
adalah :
Ap r 1 2
=
Ac r 22

Roundness (Rd) =
Dimana :

Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dalam posisi bebas


Ac = luas permukaan pronyeksi terkecil yang membatasinya
R1 = jari-jari dalam
R2 = jari-jari luar
Roundness (Rd) =

r
NR

Dimana :
r = jari-jari kelengkungam
N = Jumlah sudut yang ada
R = Jari-jari lingkaran dalam maksimum
Roundness (Rd) =

r
R

Dimana :
r = jari jari kelengkungan tertajam

R = jari-jari rata-rata dari objek


Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditujukan untuk memeriksa
kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain ntuk mengetahui apakah suatu benda
benar benar bulat atau tidak, ika dilihat secara teliti dengan menggunakan alat ukur.
Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe pengukuran yang tidak
berfungsi menurtu garis. Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang
berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan. Ketidak bulatan akan
memengaruhi hasil pengukuran diameter sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu
akan menunjukkan kebulatannya (Sulaiman, 2013).
Untuk objek-objek yang berukuran kecil seperti biji-bijan, garis besar proyeksi
dari setiap objek dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat pembesar photo
(photographics enlarger), namun cara sederhana juga dapat pula dilakukan dengan
metode proyeksi dengan menggunakan OHP (Over Head Projector).
Adapun cara penggunaan pengukuran dimensi sumbu menggunakan OHP
adalah sebagai berikut :
1. Bahan diletakan di atas OHP untuk diproyeksikan.
2. Kertas milimeter blok dipasangkan pada layar, sehingga proyeksi bahan
berada di atas kertas milimeter blok tersebut.
3. Buatlah pola pada kertas milimeter blok sesuai dengan batas garis tepi dari
bahan.
4. Setelah dilakukan penjiplakan pola (tracing) maka sumbu a, b, dan c dari
bahan dapat diukur. Sumbu a adalah sumbu terpanjang (sumbu mayor), sumbu
b adalah sumbu pertengahan (sumbu intermediate) dan sumbu c adalah sumbu
terpendek (sumbu minor).
OHP merupakan jenis perangkat keras yang sangat sederhana, terdiri atas sebuah
kotak dengan bagian atasnya sebagai landasan yang luas untuk meletakkan
transparansi.Cahaya yang amat terang dari lampu proyektor amat kuat menyorot dari

dalam kotak kemudian dibiaskan oleh sebuah lensa khusus, yaitu lensa
fresnel,melewati sebuah transparan ukuran 20 x 25 cm yang ditempatkan di atas
landasan tersebut. Sebuah sistem pemantul cahaya dari cermin dan lensa, yang di
tempatkan di atas kotak landasan, menghasilkan berkas cahaya berbelok 90o. Dengan
lampunya yang amat terang dan sistem optiknya yang efisien, menghasilkan banyak
sekali cahaya sehingga memungkinkan untuk dipergunakan di ruangan biasa tanpa
penggelapan

2.3 Hal-Hal yang Mempengaruhi Roundness


1.

Bobot
Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca sejak yang halus
sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran yang di
kehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat di catat sebagai bobot
total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu.

2.

Volume
Pengukuran volume ada dua pengertian yaitu: volume nyata (volume bahan
tesebut dalam suatu wadah tertentu) dan volume mutlak (suatu bahan adalah
volume bahan itu sendiri).

3.

Panjang, lebar, diameter


Panjang, lebar dan diameter suatu bahan dapat di ukur dengan menggunakan
berbagai alat pengukur seperti penggaris, micrometer, dan vernier caliper.

4.

Kerapatan
Kerapatan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; kerapatan nisbi
(perbandingan antara kerapatan suatu bahan pada suatu suhu tertentu dengan
kerapatan standar), nyata (perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu
tertentu dengan massa air pada suhu yang sama) dan kerapatan mutlak
(perbandingan antara bobot dengan volume bahan).

5.

Luas bidang
Sebagian besar semua hasil pertanian memiliki ukuran yang tidak beraturan.
Pengukuran luas bidang dari bahan yang tak beraturan di lakukan dengan dua
cara yaitu : penimbangan dan simpon,s rule. Sedangkan yang termasuk ke
dalam bentuk adalah:

a) .
b) .
c) .

Oval
Simetri
Melengkung
Untuk mendefinisikan bentuk, beberapa parameter dimensional perlu diukur.

Pada keadaan dimana bentuk dan ukuran berpengaruh pada proses suatu hubungan
dapat digambarkan dengan satu persamaan berdimensi dua sebagai berikut :
I = ( b, u)
Dimana : I = indeks yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran.
Bentuk komoditas produk pangan dapat dikelompokkan sebagai bentuk umum
dan bentuk normal. Bentuk umum komoditas menyatakan bentuk yang dapat
dideskripsikan dan diukur secara fisik. Dalam pengawasan mutu produk bentuk
komoditas padat yang bersifat umum dapat dinyatakan seperti ketiga bentuk dasar
atau bentuk turunannya yaitu bulat, lonjong, silinder, kerucut, kubus, bundar dan lainlain.
a. Kemiripan terhadap benda-benda geometri
Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan hasil
pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan benda-benda
geometri tertentu, seperti bulat memanjang (prolate spheroid), bulat membujur
(oblate spheroid), dan kerucut berputar atau silinder. Adapun definisi dari masingmasing bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Bulat memanjang (prolate spheroid) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah

bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya. Salah satu contoh dari bentuk ini
adalah buah lemon (sejenis jeruk sitrun).
2.
Bulat membujur (oblate spheriod) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah
elips berputar pada sumbu pendeknya. Salah satu contohnya adalah buah anggur.

3.

Kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau

silinder (tabung). Contohnya adalah wortel.


Tabel 1. Istilah dan deskripsi objek dari bentuk acuan

Bentuk

Deskripsi

Bundar (Round)

Menyerupai bentuk bulatan (spheroid)

Oblate

Datar pada bagian pangkal dan pucuk atau


puncak

Kerucut (Conic)

Meruncing ke arah bagian puncak

Bujur telur (Ovate)

Bentuk seperti telur dan melebar pada bagian


pangkal

Berat sebelah atau miring (Lopsided)

Poros yang menghubungkan pangkal dan


puncak tidak tegak lurus melainkan miring

Bujur telur terbalik (Obovate)

Seperti telur terbalik

Bulat panjang (Elliptical)

Menyerupai bentuk elips (bulat panjang)

Kerucut terpotong (Truncate)

Kedua ujungnya mendatar atau persegi

Tidak seimbang (Unequal)

Separuh bagian lebih besar daripada yang lain

Ribbed

Pada potongan melintangnya sisi-sisinya


menyerupai sudut-sudut

Teratur (Regular)

Bagian horizontalnya menyerupai lingkaran

Tidak teratur (Irregular)

Potongan horizontalnya sama sekali tidak


menyerupai lingkaran

Sumber : (Mohsenin, 1980).

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Senter
2. Penggaris
3. Jangka
3.1.2 Bahan
1. Milimeter Blok
2. Buah apel
3. Buah Peer
4. Buah apel manalagi
5. Buah Jeruk
6. Buah Jambu biji
7. Buah Apel Fuji
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Kebundaran (Roundness)
Gambar proyeksi bahan pada
milimeter block
Tentukan luas proyeksi bahan terbebas
dalam posisi bebas (Ap) dan luas
lingkaran terkecil (Ac) dengan jangka
Ap r 1 2
Hitung Rd= Ac = r 22

BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bahan
Alpukat
Peer
Apel Manalagi
Jeruk Manis
Jambu Biji
Apel Fuji
Jeruk Nipis
Apel Manalagi
Peer
Peer
Alpukat
Apel Fuji

Jari-jari Proyeksi (cm)


r1 (dalam)
r2 (luar)
4.1
6.2
4.0
5.1
3.5
4.0
3.2
3.5
3.7
4.2
4.5
4.9
2.8
3.1
3.6
4.1
4.0
4.3
4.2
4.6
4.4
7.4
4.2
4.8

4.2 Hasil Perhitungan


Kelompok
1

Bahan
Alpukat

Roundness
= 0.44

Peer

0.62

0.77

Apel
Manalagi
Jeruk Manis

0.84

Jambu Biji

0.78

Apel Fuji

0.84

Jeruk Nipis

0.82

Apel

0.77

Ap r 1 2
Hitung Rd= Ac = r 22

Manalagi
Peer

0.87

10

Peer

0.83

11

Alpukat

0.35

12

Apel Fuji

0.77

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.1.1 Kebundaran (Roundness)
Tahap awal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan sampel yaitu alpukat, pear,
apel manalagi, jeruk manis, jambu biji, apel fuji, jeruk nipis, apel manalagi, pear,
pear, alpukat dan apel fuji. Kemudian, gambar proyeksi bahan pada kertas milimeter
block. Proyeksi yang dilakukan dengan peletekan lampu senter dengan arah tegak
lurus dengan bahan. Lalu tentukan luas proyeksi bahan terbebas dalam posisi bebas
(Ap) dan luas lingkaran terkecil (Ac) menggunakan jangka. Lalu, hitung kebundaran
2

bahan dengan rumus


5.2 Analisa Data

Rd=

Ap r 1
=
Ac r 22

Kebundaran
0.77

0.84

0.78

0.84

0.82

0.77

0.87

0.83

0.77

0.62
0.44

0.35

Gambar 1. Grafik nilai kebundaran buah


Kebundaran adalah suatu ketajaman ukuran sudut-sudut dari suatu benda padat.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahan yang
digunakan adalah alpukat, pear, apel manalagi, jeruk manis, jambu biji, apel fuji,
jeruk nipis, apel manalagi, pear, pear, alpukat dan apel fuji berturut-turut yaitu 0.44,
0.62, 0.77, 0.84, 0.78, 0.84, 0.82, 0.77, 0.87, 0.83, 0.35, 0.77. Berdasarkan grafik 1
bahwa yang memiliki tingkat kebundaran tertinggi adalah buah pear dengan tingkat
kebundaran 0.87 sedangkan nilai kebundaran terendah dimiliki pada buah alpukat
yaitu dengan nilai kebundaran 0.35. Hasil menunjukkan bahwa apabila nilai
roundness buah mendekati 1 maka nilai kebundaran dari buah yaitu semakin bundar.
Tetapi pada nilai kebundaran mendekati 0 maka kebundaran dari buah akan semakin
rendah.

Nilai roundness pada buah dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari

karakteristik dari buah. Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang
sangat penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku
produk dan cara penanganannya. Bentuk, ukuran, volume, masa, luas permukaan,
porositas, warna, densitas sangat penting dalam perancangan alsin atau analisis
prilaku produk dalam proses penanganannya (Suharto, 1991).

BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebundaran adalah suatu ketajaman ukuran sudut-sudut dari suatu benda padat.
Nilai kebundaran suatu benda berkisar dari 0-1. Nilai roundness dari buah
alpukat, pear, apel manalagi, jeruk manis, jambu biji, apel fuji, jeruk nipis, apel
manalagi, pear, pear, alpukat dan apel fuji berturut-turut yaitu 0.44, 0.62, 0.77,
0.84, 0.78, 0.84, 0.82, 0.77, 0.87, 0.83, 0.35, 0.77. dan nilai roundness tertinggi
dimiliki oleh pear.
6.2 Saran
Penggunaan metode penggambaran proyeksi dilakukan lebih hati-hati karena
nantinya akan berpengaruh terhadap pengukuran tingkat kebundaran dari bahan hasil
pertanian

DAFTAR PUSTAKA
Mohsenin, N.N. 1980. Thermal Properties of Food and Agricultural Materials.
Gordon and Breach Science Publishers. New York.
Suharto. 1991. Dinamika dan Mekanika untuk Perguruan Tinggi. Penerbit PT Rineka
Cipta. Jakarta.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bahan
Alpukat
Peer
Apel Manalagi
Jeruk Manis
Jambu Biji
Apel Fuji
Jeruk Nipis
Apel Manalagi
Peer
Peer
Alpukat
Apel Fuji

Jari-jari Proyeksi (cm)


r1 (dalam)
r2 (luar)
4.1
6.2
4.0
5.1
3.5
4.0
3.2
3.5
3.7
4.2
4.5
4.9
2.8
3.1
3.6
4.1
4.0
4.3
4.2
4.6
4.4
7.4
4.2
4.8

Hasil Perhitungan
Roundness
Kelompok

Bahan
Rd =

Alpukat

4.12 16.81
=
6.22 38.44
=

Peer

Apel
Manalagi

0.44

4.0
16
=
2
5.1 26.01
=

Ap r 1 2
=
Ac r 22

0.62

3.52 12.25
=
16
4.02

=
4

Jeruk Manis

3.2 10.24
=
3.5 2 12.25
=

Jambu Biji

Apel Fuji

Jeruk Nipis

Apel
Manalagi

Peer

Peer

Alpukat

Apel Fuji

0.83

4.4 19.36
=
2
7.4 54.76
=

12

0.87

4.22 17.64
=
4.62 21.16
=

11

0.77

4.0
16
=
2
4.3 18.49
=

10

0.82

3.6 2 12.96
=
4.12 16.81
=

0.84

2.8 2 7.84
=
3.12 9.61
=

0.78

4.5 20.25
=
2
4.9 24.01
=

0.84

3.7 2 13.69
=
4.22 17.64
=

0.77

0.35

4.22 17.64
=
4.82 23.04
=

0.77

Anda mungkin juga menyukai