Anda di halaman 1dari 3

Reformasi Birokrasi Setengah Hati !

Juni 24, 2010 oleh fransdionesa


Dua belas tahun perjalanan reformasi dan enam tahun perjalanan pemerintahan SBY reformasi
birokrasi masih saja jalan di tempat (untuk tidak mengatakan gagal!). Hasil survei Political and
Economic Risk Consultancy (PERC) yang terakhir menempatkan birokrasi Indonesia terburuk
ke-2 di Asia, hasil ini menempatkan birokrasi Indonesia lebih buruk dari birokrasi Filipina,
Thailand bahkan Vietnam. Mengapa hal ini bisa terjadi? Disamping karena Pemerintah tidak
mempunyai grand strategy yang jelas, tepat dan terukur juga disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Pemerintah tidak merestrukturisasi organisasi pemerintahan, bahkan sebaliknya malah
menggemukkan birokrasi, contoh : jumlah komisi-komisi negara bertambah banyak,
penambahan unit kerja baru yang disebut Wakil Menteri, pemekaran wilayah, dll.
2. Remunerasi yang diterapkan oleh Pemerintah sebagai elemen reformasi birokrasi bersifat
tidak adil dan parsial karena hanya menguntungkan aparat dan pejabat pada lembagalembaga tertentu saja.
3. Sistem karier di birokrasi jauh dari kaidah-kaidah manajemen yang normal, penempatan
seseorang dalam jabatan karier tidak berdasarkan merit system. Di tingkat pusat
penempatan seseorang dalam jabatan karir lebih banyak bergantung pada kepentingan
dan pertimbangan politis, sementara di daerah bergantung pada kedekatan dan hubungan
kekeluargaan.
4. Birokrasi telah menjadikan ketaatan pada prosedur dan hukum sebagai tujuan bukan
alat atau cara. Ditengah gerakan pemberantasan korupsi (yang juga setengah hati)
sebenarnya hal ini dapat dimaklumi, tapi dampaknya kepentingan rakyatlah yang menjadi
korban!
5. Efektifitas dan efisiensi pelayanan publik tidak akan terjadi, karena apabila dibuat efisien
dan efektif aparat pada tingkat bawah akan kehilangan rezeki. Ingat idiom kalau bisa
dipersulit kenapa dipermudah yang mudah harganya murah dan yang sulit harganya
mahal. Untuk mengatasi hal ini perlu ditata kembali mekanisme reward yang adil dan
legal.
6. Program dan kegiatan reformasi birokrasi yang dijalankan oleh birokrasi saat ini kental
dengan nuansa membangun citra saja tidak benar-benar ingin mereformasi birokrasi
dengan kata lain tidak ada political will yang sungguh-sungguh dari birokrasi dan kaum
politisi.
7. Pemerintah Pusat mengatakan bahwa ujung tombak pelayanan publik ada di pemerintah
daerah karena sebagian kewenangan sudah didelegasikan ke daerah. Itu benar, tapi
sayang ujung tombak itu tumpul karena sebagian besar transfer dana dari pusat untuk
belanja pegawai dan operasional pemerintahan di daerah dan ingat yang didelegasikan
baru kewenangannya! Bagaimana dengan keuangan, faktanya 70% dana APBN masih
berada di pusat.

Barangkali kalau mau daftar tersebut di atas bisa diperpanjang. Namun pesan utama yang ingin
saya sampaikan bahwa perlu ada grand strategy yang komprehensif, tepat dan terukur apabila
ingin mereformasi birokrasi plus dukungan dan political will dari petinggi negeri ini. Jangan
setengah hati. Tidak ada pekerjaan besar yang bisa berhasi jika dilakukan setengah hati !
MENTERI Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Azwar
Abubakar mengungkapkan bahwa pelaksanaan percepatan reformasi birokrasi masih
berlangsung setengah hati atau belum sepenuhnya.
Saya katakan terus terang bahwa masalah utama dalam percepatan reformasi birokrasi adalah
pelaksanaan yang setengah hati, kata Azwar dalam Diskusi Umum antara Kemenpan-RB,
Organisasi Sipil dan Media di Jakarta, Rabu 2 Mei 2012.
Menurut dia, pelaksanaan yang setengah hati itu telah menimbulkan percepatan reformasi
birokrasi berjalan lambat. Selain itu, dua masalah lain yakni korupsi dan tingkat penyediaan
infrastruktur yang rendah juga membuat program itu tersendat.
Oleh karena itu, Azwar Abubakar mengatakan KEemenpan-RB berkomitmen untuk medorong
semua lembaga pemerintah untuk bekerja keras untuk mewujudkan reformasi birokrasi yang
ditargetkan tercapai pada 2014.
Menpan dan RB juga mengatakan korupsi yang sudah mengakar dalam sistem birokrasi di
Indonesia membuat sebuah gerakan reformasi dianggap sebagai ancaman yang akan merusak
zona nyaman pihak yang korup. Karena itu, kami melakukan evaluasi dan restrukturasi
lembaga pemerintahdi pusat dan daerah untuk menciptakan birokrasi yang bersih, kompeten dan
melayani, katanya.
Berdasarkan data Kemenpan-RB, saat ini struktur dalam suatu lembaga negara yang terdiri atas
11 direktur jenderal (dirjen) telah berhasil direstrukturisasi menjadi tujuh dirjen.
Terkait masalah tingkat penyediaan infrastruktur yang masih rendah, Menpan-RB mengatakan
hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah dana yang dimiliki oleh masing-masing lembaga
dan pemerintah daerah. Masih ada dana perkembangan investasi daerah yang tidak jelas
penggunaannya, kata Azwar.
Menurut dia, hal tersebut terjadi karena pemerintah daerah tidak memiliki prioritas dalam
menggunakan dana sesuai anggaran. Inilah yang menyebabkan tigkat penyediaan infrastruktur
rendah, sudah tidak ada prioritas, bocor lagi! katanya.
Oleh karena itu, Azwar mengatakan Kemenpan-RB berkomitmen untuk mengevaluasi dan
menata jabatan struktural lembaga pemerintah untuk menjalankan birokrasi secara efektif dan
efisien.(ant/hms).
http://aparaturnegara.bappenas.go.id/new/berita-154-menpanrb-setengah-hati-percepatanreformasi-birokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai