Galaksi Mata Hitam (Black eye galaxy, M64/NGC 4826), galaksi spiral pada rasi bintang
Coma Berenices, berjarak 24 juta tahun cahaya.
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang
(dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan
debu medium antarbintang, dan materi gelapkomponen yang penting namun belum begitu
dimengerti.[1][2] Kata galaksi berasal dari bahasa Yunani galaxias (), yang berarti
"seperti susu," yang merujuk pada galaksi Bima Sakti (bahasa Inggris: Milky Way [jalan
susu]). Galaksi yang ada berkisar dari galaksi katai dengan hanya sepuluh juta (107) bintang[3]
hingga galaksi raksasa dengan seratus triliun (1014) bintang,[4] yang semuanya mengorbit pada
pusat massa galaksi masing-masing. Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi Bima
Sakti; tata surya termasuk bumi dan semua benda yang mengorbit Matahari.
Tiap galaksi memiliki jumlah sistem bintang dan gugus bintang yang beragam, demikian juga
jenis awan antarbintangnya. Di antara galaksi-galaksi ini tersebar medium antarbintang
berupa gas, debu, dan sinar kosmis. Lubang hitam supermasif terdapat di pusat sebagian
besar galaksi. Diperkirakan lubang hitam supermasif inilah penyebab utama inti galaksi aktif
yang ditemukan pada sebagian galaksi. Galaksi Bima Sakti diketahui memiliki setidaknya
satu lubang hitam supermasif.[5]
Secara historis galaksi dikelompokkan berdasarkan bentuk terlihatnya atau biasa disebut
morfologi visualnya. Bentuk yang umum adalah galaksi eliptis,[6] yang memiliki profil cahaya
berbentuk elips. Galaksi spiral adalah galaksi berbentuk cakram dengan lengan galaksi yang
melengkunng dan berisi debu. Galaksi dengan bentuk yang tak beraturan atau tidak biasa
disebut galaksi tak beraturan dan biasanya disebabkan karena gangguan oleh tarikan gravitasi
galaksi tetangga. Interaksi yang demikian antara galaksi-galaksi yang berdekatan dapat
menyebabkan penggabungan, yang terkadang meningkatkan jumlah pembentukan bintang
hingga menghasilkan galaksi starburst.[7]
Kemungkinan terdapat lebih dari 170 miliar (1,7 1011) galaksi dalam alam semesta teramati.
[8]
Sebagian besar berdiameter 1000 hingga 100.000 parsec[9] dan biasanya dipisahkan oleh
jarak beberapa juta parsec (atau megaparsec).[10] Ruang antargalaksi diisi oleh gas tipis
dengan kerapatan massa kurang dari satu atom per meter kubik. Sebagian besar galaksi
diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki himpunan yang disebut kelompok dan gugus, yang
pada gilirannya membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut gugus raksasa. Dalam
skala terbesar himpunan-himpunan ini umumnya tersusun dalam lapisan dan untaian yang
dikelilingi oleh kehampaan yang sangat luas.[11]
Meskipun belum dipahami secara menyeluruh, materi gelap kemungkinan menyusun sekitar
90% dari massa sebagian besar galaksi.[rujukan?] Data pengamatan menunjukkan lubang hitam
supermasif kemungkinan ada di pusat dari banyak (kalau tidak semua) galaksi.
Daftar isi
1 Etimologi
2 Sejarah pengamatan
o
3.1 Eliptis
3.2 Spiral
3.4 Katai
4.1 Interaksi
4.2 Starburst
5.1 Pembentukan
5.2 Evolusi
9 Galeri foto
10 Lihat juga
11 Catatan
12 Rujukan
13 Daftar pustaka
14 Pranala luar
Etimologi
Kata galaksi berasal dari istilah bahasa Yunani untuk menyebut galaksi kita, galaxias
() atau kyklos galaktikos ( ). Masing-masing berarti "sesuatu yang
menyerupai susu" dan "lingkaran susu",[12] sesuai dengan penampakannya di angkasa berupa
pita putih samar. Dalam mitologi Yunani, Zeus menempatkan anak laki-lakinya yang
dilahirkan oleh manusia biasa, bayi Heracles, pada payudara Hera ketika Hera sedang tidur
sehingga bayi tersebut meminum susunya dan karena itu menjadi manusia abadi. Hera
terbangun ketika sedang menyusui dan kemudian menyadari ia sedang menyusui bayi yang
tak dikenalnya: ia mendorong bayi tersebut dan air susunya menyembur mewarnai langit
malam, menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Milky Way
(jalan susu).[13][14]
Ketika William Herschel menyusun katalog nebulanya pada tahun 1786, dia menggunakan
istilah "nebula spiral" untuk objek-objek tertentu seperti objek M31. Di kemudian waktu akan
disadari bahwa objek tersebut sebenarnya merupakan kumpulan dari banyak bintang, dan
dipakailah istilah "island universe" ("alam semesta pulau") untuk merujuk pada objek yang
demikian. Namun, kemudian disadari bahwa kata "universe" (alam semesta) berarti
keseluruhan jagad raya, sehingga istilah ini tidak dipakai lagi dan objek yang demikian
kemudian dikenal sebagai galaksi.[15]
Sejarah pengamatan
Pengetahuan bahwa kita hidup di dalam sebuah galaksi dan bahwa terdapat banyak galaksi
lainnya, diperoleh seiring dengan penemuan-penemuan kita tentang Bima Sakti dan nebulanebula lainnya di langit malam.
Bima Sakti
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bima Sakti
Bentuk Bima Sakti yang disimpulkan dari hitungan bintang oleh William Herscel pada tahun
1785; tata surya dianggap berada di dekat pusat galaksi.
Usaha pertama untuk menggambarkan bentuk Bima Sakti dan letak matahari di dalamnya
dilakukan oleh William Herschel pada tahun 1785 dengan cara menghitung secara hati-hati
jumlah bintang yang ada di berbagai wilayah langit yang beda. Dia menghasilkan sebuah
diagram bentuk Bima Sakti dengan tata surya terletak dekat dengan pusatnya.[27]
Menggunakan pendekatan yang lebih baik, Jacobus Kapteyn pada tahun 1920 sampai pada
kesimpulan berupa sebuah gambar galaksi elipsoid kecil (dengan garis tengah kira-kira
15 kiloparsec) dengan matahari terletak dekat dengan pusat galaksi. Metode yang berbeda
oleh Harlow Shapley berdasarkan pengatalogan gugus bola menghasilkan gambar yang
sangat jauh berbeda: sebuah piringan pipih dengan garis tengah kira-kira 70 kiloparsec dan
matahari terletak jauh dari pusat galaksi.[26] Kedua analisis tersebut gagal memperhitungkan
penyerapan cahaya oleh debu antarbintang yang ada di bidang galaksi, namun setelah Robert
Julius Trumpler menghitung efek ini pada tahun 1930 dengan mempelajari gugus terbuka,
gambaran terkini galaksi tuan rumah kita, Bima Sakti, terlahir.[28]
Sketsa Messier 51 oleh Lord Rosse pada tahun 1845, yang kemudian dikenal sebagai Galaksi
Pusaran
Pada abad ke-10, astronom Persia As-Sufi membuat pengamatan yang tercatat paling awal
terhadap galaksi Andromeda, menggambarkannya sebagai "awan kecil".[29] As-Sufi yang
menerbitkan temuannya dalam Kitab Bintang-Bintang Tetap pada tahun 964, juga mengenali
Awan Magellan Besar yang dapat dilihat dari Yaman, walau bukan dari Isfahan; dan galaksi
ini tidak akan dilihat oleh orang Eropa hingga perjalanan Magellan pada abad ke-16.[30][31]
Galaksi Andromeda ditemukan kembali secara terpisah oleh Simon Marius pada tahun 1612.
[29]
Hanya kedua galaksi inilah galaksi di luar Bima Sakti yang mudah dilihat dengan mata
telanjang, menjadikan keduanya sebagai galaksi-galaksi pertama yang diamati dari bumi.
Pada tahun 1750 Thomas Wright dalam bukunya An original theory or new hypothesis of the
Universe (Teori asli atau hipotesis baru tentang Alam Semesta), berspekulasi (namun benar)
bahwa Bima Sakti adalah sebuah badan berputar dari bintang-bintang, dan bahwa beberapa
nebula yang tampak di malam hari bisa jadi merupakan Bima Sakti yang lain.[26][32]
Menuju akhir abad ke-18, Charles Messier menghimpun sebuah katalog yang berisi 109
nebula (objek angkasa dengan tampilan berkabut) yang paling terang, yang kemudian diikuti
dengan sebuah katalog yang lebih besar yang berisi 5.000 nebula disusun oleh William
Herschel.[26] Pada tahun 1845, Lord Rosse membangun sebuah teleskop baru yang mampu
membedakan nebula elips dan spiral. Dia juga berhasil membedakan titik-titik sumber cahaya
tunggal di beberapa nebula ini.[33]
Pada tahun 1912 Vesto Slipher membuat penelitian dengan spektrografi terhadap nebulanebula spiral paling terang untuk menentukan apakah mereka terbuat dari bahan-bahan kimia
yang diharapkan ada dalam sebuah sistem planet. Namun Slipher menemukan bahwa nebula
spiral memiliki geseran merah yang tinggi, menunjukkan bahwa mereka sedang bergerak
menjauh dengan kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan lepas Bima Sakti. Karena itu
disimpulkan bahwa galaksi-galaksi tersebut tidak terikat secara gravitasi pada Bima Sakti dan
kecil kemungkinannya merupakan bagian dari Bima Sakti.[34][35]
Pada tahun 1917, Heber Curtis mengamati bahwa terdapat sebuah bintang baru, S
Andromedae, dalam "Nebula Andromeda Besar" (sebagaimana Galaksi Andromeda, Objek
Messier M31 dikenal saat itu). Dengan mencari rekaman foto, dia menemukan 11 bintang
baru lainnya. Curtis memperhatikan bahwa bintang-bintang baru ini rata-rata 10 magnitudo
lebih redup dibandingkan dengan bintang-bintang baru yang muncul di galaksi kita. Sebagai
hasilnya dia dapat menghitung perkiraan jaraknya adalah 150,000 parsec. Dia menjadi
pendukung hipotesis yang disebut "island universes" yang beranggapan bahwa nebula spiral
sebenarnya adalah galaksi tersendiri.[36]
Foto "Nebula Andromeda Besar" dari tahun 1899, yang kemudian dikenal sebagai Galaksi
Andromeda
Pada tahun 1920, apa yang disebut "Debat Besar" terjadi antara Harlow Shapley and Heber
Curtis mengenai sifat Bima Sakti, nebula spiral dan dimensi alam semesta. Untuk mendukung
klaimnya yang menyatakan Nebula Andromeda Besar merupakan sebuah galaksi luar, Curtis
menunjukkan bukti berupa munculnya jalur-jalur gelap menyerupai awan debu yang terdapat
pada Bima Sakti dan juga pergeseran Doppler yang cukup besar.[37]
Permasalahan tersebut terselesaikan dengan pasti pada tahun 1922 ketika astronom Estonia
Ernst pik memberikan penentuan jarak yang mendukung teori bahwa Nebula Andromeda
adalah benar merupakan sebuah objek luar galaksi yang jauh.[38] Dengan menggunakan
teleskop 100 inci baru milik Observatorium Gunung Wilson, Edwin Hubble berhasil
menentukan bahwa bagian luar sebagian nebula spiral merupakan kumpulan dari bintangbintang tunggal dan mengidentifikasi beberapa Bintang variabel Chepeid, yang
memungkinkannya memperkirakan jarak nebula-nebula tersebut: mereka terlalu sangat jauh
untuk dapat menjadi bagian dari Bima Sakti.[39] Pada tahun 1936 Hubble menciptakan sebuah
sistem klasifikasi untuk galaksi yang masih dipergunakan hingga saat ini yakni urutan
Hubble.[40]
Penelitian modern
Kurva rotasi galaksi spiral biasa: perkirakan berdasarkan materi terlihat (A) dan kecepatan
teramati (B). Sumbu vertikal mewakili kecepatan rotasi dan sumbu horizontal mewakili jarak
objek dari pusat galaksi.
teleskop Hubble. Secara khusus, survei galaksi dalam zona langka galaksi (wilayah langit
yang terhalang oleh Bima Sakti) berhasil menunjukkan sejumlah galaksi baru.[47]
Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi Hubble. E merupakan tipe galaksi eliptis, S
merupakan galaksi spiral, dan SB merupakan galaksi spiral berbatang.[note 1]
Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptis, spiral dan tak beraturan.
Gambaran yang lebih lengkap mengenai jenis galaksi berdasarkan bentuknya bisa didapatkan
dalam sistem klasifikasi Huble. Karena sistem klasifikasi Hubble hanya berdasarkan pada
pengamatan visual, klasifikasi ini mungkin melewatkan beberapa karakteristik penting dari
galaksi, seperti laju pembentukan bintang (di galaksi starburst) dan aktivitas inti galaksi (di
galaksi aktif).[7]
Eliptis
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Galaksi eliptis
Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptis berdasarkan tingkat keelipsannya, dari
E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga E7 yang sangat lonjong. Galaksi dalam kategori ini
memiliki bentuk dasar elipsoid, sehingga tampak elips dari berbagai sudut pandang. Galaksi
tipe ini tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit materi antarbintang, sehingga galaksi
demikian memiliki sedikit gugus terbuka dan laju pembentukan bintang yang lambat. Galaksi
tipe ini didominasi oleh bintang tua yang beredar mengelilingi pusat gravitasi dengan arah
yang acak. Bintang-bintang dalam galaksi ini memiliki sedikit unsur-unsur berat karena
pembentukan bintang sudah berhenti setelah lonjakan awalnya. Dalam hal tersebut, galaksi
tipe ini mirip dengan gugus bola.[48]
Galaksi-galaksi terbesar di alam semesta berbentuk galaksi eliptis raksasa. Kebanyakan
galaksi eliptis dipercayai terbentuk akibat interaksi antar galaksi yang menyebabkan tabrakan
atau penggabungan.[49] Galaksi starburst merupakan akibat dari tabrakan yang demikian dan
dapat menyebabkan pembentukan galaksi eliptis.
Spiral
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Galaksi spiral dan Galaksi spiral berbatang
Bentuk lain
Galaksi lentikular merupakan bentuk pertengahan yang memiliki sifat baik dari galaksi eliptis
maupun galaksi spiral, dan dikategorikan sebagai tipe S0 dan memiliki lengan spiral yang
samar-samar serta halo berisi bintang yang berbentuk eliptis.[61] (Galaksi lentikular berbatang
masuk dalam klasifikasi Hubble SB0).
Selain yang disebutkan dalam klasifikasi di atas, terdapat beberapa galaksi yang tidak dapat
langsung digolongkan ke dalam bentuk eliptis atau spiral. Kelompok ini digolongkan sebagai
galaksi iregular. Galaksi iregular tipe Irr-I memiliki semacam struktur, namun tidak jelas
masuk dalam salah satu klasifikasi Hubble. Galaksi iregular tipe Irr-II tidak memiliki struktur
apapun yang mirip klasifikasi Hubble, dan kemungkinan pernah terganggu oleh galaksi lain.
[62]
Contoh terdekat galaksi (katai) iregular adalah Awan Magellan.
Katai
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Galaksi katai
Meski galaksi eliptis dan spiral terlihat sangat menonjol, namun sepertinya sebagian besar
galaksi di alam semesta merupakan galaksi katai. Galaksi katai tampak relatif kecil jika
dibandingkan dengan galaksi lain, kira-kira hanya seperseratus dari ukuran Bima Sakti dan
hanya berisi beberapa miliar bintang. Bahkan beberapa galaksi katai ultra-kompak baru-baru
ini ditemukan yang hanya berukuran 100 parsec panjangnya.[63]
Beberapa galaksi katai dapat mengitari sebuah galaksi tunggal yang lebih besar; Bima Sakti
sendiri memiliki sedikitnya selusin satelit yang demikian, dengan perkiran 300500 lagi
belum ditemukan.[64] Galaksi katai dapat juga diklasifikasikan lagi menjadi eliptis, spiral, atau
tak beraturan. Karena galaksi katai eliptis kecil hanya memiliki sedikit kemiripan dengan
galaksi eliptis besar, maka mereka lebih sering disebut galaksi sferoid katai.
Sebuah penelitian terhadap 27 galaksi tetangga Bima Sakti, menemukan bahwa setiap galaksi
katai memiliki massa pusat kurang lebih 10 juta massa matahari terlepas dari apakah galaksi
tersebut memiliki seribu atau sejuta bintang. Hal ini mendorong pada kesimpulan bahwa
galaksi sebagian besarnya terdiri dari materi gelap, dan bahwa ukuran minimumnya mungkin
menunjukkan keberadaan semacam materi gelap hangat, yang tak mampu melakukan
peleburan gravitasi dalam skala kecil.[65]
Galaksi Antena sedang mengalami tabrakan yang akhirnya akan menyebabkan penggabungan
kedua galaksi.
Tabrakan terjadi jika dua galaksi saling menembus tubuh masing-masing, namun masih
memiliki momentum relatif yang cukup untuk tidak menyebabkan keduanya menyatu.
Bintang-bintang dalam kedua galaksi ini biasanya bergerak lolos tanpa bertabrakan. Namun
gas dan debu dari kedua galaksi akan berinteraksi. Hal ini dapat memicu lonjakan
pembentukan bintang-bintang baru ketika medium antarbintang terganggu dan terpampatkan.
Tabrakan dapat mengubah secara radikal bentuk salah satu atau kedua galaksi, dan
menciptakan struktur-struktur baru seperti batang, cincin atau ekor galaksi.[67][68]
Interaksi antar galaksi yang paling ekstrem adalah penggabungan galaksi. Dalam kasus ini,
momentum relatif kedua galaksi tidak cukup untuk kedua galaksi dapat saling menembus.
Yang terjadi malah, kedua galaksi tersebut perlahan bergabung membentuk galaksi tunggal
yang lebih besar. Penggabungan dapat menyebabkan perubahan luar biasa terhadap bentuk
galaksi jika dibandingkan dengan bentuk kedua galaksi asal. Namun, jika salah satu galaksi
jauh lebih besar dari yang lainnya, penggabungan demikian disebut kanibalisme. Dalam
kasus ini, galaksi yang lebih besar akan tetap relatif tak terganggu akibat penggabungan
tersebut, sementara galaksi yang lebih kecil tercabik-cabik. Galaksi Bima Sakti saat ini
sedang dalam proses penganibalan Galaksi Eliptis Katai Sagitarius dan Galaksi Katai Canis
Major.[67][68]
Starburst
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Galaksi starburst
M82, contoh utama galaksi starburst, mengalami peningkatan 10 kali lipat[69] dalam laju
pembentukan bintang dibandingkan dengan galaksi yang "normal".
Bintang diciptakan dalam galaksi dari cadangan gas dingin yang berbentuk awan molekul
raksasa. Galaksi-galaksi yang membentuk bintang dengan laju yang luar biasa dikenal
sebagai galaksi starburst. Namun galaksi-galaksi yang demikian akan memakan habis
cadangan gasnya dalam rentang waktu yang jauh lebih pendek dari umur galaksi itu sendiri.
Karena itu, aktivitas pembentukan bintang biasanya hanya berlangsung selama sekitar 10 juta
tahun; sebuah jangka waktu yang relatif pendek dalam sejarah hidup sebuah galaksi. Galaksi
starburst lebih sering dijumpai dalam masa-masa awal alam semesta, [70] dan saat ini masih
menyumbang sebesar sekitar 15% dari total laju pembentukan bintang.[71]
Galaksi starburst ditandai oleh adanya konsentrasi gas penuh debu dan kemunculan bintangbintang yang baru dibentuk, termasuk bintang-bintang masif yang mengionisasi awan-awan
molekul di sekitarnya dan membentuk wilayah-wilayah H II.[72] Bintang-bintang masif ini
menghasilkan ledakan supernova, yang mengakibatkan menyebarnya sisa-sisa supernova dan
berinteraksi dengan kuat dengan gas-gas di sekitarnya. Hal ini memicu reaksi berantai
pembentukan bintang yang menyebar ke seluruh wilayah galaksi yang berisi gas. Hanya
ketika gas yang tersedia sudah hampir habis atau menyebar, maka aktivitas pembentukan
bintang berhenti.[70]
Galaksi starburst sering diasosiasikan dengan galaksi-galaksi yang sedang bergabung atau
berinteraksi. Contoh dasar dari interaksi yang menghasilkan galaksi starburst adalah M82,
yang tadinya berpapasan dengan galaksi M81 yang lebih besar. Galaksi tak beraturan sering
kali memiliki titik-titik aktivitas pembentukan bintang yang tersebar.[73]
Inti aktif
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Inti aktif galaksi
Sebagian dari galaksi yang dapat kita amati tergolong aktif. Maksudnya, di dalam galaksi
tersebut terdapat sebuah sumber tunggal selain bintang, debu atau medium antarbintang yang
memancarkan energi dalam jumlah yang signifikan dari keseluruhan energi keluarannya.
Model standar inti aktif galaksi terdiri atas sebuah lubang hitam supermasif pada wilayah inti
galaksi, dan piringan akresi yang mengelilingi lubang hitam tersebut. Radiasi dari inti aktif
galaksi diakibatkan oleh energi gravitasi materi yang terjatuh dari piringan akresi ke dalam
lubang hitam.[74] Kira-kira 10% inti aktif galaksi menghasilkan sepasang semburan berenergi
tinggi dengan arah yang berlawanan, yang melontarkan partikel-partikel dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya. Mekanisme penghasilan semburan ini masih belum dimengerti
dengan baik.[75]
Sebuah semburan partikel-partikel sedang dipancarkan dari inti sebuah galaksi radio eliptis
M87.
Galaksi-galaksi aktif yang memancarkan radiasi tinggi energi dalam bentuk sinar x
diklasifikasikan sebagai Galaksi Seyfert atau kuasar, tergantung kecemerlangannya. Dapat
juga berupa Blazar yang dipercaya merupakan galaksi aktif yang salah satu semburan
relativistis-nya mengarah ke bumi. Ada juga galaksi radio yang memancarkan frekuensi radio
dari semburan relativistis. Sebuah model terpadu dari jenis-jenis galaksi aktif ini menjelaskan
bahwa perbedaan tiap jenis didasarkan pada sudut pandang pengamat.[75]
Daerah garis-emisi inti rendah-ionisasi (LINER) kemungkinan ada hubungannya dengan inti
aktif galaksi (dan juga daerah starburst). Emisi dari galaksi tipe LINER didominasi oleh
unsur-unsur yang terionisasi dengan lemah.[76] Sekitar sepertiga dari galaksi yang ada di
sekitar kita tergolong memiliki inti LINER.[74][76][77]
Pembentukan
Gambaran seniman tentang sebuah galaksi muda sedang menarik bahan pembentuknya.
Kredit ESO/L. Calada
Model kosmologi yang ada saat ini mengenai alam semesta awal didasarkan pada teori
Dentuman Besar. Sekitar 300.000 tahun setelah peristiwa Dentuman Besar, atom-atom
hidrogen dan helium mulai terbentuk, dalam sebuah peristiwa yang disebut rekombinasi.
Hampir semua hidrogen adalah netral (tidak terionisasi) dan dengan mudah menyerap cahaya,
serta belum ada bintang yang terbentuk. Akibatnya periode ini disebut "Zaman Kegelapan".
Dari fluktuasi kepadatan (atau ketidakseragaman anisotropi) dalam materi purba inilah
struktur-struktur yang lebih besar mulai muncul. Hasilnya, massa materi barionik mulai
memadat dalam cincin cahaya materi gelap dingin.[78][79] Struktur-struktur primordial inilah
yang akhirnya menjadi galaksi yang kita lihat hari ini.
Bukti tentang kemunculan awal galaksi ditemukan pada tahun 2006, ketika diketahui bahwa
galaksi IOK-1 memiliki geseran merah yang luar biasa tinggi sebesar 6,96, setara dengan
jangka waktu hanya 750 juta tahun setelah Dentuman Besar. Hal ini menjadikannya sebagai
galaksi terjauh dan paling purba yang pernah dilihat.[80] Meskipun beberapa ilmuwan
mengklaim objek lainlah (misalnya galaksi Abell 1835 IR1916) yang memiliki geseran merah
lebih tinggi (dan karena itu sudah ada pada tahap yang lebih awal dalam evolusi alam
semesta), namun usia dan komposisi IOK-1 ditentukan dengan cara yang lebih dapat
diandalkan. Adanya protogalaksi yang seawal itu kemunculannya menunjukkan bahwa
protogalaksi tersebut pastilah berkembang dalam apa yang disebut "Zaman Kegelapan".[78]
Namun demikian, pada bulan Desember 2012 para astronom melaporkan bahwa galaksi
UDFj-39546284 adalah galaksi terjauh yang diketahui dengan nilai geseran merah 11,9.
Galaksi tersebut diperkirakan sudah ada sejak sekitar "380 juta tahun"[81] setelah Dentuman
Besar (setara dengan sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu),[82] dan berjarak kira-kira 13,42
miliar tahun cahaya.
Bagaimana proses rinci terbentuknya galaksi seawal itu berlangsung masih merupakan
sebuah pertanyaan pokok yang belum terjawab dalam astronomi. Teori yang ada dapat dibagi
dalam dua kategori: dari atas ke bawah (top down) atau dari bawah ke atas (bottom-up).
Dalam teori top-down (seperti model Eggen-Lynden-Bell-Sandage [ELS]), protogalaksi
terbentuk dalam sebuah runtuhan serentak berskala besar yang berlangsung selama kira-kira
seratus juta tahun.[83] Dalam teori bottom-up (seperti model Searle-Zinn [SZ]), struktur kecil
seperti gugus bola terbentuk dahulu, lalu kemudian sejumlah struktur tersebut bergabung
untuk membentuk galaksi yang lebih besar.[84]
Begitu protogalaksi mulai terbentuk dan mengerut, bintang-bintang halo pertama pun
(disebut bintang Populasi III) muncul di dalamnya. Bintang-bintang ini tersusun hampir
seluruhnya oleh hidrogen dan helium dan kemungkinan berukuran masif. Jika memang benar
demikian, maka bintang-bintang yang sangat besar ini akan menghabiskan pasokan bahan
bakarnya dengan cepat dan menjadi supernova, melepaskan unsur-unsur berat ke medium
antarbintang.[85] Bintang-bintang generasi pertama ini mengionisasi ulang hidrogen netral
sekitarnya, menciptakan gelembung ruang yang mengembang yang bisa dengan mudah
dilalui cahaya.[86]
Evolusi
Dalam masa satu miliar tahun pembentukan galaksi, struktur-struktur kunci mulai muncul:
gugus-gugus bola, lubang hitam supermasif pusat, dan sebuah tonjolan galaksi yang terdiri
dari bintang Populasi II yang miskin logam sudah terbentuk. Terciptanya sebuah lubang
hitam supermasif tampaknya memainkan peranan penting dalam mengatur pertumbuhan
galaksi secara aktif, dengan membatasi jumlah materi tambahan yang ditambahkan.[87]
Sepanjang epos awal ini, galaksi mengalami lonjakan besar pembentukan bintang.[88]
Selama dua miliar tahun berikutnya, akumulasi materi mengendap menjadi piringan galaksi.
[89]
Sepanjang hidupnya sebuah galaksi akan terus menyerap materi yang tertarik dari awan
kecepatan tinggi dan galaksi katai.[90] Materi tersebut kebanyakan adalah hidrogen dan
helium. Siklus kelahiran dan kematian bintang perlahan-lahan meningkatkan kelimpahan
unsur-unsur berat yang akhirnya memungkinkan pembentukan planet.[91]
Evolusi galaksi dapat secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi dan tabrakan.
Penggabungan galaksi merupakan hal yang biasa terjadi selama epos awal, dan kebanyakan
galaksi dalam masa ini memiliki bentuk yang aneh.[92] Mengingat jarak antara bintangbintang yang berjauhan, sebagian besar sistem bintang pada galaksi yang bertabrakan tidak
akan terpengaruh. Namun demikian, pelucutan gravitasional yang dialami gas dan debu
antarbintang pada lengan spiral galaksi akan menghasilkan deretan panjang bintang-bintang
yang dikenal sebagai ekor tidal. Contoh formasi ini dapat dilihat pada NGC 4676[93] atau
Galaksi Antena.[94]
Sebagai contoh untuk interaksi yang demikian adalah galaksi Bima Sakti dan galaksi
Andromeda di dekatnya. Keduanya saling bergerak menuju satu sama lain dengan kecepatan
kira-kira 130 km/s, dan tergantung pada pergerakan menyisinya, keduanya dapat bertabrakan
dalam waktu sekitar lima sampai enam juta tahun. Meskipun Bima Sakti tidak pernah
bertabrakan dengan galaksi sebesar Andromeda sebelumnya, bukti akan tabrakan Bima Sakti
dengan galaksi katai yang lebih kecil di masa lalu semakin banyak.[95]
Interaksi skala besar semacam itu jarang terjadi. Seiring dengan berjalannya waktu,
penggabungan dari dua sistem yang berukuran sama menjadi semakin jarang terjadi.
Kebanyakan galaksi terang secara fundamental tetap tidak berubah selama beberapa miliar
tahun terakhir, dan laju bersih pembentukan bintang mungkin mencapai puncaknya juga pada
kira-kira sepuluh miliar tahun yang lalu.[96]
Era pembentukan bintang yang sedang berlangsung saat ini diperkirakan akan terus berlanjut
sampai 100 miliar tahun ke depan. Kemudian "zaman bintang" akan berangsur-angsur
memudar setelah sekitar 10100 triliun tahun (10131014 tahun), saat bintang terkecil dan
terlama hidup, katai merah kecil, mulai meredup. Pada akhir zaman bintang, galaksi hanya
akan terdiri dari objek-objek kompak: katai coklat, katai putih yang sedang mendingin atau
yang sudah dingin ("katai hitam"), bintang neutron, dan lubang hitam. Akhirnya, sebagai
hasil dari relaksasi gravitasi, semua bintang akan terjatuh ke pusat lubang hitam supermasif
atau dapat terlempar ke ruang antargalaksi sebagai akibat dari tabrakan.[99][100]
Simulasi Struktur Skala Besar kosmos. Gambar di atas membentang sekitar 400 juta tahun
cahaya melintang.
Dalam skala terbesar, alam semesta ini terus mengembang, mengakibatkan jarak antara tiap
galaksi rata-rata bertambah (lihat hukum Hubble). Hubungan antar galaksi dapat
menghambat pengembangan ini dalam skala lokal melalui tarikan gravitasi timbal balik
mereka. Hubungan ini terbentuk di awal alam semesta, saat gumpalan materi gelap tiap
galaksi menarik galaksinya masing-masing untuk saling mendekat. Kelompok-kelompok
galaksi yang berdekatan kemudian bergabung untuk membentuk gugus-gugus berskala lebih
besar. Proses penggabungan yang berlangsung (serta aliran gas yang tertarik) memanaskan
gas antar galaksi dalam gugus galaksi ke suhu yang sangat tinggi, mencapai 30100 juta
derajat celsius.[102] Sekitar 7080% massa sebuah gugus galaksi berada dalam bentuk materi
gelap, sedang 1030% terdiri dari gas panas ini dan beberapa persen sisanya dalam bentuk
galaksi.[103]
Kebanyakan galaksi di alam semesta terikat secara gravitasi ke sejumlah galaksi lain. Hal ini
menciptakan sebuah hierarki yang berbentuk seperti fraktal dari struktur-struktur alam
semesta, dengan gabungan terkecil dinamakan kelompok galaksi. Kelompok galaksi adalah
jenis kumpulan galaksi yang paling umum, serta kelompok-kelompok tersebut mengandung
sebagian besar galaksi (serta sebagian besar massa barionik) di Alam Semesta.[104][105] Untuk
tetap terikat secara gravitasi dalam kelompok yang seperti itu, masing-masing galaksi
anggota harus memiliki kecepatan yang cukup rendah untuk mencegahnya terlepas (lihat
teorema Virial). Namun, jika energi kinetik tidak mencukupi, sebuah kelompok galaksi dapat
berubah menjadi kelompok dengan jumlah galaksi lebih sedikit dengan penggabungan
galaksi.[106]
Struktur yang lebih besar, berisi ribuan galaksi yang berkumpul dalam suatu daerah yang
panjangnya beberapa megaparsec, disebut gugus galaksi. Gugus galaksi sering kali
didominasi oleh sebuah galaksi eliptis berukuran raksasa, yang dapat dikenali sebagai galaksi
paling terang dalam gugus tersebut. Galaksi ini dari waktu ke waktu dengan gaya pasang
surut gravitasi akan menghancurkan galaksi-galaksi satelitnya dan menyerap mereka ke
dalam dirinya sendiri.[107]
Gugus raksasa (supercluster) berisi puluhan ribu galaksi, yang dapat berupa gugus galaksi,
kelompok galaksi atau kadang-kadang galaksi tersendiri. Dalam skala gugus raksasa, galaksi
tersusun dalam lapisan-lapisan dan untaian-untaian yang mengelilingi sebuah kehampaan
yang luas.[108] Di atas skala ini, alam semesta tampak sama di semua arah (isotropis dan
homogen).[109]
Galaksi Bimasakti sendiri merupakan anggota kelompok galaksi yang disebut Kelompok
Lokal (Local Group); sebuah kelompok galaksi yang relatif kecil dan memiliki diameter
sekitar satu megaparsec. Galaksi Bima Sakti dan Andromeda adalah dua galaksi paling terang
dalam kelompok ini; kebanyakan galaksi anggota lainnya merupakan galaksi katai satelit dari
kedua galaksi.[110] Kelompok Lokal sendiri merupakan bagian dari sebuah struktur seperti
awan yang berada dalam gugus raksasa Virgo (Virgo supercluster), sebuah struktur luas
berukuran besar dari kelompok-kelompok dan gugus-gugus galaksi yang terpusat pada gugus
Virgo.[111]
Gambar ultraungu Galaksi Andromeda ini menunjukkan wilayah berwarna biru yang memuat
bintang-bintang masif muda.
Setelah diketahui bahwa terdapat galaksi-galaksi di luar Bima Sakti, pengamatan-pengamatan
awal yang dilakukan kebanyakan menggunakan cahaya kasat mata. Radiasi puncak
kebanyakan bintang memang berada dalam spektrum ini, sehingga pengetahuan yang
berhubungan dengan pengamatan terhadap bintang-bintang pembentuk galaksi merupakan
bagian penting dari bidang astronomi optik. Spektrum ini juga cocok digunakan untuk
mengamati wilayah-wilayah H II yang terionisasi, dan untuk memeriksa distribusi lengan
debu galaksi.
Debu yang ada dalam medium antarbintang sulit ditembus oleh cahaya kasat mata, namun
lebih transparan terhadap cahaya inframerah-jauh. Sebab itu cahaya inframerah-jauh dapat
digunakan untuk mengamati dengan rinci daerah dalam awan molekul raksasa dan daerah inti
galaksi.[112] Inframerah juga digunakan untuk mengamati galaksi jauh yang mengalami
geseran merah, yang terbentuk pada masa awal alam semesta. Uap air dan karbon dioksida
menyerap sebagian dari spektrum inframerah yang dapat dimanfaatkan, sehingga teleskop
yang terletak di dataran tinggi atau di ruang angkasa digunakan untuk astronomi inframerah.
Penelitian pertama terhadap galaksi dalam spektrum cahaya tak kasat mata, khususnya
galaksi aktif, dilakukan menggunakan frekuensi radio. Atmosfer bumi hampir transparan
terhadap gelombang antara 5 Mhz sampai 30 Ghz. (Ionosfer menghalangi sinyal di bawah
rentang ini).[113] Interferometer radio berukuran besar digunakan untuk memetakan semburansemburan aktif yang dipancarkan dari inti galaksi aktif. Teleskop radio dapat juga digunakan
untuk mengamati atom-atom hidrogen netral di luar angkasa (lewat radiasi gelombang 21
cm), kemungkinan termasuk materi tak terionisasi di alam semesta awal, yang kemudian
runtuh membentuk galaksi.[114]
Sinar ultraungu dan teleskop sinar x dapat digunakan untuk mengamati fenomena tinggi
energi galaksi. Sebuah suar ultraungu teramati ketika sebuah bintang di galaksi yang jauh
tercabik-cabik akibat gaya pasang surut gravitasi sebuah lubang hitam.[115] Distribusi gas
panas dalam gugus galaksi dapat dipetakan dengan menggunakan sinar x. Keberadaan lubang
hitam supermasif pada inti galaksi juga dibuktikan dengan astronomi sinar x.[116]
Galeri foto
Galaksi Triangulum
NGC 253
NGC 4414
ESO 510-G13
NGC 1300
Galaksi Sombrero
NGC 6050
M74
Galaksi Pusaran
NGC 1672
NGC 1316