Proposal Peneltian
Proposal Peneltian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan kualitas
sumber daya manusia. Balita merupakan kelompok rawan gizi. Di usia ini
pertumbuhan otak anak masih berlangsung cepat. Kurangnya pengetahuan
tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan
informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadi gangguan gizi (Sayogo, 1999). Masalah gizi pada
hakikatnya
adalah
masalah
kesehatan
masyarakat
namun
oleh
karena
itu
pendekatan
penanggulangannya
harus
(12,6%) balita dan gizi buruk (BB 60% WHO NCHS = BB/U) sebanyak 18
(5,9%) balita.
Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak balita
yang mengalami kegagalan pertumbuhan dan berat badan tetap atau turun
dalam penimbangan bulan berikutnya sering disebabkan oleh kekurangan
gizi atau sakit. Hal ini terjadi oleh karena kekurangan makanan di tingkat
rumah tangga dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan ibu
yang kurang sehingga asupan makanan yang diberikan kepada balita juga
kurang. Krisis ekonomi yang sedang berlangsung misalnya kemiskinan,
kurang pendidikan, kurang keterampilan merupakan faktor penyebab
terjadinya gizi kurang. Dari ketiga faktor itu dapat mempengaruhi gizi balita
dikarenakan persediaan makanan terbatas, perawatan anak dan kurangnya
pelayanan kesehatan sehingga asupan makanan yang diberikan kurang dan
timbul penyakit infeksi yang menimbulkan balita gizi kurang (Persagi,
1999).
Dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas dapat membuat strategi
penanggulangan gizi
untuk melakukan
pemantauan,
pertumbuhan,
semacam
itu
dapat
memberi
kesempatan
masyarakat
1.4.2
Manfaat teoritis
Bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan membantu para
ibu untuk mengetahui status gizi balita dan bagaimana perawatannya.
Manfaat praktis
1. Bagi responden: bermanfaat untuk membantu para ibu mengetahui
tentang status gizi balita.
2. Bagi institusi pendidik:
bermanfaat
untuk
menambah
literatur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1
Konsep Pengetahuan
Wahit, dkk (2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil
mengingat suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah
dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah
orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu.
Wahit, dkk menegaskan bahwa perilaku yang disadari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan
yang mengharuskan untuk berbuat.
Wahit, dkk (2007), membagi pengetahuan yang tercakup dalam
domain kongitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui yang dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara luas.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
6
telah di pelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (Analysis)
10
a.
b.
11
klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah
satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda
(sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
c.
Metode Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,
urine,tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode
ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik
maka penentuan kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
d. Metode dietik
Salah satu langkah awal untuk mengidentifikasi masalah gizi baik
karena kekurangan zat gizi primer maupun kekurangan gizi secara
sekunder. Pada kondisi difesmensi gizi sekunder walaupun asupan
makanan cukup namun terjadi beberapa faktor seperti gangguan
pencernaan, absorbsi dan transportasi maupun gangguan penggunaan dan
eksresi nutrien. Biasanya karena penggunaan obat tertentu. Metode dietary
intake yang lazim digunakan meliputi recall makanan yang dimakan 24
jam sebelum wawancara dilakukan food record yaitu mencatat makanan
dalam waktu tertentu. Jumlah diperkirakan dalam ukuran rumah tangga
12
Pengertian
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, 2001). Contoh: gondok endemik merupakan keadaan tidak
2.
3.
jenis
pertumbuhan
ini
mempunyai
arti
yang
berbeda.
13
4.
Gizi Kurang
Asupan Makanan
Persediaan
makanan di
rumah
Penyakit Infeksi
Perawatan
anak dan
ibu hamil
Pelayanan
Kesehatan
Kemiskinan,
Kurang pendidikan,
Kurang
keterampilan
Gambar 2.1 Penyebab
terjadinya
gizi kurang (Persagi, 1999)
14
yang
lebih
mengistimewakan
ayah,
yakni
ayah
diprioritaskan mendapatkan jumlah dan jenis yang mengandung zatzat gizi sedangkan anak tersisihkan dan memperoleh bagian yang
sedikit dan mungkin tidak memenuhi kebutuhan badan anak yang
c.
sedang bertumbuh.
Faktor infeksi
Penyakit infeksi dan investasi cacing dapat menghambat absorpsi
sari-sari makanan.
15
Umur
Pendidikan
Sosial ekonomi
Pola
Asuh
Tingkat
Pengetahuan Ibu
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey
deskriptif
yaitu
menguraikan
penelitian
suatu
diarahkan
fenomena
yang
untuk
terjadi
mendeskripsikan
di
dalam
atau
masyarakat
(Notoatmodjo, 2010).
3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini metode
survey yaitu
17
1. Sampel
Sampel adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah ibu yang datang di Puskesmas Bakunase dengan kriteria
inklusi bersedia diteliti, berada di tempat penelitian dan mau menjadi
responden.
2. Besar Sampel
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus menurut
Setiadi (2007). Maka salah satu rumus yang dipakai adalah:
n=
N
1 N (d 2 )
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikansi (p)
50
1 50 (0,05 2 )
50
= 1 50 (0,0025)
50
= 1 0,125
50
= 1,125
= 44,4
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki peneliti
sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil jumlah besar sampel
yang dihitung. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel dalam
penelitian ini sebanyak 20 orang.
3. Cara Pengambilan Sampel
Cara Pengambilan sampel
menggunakan purpossive sampling.
3.6 Variabel Penelitian
dalam
penelitian
ini
dengan
18
Variabel
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
Definisi Operasional
Pemahaman Ibu
mengenai status Gizi
Kurang protein,
kalori dan malnutrisi
Skala
Ordinal
Skor
Baik : 80 -100%
Cukup: 60-70%
Kurang : 60%
19
x 100 %
20
24