Anda di halaman 1dari 7

STRUKTUR SEDIMEN PENCIRI ARUS TURBIDIT DAN LINGKUNGAN

PENGENDAPAN PADA FORMASI KEREK


Dimas Anas Hakim
21100113130081
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Sari
Struktur sedimen merupakan struktur primer yang terbentuk selama batuan sedimen
terbentuk. Secara umum struktur sedimen dibagi menjadi: Struktur Sedimen Pengendapan,
Struktur Sedimen Erosional, Struktur Sedimen Pasca Pengendapan, dan Struktur Sedimen
Biogenik. Setiap struktur sedimen menunjukkan proses pembentukan dan dapat lingkungan
terbentuknya, seperti lingkungan pengendapan transisi yang umum dijumpai struktur silang
siur dan ripple. Secara lebih rinci, asosiasi struktur sedimen dan ukuran butir pada litologi
juga dapat menceritakan kecepatan arus dan arah aliran. Pada suatu singkapan batuan
sedimen pada sungai Banyumeneng, Mranggen, Kabupaten Demak, terdapat litologi
Batugamping, Batupasir karbonatan dan batulanau karbonatan yang memiliki struktur
sedimen berupa Load Cast, Masif Bedding, Graded Bedding dan Planar Bedding. Dari
berbagai data yang didapat tersebut akan dilakukan pengkajian dan analisis mengenai proses
terbentuknya singkapan tersebut dan lingkungan pengendapannya, dimana didapat
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dangkal menuju laut dalam.
Kata Kunci: Struktur Sedimen, Lingkungan pengendapan, Load Cast, Masif Bedding, Graded
Bedding, Planar Bedding.

Pendahuluan
Pada awalnya karakteristik umum
dari sistem klasifikasi laut dalam
didasarkan pada kejadian dari lapisanlapisan batupasir dimana ukuran butir
sedimennya akan menghalus kearah atas.
Lapisan dengan tekstur demikian menjadi
terkenal sebagai turbidit laut dalam
(Kuenen,1957). Hal ini didasarkan dari
hasil
pengamatan
pada
sistem
pengendapan arus pekat (turbit) dimana
ukuran butirnya semakin keatas semakin
menghalus. Adanya perubahan secara
vertikal dalam fabrik (kemas) batuan ini
kemudian dikenal sebagai Bouma
Sequence (Shanmugam, 2000). Saat ini
telah diakui bahwa meskipun tidak semua
siklus pengendapan laut dalam memiliki
fabrik seperti turbidit dari Bouma
Sequence (Shanmugam, 2000), proses
yang mendukung adanya keterkaitan atau

hubungan antara facies sedimen laut dalam


dengan geometrinya.
Lingkungan pengendapan tertentu
mencirikan
parameter
tersendiri.
Parameter fisik meliputi elemen static dan
dinamik dari lingkungan pengendapan
Elemen fisik antara lain elemen fisik statis
meliputi
geometri
cekungan(basin),
material yang diendapkan seperti kerakal
silisiklastik, pasir, dan lumpur, kedalaman
air, suhu, dan kelembagaan. Elemen fisik
dinamik adalah faktor seperti energy dan
arah aliran dari angin, air dan es air hujan
dan hujan salju. Parameter kimia termasuk
salinitas, pH, dan karbondioksida dan
oksigen yang merupakan bagian dari air
yang
terdapat
pada
lingkungan
pengendapan. Parameter biologi dari
lingkungan
pengendapan
dapat
dipertimbangkan untuk meliputi keduaduanya dari aktifitas organism, seperti
pertumbuhan
tanaman,
penggalian,
pengeboran, sedimen hasil pencernaan,

dan pengambilan dari silica dan kalsium


karbonat yang berbentuk material rangka,
dan kehadiran dari sisa organism disebut
sebagai material pengendapan.
Geologi Regional
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng
merupakan endapan laut dalam di bagian
bawah yang semakin ke atas berubah
menjadi endapan laut dangkal dan
akhirnya menjadi endapan non laut.
Endapan di Zona Kendeng merupakan
endapan turbidit klastik, karbonat dan
vulkaniklastik. Stratigrafi Zona Kendeng
terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua
ke muda sebagai berikut (Harsono, 1983
dalam Rahardjo 2004), namun pada
pengamatan kali ini, ada pada formasi
kerek, dimana formasi tersebut memiliki
penjelasan seperti berikut :
Formasi Kerek memiliki kekhasan
dalam litologinya berupa perulangan
perselang-selingan antara lempung, napal,
batupasir tuf gampingan dan batupasir
tufaan. Perulangan ini menunjukkan
struktur sedimen yang khas yaitu
perlapisan bersusun (graded bedding).
Lokasinya berada di Desa Kerek, tepi
sungai Bengawan Solo, 8 km ke utara
Ngawi. Di daerah sekitar lokasi tipe
formasi ini terbagi menjadi tiga anggota
(de Genevraye & Samuel, 1972 dalam
Rahardjo, 2004), dari tua ke muda masingmasing :
a. Anggota Banyuurip
Anggota
Banyuurip
tersusun
oleh
perselingan antara napal lempungan,
lempung dengan batupasir tuf gampingan
dan batupasir tufaan dengan total
ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya
dijumpai sisipan batupasir gampingan dan
tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian
atasnya ditandai dengan adanya perlapisan
kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan
sisipan tuf halus. Anggota ini berumur N10
N15 (Miosen tengah bagian tengah atas).
b. Anggota Sentul
Anggota Sentul tersusun atas perulangan
yang hampir sama dengan anggota

Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf


menjadi lebih tebal. Ketebalan anggota
Sentul mencapai 500 meter. Anggota
Sentul berumur N16 (Miosen atas bagian
bawah).
c. Anggota Batugamping Kerek
Merupakan anggota teratas dari formasi
Kerek, tersusun oleh perselingan antara
batugamping tufaan dengan perlapisan
lempung dan tuf. Ketebalan anggota ini
mencapai 150 meter. Umur batugamping
kerek ini adalah N17 (Miosen atas bagian
tengah).
Metodologi
Metode yang digunakan adalah
dengan melakukan kegiatan measuring
stratigraphy di lapangan langsung untuk
pengambilan data, seperti data strike/dip
dari perlapisan, pengamatan struktur
sedimen, dan litologi, serta melakukan
kajian dan studi pustaka melalui referensi
buku maupun internet.
Hasil dan Pembahasan
Dari
hasil
pengambilan
data
dilapangan, ditemui bahwa singkapan ini
memiliki litologi gamping klastika
berukuran kerakal (4-64 mm) hingga pasir
sedang (1/8 - mm), kemudian batupasir
karbonatan dengan ukuran pasir kasar ( 12 mm) hingga pasir sangat halus, dan
batulanau karbonatan dengan ukuran lanau
(1/16 - 1/256 mm). Susunan batuan seperti
ini menunjukkan lingkungan yang masih
jenuh
karbonatan
saat
proses
pengendapannya, sehingga diperkirakan
tidak melalui batas CCD, dan cenderung
terbentuk pada lingkungan laut dangkal
hingga laut dalam diatas CCD.
Analisa kedua adalah melalui struktur
sedimen, bahwa struktur sedimen yang
ditemui pada lokasi singkapan antara lain
adalah paralel bedding, graded bedding,
reverse bedding, load cast, dan clay cast.
Bentuk dari struktur sedimen Paralel
bedding memiliki kenampakan perlapisan
sejajar yang berukuran > 1cm, struktur ini

dapat terbentuk karena arus yang terlalu


kuat atau sangat tenang.
Selanjutnya adanya struktur sedimen
load cast, bentuk dari load cast ini
cenderung mirip dengan flute cast, tapi
yang membedakannya adalah tidak ada
orientasi
pola
upcurrent
dan
downcurrentnya atau pola paleocurrent
(seperti pada flute cast) serta bentuknya
cenderung irregular (tidak beraturan)
menjadikan struktur ini berbeda jauh
dengan flute. Pada proses ini lebih
dominan pengaruh gravitasi yang bekerja
vertikal (yang menarik sedimen yang
memiliki massa lebih berat dan menindih
bagian sedimen yang lebih lunak).
biasanya proses ini hadir berbarengan
dengan mekanisme liquifaction.
Struktur sedimen lainnya pada daerah
penelitian yaitu adanya reverse bedding,
yaitu dicirikan pada suatu perlapisan
ditemui ukuran butir yang cenderung
mengkasar keatas, hal ini merupakan
indikasi semakin bertambah kuatnya arus
yang bekerja, sehingga pada suatu
lingkungan yang sebelumnya memiliki
arus yang cukup tenang, terendapkan
material yang cenderung halus, kemudian
menjadi lingkungan berarus kuat dan
mengendapkan material kasar, sehingga
memiliki endapan yang berukuran halus
pada bagian bawah dan kasar pada bagian
atas. Hal ini dapat diakibatkan oleh
turunnya accomodation space, yang
diiringi oleh besarnya supply sedimen
yang mengisi.
Struktur sedimen yang selanjutnya
merupakan struktur sedimen graded
bedding, dimana pada arus ini merupakan
suatu tubuh perlapisan yang didalamnya
memiliki pola yang cenderung pada bagian
bawah berukuran butir relatif kasar, dan
pada bagian atas cenderung halus
(menghalus keatas). Struktur sedimen
seperti ini dapat terbentuk karena adanya
bertambahnya ruang akomodasi dan
supply sedimen yang datang cenderung
sedikit,
sehingga
proses
gravitasi
mendominasi pengendapan. Selain itu hal
ini juga dapat terjadi pada daerah yang

memiliki arus cenderung sangat tenang,


sehingga terjadi mekanisme gravity flow,
dimana massa atau suatu partikel yang
memiliki massa lebih berat akan
terendapkan lebih dahulu dibandingkan
material lebih ringan.
Struktur sedimen terakhir yang
ditemui adalah adanya struktur sedimen
Clay cast, dimana struktur sedimen ini
menunjukkan adanya tubuh batulanau
dalam suatu tubuh batuan yang umumnya
berukuran lebih besar ( > Pasir ). Struktur
sedimen ini dapat berbentuk bulat,
melensa, maupun berbentuk acak. Struktur
ini dapat terbentuk karena beberapa
proses, antara lain proses slumping,
pengendapan
yang
sangat
cepat,
pembebanan endapan sedimen dan
burrowing. Pada proses slumping, pada
pengendapan material longsor, akan ada
arus turbulen, dimana material halus dan
kasar akan cenderung terendapkan secara
acak, sehingga adanya material halus yang
terendapkan
dalam
tubuh
batuan
berukuran lebih kasar. Proses pengendapan
yang sangat cepat juga dapat membentuk
struktur ini, karena dalam prosesnya,
cenderung tidak terjadi pemilahan ukuran
butir pada arus pekat, sehingga cenderung
terjadi proses pengkuburan material halus
oleh endapan material baru yang dapat
berukuran lebih kasar dan halus, dan tidak
ada pemilahan sesuai konsep gravitasi
karena arus pekat. Sedangkan pada proses
pembebanan, cenderung terbentuk karena
pembebanan pada material unconsolidated
sehingga material diatasnya dapat masuk.
Sedangkan aktivitas burrowing, dimana
organisme membuat galian pada material
unconsolidated, kemudian datang material
baru yang mengisi lubang tersebut, yang
dapat berupa material lebih halus atau
kasar.
Dari berbagai struktur sedimen
tersebut dapat dikatakan bahwa proses
pengendapannya cenderung terbentuk
karena pengaruh gravitasi ( gravity flow ).
Dan karena ditemui litologi gamping
klastika, dan adanya struktur sedimen
claycast, besar kemungkinan proses yang

terjadi adalah arus turbidit, pada bagian


slope. Hal ini dapat dipicu berbagai sebab,
seperti gempa bumi, dan lainnya saat
proses pengendapan, menyebabkan pada
bagian slope sedimen unconsolidated
bergerak menuruni lereng, dan terjadi
mekanisme tersebut.
Dengan adanya litologi batugamping,
yang terdiri dari pecahan cangkang
organisme. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada saat proses pengendapan
batuan ini berlangsung, pada bagian yang
lebih tinggi, mendukung untuk lingkungan
karbonat terbentuk, karena ditemuinya
pecahan cangkang yang hancur karena
proses transportasi, menjadi Batugamping
klastika, dan pada semua litologinya masih
memiliki semen karbonatan, sehingga
lingkungannya belum melewati batas
CCD, serta sangat sedikit ditemui batuan
yang dalam mekanisme pengendapannya
terbentuk melalui mekanisme suspensi
( ukuran butir lanau hingga lempung).
maka lingkungan pengendapannya dapat
dikatakan pada lingkungan laut dangkal
menuju laut dalam.
Kesimpulan

Berdasarkan analisis struktur sedimen


dan litologi, didapat bahwa daerah
observasi yang merupakan bagian dari
formasi kerek ini memiliki litologi
Batugamping
Klastika,
Batupasir
karbonatan dan Batulanau karbonatan,
dengan struktur sedimen berupa load cast,
paralel bedding, reverse bedding, graded
bedding, dan clay cast yang merupakan
beberapa
indikasi
lingkungan
pengendapannya berupa laut dangkal
menuju laut dalam, terkhusus pada bagian
slope.
Referensi
http://noviantogeophysicist.blogspot.com/2012/01/geologiregional-zona-kendeng.html (diakses pada
Jumat, 9 Januari 2015, pukul 05.30 WIB)
https://www.academia.edu/7194764/PRINSIP_INT
ERPRETASI_LINGKUNGAN_PENGENDAP
AN_DAN_KLASIFIKASI
(diakses
pada
Jumat, 9 Januari 2015, pukul 05.32 WIB)
https://www.academia.edu/6709587/STRATIGRAF
I (diakses pada Jumat, 9 Januari 2015, pukul
05.35 WIB)
https://thekoist.wordpress.com/2012/07/04/prosestransportasi-sedimen-untuk-sedimensilisiklastik-dan-sedimen-klastik-lainnya/
(diakses pada Jumat, 9 Januari 2015, pukul
05.38 WIB)

Lampiran

Gambar 1. Struktur Sedimen Paralel Bedding

Gambar 2. Struktur sedimen Load cast di singkapan

Gambar 3. Pembentukan Load Cast

Gambar 4. Struktur Clay Cast pada tubuh Batugamping Klastika

Gambar 5. Proses pengendapan pada bagian Slope

Gambar 6. Kolom Measuring Stratigraphy hasil observasi

Anda mungkin juga menyukai