Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi Laring


Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas yang lebih besar dari pada
bagian bawahnya. Batas atas dari laring adalah aditus laring, sedangkan batas
bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid (UI, 2008).

A. Struktur Penyangga
Struktur penyangga laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago yang
berpasangan ataupun tidak. Pada bagian superior laring terdapat os hioideum, yaitu
suatu struktur berbentuk huruf U dan dapat dipalpasi pada leher depan serta dapat
juga dipalpasi lewat mulut pada dinding faring lateral. Pada bagian bawah os
hioideum terdapat dua alea atau sayap kartilago tiroidea yang menggantung pada
ligamentum tirohioideum. Pada bagian tepi posterior dari masing-masing alea
terdapat kornu superior dan inferior (BOIES).

B. Otot-otot Laring
Otot-otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu otot ekstrinsik yang
terutama bekerja pada laring secara keseluruhan dan otot intrinsik yang menimbulkan
gerakan antara berbagai struktur laring sendiri.
Otot ekstrinsik laring dapat digolongkan menurut fungsinya, yaitu otot-otot
depresor (Omohioideus, sternotiroideus, sternohioideus) yang berasal dari bagian
inferior. Otot-otot elevator ekstrinsik (Milohioideus, geniohioideus, genioglosus,
hipoglosus, digastrikus, dan stilohioideus) yang meluas dari os hioideum ke
mandibula, lidah, dan prosesus stiloideus pada cranium.

Otot intinsik laring lebih mudah dimengerti dengan memahami fungsinya.


Serat-serat otot interaritenoideus (aritenoideus) tranversus dan oblikus meluas
diantara kedua kartilago aritenoidea. Apabila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan
bergeser ke garis tengah dan mengaduksi korda vokalis. Selanjutnya muskulus
krikoaritenoideus posterior yang meluas dari permukaan posterior lamina krikoidea
yang berinsersi ke dalam prosesus muskularis aritenoid. Otot ini dapat menyebabkan
rotasi aritenoid kearah luar dan mengabduksi korda vokalis. Antagonis utama otot ini
yaitu muskulus krikoaritenoideus lateralis berorigo pada arkus krikoidea lateralis
yang juga memiliki insersi pada prosesus muskularis yang menyebabkan rotasi
aritenoid ke medial sehingga menimbulkan aduksi. Otot yang membentuk tonjolan
pada korda vokalis yaitu muskulus vokalis dan muskulus tiroaritenoideus yang
hampir tidak dapat dipisahkan. Kedua otot ini juga ikut berperan dalam membentuk
tegangan korda vokalis. Pada individu lanjut usia, tonus otot vokalis dan
tiroaritenoideus berkurang, sehingga korda vokalis tampak membusur keluar yang
menyebabkan suara menjadi lemah dan serak.
Otot-otot laring utama lainnya, yaitu pasangan otot krikotiroideus yang
merupakan otot berbentuk kipas berasal dari arkus krikoidea di sebelah anterior dan
berinsersi pada permukaan lateral alea tiroid. Kontraksi dari otot ini menarik kartilago
tiroidea kea rah depan, meregang dan menegangkan korda vokalis, kontraksi ini juga
secara pasif memutar aritenoid ke medial, sehingga otot krikotiroideus juga dianggap
sebagai otot aduktor (BOIES).

C. Persarafan Laring
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior yang disebut juga laringeus rekurens. Nervus
laringeus superior meninggalkan trunkus vagalis tepat dibawah ganglion nodusum,
melengkung ke anterior dan medial di bawah arteri karotis eksterna dan interna yang
bercabang dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik eksterna.
Cabang interna menembus membrana tirohiodea untuk persarafan sensorik valekula,

epiglotis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa laring superior interna, sedangkan
cabang eksterna hanya memberikan persarafan motorik untuk satu otot saja, yaitu otot
krikotiroideus.
Nervus laringeus inferior berjalan diantara trakea dan esofagus, masuk ke
belakang laring tepat dibelakang artikulasio krikotiroideus, dan memberikan
persarafan motorik ke semua otot instrinsik laring, kecuali krikotiroideus (BOIES).

D. Pendarahan Laring
Pendarahan laring memiliki dua cabang, yaitu arteri laringis superior dan
arteri laringis inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari arteri tiroid
superior. Arteri laringis superior berjalan secara mendatar melewati bagian belakang
membran tirohioid bersama-sama dengan cabang internus dari nervus laringeus
superior, kemudian menembus membran ini untuk berjalan kebawah di submukosa
dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan
otot-otot laring.
Arteri laringis inferior merupakan cabang dari arteri tiroid inferior dan
bersama-sama dengan nervus laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid,
memasuki laring melalui daerah pinggir bawah dari muskulus konstriktor faring
inferior. Di dalam laring, arteri laringis inferior bercabang-cabang memperdarahi
mukosa dan otot serta beranatomosis dengan arteri laringis superior.
Di daerah setinggi membran krikoid, arteri tiroid superior juga memberikan
cabang yang berjalan mendatari sepanjang membran itu sampai mendekati tiroid.
Terkadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikoid untuk
mengadakan anastomosis dengan arteri laringis superior.
Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan arteri
laringis superior dan arteri laringis inferior yang kemudian bergabung dengan vena
tiroid superior dan inferior. (UI, 2008)

E. Pembuluh Limfa Laring


Drainase limfatik pada laring memiliki dua sistem drainase yang terpisah,
yaitu superior dan inferior. Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan dari
lantai sinus piriformis dan arteri laringis superior, kemudian berjalan ke atas,
selanjutnya bergabung dengan kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam.
Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan ke bawah dengan arteri laringis
inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, beberapa diantaranya
menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular. (UI, 2008)

2.2 Fisiologi Laring


Laring memiliki beberapa fungsi penting, yaitu untuk proteksi, batuk,
respirasi, sirkulasi, proses menelan, dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah
untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan cara
menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.
Reflek batuk membantu dalam membuang benda asing yang telah masuk
kedalam trakea dan dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat
dikeluarkan.
Fungsi respirasi dari laring adalah dengan mengatur besar kecilnya rimaglotis.
Apabila muskulus krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus
vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka (abduksi).
Laring berfungsi sebagai sirkulasi dengan cara terjadinya perubahan tekanan
udara di dalam traktus trakeo-bronkial sehingga mempengaruhi sirkulasi darah dari
alveolus dan mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Fungsi laring dalam membantu proses menelan dapat dilakukan dengan tiga
mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, lalu menutup aditus laringis,
dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring sehingga makanan tidak mungkin
masuk ke dalam laring.
Fungsi laring sebagai fonasi yaitu dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada yang diatur oleh ketegangan plika fokalis. Bila plika fokalis

dalam keadaan aduksi, maka muskulus krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid
ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Selanjutnya pada saat yang
bersamaan muskulus krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago
aritenoid kebelakang dan plika vokalis dalam keadaan ini efektif untuk berkontraksi.
Apabila muskulus krikoaritenoid berkontraksi maka peristiwa sebaliknya akan terjadi,
yaitu muskulus krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga
plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan
menentukan tinggi rendahnya nada. (UI, 2008)

2.3 Histologi Plika Vokalis


Secara histologi tepi bebas plika vokalis diliputi oleh epitel berlapis yang
tebalnya 8-10 sel dan cenderung menipis pada prosesus vokalis.
Pita suara terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:
1. Lapisan mukosa
Lapisan paling luar. Terdiri dari epitel pseudostratified squamous epithelium
yang menutupi permukaan superior dan inferior plika vokalis.
2. Lapisan sub epitel (lamina propia) terdiri dari 3 lapis:
a. Lapisan superfisial:
Tipis dan mengandung sedikit jaringan elastis dan kolagen. Disebut
juga Reinkes Space.
b. Lapisan intermediate:
Terutama mangandung jaringan elastis dan membentuk sebagian dari
ligamentum vokale.
c. Lapisan dalam:
Mengandung jaringan kolagen dan membentuk sisa dari ligamentum
vokale.

Waktu plika vokalis panjangnya sekitar 0,7 cm, pada wanita dewasa 1,6 - 2
cm dan pada laki-laki dewasa 2 - 2,4 cm. Perpanjangan pita suara disebabkan oleh
muskulus krikoaritenoid dan muskulus tiroaritenoid. Tidak hanya panjang plika
vokalis saja yang mempangaruhi nada tapi juga ketegangan, elastisitas plika vokalis
dan tekanan udara di trakea. (Siti hajar, 2004)

Anda mungkin juga menyukai