Anda di halaman 1dari 65

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


Di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH :
RETNO KRISTIAWATI
NIM : 203018201646

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M

ABSTRAKSI
Retno Kristiawati Pelaksanaan Bimbingan
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

dan

Konseling

untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar


siswa SMPN 205, bagaimana pelaksanaan program BK di SMPN 205 Kalideres
Jakarta Barat. Motivasi belajar adalah dorongan baik yang datang dari dalam
atau luar siswa untuk melakukan suatu tindakan (belajar) untuk mencapai suatu
tujuan yang hendak dicapai setiap individu dalam hal ini siswa.Subjek yang
digunakan dalam try out (uji coba) penelitian ini berjumlah 25 siswa dan siswi
kelas 2 SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat. Sedangkan subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 40 siswa dan siswi SMPN 205 yang duduk di kelas 2
SMPN 205. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis penelitian.
Instrumen penelitian berupa angket, wawancara dan skala motivasi belajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa SMPN 205 memiliki motivasi belajar yang
sedang. Program BK yang dilaksanakan disesuaikan dengan kurikulum yang
sudah ada; berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK Ibu Jati Sugiarti
banyak siswa yang mengalami peningkatan motivasi belajar setelah
mendapatkan bimbingan dan konseling dari guru BK walau dari hasil data belum
semua siswa memanfaatkan layanan BK secara maksimal.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta dengan keluarga dan
sahabatnya. Dengan ridho dan izin-Nya skripsi yang berjudul Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar di SMPN 205
Kalideres Jakarta Barat akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Selain
itu, pelaksanaan penulisan dan penelitian ini tidak terlepas dari petunjuk, bimbingan,
semangat, dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Psi, Dosen Pembimbing yang telah
menyempatkan waktu membimbing dan menguatkan mental penulis dalam
penyelesaian skripsi ini,
5. Kedua orang tuaku Mamaku Sarmi, yang sudah memberikan segala perhatian
dan materinya untuk penulis, Bapakku Bambang Sugiman, yang telah dengan
setia menganter jemput dan menjaga zaki selama penulis kuliah dan menyusun
skripsi, menunggu dengan sabar sampai pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk Keluargaku Mas Wawan, Mas Iis, Nining, Sigit, Mba Nur, ponakanku
Adi, Dewi, Nisa, Nia, Nurul terima kasih motivasi dan bantuanya terutama Mas
Wawan, Sigit yang selalu setia setiap saat siapa yang sempat mengantar penulis
kuliah juga bimbingan, Mba Tiwi yang selalu menyempatkan berbagi waktu
untuk menjaga anakku zaki.
7. Suamiku Ahmad Syahroni yang selalu memberikan motivasi yang tidak
terhingga, perhatian, materi dan selalu sabar mengadapi penulis disegala
keadaan. Anakku Maulana Zakaria Syahroni anugrah dari Allah yang sangat
mengerti keadaan ibunya dan selalu menceriakan disaat penulis jenuh.

8. Untuk mertuaku Mama Sudri, Mimi Wastiah kakak iparku ang Warlim, Windri
adik iparku Aliah, Yuli terima kasih yang dengan sabar menunggu penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh civitas akademika SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat, terutama Bpk.
Drs. Mahyudi kepala sekolah. Ibu Jati Sugiarti, S.Pd. yang telah banyak
membantu penulis memberikan masukkan dan motivasi yang positif. Tak lupa
juga para siswa kelas 2 yang sudah membantu penulis dengan menjadi sampel
penelitian.
10. Seluruh civitas akademika UIN Syahid Jakarta, kepada staf pengajar Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syahid Jakarta, yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
11. Staf perpustakaan Tarbiyah UIN, Perpustakaan Utama UIN Syahid, atas segala
referensi bukunya.
12. Terima kasih pada Kartika Asia Handayani, S.Psi yang masih menyempatkan
waktu disela-sela kesibukannya kerja, untuk memberikan masukan dan bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman angkatan 2003- 2005 KI-MP, yang telah menjadi teman sekelas
yang baik Neneng, Riri, Erni, Hira, Eno, Yuyun, Ela, Majid, Kak Yasin, Pak
Iskandar, Mami Nur, Da Budi, Busro, Tami, Indra, Liez, Mery, Putri, Ria, Hilda
terima kasih atas pemberian motivasinya, teman seperjuagan Wiah, Sova, Indah
dan lainnya yang sepertinya tidak akan cukup jika disebutkan satu persatu.
Dan segenap pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dikarenakan
keterbatasan ruang dan waktu. Semoga segala kebaikan dan kasih sayang kepada
Penulis mendapatkan balasan dan keberkahan dari Allah SWT, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................... i


Halaman Persetujuan .......................................................................... ii
Lembar Pengesahan ............................................................................ iii
Abstrak .............................................................................................. iv
Kata Pengantar..................................................................................... v
Daftar Isi
Daftar Tabel

........................................................................................ vii
...................................................................................... x

Bab 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar belakang masalah

.......................................................... 1

B. Identifikasi masalah

......................................................... 5

C. Pembatasan Masalah

............................................................ 5

D. Pembatasan masala

............................................................ 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6


1 Manfaat teoritis

................................................................ 6

2 Manfaat praktis

.................................................................. 6

Bab 2 KAJIAN TEORI ........................................................................ 8


A. Motivasi Belajar

..................................................................... 8

1. Pengertian Motivasi Belajar ............................................... 8


2. Pengertian Belajar .............................................................. 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
4. Tujuan Belajar

................................ 11

................................................................ 12

5. Macam-Macam Motivasi Belajar ....................................... 13


6. Tujuan motivasi Belajar

................................................. 15

7. Fungsi Motivasi Belajar .................................................. 15


B. Bimbingan dan Konseling ......................................................... 16
1. Pengertian Bimbingan ........................................................ 16
2. Metode Bimbingan .......................................................... 18

a. Bimbingan Kelompok ............................................... 18


b. Bimbingan Individual................................................... 20
3. Pengertian Konseling ...................................................... 21
4. Program Bimbingan dan Konseling
5. Tujuan Bimbingan dan Konseling

............................... 23
.................................. 23

6. Fungsi dan Prinsip-Pronsip Bimbingan dan Konseling ....... 24


a. Fungsi Bimbingan dan Konseling

............................. 24

b. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling .................... 27


7. Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling.......................... 28
8. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
C. Kerangka Berpikir

....................... 29

............................................................ 31

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

.......................................... 33

A. Tempat Penelitian ................................................................... 33


B. Tujuan .................................................................................... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian

................................... 33

.......................................................... 34

E. Teknik Pengumpul Data dan Instrumen Penelitian ................... 35


1. Teknik Pengumpulan data
2. Instrumen Penelitian

............................................. 35
................................................. 36

F. Teknik Analisis Data................................................................ 38

Bab 4 HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum

......................................................... 40
................................................. 40

1. SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat ................................... 40


2. Guru .................................................................................. 40
3. Siswa ................................................................................. 41
4. Sarana dan Prasarana ......................................................... 41
5. Hasil Data Angket
6. Gambaran Guru B K

.......................................................... 42
...................................................... 46

B. Pelaksanaan BK

..................................................... 46

1. Umum

........................................................... 46

2. Bimbingan Belajar ........................................................... 47


C. Motivasi Belajar Siswa

..................................................... 48

D. Pembahasaan Hasil Penelitiaan

........................................ 49

Bab 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran

............................ 52

..................................................... 52
..................................................................... 52

1. Saran Teoritis

................................................................ 52

2. Saran Praktis

.................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Daftar Tabel

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kisi-kisi skala Instrumen Motivasi Belajar Tryout ............................. 33


Kisi-kisi Skala Instrumen Motivasi Belajar............................................. 34
Daftar siswa tiga tahun terakhir ............................................................. 41
Tabel sarana dan prasarana .................................................................... 41
Gambaran umum siswa berdasarkan jenis kelamin
....................... 37
Gambaran umum siswa berdasarkan motif mengikuti bimbingan ......... 38
Gambaran umum siswa berdasarkan bimbingan yang didapat
di sekolah
....................................................... 38
8. Gambaran umum siswa berdasarkan cara mendapatkan bimbingan......... 39
9. Gambaran umum siswa berdasarkan hasil setelah mendapatkan
Bimbingan.............................................................................................. 40
10. Gambaran umum siswa berdasarkan frekuensi mengikuti bimbingan...... 40
11. Tingkat motivasi belajar siswa melalui program bimbingan dan
Konseling .......................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang, SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 Depak
A.M, Sadirman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Abdul, Muhib A dan Rahman, Abdul S. (2004). Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam. Jakarta: Kencana
Yamin, Martinis. (2006). Profesionalisme Guru dalam Implementasi KBK. Jakarta:
Gaung Persada
Purwanto, Ngalim. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Fadliyanur, (tt). Jurnal Teori Motivasi Menurut Islam diakses dari htttp://.
Multiply.com/journal/item/22
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Renika
Cipta
Hamalik, Oemar. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hasibuan, S.P Malayu.(2005).Manajemen Sumber Daya Manusia .Jakarta: Bumi
Aksara.
Amti, Erman dan Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Renika Cipta
Thohirin. (2007). Bimbingan Dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Ketut, Dewa S. (1983). Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional
Winkel, W.S. (1997) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Widiasarana Indonesia
Soetjipo dan Kosasi, Raflis. (2007). Profesi Keguruan Jakarta: Renika Cipta
Hellen. (2005). Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press: 2005) Cet III. h.
60
Sobri, Alisuf M. (2005). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM


MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
RETNO KRISTIAWATI
NIM : 203018201646

Pembimbing:

Dra. Hj. Fadhilah Suralaga M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia, dengan adanya
pendidikan manusia mampu melakukan sesuatu yang dapat memajukan dirinya
agar dapat hidup lebih baik di masa depan.
Pendidikan adalah usaha sadar manusia secara terencana yang bertujuan
untuk menumbuh kembangkan potensi kepribadiannya, kecerdasan, ahlak serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Mengingat sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia maka
pendidikan harus diprioritaskan dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh
hasil yang diharapkan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan
pengadaan tenaga kependidikan baik secara personal maupun profesional, harus
benar-benar dipikirkan. Karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan
merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan pendidikan dan sebagai
ujung tombak keberhasilan pendidikan.
Pendidikan formal merupakan aktivitas siswa di sekolah dan belajar mengajar
adalah aktivitas siswa dan guru. Akan tetapi pada pelaksanaanya banyak sekali
masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut, banyak siswa
yang mengalami masalah, yang dapat mengganggu konsentrasinya belajar.

UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 Depak Cet.I, September 2003

Setiap siswa siswa mempunyai kemungkinan menghadapi masalah seperti orangorang pada umumnya, baik masalah yang datang di dalam dirinya maupun yang
datang dari luar dirinya sehingga bila masalah yang dihadapinya tidak cepat
diatasi akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, akibatnya motivasinya
dalam belajar jadi menurun dan hal ini akan berdampak pula pada hasil
belajarnya.
Masalah yang sedang dihadapi siswa dapat diamati dalam berbagai bentuk
prilakunya seperti: murung, sering membolos, tidak konsentrasi dalam menangkap
dan menyerap pelajaran. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti: tidak
nyaman dengan kondisi kelas, guru yang menyampaikan materi terlalu cepat atau
lambat sehingga siswa tidak dapat menerima dan menyerap pelajaran secara
optimal juga rasa bosan dengan materi yang monoton, merasa minder atau
mendapat diskriminasi dari teman-teman di kelas karena memiliki kekurangan
fisik juga itelijensi yang sangat rendah. Dan masih banyak hal-hal atau faktorfaktor yang lainnya yang dapat menurunkan motivasi belajar siswa, bahkan
hilangnya motivasi untuk belajar.
Menurunnya motivasi dalam belajar akan berdampak pula pada hasil belajar.
Menurunnya hasil belajar dapat dilihat dari menurunnya hasil latihan dan nilai
pekerjaan rumah serta nilai ujian. Hasil belajar inilah yang dapat dijadikan
indikasi tentang adanya masalah belajar yang timbul pada diri siswa.
Dalam belajar, motivasi sangat berperan penting; dengan motivasi siswa akan
menjadi lebih tekun dan bersungguh-sungguh serta kualitas hasil belajarnya akan
jauh lebih baik. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting, motivasi akan
menggerakkan psikis seseorang untuk dapat melakukan sesuatu kegiatan dan
menumbuhkan minat siswa untuk belajar.
Guru bertanggung jawab melaksanakan pembelajaran yang baik agar
mendapatkan hasil yang optimal. Keberhasilan ini tergantung bagaimana cara
guru membangkitkan motivasi pada siswanya. Guru dapat membangkitkan
motivasi belajar antara lain dengan memberikan penjelasan tujuan belajar, hadiah
berupa angka-angka, pujian ataupun hukuman.

Memberikan motivasi pada siswa berarti menggerakkan siswa untuk


melakukan sesuatu. Pada tahap awal yang dapat dilakukan guru dalam memotivasi
belajar siswanya adalah dengan menumbuhkan kesadaran bahwa apa yang sedang
dilakukannya yaitu belajar merupakan kebutuhan sehingga bila siswa merasa
belajar merupakan kebutuhan maka siswa tersebut akan terdorong untuk
melakukan aktivitas belajar tanpa paksaan.
Dalam proses pembelajaran guru akan menghadapi siswa yang mempunyai
kemampuan, karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Sering kali guru
menemukan masalah-masalah yang berbeda-beda dalam proses belajar yang
dihadapi siswa untuk itu guru dituntut lebih teliti dan perhatian dalam menghadapi
peserta didiknya.
Guru sebagai petugas utama dalam kegiatan-kegiatan dalam bimbingan yang
sebenarnya di dalam kelas (termasuk wali kelas) adalah orang yang mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan siswa, ia mempunyai banyak kesempatan
untuk mempelajari siswanya, dan mengawasi tingkah lakunya. Apabila guru lebih
teliti dan perhatian ia dapat mengetahui sifat-sifat, kebutuhan, dan masalahmasalah siswa.
Usaha yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi
siswa dapat dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan gejala-gejala yang timbul
seperti:

mengidentifikasi

masalah-masalah

yang

dihadapi,

mencari

dan

mengungkapkan sebab-sebab terjadinya masalah belajar baru kemudian diadakan


bantuan atau perbaikan.
Pada umumnya guru biasa membatasi pada kasus-kasus yang tidak begitu
berat, ini disebabkan karena terlalu banyak beban tugas yang sudah ditanggung
mereka juga keterbatasan kemampuan dalam mengenali kepribadian siswa secara
mendetail sehingga tidak mampu melayani siswa secara optimal.
Dalam menghadapi dan mengatasi masalah, siswa dapat dibantu oleh suatu
komponen sekolah yang memiliki peran utama menghadapi masalah siswa yaitu
pelayanan bimbingan dan konseling (BK). Pelayanan bimbingan dan konseling
(BK) adalah sebuah wadah yang diperuntukkan membantu para siswa agar dapat
mengembangkan berbagai potensi mereka secara optimal.

Guru pembimbing diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih lengkap


mengenai kepribadian siswa serta memiliki banyak waktu untuk mengadakan
wawancara danmembantu siswa menghadapi kasus-kasus yang lebih berat.
Pada umumnya guru pembimbing bertanggung jawab melaksanakan
bimbingan pendidikan dan bimbingan masalah-masalah pribadi siswa. Dalam
menghadapi siswanya seorang guru pembimbing harus menunjukkan sikap
simpati dan empati. Simpati artinya ikut merasakan apa masalah yang sedang
dihadapi siswa sedangkan empati artinya seorang guru pembimbing berusaha
semaksimal mungkin menempatkan diri dalam situasi siswa yang bermasalah
dengan begitu akan memberikan rasa nyaman dan aman sehingga siswa merasa
terbantu dan dapat mengungkapkan masalah yang dihadapi secara terbuka dan
semua ini akan membantu siswa agar cepat mengatasi masalahnya.
Tingkat motivasi siswa sangat dipengaruhi oleh keadan dirinya dan
lingkungan di sekelilingnya. Berdasarkan penelitian pendahuluan seperti
dikemukakan oleh salah seorang guru BK bahwa motivasi belajar siswa SMPN
205 Kalideres yang rendah disebabkan karena ekonomi keluarga yang lemah,
keluarga yang tidak harmonis (bercerai) sehingga siswa tidak mendapatkan
perhatian dari kedua orang tua secara optimal, keinginan orang tua terhadap anak
yang terlalu dipaksakan. Fenomena-fenomena yang timbul dari rendahnya
motivasi siswa adalah sering membolos, enggan mengikuti pelajaran, serta
melanggar tata tertib sekolah.2
Karena motivasi sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar dan
merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan belajar maka peran guru kelas
maupun guru pembimbing sangatlah besar dalam membangkitkan semangat dan
menumbuhkan minat belajar. Guru pembimbing siap sedia mengadapi setiap
masalah siswanya serta mengatasi keluhan-keluhannya, dengan rasa simpati dan
empati yang tinggi serta penuh tanggung jawab sebagai pendidik.
Seorang guru pembimbing atau konselor bukanlah menyelesaikan langsung
yang dihadapi siswa tetapi hanya memberi dorongan, arahan, nasehat dan stimulus
bagaimana siswa tersebut dapat menyusun rencana atau usaha-usaha untuk
2

Hasil Wawancara Pendahuluan dengan Guru Kordinator BK Ibu Lilis Suryani.

mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Bimbingan dan konseling juga dapat
memberi kemampuan kepada siswa untuk menghadapi atau mengatasi masalah
yang sedang dihadapi.
Dari latar belakang inilah maka penulis mencoba mengangkat suatu
permasalahan yang akan dianalisis dan diteliti: Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 205 Kali
Deres Jakarta Barat.

B. Indentitikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat indentifikasikan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah program bimbingan di SMPN 205 sudah berjalan dengan baik?
2. Apakah bimbingan yang dilaksanakan dapat mengatasi kesulitan belajar
siswa?
3. Apakah program bimbingan yang diberikan mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa?
4. Apakah pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menciptakan belajar
yang efektif?
5. Apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan
bimbingan?
6. Upaya apa yang dilakukan guru BK untuk meningkatkan motivasi belajar?

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan dalam
pemaknaan maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa yang dimaksud adalah motivasi intrinsik yaitu
motif yang mengaktifkannya tidak perlu dirangsang dari luar individu
karena dari dalam diri setiap individu itu sendiri sudah ada dorongan
untuk melakukan suatu kegiatan. seperti: belajar karena ingin mendapat
pengetahuan, belajar karena ingin mengetahui konsep dan sebagainya.
Juga motif yang aktif karena ada perangsang dari luar individu itu sendiri

atau motivasi ekstrinsik seperti: belajar karena ingin memperoleh


penghargaan dan untuk memperoleh nilai yang baik.
2. Program bimbingan dan konseling yang dimaksud di sini adalah
komponen sekolah yang menangani pemberian bantuan kepada siswa
melalui empat jenis bimbingan, termasuk bidang bimbingan belajar.
3. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas II SMPN 205 Kali Deres Jakarta
Barat.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas rumusan masalah yang akan
dijadikan acuan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana motivasi belajar siswa SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat?
2. Bagaimana pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMPN 205
Kalideres Jakarta barat?

E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
peningkatan motivasi belajar siswa setelah mendapatkan bimbingan dari
program bimbingan dan konseling.
2. Manfaat penelitian
a. Secara teoritis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pemikiran dalam bidang
administrasi bimbingan dan konseling.
b. Secara praktis
1) Bagi penulis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengalaman dalam

memahami

keadaan

murid,

bagaimana

memotivasi dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar terutama


siswa-siswa yang sedang menghadapi masalah.

2) Bagi sekolah:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti
bagi SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat umumnya dan guru-guru
khususnya untuk dapat lebih teliti dan memberi perhatian terhadap
siswanya, agar lebih termotivasi untuk belajar.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar Siswa


1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Setiap manusia memiliki kepentingan untuk melakukan sesuatu dalam
hidupnya, kepentingan seseorang dengan orang lain pasti berbeda-beda, bila
seseorang disodorkan tugas yang sama, maka masing-masing memiliki reaksi
yang berbeda-beda pula ada yang senang dan antusias menerima tugas yang
diberikan dan ada yang yang sebaliknya tidak sama sekali melaksankan tugas
yang diberikan itu dikarenakan tugas yang diberikan tidak berkaitan langsung
dengan kepentingan dirinya.
Adanya perbedaan reaksi yang timbul akibat tugas yang diberikan tersebut
menandakan bahwa setiap orang memiliki motif yang berbeda-beda; Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam dirinya dan dalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya tujuan1
Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi,
motif adalah dorongan atau kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong
orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu.
M. Usman Najati seperti dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib
Abdul Wahab menyatakan motivasi adalah kekuatan penggerak yang

Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007)Cet .10. h. 73

membangkitkan aktivitas pada mahluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku


serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.2
Martinis Yamin mengutip M.C. Donald mengungkapkan bahwa:3
Motivasi merupakan, perubahan energi dalam diri pribadi
seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Dalam definisi ini terdapat 3 hal yang saling
berkaitan:
a.
Motivasi dimulai dengan adanya perubahan energi dalam
diri pribadi
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan
c.
Motivasi ditandai dengan reaksi untuk mencapai tujuan
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat. Jadi suatu kekuatan atau keinginan
yang datang dari dalam hati nurani manusia untuk melakukan suatu perbuatan
tertentu.4
Ngalim Purwanto menyatakan motivasi adalah pendorongan suatu usaha
yang di sadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk agar ia
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu.5
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa motivasi merupakan
pendorong bagi perbuatan seseorang baik menyangkut mengapa seseorang
melakukan sesuatu dan apa tujuan sehingga ia berbuat demikian. Dorongan
tersebut bisa terjadi bila terangsang dari dalam diri maupun di luar diri
individu sendiri.
Motivasi juga dapat timbul pada sseseorang siswa baik secara sadar
maupun tidak sadar dengan tujuan melakukan sesuatu tindakan dalam
memenuhi kebutuhan
2

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2004) Cet. 1.h.132
3
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dalam Implementasi KBK (Jakarta: Gaung
Persada, 2006)Cet. . h 154-155
4
Fadliyanur , Jurnal Teori Motivasi Menurut Islam di akses dari situs http:// fadliyanur.
Multiply.com/journal/item/22 tahun 2008
5
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010)
Cet.20. h. 71

10

Motivasi juga dapat dikatakan suatu proses perangsang mengaktifkan


motif-motif yang ada pada diri seseorang yang menjadi tingkah laku yang
akan memenuhi kebutuhan dan tercapainya suatu tujuan.

2. Pengertian Belajar
Slameto mengungkapkan pengertian belajar yaitu suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara kseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. 6
Menurut Dr. Oemar Hamalik belajar adalah proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan7
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat
berupa tingkah laku yang baru atau memperbaiki cara meningkatkan
perilaku yang ada.
Slamento menyatakan bahwa:8
Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
1. Perubahan terjadi secara sadar.
2. perubahan belajar dalambelajar bersifat kontinu dan
fungsional
3. perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. berubahan belajar bertujuan atau terarah
6. perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar adalah
suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan yang
baru sebagai pengalaman individu itu sendiri. Perubahan yang terjadi
akibat belajar dapat berupa keterampilan, sikap, ataupun pengetahuan.

Slamento Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: Renika Cipta,


2003) Cet. 4. h. 2
7
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) Cet. 5. h
36
8
Slamento Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya..., h. 2-3

11

Belajar merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja


artinya, seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar pada akhirnya
menyadari bahwa ia sedang mempelajari sesuatu, sehingga perubahan
yang terjadi pada dirinya merupakan akibat dari kegiatan yang disadari
atau disengaja dilakukannya tersebut, yaitu belajar.

3. Faktor yang mempengaruhi belajar


Berhasil tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-bermacam
faktor. Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni:9
1. faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa.
3. faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering kali berkaitan dan
mempengaruhi antara yang satu dan yang lain. Seorang siswa yang
bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya cenderung mengambil
pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya,
seorang siswa yang beritelegensi (faktor internal) dan mendapat dorongan
positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih
pendekatan belajar yang mementingkan kualitas hasil belajar jadi, karena
pengaruh faktor-faktor muncul siswa yang berprestasi tinggi dan siswa
berprestasi rendah. Dalam hal ini,
profesional
kemungkinan
9

.144-145

diharapkan
munculnya

mampu

seorang guru yang kompeten dan


mengantisipasi

munculnyaa

sekelompok

kemungkinansiswa

yang

Muhibbin Syah Psikologi belajar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003) Cet.1. h

12

menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi


faktor yang menghambat proses belajar mereka.

4. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman A.M. ditinjau secara umum tujuan belajar itu ada tiga
jenis yaitu:10
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Memiliki pengetahuan dan keterampilan berfikir merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan
hal inilah yang memiliki kecerendungan lebih besar di dalam
kegiatan belajar.
Adapun jenis interaksi yang digunakan adalah presentsi,
pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan demikian peserta didik
akan

diberikan

pengetahuan

sehingga

bertambahlah

memerlukan

keterampilan,

pengetahuanya.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Menanamkan

konsep

juga

keterampilan yang bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan


jasmani bisa berupa keterampilan gerak tubuh dari anggota yang
belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit karena bersifat
abstrak menyangkut keterampilan berpikir serta kreativitas.
a. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku, pribadi peserta
didik guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.
Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan dan tidak
lupa guru itu sendiri yang menjadi model atau contoh.
Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa
diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua prilakunya oleh para
siswanya. Dari proses observasi tersebut mungkin juga siswa
10

Sadirman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar..., h. 26-28

13

menirukaan prilaku gurunya sehingga terjadi proses penghayatan


pada setiap diri siswa untuk kemudian di amalkan.
Pembentukan sikap mental dan prilaku siswa tidak akan lepas
dari penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru bukan hanya
sekedar pengajar terapi sebagai pendidik yang memindahkan nilainilai itu kepada siswa peserta didiknya. Dengan dilandasi nilainilai tersebut peserta didik akan tumbuh kesadaran dan
kemampuannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran


merupakan hal terencana dan tidak terpisah dan bermuara pada peserta
didik maka itu diperlukan sistem pembelajaran dan lingkungan yang
mendukung.

5. Macam-Macam Motivasi Belajar


Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab menyatakan bahwa
pada umumnya para psikolog membagi motivasi menjadi dua yaitu:11
a. Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang berasal dari dalam diri
seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya orang
yang gemar membaca , tidak usah ada yang mendorong , ia akan
mencari sendiri buku-buku untuk dibaca. Motif intrinsik juga
diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya ada kaitanya
langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam tujuan
pekerjaan itu.
b. Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang datang karena adanya
perangsangan dari luar, seperti mahasiswa belajar rajin karenakan
ujian. Motivasi ekstrinsik ini juga dapat diartikan sebagai motivasi
yang pendorongnya tidak ada hubungannya dengan nilai yang
11
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Persepektif Islam ..., h.139-140

14

terkandung dalam tujuan pekerjannya . seperti seorang mahasiswa


mengerjakan tugas karena takut pada dosen.
Winkel seperti dikutip oleh Martnis Yamin menyatakan bahwa
ada beberapa bentuk motivasi ektrinsik diantaranya: 12
1) belajar demi memenuhi kewajiban
2) belajar demi menghindari hukuman yang di ancamkan
3) belajar demi mendapatkan hadiah yang disajikan
4) belajar demi meningkatkan gengsi
5) belajar demi mendapatkan pujian dari orang penting seperti
orang tua dan guru
6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang demi
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau golongan
administratif.

Siswa yang memiliki motivasi belajar dari dalam dirinya akan memiliki
tujuan menjadi orang yang terdidik yang berpenetahuan dan satu-satunya
jalan untuk mencapainya adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin apa
yang diharapkan tersebut tidak tercapai. Jadi motivasi yang didasari dari
kesadaran diri sangat berpengaruh pada hasil belajar ini bukan berarti
motivasi ekstrinsik tidak penting dalam belajar, motivasi intrinsik juga
penting karena keadaan siswa itu dinamis, berubah berubah, belajar yang
kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi untuk
meningkatkan semangat belajar siswa.
Baik

motivasi

intrinsik

atau

ekstrinsik

kedua-duanya

dapat

meggerakkan seseorang untuk belajar. Agar aktivitas dalam belajar


memberikan kepuasan atau ganjaran di akhir kegiatan belajar sebaiknya
motivasi yang mendorong anak didik untuk belajar adalah motivasi
intrinsik.

12

Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dalam Implementasi KBK,161

15

6. Tujuan Motivasi Belajar


Ngalim Purwanto menyatakan bahwa:13
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakan atau
menggugah seseorang agar agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi
adalah untuk menggerakn atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan
yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulim sekolah.
Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerkan siswa untuk
melakukan sesuatu oleh sebab itu tindakan memotivasi akan lebih berhasil
jika tujuan jelas dan disadari oleh orang yang dimotivasi serta sesuai
dengan kebutuhan orang dimotivasi oleh Oleh karena itu setiap orang
(guru) yang ingin memberikan motivasi harus mengenal dan memahami
latar belakang kehidupan orang yang akan dimotivasi.

7. Fungsi Motivasi Belajar


Dalam belajar diperlukan motivasi, hasil belajar pun banyak
dipengaruhi oleh motivasi makin tepat motivasi yang diberikan makin
berhasil pula proses belajar yang dilakukan siswa tersebut.
Motivasi melepas energi atau tenaga seseorang; setiap motivasi erat
kaitannya dengan suatu tujuan yang hendak dicapai. Motivasi dapat pula
berfungsi sebagai usaha mencapai prestasi seseorang melakukan sesuatu
karena adanya motivasi dengan motivasi yang baik dalam belajar tentu
akan menunjukan hasil yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan
dilandasi dengan motivasi yang baik, maka seseorang akan memperoleh
prestasi yang baik dan memuaskan. Intensitas motivasi yang dimiliki
seseorang siswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar
siswa

13

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan ...,73

16

Menurut Oemar Hamalik motivasi memiliki 3 fungsi yaitu:14


a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan tanpa motivasi
tidak akan timbul sesuatu perbuatan misalnya belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang, besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambat suatu pekerjaan.

B. Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan
Secara garis besar kegiatan bimbingan dilakukan untuk mencapai
tujuan, yaitu untuk membantu individu agar mangetahui, memahami dan
mengenal dirinya,
Untuk memperoleh gambaran yang jelas akan diuraikan beberapa
definisi tentang bimbingan.
Menurut Dunsmoor dan Miller seperti dikutip oleh Priyanto Erman Amti:
Bimbingan adalah membantu individu untuk memahami dan
menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan,
jabatan dan pribadi mereka miliki atau dapat mereka kembangkan
sebagai seuatu bantuan yang sistematik, melalui siswa dibantu
untuk memperoleh penyelesaian yang baik terhadap sekolah dan
kehidupan.15
Menurut Thohirin bimbingan bisa berarti bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu, agar individu yang dibimbing mencapai
kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi

14

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,108


15
Prayitno dan Erman Amti , Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Renika
Cipta, 2004) Cet.II. h. 93

17

dan pemberian nasehat serta gagasan dalam suasana asuhan berdasarkan


norma-norma yang berlaku.16
Rahman Natawidjaja seperti dikutip Winkel menyatakan bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. 17
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses
yang berkesinambungan, bimbingan diberikan kepada siswa secara
terencana dan terus menerus, terarah pada satu tujuan tertentu sehingga
orang yang dibimbing dapat mencapai perkembangan mampu memahami
dirinya dan lingkungannya. Bimbingan yang diberikan bukanlah secara
kebetulan, sewaktu-waktu dan tidak di sengaja tetapi terorganisir dan
terencana untuk membantu siswa. Bimbingan yang dilakukan bisa secara
individual maupun kelompok. Pemecahan masalah dilakukan oleh
kekuatan klien itu sendiri dengan memaksimalkan kemampuan klien untuk
dapat mengatasi masalah-masalahnya sendiri dan pada akhirnya mencapai
kenmandirian. Bimbingan dilaksanakan dengan berbagai pendekatan
dengan interaksi, nasehat ataupun gagasan yang berasal dari klien itu
sendiri maupun konselor, dalam interaksi yang terjadi antara klien dan
konselor dapat dipetik keuntungan yang dapat berguna bagi klien.
Masih banyak lagi definisi bimbingan lainnya namun pada dasarnya
adalah sama yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memberikan bantuan
kepada siswa untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
agar siswa tersebut dapat menyelesaikan masalahnya sendiri melalui
bantuan orang yang ahli dan dapat mencapai perkembangan diri secara
optimal.

16

Thohirin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo
Persada 2007) Cet.1 h. 20
17
W.S Winkel Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogyakarta:
Widiasarana Indonesia,1999) Cet.I, h. 67

18

2. Metode Bimbingan
Pada umumnya metode bimbingan yang digunakan itu mengambil
dua pendekatan yaitu pendekatan secara kelompok dan pendekatan
secara individual. Pendekatan secara kelompok disebut bimbingan
kelompok (grup guidance) sedangkan individual disebut individual
konseling.

a) Bimbingan kelompok
Teknik ini digunakan dalam membantu murid atau kelompok
murid memecahkan masalahnya melalui kegiatan kelompok,
masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok yaitu dirasakan
bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan
oleh individu sebagai anggota kelompok.18
1. Pelajaran bimbingan
Dengan peljaran bimbingan di harapkan bukan hanya
sekedar mendapat pengetahuan, melainkan mengusahakan
perubahan denan sikap mereka dengan cara bergaul. Metode
yang diterapkan di kelas bukan melulu hanya bersifat,
nasehat, wejangan atau ceramah tetapi melibatkan murid
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Karyawisata
Dengan karya wisata murid dapat mengenal secara
langsung dari dekat situasi atau objek-objek yang menarik
perhatiannya, dalam hubunganya dengan pelajaran di
sekolah.

Dengan

karyawisata

murid-murid

mendapat

kesempatan untuk memperoleh penyesuian dalam kehidupan


berkelompok, berorganisasi, kerjasama, tanggung jawab.

18

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah (Surabaya: Usaha
Nasional 1983) h.158

19

3. Diskusi Kelompok
Murid-murid yang tergabung dalam kelompok-kelompok
kecil itu mendiskusikan bersama berbagai permasalahan di
termasuk di dalamnya masalah belajar. Masalah-masalah
yang mungkin dapat didiskusikan dalam diskusi kelompok
misalnya: masalah pergaulan dengan orang tua, kesukaran
dalam belajar, masalah pengisian waktu luang, masalah
hubungan

dengan

pesabatan,

masalah

menyelesaikan

pekerjan rumah, masalah-masalah OSIS dan lain-lain.


4. Home room
Home room merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam ruangan kelas guna kegiatan bimbingan belajar dalam
usaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
terhadap murid-murid.
5. Sosiodrama
Sosiodarma adalah suatu cara dalam bimbingan yang
memberikan

kesempatan

kepada

murid-murid

untuk

memdramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan


seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial
sehari-hari

dimasyarakat.

Maka

sosiodrama

itu

dipergunakandalam memecahkan masalah-masalah sosial


yang mengganggu belajar dengan kegiatan sosial.
6. Ceramah dari nara sumber
Dalam menberikan informasi tentang kegiatan belajar,
dapat pula dilakukan dengan mendatangkan orang-orang
tertentu disekolah utuk memberikan ceramah. Cara ini lebih
efesien karena mudah dilaksanakan, dan murid-murid
memperoleh informasi sebanyak mungkin dalam waktu yang
tidak terlalu lama.

20

b) Konseling Individual (Individual Counseling)


Konseling merupakan salah satu teknik pemberian bantuan
secara individu dan secara langsung berkomunikasi. Dalam teknik
ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat
face

to

face

relationship

(hubungan

empat

mata)

yang

dilaksanakan dengan wawancara antara konselor dengan klien.


Masalah yang dipecahkan melalui teknik ini ialah masalah-masalah
yang bersifat pribadi.
Dalam konseling hendaknya konselor bersikap penuh simpati
dan empati. Simpati artinya menujukan adanya sikap turut
merasakan apa yang dirasakan oleh kasus, sedangkan empati
artinya berusaha menempatan diri dalam situasi klien dengan
segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien
akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor.
Umumnya ada 3 teknik khusus dalam konseling individu yaitu:19
1. Directive counseling. Teknik konseling dimana yang paling
berperan adalah konselor. Jadi dalam hal ini konselor lebih
banyak mengambil inisiatif dalam proses konseling sehingga
klien tinggal menerima apa yang dikemukakan oleh konselor.
2. Non-direcitive counseling. Dalam proses konseling ini aktivitas
banyak diletakkan dipundak klien itu sendiri, dalam pemecahan
masalah maka klien itu sendiri didorong oleh konselor untuk
mencari pemecahan masalahnya.
3. Eclective counseling, merupakan penggabungan dari unsurunsur dari kedua tehnik diatas.
Berdasarkan ketiga uraian mengenai teknik di atas agar proses
konseling berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka
teknik-teknik atau pendekatan yang terbaik digunakan dalam proses
konseling haruslah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan
19

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah ..., h. 166-171

21

kondisi siswa atau klien, jenis masalah yang dihadapi, waktu yang
tersedia untuk konseling atau wawancara dengan kepribadian dan
keterampilan yang dimiliki oleh pembimbing
Seorang konselor atau guru pembimbing akan berhasil menjalankan
tugasnya tidak hanya berpegang pada satu pendekatan atau teknik,
tetapi menggunakan bermacam-macam pendekatan atau teknik sesuai
dengan sifat masalah klien dan situasi konseling.

3. Pengertian Konseling
W.S Winkel menyatakan pengertian konseling:
Counseling (konseling dalam bahasa indonesia) dikaitkan
dengan kata counsel yang diartikan sebagai berikut : nasehat (to
obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take
counsel) dengan demikian konseling akan diartikan sebagai
pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan
bertukar pikiran20
Prayitno dan Erman Amti berpendapat bahwa konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh
seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah yang bermuara kepada teratasinya masalah yang dihadapi oleh
klien.21
Menurut Thohirin konseling bisa berarti kontak atau hubungan
timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani suatu
masalah klien, yang didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan
teritegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang
berguna bagi klien. 22
Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang
dilakukan secara tatap muka face to face atau dengan cara-cara sesuai

20

W.S Winkel Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan..., h.70


Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, 105
22
Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, h. 25

21

22

dengan keadaan klien yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan


hidupnya.23
Konseling adalah pembahasan-pembahasan suatu masalah dengan
seorang karyawan dengan maksud pokok membantu karyawan tersebut
agar dapat mengatasi masalah lebih baik. Konseling bertujuan untuk
membuat orang-orang menjadi lebih efektif dalam memecahkan masalahmasalah mereka. 24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan
suatu bentuk pelayanan dalam bimbingan yang dilakukan secara tatap
muka face to fac antara konselor dengan klien yaitu dengan tujuan agar
klien mampu memperoleh pemahaman dalam dirinya dan mampu
mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
Proses yang terjadi dalam konseling adalah usaha menghidupkan
dan mendayagunakan kekeuatan-kekuatan yang minimal dan potensial
yang ada pada diri klien jika kekuatan itu berjalan dengan baik dapat
diharapkan hidup klien akan kembali berjalan dengan wajar mengarah
pada tujuan yang positif.
Tehnik-tehnik yang digunakan dalam konseling adalah dengan
wawancara yang sedemikian rupa dengan menciptakan hubungan yang
akrab antara konselor dan klien sehingga masalah yang dihadapi dapat
terjelajahi dari berbagai segi dan klien terangasang untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan kekuatannya sendiri.

23

Ketut Dewa Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah ...,h. 66


Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara
2005)Cet.5. h.204
24

23

4. Program Bimbingan dan Konseling


Kegiatan bimbingan dan konseling akan mendapatkan hasil yang
efektif bilamana dimulai dari adanya program yang tersusun dengan baik.
Program bimbingan berisi rencana kegiatan layanan bimbingan dan
konseling.
Soetjipto dan Raflis Kosasi mengutip pendapat Winkel, program
bimbingan dan konseling merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana,
terorganisasi, dan terkordinasi selama periode waktu tertentu.25
Soetjipto dan Raflis Kosasi mengutip pendapat Hotch dan Coster,
program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan
layananan

khusus

yang dimaksudkan untuk membantu

individu

mengadakan penyesuaian diri26


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan
dan konseling adalah suatu program khusus yang ada di sekolah untuk
memberikan bantuan kepada siswa baik secara pribadi maupun kelompok
yang terencana dan teroganisir dalam kurun waktu tertentu.
Proses bantuan yang diberikan tidak hanya dilakukan sekali saja
akan terapi secara terus-menerus berkesinambungan secara maksimal yang
bersifat menunjang perkembangan pribadi siswa yang dibimbing.

5. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Menurut Myers seperti dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti
tujuan Bimbingan dan Konseling adalah membantu pengembangan yang
mengacu pada perubahan positif pada diri individu merupakan tujuan dari
semua upaya bimbingan dan konseling27

25

Soetjipo dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Renika Cipta 2007) h. 91
Soetjipo dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan ..., h. 91
27
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, h. 113

26

24

W.S Winkel menyatakan bahwa:28


Tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya sesama
manusia mampu mengatur kehidupan sendiri, menjamin
perkembangan dirinya seoptimal mungkin memikul tanggung
jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri menggunakaan
kebebasan sebagai manusia secara dewasa dengan pedoman
pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik
padanya dan menyelesaikan tugas yang dihadapinya dalam
kehidupan ini secara memuaskan.
Menurut Tohirin tujuan bimbingan dan konseling adalah agar
tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing,
dengan kata lain individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal
sesuai dengan potensi atau kapasitasnya agar individu dapat berkembang
sesuai lingkungannya.29
Dari definisi di atas dapat disimpulkan tujuan program Bimbingan
dan Konseling untuk membantu para siswa agar dapat mengembangkan
diri secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
perkembangan lingkungannya.
Dengan adanya tujuan bimbingan dan konseling diharapkan dapat
membantu tercapaiya tujuan pendidikan dan pengajaran serta membantu
individu-individu untuk mencapai kesejahteraan dan perkembangannya
secara optimal sesuai dengan keadaan dan lingkungannya.

6. Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling


a. Fungsi Bimbingan Konseling
Bimbingan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan
kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang secara optimal sehingga terjadi pribadi yang utuh dan
mandiri.

28 28
29

W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di institusi Pendidikan ..., h. 97


Thohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah..., h. 35

25

Hellen mengatakan fungsi bimbingan konseling yaitu:30


1) Fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu.
2) Fungsi pencegahan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian
terntu dalam proses perkembangannya.
3) Fungsi pengentasan
Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan
konseling akan menghasilkan tuntasnya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
4) Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi
positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
terarah, mantap dan berkelanjutan.
5) Fungsi advokasi
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasinya atau pembelaan terhadap peserta didik dalam
rangka upaya pengembangan.
Andi Mapiare seperti dikutip M.Alisuf Sobri mengatakan ada
tiga fungsi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu:31
1) Fungsi Distributife (Penyaluran)
Yaitu pungsi pemberian bantuan kepada murid dalam memilih
kemungkinan-kemungkinan kesempatan di sekolah

30
31

Hellen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press: 2005) Cet III. h. 60
M.Alisuf Sobri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 177

26

2) Fungsi Adaptive (Pengadaptasian)


Yaitu pemberian bantuan kepada petugas-petugas sekolah
terutama guru agar dapat mengadaptasikan atau menyesuaikan
tingkah laku mendidik,sekolah dan program pengajaran dengan
situasui belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan, kecakapan,
bakat, minat murid serta memperhatikan dinamika kelompok.
3) Fungsi Adjustive (Penyesuaian)
Yaitu fungsi pemberian bantuan kepada murid agar mereka
mampu menyesuaikan dirinya dengan permasalahan yang dihadapi
sehingga perkembangan pribadinya dapat maju secara optimal.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui berbagai jenis


layanan dan kegiatan Bimbingan dan Konseling untuk mencapai hasil
sebagaimana yang terkandung dalam fungsi-fungsi tersebut. Apa bila
semua fungsi-fungsi itu terlaksana dengan baik, maka peserta didik
akan mampu berkembang secara optimal dan untuk kelancaran
pelaksanan fungsi tersebut, diperlukan kerja sama antara konselor,
guru-guru dan staf sekolah lainnya.
Berkaitan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling,
maka pemberian motivasi pada siswa termasuk dalam penerapan
fungsi penyesuaian karena pemberian motivasi sangat penting agar
siswa dapat menyesuaikan diri dan dapat menyesuaikan permasalahan
yang dihadapi sehingga perkembangan dirinya dapat maju secara
optimal.

27

b. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling


Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling adalah seperangkat
landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konserling.
Menurut Prayitno dan Erman Amti prinsip-prinsip dan
bimbingan dan konseling yaitu:32
1) Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individuindividu, baik secara perorangan maupun kelompok.
2) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal
yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu
terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekarjaan.
3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral proses
pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program bimbingan
dan konseling harus disusun dan dipadu padankan sejalan dengan
program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
4) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan
Pelaksanaan bimbingan dan konseling (baik bersifat insedental
maupun terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan
layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses
tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu
konselor profesional.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah pemanduan
antara hasil teori dan praktik yang dirumuskan dan dijadikan
pedoman bagi pelaksanaan penyelengaran program bimbingan dan
konseling. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanaan
32

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, h. 219

28

masalah individual, program dan penyelenggaraan pelayanaan


bimbingan dan konseling. Konseling terikat oleh prinsip-prinsip
tersebut disekolah maupun diluar sekolah.

7. Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling


Menurut Hellen ada empat bidang bimbingan konseling yaitu:33
a. Bidang Bimbingan pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanaan bimbingan dan
konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, mantap
dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
b. Bidang Bimbingan sosial
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan sosialnya dilandasi budi pekerti,
tanggung jawab, kemasyarakatan dan kenegaraan.
c. Bidang bimbingan belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan
konseling membantu

peserta didik untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam


menguasai

pengetahuan

dan

keterampilan

sejalan

dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.


d. Bidang bimbingan Karir
Dalam bidang karir ini, pelayanaan bimbingan dan konseling
ditunjukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan
memantapkan pilihan karir.
Dengan bimbingan yang diberikan diharapkan siswa dapat menjadi
insan yang berguna dalam kehidupanya yang memiliki berbagai
wawasan, pandangan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat dan
33

Hellen, Bimbingan dan Konseling, h. 78

29

sesuai dengan kondisinya sendiri dan lingkunganya untuk mencapai


kesejahteraan.

8. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling


Semua jenis bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada
bidang-bidang bimbingan dan konseling, sedangkan bentuk dan isi
layanan di sesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Ada tujuh layanan bimbingan konseling menurut Hellen yaitu:34
a. Layanan Orientasi
Layanan oreantasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti
sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti pendidikan, informasi jabatan) yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk kepentingan pesetra didik (klien)
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan program studi,
program latihan, magang kegiatan (ekstra kurikuler) sesuai dengan
potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi).
d. Layananan Pembelajaran
Layanan pembelajaran adalah layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan
34

Hellen, Bimbingan dan Konseling, h.81

30

sikap dan kebiasaan yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan
kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya.
e. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam
rangka pembahasaan dan pengentasan permasalahan pribadi yang
dideritanya.
f. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan dimaksudkan untuk peserta didik memperoleh
bahan dari narasumber (terutama dari guru pembimbing dan guru
kelas) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai
individu maupun sebagai siswa, anggota keluarga dan masyarakat.
g. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok, yaitu layanaan bimbingan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien)memperoleh kesempatan
untik pembahasan dan pengentasan permasalahaan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok; masing-masing anggota kelompok.
Berbagai jenis layanan baik itu layanan kelompok maupun layanan
individual antara satu dan yang lainnya saling terkait dan menunjang,
sehingga dengan adanya layanan tersebut guru bimbingan dan konseling dapat
membantu siswa di sekolah secara optimal. Sehingga bagi siswa yang
bermasalah dapat merasa terbantu dengan adanya program layanan bimbingan
dan konseling.
Berkaitan dengan peningkatan motivasi belajar siswa kegiatan bimbingan
dan konseling dapat diberikan melalui berbagai jenis bimbingan, terutama
bimbingan belajar.

31

C. Kerangka Berpikir
Siswa sebagai individu dalam merealisasikan usahanya untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah pada umumnya, dan tujuan belajar
pada khususnya sering kali mengadapi masalah. Masalah tersebut ada yang
berupa masalah ringan yang akan menimbulkan masalah sederhana sedangkan
masalah yang berat dapat menimbulkan masalah yang serius.
Masalah-masalah siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor yang datang dari dalam diri individu siswa seperti:
kemampuan, sikap siswa dalam belajar maupun faktor yang datang dari luar
diri siswa seperti: guru ataupun lingkungan baik teman sekelas maupun
lingkungan keluarga, kedua faktor tersebut akan mempengaruhi karena bisa
jadi pendorong atau penghambat motivasi siswa dalam belajar.
Motivasi sangat berperan penting dalam belajar; Siswa yang memiliki
kemampuan yang tinggi bila tidak memiliki motivasi yang tepat dapat
mengalami kegagalan dalam belajar namun sebaliknya meskipun siswa tidak
memiliki kemampuan yang sangat tinggi tapi miliki motivasi yang tepat, bisa
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Motivasi merupakan aspek psikologis peserta didik. Bila motivasinya
rendah akan menimbulkan masalah dalam proses belajar. Siswa yang
mengalami masalah dapat dilihat dari perilakunya seperti: sering menganggu
teman, tidak mau sekolah, sering murung atau menarik diri dari pergaulan
teman-teman di kelasnya. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, bisa
disebabkan karena tidak dapat mengikuti proses belajar secara optimal juga
kondisi fisik yang ada pada dirinya.
Terhadap gejala-gejala yang timbul seperti di atas inilah guru harus
lebih teliti dan perhatian untuk dapat melihat apakah perilaku yang
ditunjukkan siswa tersebut disebabkan karena ada masalah yang sedang
dihadapi.
Pada umumnya guru memiliki posisi yang baik untuk mengetahui apa
masalah yang sedang dihadapi siswanya karena guru memiliki banyak waktu
dan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan siswanya, namun bila

32

guru kelas atau guru bidang studi tidak mampu memberikan pelayanan atau
bimbingan kepada siswanya yang mengalami masalah belajar karena
keterbatasan kemampuan, guru tersebut dapat bekerja sama mengatasi
masalah yang dihadapi siswanya dengan guru pembimbing.
Setiap siswa memiliki masalah yang berbeda-beda satu dengan yang
lainnya, teknik yang digunakan dalam memecahkan masalahnya juga berbedabeda tergantung masalah yang sedang dihadapi. Ada yang memerlukan tindak
lanjut yang lebih serius seperti: pemeriksaan ke dokter atau ke psikiater dan
sebagainya.
Proses bimbingan yang diberikan dapat berupa pemberian nasehat,
arahan, atau dorongan bahwa belajar sangat penting untuknya dan masa
depannya. Dengan bimbingan yang kontiniu dan baik diberikan kepada siswa
diharapkan siswa tersebut dapat merencanakan usaha-usaha bagaimana untuk
mengatasi masalahnya, dengan usaha tersebut siswa dapat mengatasi
masalahnya sendiri sehingga tidak menurunkan motivasi belajarnya.
Dengan program bimbingan dan konseling yang tersusun, terencana
dan terorganisasi dengan baik, akan dapat memberikan pelayanan yang
seimbang dan menyeluruh baik dalam kesempatan ataupun dalam jenis
layanan bimbingan yang diperlukan serta dapat menghemat waktu, usaha dan
biaya.Untuk itu dibutuhkan kerja sama yang optimal antara guru bidang studi,
wali kelas dan guru bimbingan dan konseling dalam mendidik juga melayani
setiap masalah-masalah yang dihadapi peserta didiknya dan tidak ada
diskriminasi yang ditujukan guru dalam menangani setiap problem yang
dihadapi.
Bila pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dapat diberikan secara
efektif diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam


mengumpulkan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang
dihadapi. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menemukan dan
mengumpulkan data yang valid, serta signifikan dengan masalah yang diangkat
sehingga dapat digunakan sebagai pengungkapan masalah yang dihadapi.

A. Tujuan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam memotivasi belajar siswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di salah satu sekolah Negeri yang berada di
wilayah Kalideres Jakarta Barat yaitu di SMPN 205 tepatnya di jalan raya
Semanan Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai
dengan Juni Tahun 2010.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian


Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang peristiwa
atau benda-benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil penelitian.

33

34

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuannya


penelitian kita, dan yang menjadi populasi target penelitian ini adalah seluruh
siswa dan siswi SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat yang berjumlah 800 orang.
Populasi terjangkau adalah populasi yang secara ril dijadikan dasar dalam
menentukan sampel secara langsung menjadi sasaran keberlakuanya
kesimpulan. Dan yang menjadi populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah siswa dan siswi kelas VIII SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat, yang
berjumlah 240 siswa. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
40 siswa. dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VIII telah mendapatkan
bimbingan dan konseling selama satu tahun sehingga dapat merasakan
manfaat dari program bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Sampel
dipilih dengan menggunakan tehnik random sampling yaitu sampel yang
dipilih secara acak dari semua populasi dimana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi pada saat
penelitian dilakukan. Penelitian ini tidak dimaksudkan menguji hipotesis
tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel atau
keadaan.
Untuk memperoleh data yang objektif dan lengkap dalam menyusun
skripsi digunakan metode deskriptif analisis kualitatif dengan pendekatan
penelitian lapangan yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa
adanya sehingga memberi gambaran yang jelas tentang informasi yang diteliti
sesuai dengan tujuan penelitian.

35

E. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Tehnik pengumpulan data penelitian, yang digunakan adalah:
a. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati langsung
pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di SMPN 205
Semanan Kali Deres Jakarta Barat.
b. Wawancara
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan jalan wawancara
yang dilakukan oleh penulis dengan Guru Kordinator Bimbingan
dan Konseling, guna memperoleh informasi tentang pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di SMPN 205 Semanan Kalideres
Jakarta Barat.
c. Skala motivasi belajar
Yaitu daftar pernyatan yang dijawab oleh responden. Skala ini
disebarkan kapada siswa SMPN Semanan Kalideres Jakarta Barat,
yang menjadi responden penelitian.
d. angket
Yaitu daftar pernyataan mengenai kegiatan bimbingan yang
dijawab oleh responden, agket

ini disebarkan kapada siswa

SMPN Semanan Kalideres Jakarta Barat, yang menjadi responden


penelitian.

36

2. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Skala Motivasi Belajar

Tabel.1
Kisi-kisi Instrumen try out
Skala Motivasi Belajar
Variabel

Indikator

Item
13, 14, 17, 20, 24, 32, 33,
34,
3, 9, 26, 27, 29, 30, 31,
35
2, 8, 10, 18, 21.
4, 11, 15, 19, 22, 28,

Motivasi

Motivasi

a. Keinginan untuk belajar

Belajar

Belajar

b. Senang mengikuti pelajaran

Siswa

Intrinsik

c. Menyelesaikan tugas
d. Menigkatkan pengetahuan

Motivasi

Dukungan:

Belajar

a. Lingkungan sekitar

Ektrinsik

b. Sarana belajar
c. Penghargaan

1, 7,
5, 25,
6, 12, 16, 23,

Untuk mengetahui validitas butir penulis menggunakan program SPSS ver.15


dengan tehnik yang digunakan formula Product Moment Pearson.

Formula Product Moment Pearson


rxy

xy (x) (y) / n
(y - (x) / n [y - (y) / n]

Keterangan : rxy

= Koefisien korelasi skor item dengan skor skala

= Jumlah responden (sampel)

= Jumlah skor item

= Jumlah skor skala

37

Dan dari hasil analisis butir pernyatan yang diujicobakan diperoleh hasil sebagai
berikut: dari 35 item pernyatan terdapat 9 item pernyatan yang tidak valid yaitu: 1,
2, 3, 8, 12, 21, 26, 25, 30. sehingga terdapat perubahan dalam format kisi-kisi
instrumen Motivasi Belajar sebagai berikut:

Tabel.2
Kisi-kisi Instrumen penelitian
Skala Motivasi Belajar
Variabel

Indikator

Item
13, 14, 17, 20, 24, 32, 33,
34,
9, 27, 29, 31, 35
10, 18,

Motivasi

Motivasi

e. Keinginan untuk belajar

Belajar

Belajar

f. Senang mengikuti pelajaran

Siswa

Intrinsik

g. Menyelesaikan tugas
h. Menigkatkan pengetahuan

Motivasi

4, 11, 15, 19, 22.

Dukungan:

Belajar

d. Lingkungan sekitar

Ektrinsik

e. Sarana belajar
f. Penghargaan

7
5, 25,
6, 16, 23,

Setelah uji validitas dan diketahui item-item yang tidak valid, maka item-item
tersebut digugurkan dan tidak dimasukkan ke dalam uji reliabilitas.
Prosedur yang digunakan dalam mengukur reliabilitas skala ini dengan
menggunakan program SPSS 15 dengan metode formula Alpha Cronbach.

Formula Alpha Cronbach


= 2 [ 1 S1 + S2 ]
Sx
S1 dan S2 = Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx

= Varians skor skala

38

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen ini digunakan pedoman sebagai


berikut:
>900

= Sangat Reliabel

0,70 - 0,89

= Reliabel

0,40 - 0,69

= Cukup Reliabel

0,20 - 0,39

= Tidak Reliabel

Setelah dilakukan uji reliabilitas diketahui bahwa hasil uji instrumen penelitian
skala Motivasi Belajar adalah 0, 6703, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
instrumen tersebut cukup reliabel.

F. Tehnik Analisis Data


1. Data Skor Skala Motivasi Belajar.
Tehnik analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak
dicapai. Berdasarkan yang dikumpulkan data kualitatif yang diubah menjadi
data kuantitatif, maka tehnik yang digunakan adalah statistik sebagai berikut:
1) Editing
Yaitu memeriksa instrumen yang telah diisi tentang kebenaran dan
kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai dengan isinya.
2) Skoring
Untuk menentukan skor hasil penelitian Skala Motivasi Belajar
ditetapkan bahwa untuk jawaban hasil positif diberi skor:
Sangat Setuju

: Skor 4

Setuju

: Skor 3

Tidak Setuju

: Skor 2

Sangat Tidak Setuju : Skor 1


Sedangkan untuk jawaban negatif diberi skor:
Sangat Setuju

: Skor 1

Setuju

: Skor 2

Tidak Setuju

: Skor 3

Sangat Tidak Setuju : Skor 4

39

3) Persentase
Persentase artinya data dipersentasikan setelah ditabulasikan dalam
jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap kategori, yaitu rendah,
sedang dan tinggi pada tingkat Motivasi Belajar Siswa. Persentase ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat Motivasi Belajar Siswa SMPN
205, apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah.
P =

f
x

100%

N
Keterangan:
P

= Pesentase

= Frekuensi jawaban responden

= Jumlah seluruh responden

2. Data Hasil Wawancara


Hasil wawancara berkaitan dengan pelaksanaan BK dideskripsikan untuk
mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan BK dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum
1. SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat
SMPN 205 adalah sekolah menengah pertama yang beralamat di Jalan
Semanan Raya No.2 Kalideres Jakarta barat yang bersetatus sekolah negri di
bawah Direktorat Jendral manajemen pendidikan dasar dan menengah
Kementrian pendidikan. Sekolah ini sangat strategis karena berada di pigir
jalan raya yang banyak dilalui ankutan kota (angkot) sehingga mudah diakses
oleh siswa.

2. Guru
Kepala Sekolah

: Drs. Mahyudi

Wakil Kepala Sekolah

: Drs. Rukiat

Pengisi pormasi pengajar di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat berjumlah


42 orang yang terdiri dari 24 orang guru laki-laki dan 18 orang guru
perempuan. Status jabatan pengajar di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barar
adalah 34 orang sebagai pegawai negri sipil (PNS) dan 8 orang sebagai guru
bantu. Staf pengajar di SMPN 205 Kalideras Jakarta Barat berlatar pendidikan
bervariasi mulai dari Diploma II sampai dengan Starta II.

40

41

3. Siswa
Jumlah seluruh siswa SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran
2009/2010 adalah 800 orang. Lebih jelas lihat ditabel:

Data siswa tiga tahun terakhir


Kelas VII

Th.
Pelajaran

Jml

Jumlah

Kelas VIII
Jml

Jumlah

Kelas IX
Jml

Jml

Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa

Siswa

Jumlah
Siswa

Rombel

2007/2008

235

311

253

799

20

2008/2009

240

240

320

800

20

2009/2010

320

240

240

800

20

4. Sarana dan Prasarana


Keadan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung
kelancaran proses pembelajaran. Kelengkapan yang dimiliki sekolah
mempengararuhi kemajuan dan kualitas sumber daya sekolah tersebut, SMPN
205 memiliki sarana yang cukup baik secara terperinci dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

Tabel Sarana dan Prasarana di SMPN 205


Ruang

Jumlah

Kepala sekolah

Wakil kepala sekolah

Guru

Tata usaha

Kelas

10

Perpustakaan

Laboratorium

Gudang

Dapur

42

WC guru

WC siswa

BK

UKS

OSIS

Ibadah

Kantin

5. Deskripsi Data Angket


Penelitian ini melibatkan 40 responden yaitu siswa dan siswi yang
bersekolah di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat dan masih duduk di kelas
VIII.

Tabel 1.
Gambaran Umum Siswa SMP 205 yang diteliti berdasarkan Jenis Kelamin
SISWA DAN SISWI SMP 205
JENIS KELAMIN

Perempuan

21

52,5%

Laki-laki

19

47,5%

Jumlah

40

100%

Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh gambaran siswa dan siswi SMPN


205 terdapat 52,5% adalah perempuan dan 47,5% adalah laki-laki. Ini
menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, pengambilan responden lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki.

43

Tabel 2.
Gambaran Umum Siswa SMPN 205 yang diteliti
Berdasarkan Motif Siswa Dalam Mengikuti Bimbingan
SISWA SMPN 205
FREKUENSI

Masalah Belajar

13

32,5%

Masalah Pribadi

10%

Dipanggil Guru

10

25%

Bila Membutuhkan

13

32,5%

Jumlah

40

100 %

Berdasarkan frekuensi motif siswa dalam mengikuti bimbingan, diperoleh


gambaran pada siswa SMPN 205 terdapat 32,5% mengikuti bimbingan karena
memiliki masalah belajar dan 32,5% lainnya bila membutuhkan, 25% karena
dipanggil guru, dan 10% karena masalah pribadi. Ini menunjukkan mayoritas
siswa SMPN 205 sebanyak 13 orang mengikuti bimbingan karena memiliki
masalah belajar,

dan 13 orang lainnya mengikuti bimbingan bila

membutuhkan.

Tabel 3.
Gambaran Umum Siswa SMPN 205 yang diteliti
Berdasarkan Bimbingan yang Didapat di Sekolah
SISWA SMPN 205
FREKUENSI

Bimbingan Sosial

10%

Bimbingan Pribadi

0%

Bimbingan Belajar

20

50%

Bimbingan Karir

0%

Semua Bimbingan

16

40%

Jumlah

40

100 %

44

Berdasarkan frekuensi bimbingan yang didapat dari sekolah, gambaran


jenis bimbingan yang dirasakan paling banyak oleh siswa yaitu bimbingan
belajar dengan perincian sebanyak 50% siswa, 40% merasa mendapatkan
semua bimbingan, dan tidak ada yang merasa mendapatkan bimbingan pribadi
dan bimbingan karir. Ini menunjukkan mayoritas siswa SMPN 205 sebanyak
20 orang merasa mendapatkan bimbingan belajar.

Tabel 4
Gambaran Umum Siswa SMPN 205 yang diteliti
Berdasarkan Cara Mendapatkan Bimbingan
SISWA SMPN 205
FREKUENSI

Berkelompok di Ruang BK

2,5%

Individual di Ruang BK

15%

Bimbingan di kelas

22

55%

Semua Cara

11

27,5%

Jumlah

40

100 %

Berdasarkan

frekuensi

cara-cara

siswa

mendapatkan

bimbingan,

bimbingan di kelas adalah cara yang paling banyak didapatkan oleh siswa
SMPN 205 dengan perincian sebanyak 55% siswa, kemudian 27,5%
mendapatkan bimbingan dengan semua cara, 15% merasa mendapatkan
bimbingan dengan cara individual di ruang BK, dan 2,5% mendapatkan
bimbingan dengan berkelompok di ruang BK . Hal ini menunjukkan mayoritas
siwa SMPN 205 sebanyak 22 orang lebih banyak diberikan bimbingan dengan
cara bimbingan di kelas.

45

Tabel 5
Gambaran Umum Siswa SMPN 205 yang diteliti
Berdasarkan Hasil Setelah Mendapatkan Bimbingan
SISWA SMPN 205
FREKUENSI

Tenang

21

52,5%

Bersemangat Belajar

15

37,5%

Masalah Teratasi

7,5%

Takut Diejek Teman

2,5%

Jumlah

40

100 %

Berdasarkan tabel frekuensi setelah hasil mendapat bimbingan siswa


merasa tenang karena mendapat arahan dengan perincian sebanyak 52,5%,
kemudian sebanyak 37,5% bersemangat belajar kembali setelah mendapatkn
bimbingan, 7%

menjawab

masalahnya merasa tertasi, hanya 1%

menjawab takut diejek teman.

Tabel 6
Gambaran Umum Siswa SMPN 205 yang diteliti
Berdasarkan Frekuensi Mengikuti Bimbingan
SISWA SMPN 205
FREKUENSI

Selalu

7,5%

Sering

5%

Kadang-kadang

22

55%

Tidak Pernah

13

32,5%

Jumlah

40

100 %

yang

46

Berdasarkan tabel frekuensi di atas sebanyak 22 siswa atau 55% siswa


SMPN 205 kadang-kadang mengikuti bimbingan, 32,5% tidak pernah
mengikuti bimbingan, 7,5% sering mengikuti bimbingan, dan 5% selalu
mengikuti bimbingan.
Semua hasil yang tertera pada tabel di atas yang diambil dari angket yang
telah disebarkan kepada 40 orang siswa SMPN 205 menujukan bahwa
masalah yang sering dihadapi adalah masalah belajar hampir sebagian (32,5%)
siswa mengatakan. Oleh karena itu bimbingan yang banyak didapatkan siswa
adalah bimbingan belajar dibandingkan bimbingan yang lain. Bimbingan
paling sering dilakukan di dalam kelas, walaupun sebagian siswa (55%)
mengatakan bahwa bimbingan yang diberikan hanya kadang-kadang, namun
membuat siswa merasa tenang setelah mendapatkan bimbingan dari guru BK.

6. Gambaran Guru BK
Jumlah guru BK di SMPN 205 terdiri 5 orang, 1 orang kordinator BK dan
4 orang guru pembimbing, pembagian tugasnya dibagi menjadi 2 sift. 3 orang
bertugas pada pagi hari dan 2 orang bertugas pada siang hari. Sedangkan latar
belakang pendidikannya, 2 orang berlatar belakang pendidikan BK sedangkan
yang lainnya berlatar belakang pendidikan bukan dari lulusan BK tetapi dari
guru bidang studi.

B. Pelaksanan BK
1. Umum
Pelaksanan BK di SMPN 205 berpedoman pada kurikulum, karena itu
program BK di SMPN 205 disesuaikan dengan kurikulum yang sudah ada.
Bimbingan yang dilakukan adalah bersamabersama di kelas atau memanggil
beberapa siswa untuk bimbingan kelompok ke ruang BK, hal-hal yang
dibicarakan dalam bimbingan ini adalah bakat serta minat yang dimiliki siswa,
sekolah lanjutan yang akan ditempuh siswa selanjutnya, sedangkan untuk
bimbingan individual dilaksanakan pada jam istirahat atau setelah jam pulang
sekolah, selain tidak mengganggu siswa yang bersangkutan belajar juga

47

menepis anggapan negatif teman-temannya bahwa siswa yang dipanggil oleh


guru BK atau datang ke ruang BK adalah siswa yang nakal padahal semua
itu belum tentu. Masalah pribadi yang sering dihadapi siswa adalah masalahmasalah yang sudah mereka bawa dari rumah; kebanyakan karena kurang
perhatian dari orang tua, karena orang tua yang bercerai sehingga sibuk
dengan keluarga barunya, orang tua yang bekerja serabutan tidak memiliki
penghasilan tetap, sehingga untuk mencukupi kebutuhan uang saku
sekolahnya siswa mencari sendiri dengan bekerja sebagai penjual koran,
pengamen di stasiun kereta. Guru BK juga melakukan kunjungan rumah untuk
melihat kondisi lingkungan sekeliling tempat tinggal dan keluarga siswa1.

2. Bimbingan Belajar
Berdasarkan penjelasan Ibu Jati Sugiarti, salah seorang guru BK, upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan
memberikan layanan bimbingan belajar yang terus-menerus yaitu memberi
arahan-arahan dan masukan kepada siswa baik bersama-sama di dalam kelas,
diruang BK atau bimbingan kelompok, ataupun bimbingan individual.
Masukan yang diberikan adalah masukan-masukan yang positif kepada siswa
betapa pentingnya pendidikan terutama belajar, selalu menghargai usahausaha yang dilakukan siswa walau hanya sedikit untuk belajar lebih baik,
berkordinasi dengan wali kelas, guru mata pelajaran agar selalu memantau dan
menanamkan semangat belajar pada siswa. Memanggil orang tua untuk
berdiskusi mengenai keadaan anak-anaknya di sekolah juga memberikan
pengarahan kepada orang tua untuk memperhatikan kegiatan anaknya di luar
jam sekolah, serta memberikan dorongan untuk belajar.
Lebih lanjut ibu Jati menegaskan bahwa ada perubahan motivasi belajar
yang terjadi setelah siswa mendapatkan bimbingan dan konseling dari guru
BK. Perubahan tersebut adalah siswa semakin percaya diri; indikator yang
dapat dilihat siswa dapat mengenal lebih dalam lagi tentang dirinya, siswa
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, siswa dapat
1

Wawancara langsung dengan Guru BK Ibu jati Sugiarti pada hari jumat 21 Mei 2010

48

mengatasi hambatan-hambatan baik yang datang dari dalam maupun luar


dirinya.2 Dengan peningkatan kepercayaan diri, siswa termotivasi dengan
sungguh dalam belajar lebih memperhatikan penjelasan guru dan besemangat
lagi untuk bersekolah.

C. Motivasi Belajar Siswa


Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di SMPN 205, peneliti
melakukan kategorisasi rentangan untuk setiap responden berdasarkan data
yang diperoleh dari skala yang disebar. Dalam menentukan jenjang tersebut
adalah skala yang terdiri dari 26 item yang setiap itemnya diberi nilai 1-4
untuk pernyataan favorable dan unfavorable. Dengan demikian, skor yang
mungkin diperoleh tiap subjek berkisar 26-104. Skor terendah adalah 26 (hasil
dari 26 x 1) dan skor tertinggi adalah 104 (hasil dari 26 x 4). Skor tertinggi
menunjukkan tingkat motivasi belajar siswa yang tinggi, sedangkan skor
terendah menunjukkan tingkat motivasi belajar siswa yang rendah. Luas jarak
sebarannya menjadi 104-26 = 78. Dengan demikian, setiap satuan deviasi
standar () bernilai 78/4 =19,5, dengan mean teoritisnya () adalah (26 +
104)/2= 65. Kemudian penggolongan tingkat motivasi belajar siswa dibagi ke
dalam tiga kategori yaitu :
Skor Rendah

= nilai minimum X <


= 26 X < 65-19,5
= 26 X < 45,5

Skor Sedang

=X<+
= 65-19,5 X < 65+19,5
= 45,5 X < 84,5

Skor Tinggi

= + X < nilai maximum


= 65+19,5 X < 104
= 84,5 X < 104

Wawancara langsung dengan Guru BK Ibu Jati Sugiarti pada hari jumat 21 Mei 2010

49

Adapun tingkat motivasi belajar siswa melalui bimbingan belajar dan


konseling dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7
Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Melalui Bimbingan Belajar dan Konseling
Kategori

Skor

Frekuensi

Tinggi

84,5 104

13

32,5 %

Sedang

45,5 < 84,5

27

67,5 %

Rendah

26 < 45,5

0%

40

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat sebagian besar (67,5%) siswa SMPN 205
memiliki tingkat motivasi dalam kategori sedang, sebagian siswa lainnya
(32,5%) memiliki tingkat motivasi tinggi; dan tidak ada siswa yang memiliki
tingkat motivasi rendah. Ini menunjukkan mayoritas siswa SMPN 205
memiliki motivasi belajar yang baik.

D. Pembahasan hasil Penelitian


Tingkat motivasi belajar siswa di SMPN 205 menurut hasil penelitian
adalah sebagian besar (67,5%) yang dikategorikan dalam tingkat motivasi
sedang. Sedangkan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMPN 205
disesuaikan dengan kurikulum yang ada pada saat ini dan berjalan cukup baik,
bimbingan yang sering diberikan pada siswa adalah bimbingan belajar secara
berkelompok di kelas maupun di ruang BK dan konseling individual yang
dilaksanakan pada jam istirahat maupun setelah proses belajar mengajar
selesai. Namun dari data yang diperoleh, belum semua siswa memanfaatkan
layanan BK secara maksimal.
Dari gambaran umum motif siswa SMPN 205 mengikuti bimbingan
kebanyakan karena memiliki masalah belajar, bimbingan yang banyak
diberikan oleh guru BK adalah bimbingan belajar, bimbingan yang diberikan

50

lebih banyak diruang kelas, Dewa Ketut Sumardi mengatakan pada umumnya
bimbingan yang digunakan itu mengambil dua pendekatan pendekatan secara
kelompok dan pendekatan secara individual. Tehnik ini digunakan untuk
membantu murid memecahkan masalahnya melalui kegiatan kaelompok. Dari
gambaran umum yang sudah disebutkan bahwa bimbingan yang diberikan
guru BK adalah secara berkelompok di dalam kelas, bisa juga berkelompok di
ruang BK. Menurut Hellen ada empat bidang bimbingan dan koseling yaitu
bidang bimbingan sosial, pribadi, karir dan bimbingan belajar. Bimbingan
belajar adalah bimbingan yang membantu peserta didik untuk menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan kebiasan belajar yang baik.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru BK, salah satu sebab
penurunan motivasi belajar siswa adalah karena faktor eksternal yaitu keadaan
ekonomi orang tua dimana orang tua tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga
siswa mencari uang saku sendiri dengan menjadi penjual koran dan pengamen
pada jam-jam sekolah (pagi dan siang hari), ini mengakibatkan siswa tesebut
jarang masuk bahkan tidak sekolah.
Muhibbin

syah

(mengatakan

secara

global

faktor-faktor

yang

memengaruhi belajar siswa adalah faktor internal yang ada dalam diri siswa
yakni jasmani dan rohani, sedangkan faktor eksternal yakni keadaan
lingkungan di sekitar siswa
Walaupun kondisi jasmani dan rohani siswa bisa dikatakan siap untuk
belajar akan tetapi bila kondisi lingkungan sekitar terutama lingkungan
keluarga dimana orang tua tidak memenuhi kebutuhan anaknya untuk
menempuh pendidikan terutama belajar maka akan sulit mendapatkan hasil
belajar yang memuaskan.
Dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling, guru BK dapat membantu
para siswa untuk memperbaiki cara-caranya belajar dan meningkatkan
motivasi belajar.
Keterbatasan penelitian ini adalah hanya mendeskripsikan data-data
pelaksanaan bimbingan dan konseling berdasarkan informasi dari siswa dan
guru BK serta mengungkapkan motivasi belajar. Penelitian ini tidak menguji

51

hipotesis tentang hubungan antara pelaksanaan bimbingan dan konseling


dengan peningkatan motivasi belajar siswa, sehingga tidak diketahui dengan
pasti apakah motivasi belajar siswa berhubungan secara signifikan dengan
kegiatan bimbingan dan konseling yang diikuti

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai peningkatan motivasi belajar siswa melalui
program bimbingan dan konseling siswa SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat
sebelumnya maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat sebagian
besar (67,5%) dapat dikategorikan sedang, (32,5%) lainnya memiliki
tingkat motivasi belajar yang dikategorikan tinggi dan tidak ada siswa
yang memiliki tingkat motivasi belajar yang dikategorikan rendah.
2. Pelaksanaan BK di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat berpedoman pada
kurikulum, karena itu program BK di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat
disesuaikan dengan kurikulum yang sudah ada. Proses bimbingan yang
diberikan kepada siswa dilaksanakan dengan cara berkelompok di kelas,
dan di ruang BK; juga dilaksanakan konseling individual di ruang BK.

B. Saran
1. Saran Teoritis
Disarankan penelitian selanjutnya dilaksanakan tidak hanya
meneliti bagaimana program BK bisa meningkatkan motivasi
belajar siswa secara deskriptif saja, tetapi bisa dilaksanakan
penelitian dengan teknik analisis korelasioal.

52

53

2. Saran Praktis
a. Guru BK
a) Diharapkan guru BK lebih rajin menjalin pendekatan
kepada para siswa sehingga terjalin interaksi yang lebih
baik lagi guna membantu persoalan siswa sehingga
pelaksanaan program BK berjalan optimal dan siswa
dapat memanfaatkan layanan BK secara maksimal.
b) Memberdayakan lebih maksimal komponen sekolah
yang lainnya sebagai pengawas yang membantu
kelancaran program BK.
c) Lebih meningkatkan lagi pelayanan program BK serta
mempererat kerjasama dengan pihak lain baik di dalam
maupun di luar sekolah seperti halnya orang tua siswa.
d) Guru BK diharapkan memiliki dan menjaga pandangan
positif siswa bahwa program BK diadakan untuk
membantu siswa, bukan sebagai polisi sekolah.
e) Guru BK seharusnya berlatar belakang dari prodi atau
alumi BK sendiri.

b. Orang Tua
Para orang tua hendaknya:
a) lebih memperhatikan pergaulan anaknya di luar sekolah
seperti teman-teman bermainnya, serta perkembangan
belajar putra putrinya agar mereka tidak mengalami
hambatan dalam belajar.
b) Tidak terlalu membebankan anak untuk membantu
keuangan keluarga terlebih di jam-jam sekolah.
c) Menamankan kepada siswa arti pendidikan dan belajar
sejak dini agar anak memiliki komitmen bahwa
pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk
ditempuh demi masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai