Pemeriksaan Fisik
-
II.
(Tabel 40-2)
Tabel 40-2 Keuntungan anestesi regional dibandingkan anestesi umum pada prosedur bedah
ortopedi
-
III.
2.
Intubasi trakea
a.
b.
Semua pasien dengan trauma yang berat atau trauma kapitis harus juga
dicurigai mendapat fraktur servikal yang tidak stabil sampai terbukti sebaliknya
dengan pemeriksaan radiologi.
c.
d.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aritmia jantung
B.
Skoliosis
1.
Pertimbangan dari aspek pernafasan. Ventilasi post operasi pada paruparu pasien diperlukan jika kapasitas vital paru kurang dari 40% dari nilai yang
diperkirakan. Hipoksemia arteri yang memanjang, hiperkapni dan kontriksi pembuluh
darah paru dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan dan hipertensi pulmoner
yang ireversibel.
2.
3.
4.
Manajemen anestesi
a. Cadangan respirasi diperoeh melalui toleransi latihan, pengukuran kapasitas vital,
dan analisa gas darah arteri. Transfusi darah autolog biasanya direkomendasikan
(biasanya empat unit atau lebih dapat dikumpulkan dalam beberapa bulan
sebelum operasi).
b. Pertimbangan anestesi untuk operasi koreksi skoliosis dengan fusi vertebra dan
pengaturan alat harus dipertimbangkan (Tabel 40-4).\
5.
Kateter vena sentral (terapi dengan mengevaluasi udara pada darah dan
cairan yang teraspirasi dapat menimbulkan emboli udara pada vena)
Tes bangun
C.
2.
c. Pendekatan dari arah anterior menempatkan insisi bedah (batas anterior dari otot
sternokleidomastoideus) di dekat struktur yang vital (arteri karotis, esofagus,
trakea [dapat terjadi edema dan trauma nervus yang rekuren]).
d. Keuntungan dari posisi duduk pada pasien laminektomi servikal yaitu
memungkinkan lapangan operasi yang bebas darah tapi beresiko untuk terjadinya
emboli udara pada vena (insidennya lebih kurang dibandingkan dengan
kraniotomi fossa posterior pada posisi duduk, tapi tetap membutuhkan
pengawasan dengan doppler prekordial).
3.
Manajemen anestesi
a. Anestesi umum paling sering dipilih pada operasi tulang belakang (menjamin
akses jalan nafas dan dipakai pada operasi yang memanjang). Pasien yang akan
menjalani laminektomi servikas, pada penilaian preoperatif harus dinilai daya
gerak servikal dan melihat adanya kemungkinan gejala neurologis pada saat
fleksi, ekstensi atau rotasi kepala (mungkin diperlukan intubasi secara sadar
dengan bantuan fiber optic).
b. Pemberian suksinil kolin dihindari jika didapatkan adanya bukti defisit neurologis
yang progresif.
D.
2.
3.
Kehilangan darah
1.
Kombinasi dari agen hipotensi intravena dan gas anestesi dipakai secara
teratur dengan tujuan untuk menurunkan angka kehilangan darah selama operasi.
2.
F.
G.
Emboli udara pada vena dapat terjadi pada semua posisi yang digunakan
pada laminektomi karena lapangan operasi berada di atas level jantung.
2.
H.
2.
3.
I.
1. Perubahan struktur anatomi setelah operasi vertebra membuat penempatan jarum dan
kateter menjadi lebih sulit (Tabel 40-6)
2. Jika menggunakan teknik regional, teknik anestesi spinal mungkin bisa lebih
dipercaya dibandingkan anestesi epidural.
3. Pemberian anestesi regional sebaiknya dihindari pada pasien dengan stenosis spinal
post operasi atau perubahan degeneratif vertebra dan/atau timbulnya gejala.
IV.
Teknik anestesi regional sesuai untuk prosedur bedah ortopedi pada ekstremitas
atas. Blok saraf perifer dari ekstremitas atas dapat digunakan pada penanganan dan
pencegahan distrofi refleks simpatis. Pemasangan kateter yang berlanjut memberikan
analgesia post operasi dan dapat mempercepat mobilisasi ekstremitas.
1.
Tabel 40-6 Perubahan setelah bedah spinal mayor yang dapat mempengaruhi pada
pemberian anestesi spinal atau epidural
-
2.
Pemilihan anestesi lokal harus didasarkan pada durasi dan derajat sensoris
dan/atau diperlukan blok motoris (anestesi yang panjang pada ekstremitas atas
dibandingkan dengan ekstremitas bawah bukanlah kontraindikasi untuk pemulangan
pasien).
B.
Insiden yang signifikan dari defisit neurologis pada pasien yang akan
menjalani tipe operasi seperti ini memperlihatkan pentingnya pemeriksaan klinis
sebelum dilakukan anestesi regional.
1.
2.
2.
2.
Kepala dan leher di jaga pada posisi netral karena rotasi berlebihan
atau fleksi kepala menjauhi bagian yang akan dioperasi dapat menghasilkan
trauma akibat teregangnya pleksus brakialis.
3.
Penanganan Anestesi
1.
2.
C.
1.
2.
D.
Blok pleksus brakialis (blok aksiler) lebih umum dipakai untuk prosedur
pembedahan pada pergelangan tangan, sendi siku dan tangan. Blok inteskalenus
jarang digunakan pada prosedur pembedahan tangan dan pergelangan tangan karena
adanya kemungkinan blok yang tidak komplit dari nervus ulnaris (15-30 % pasien),
sementara blok supraklavikula memberikan resiko terjadinya pneumotoraks.
2.
E.
V.
10
1.
Pendekatan dan posisi operasi. Posisi lateral sering digunakan dalam pembedahan
artroplasti total sendi panggul, dan meja fraktur sering digunakan untuk operasi
perbaikan fraktur femur. Perubahan hemodinamik pasien harus diawasi dengan baik
saat memposisikan pasien di bawah anestesi umum atau regional (hidrasi yang
adekuat dan pergerakan bertahap mengurangi penurunan tekanan darah). Perhatikan
alas dan posisi lengan dan hindarkan dari penekanan pleksus brakialis (chest roll
diletakkan di kaudal aksilla untuk menyokong bagian atas dari toraks).
2.
Teknik anestesi. Anestesi epidural atau spinal cukup sesuai untuk tindakan
pembedahan pada panggul. Dengan anestesi umum, dapat diciptakan suatu hipotensi
terkendali yang mengurangi kehilangan darah saat pembedahan.
Pasien yang menjalani artroplasti total sendi lutut (TKA) merasakan nyeri yang
hebat post operasi. Hal ini dapat menghambat fisioterapi dan rehabilitasi.
2.
Teknik anestesi regional yang dapat digunakan untuk tindakan bedah lutut adalah
epidural, spinal, dan blok saraf perifer kaki. Anestesi spinal lebih sering dipilih,
sementara pada penanganan nyeri post operasi digunakan anestesi epidural yang
berlanjut (teknik analgetik regional post operasi yang agresif dalam 48-72 jam
mengurangi masa rehabilitasi dibandingkan dengan opioid sistemik).
3.
Pasien yang akan dilakukan amputasi pada anggota gerak bawahnya sering
diberikan anestesi umum, walaupun harus diberikan sedasi yang kuat.
2.
2.
Blok saraf perifer (nervus femoralis dan sciatic) memberikan efek anestesi yang
cukup untuk pembedahan pada kaki dan pergelangan kaki.
11
Analgesia sistemik. Pemberian opioid sering dilakuan pada pasien yang dapat
mengontrol sendiri rasa nyerinya tetapi nyeri yang timbul setelah penggantian sendi
secara keseluruhan (khususnya penggantian sendi lutut secara keseluruhan) sangat
berat dan analgesia yang adekuat sering disertai dengan
nausea, pruritus).
2.
Blok neuroaksial dan perifer. Analgesia epidural lebih baik dalam mengurangi
nyeri dan rehabilitasi post operasi yang lebih cepat dibandingkan pasien yang dapat
mengontrol sendiri rasa nyerinya. Blok saraf femoralis yang berlanjut mungkin bisa
menjadi alternatif selain analgesia epidural.
3.
Hallux valgus
Amputasi
Kaki
tengah
Kaki
belakang
Amputasi
transmetatarsal
Artroskopi
pergelangan
kaki
Perbaikan
tendo achilles
Fraktur
pergelangan
kaki
Triple
artrodesis
Teknik regional
Keterangan
Tabel 40-8 Pertimbangan anestesi untuk bedah mikrovaskuler pada operasi penyambungan
anggota gerak.
a.
12
Hindari vasopressor.
b.
c.
d.
13
B.
C.
Torniket
1.
2.
Durasi yang aman dari inflasi torniket masih belum diketahui (ternyata
1-2 jam tidak membuat perubahan yang ireversibel). Perfusi intermitten tiap 5 menit
selama 1-2 jam dapat memperpanjang penggunaan torniket.
3.
4.
D.
14
Kejadian sindrom emboli lemak pada fraktur tulang panjang tertutup adalah 3-4% dan
tingkat mortalitasnya sekitar 10-20%.
2.
3.
- Edema paru
E.
Minor
- Takikardia (>100x/menit)
- Hipertermi
Methylmethacrylate
1.
2.
F.
15
eksternal, heparin dosis yang disesuaikan) telah menurunkan tapi tidak meniadakan
komplikasi.
2.
Insiden trombosis vena dalam dan emboli paru pada pasien yang
menjalani artroplasti total sendi panggul atau penggantian sendi lutut secara
keseluruhan menurun jika digunakan anestesi epidural atau spinal (Tabel 40-11).
Belum ada bukti yang menyatakan bahwa anestesi regional adalah sebagai
tambahan terhadap profilaksis farmakokinetik dengan antikoagulan.
3.
G.
H.
Anestesi dan analgesia neuroaksial pada pasien yang mendapat terapi anti
trombotik.
1.
2.
Pasien
harus
diawasi
ketat
pada
masa
perioperatif
terhadap
Tabel 10-10 Regimen anti trombosis untuk mencegah trombo emboli pada pasien bedah
ortopedi.
16
2.
3.
4.
Tabel 40-11 Penjelasan yang mungkin berhubungan dengan penurunan insiden trombosis vena
dalam pada pasien yang mendapat anestesi regional.
Perubahan reologic yang disebabkan hiperkinetik aliran darah ekstremitas bawah dan
berhubungan dengan penurunan stasis vena dan pembentukan trmbus.
Efek sirkulasi yang menguntungkan dari pemberian tambahan epinefrin pada larutan
anestesi lokal.
17
Tabel 40-12 Anestesi dan analgesia neuroaksial pada pasien ortopedi yang mendapat terapi
antitrombosis.
Warfarin
Kadar yang cukup dari semua faktor dependen vitamin K harus diberi saat pemasangan
dan pencabutan kateter.
Pasien dengan pemberian warfarin yang lama harus memiliki International Normalized
Rate (INR) yang normal sebelum dilakukan teknik regional.
Pemasangan waktu protrombin (PT) dan INR setiap hari.
Kateter dilepas bila INR <1,5.
Fondaparinux
Teknik neuroaksial tidak dianjurkan pada pasien yang diantisipasi akan menerima
fondaparinux.
18
NSAID
Obat tipe aspirin yang berhubungan dengan tidak adanya resiko yang signifikan dari
perdarahan oleh karena pemberian anestesi regional.
Untuk pasien yang mendapat warfarin atau LMWH, kombinasi efek antikoagulan dan
anti trombosit dapat meningkatkan resiko perdarahan perioperatif.
Terapi lain yang mempengaruhi fungsi trombosit (derivat thienophyridine dan glikoprotein
IIb / IIIa penghambat reseptor trombosit) harus dihindari.
19