Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP PASIEN DENGAN TYPHOID FEVER


Arie fandi saputra
II A
72.20.01.D.06.008
Akper pemprop kaltim

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
typhoid fever adalah penyakit peradangan akut pada usus halus dan mengenai seluruh tubuh
serta gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
2. Penyebab
Penyebab penyakit typhoid fever adalah kuman salmonella typhosa/eberthella typhosa
yang merupakan kuman negatif motil dan tidak menghasilkan spora. Sedangkan penyebab
penyakit typhoid fever secara umum adalah sebagai berikut :
1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi, serta pada alat tidur yang kotor;
2. Terjadinya penetrasi ke dalam mukosa usus halus dan dengan cepat masuk ke aliran limfe,
kelenjar limfe dan aliran darah;
3. Kelainan inflamasi setempat hanya sedikit, yang menerangkan mengapa gejala-gejala
intestinal sedikit pada stadium ini;
4. Maka inkubasi berbanding terbalik dengan jumlah kuman yang masuk (5 sampai 10 hari);
5. Bila dinding usus terserang secara progresif, menjadi tipis dan mudah terjadi perforasi.
3. tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
2. Gangguan pada saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Batuk dan

sakit perut.

5. Lidah putih dan kotor


6. Suhu tubuh meningkat

4. Patofisiologi
Lalat ( basil salmonella typhosa )

makanan dan minuman

masuk ke dalam mulut

diserap di usus halus melalui pembuluh limfe ke dalam peredaran darah

menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plekpeyer

menyebabkan pendarahan dan perforasi usus

Bakteri kemudian memasuki folikel-folikel limfe

mencapai empedu
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorium didapati lekopeni dengan limfositosis relatif, anemia
dan aneosinifilia. Sedangkan pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urine dan
faeses. Kultur darah positif pada minggu pertama, kultur urine dan faeses positif pada minggu
kedua sampai ketiga. Untuk pemeriksaan serologi digunakan tes widal, yaitu suatu reaksi
aglutinasi antara antigen dan antibodi.
Pada typhoid fever, titer aglutinin, O, H dan Vi meningkat. Titer aglutinin O nail lebih
dulu dari titer aglutinin H, titer aglutinin O bernilai 1 per 200 atau lebih (kenaikan yang
progresif). Waktu pengambilan darah yang paling baik adalah pada saat demam tinggi pada
waktu bakterimia berlangsung.

6. Komplikasi
Komplikasi typhoid fever dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus;
b. Perforasi usus;
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal
a. Komplikaso kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah
Anema hemolitik, trombositipenia, dan sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung empedu
Hepatitis dasn kolesistitis
e. Kegagalan ginjal
Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, sindrom guillain-bare, meningitis, psikosis dan sindrom katatonia.
7. Pencegahan
Usaha pencegahan typhoid fever dibagi dalam :
1. Usaha terhadap lingkungan hidup;
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat;
b. Pembuangan kotoran manusia yang hygienis pada tempatnya;
c. Pemberantasan lalat-lalat dengan senantiasa menutup makanan;
d. Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual-penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia
a. Imunisasi;
b. Menemukan dan atau mengawasi carier typhoid;
c. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Typhoid Fever


1. Pengkajian
a.

Data Obyektif.
-

Panas terus menerus tinggi selama tujuh hari

Nadi relatif bradikardi

Lidah kotor

Gangguan yaitu sommolensia, delirium, apatis.

b. Data Subyektif
-

Nafsu makan kurang, mual ingin muntah.

Badan merasa tidak enak dan lemas.

Tulang atau sendi-sendi, pusing dan sakit kepala.

c. Data penunjang
-

Leukosit menurun

2. Diagnosa perawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan salmonela typhosa dan endoktosinnya
menyerang atau meransang sintensis dan pelepasan pirogen oleh leokosit pada jaringan
yang meradang (usus halur).
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya anoreksia, mual dan
muntah dan juga pengaruh demam dan juga penyakitnya sendiri. Risiko tinggi defisit
cairan tubuh, berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
c. Gangguan pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan klien lemah dan bedrest total.
d. Gangguan atau penurunan kesadaran, dilirium, sommolensia, apatis berhubungan toksin
masuk secara dan hematogen ke otak.
e. Potensial terjadinya dekubitas dan pneumoni hypostatis / pneumonia baring berhubungan
dengan imobilisasi dan pasien badrest total.
3. Tujuan
a. Suhu tubuh dapat diatasi dengan kreteria : suhu turun normal 35 37 oC kulit tidak merah,
klien tenang dan tanpak segar.
b. Nutrisi terpenuhi dengan nafsu makanbaik, makanan yang disajiakan habis, tidak ada mual
atau muntah, pasien tanpak segar.

c. Keadaan pulih kembali denga kriteria : kesadaran normal, dapat diajak berbicara, klien
tenang.
d. Dapat melakukan aktivitas secara bertahap dengan kriteria : klien dapat melakukan
kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan umum pasien baik.
e. Menghindari terjadinya dekubitus dan hipotesis pneumonie dengan kriteria : kulit bokong
tidak merah atau lecet, klien tidak sesak.
4. Rencana tindakan keperawatan
a. Untuk mengatasi gangguan suhu tubuh
-

Anjurkan pasien agar bedrest total.

Rasional : Dengan bedrest dapat mengistirahatkan organ yang sakit, klien tenang dan
dapat membantu penurunan suhu tubuh serta dapat mencegah komplikasi perdarahan
usus atau perforasi.
Beri minum yang segar dan cukup

Rasional : Untuk mengimbangi keseimbangan cairan dalam tubuh karena dengan


adanya panas terjadi penguapan.
Beri kompres yang dingin pada dahi, kuduk, ketiak.

Rasional : Secara reflektoris kompres dingin dapat membantu menurunkan suhu


sehingga klien merasa tenang.
Kaji perkembangan suhu tubuh

Berikan diet cukup kalori bubur saring selama panas, setelah bebas panas bubur biasa
selama 2 hari, kemudian nasi tim 2 hari, selanjutnya nasi biasa.

Rasional : Untuk memberikan makanan adequat tidak merangsang, mencegah atau


mengurangi pengeluaran asam lambung serta memudahkan penyerapan oleh usus
halus sehingga mengurangi beban usus yang sakit.
Observaasi suhu tubuh.

Rasional : dengan pengecekan suhu dapat diketahui apakah infeksi sudah apa belum.
Kolaborasi

Berikan obat sesuai dengan indikasi seperti kloramfenikol


Rasional : Klorafenikol dianggap sebagai obat pilihan utama yang diandalkan
sebagai obat ampuh dalam penanggulangan bentuk klinik penyakit yang
disebabkan oleh salmonella berupa demam typhoid.

Berikan antipiretik seperti panadol.

Rasional : Berguna untuk menurunkan suhu tubuh terjadi panas tinggi menetap
untuk menjaga pasien agar tidak gelisah.
b. Untuk pemenuhan nutrisi
-

Bujuk klien agar mau makan dan beri pengertian akan pentingnya makanan.

Rasional : diharapkan klien menyadari pentingnya makanan sehingga ada dorongan


untuk makan.
Berikan makanan yang mudah dicerna, tidak meransang dan sajikan dengan porsi kecil
dan hangat, beri akan sering.

Rasional : Memudahkan pencernaan dan penyerapan oleh usus dapat mengurangi


terjadinya komplikasi. Porsi kecil dan hangat dapat mendorong nafsu makan dan tidak
lekas kenyang.
Auskultasi bising usus, catat bila ada bunyi hipeaktif.

Rasional : Bising usus dapat membantu untuk menentukan respon pasien terhadap
pemberian makanan.
Lakukan oral hygiene setiap habis makan.

Rasional : kebersihan mulut penting, sebab bila kotor dan bau akan mengurangi nafsu
makan.
Observasi temperatur.
Rasional : dengan adanya panas kemungkinan infeksi belum teratasi dan nafsu makan
pasien masih kurang.

Berikan vitamin sehari-hari


Rasional : Diharapkan nafsu makan dapat bertambah.

c. Pemenuhan aktivitas sehari-hari


Bantuan kebutuhan aktivitas sehari-hari klien : buang air besar, buang air kecil dan
personal hygiene lainnya.
Rasional : dengan bantuan tersebut dapat membantu gerakan yang berta sehingga istirahat
dapat terpenuhi.

d. Untuk menanggulangi penurunan kesadaran.


-

Jaga keamanan pasien dengan memasang pelidung pada kedua sisi ranjang.

Rasional : Untuk melindungi klien bila klien gelisah lalu jatuh.


Monitor secara contunue keadaan umum pasien dan monitor temperatur secara teratur
dan catat gejala-gejala klinis.

Rasional : untuk mengetahui perubahan-perubahan atau kelainan yang terjadi tentang


kesadaran pasien biasanya obat-obatan untuk kuman salmonella dilanjutkan sampai
temperatur kembali normal dan gejala-gejala klinis hilang, kesadaran membaik.
e. Mencegah terjadinya dekubitus dan pneumonia baring.
-

Rubah posisi miring kekiri atau kanan sesuai kebutuhan.


Rasional : diharapkan penekanan atau jaringan yang menonjol terus menerus dapat
dihindari begitu juga paru-paru dapat bergerak dengan bebas.

Anjurkan pasien untuk ambulasi bila kuat.

Rasional : ambusi dapat meningkatkan dan membantu memulihkan fungsi fisiologi


serta merasang sirkulasi darah.
Massage daerah yang terkena tekanan

Rasional : Massage dapat meningkatkan sirkulasi dan rasa nyaman.


Pertahankan agar laken tetap rata atau tidak berkerut.
Rasional : laken yang berkerut dapat menyebabkan tekan pada kulit dan iritasi.

Kaki tempat tidur bagian kepala ditinggikan.


Rasional : agar paru-paru tidak tertekan, dapat bergerak bebas untuk menghindari
pneumoni.

5. Evaluasi
Evaluasi terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. Tinjauan laporan pasien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan, hasil-hasil tes
dan semua laporan observasi.
b. Pengkajian kembali terhadap pasien berdasarkan pada kriteria yang dapat diukur dan
mencakup reaksi pasien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi pasien secara
fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan darah, suhu dan nadi.
Hasil akhir yang diinginkan dari pasien dengan penyakit typhoid fever meliputi
tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien mengatakan bahwa mual dan muntah berkurang,
tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi. Volume cairan dan elektrolit dalam batas normal,
kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi, tidak terjadi gangguan mental delirium atau psikosis,
intake nutrisi adekuat dan berat badan klien dalam batas normal.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lnyda Juall 1999. Rencana dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 Jakarta,
EGC
Doenges, Marilyn 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta, EGC
Mansjoer Arif, et.Al., 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jakarta : Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai