Anda di halaman 1dari 8

From

: Nadirsyah Hosen
Subject : Mengukur Sebuah Cinta
Dalam Kitab Hayatus Shahabah, halaman 524-525 diriwayatkan kisah berikut:
Menjelang perang uhud, Abdullah bin Jahsy mengajak sahabatnya, Sa'd bin Abi
Waqqash untuk berdo'a. Ajakan itu disetujui oleh Sa'd. Keduanya mulai
berdo'a. Sa'd berdo'a terlebih dahulu: "Tuhanku, jika nanti aku berjumpa
dengan musuhku, berilah aku musuh yang sangat perkasa. Aku berusaha
membunuh dia dan dia pun berusaha membunuhku. Engkau berikan
kemenangan
kepadaku sehingga aku berhasil membunuhnya dan kemudian mengambil
miliknya
(sebagai rampasan perang)."
Abdullah mengaminkannya. Tiba giliran Abdullah berdo'a: Tuhanku, berilah
aku musuh yang gagah perkasa. Aku berusaha membunuhnya, dan ia berusaha
membunuhku. Kemudian ia memotong hidung dan telingaku. Kalau nanti aku
bertemu dengan-Mu. Engkau akan bertanya, 'man jada'a anfaka wa udzunaka?'
(Siapa yang telah memotong hidung dan telingamu?). Aku akan menjawab
bahwa
keduanya terpotong ketika aku berjuang di jalan-Mu dan jalan Rasulullah
(fika wa fi rasulika). Dan Engkau, ya Allah akan berkata, "kamu benar!"
(shadaqta).
Sa'd mengaminkan do'a Abdullah tersebut. Keduanya berangkat ke medan Uhud
dan do'a keduanya dikabulkan oleh Allah.
Sa'd bercerita kepada anaknya, "Duhai anakku, do'a Abdullah lebih baik
daripada do'aku. Di senja hari aku lihat hidung dan telinganya tergantung
pada seutas tali."
Kisah ini telah melukiskan sebuah cara untuk mengukur cinta kita pada
Allah. Sementara banyak orang yang berdo'a agar mendapat ini dan itu,
seorang pencinta sejati akan berdo'a agar dapat bertemu dengan kekasihnya
sambil membawa sesuatu yang bisa dibanggakan.
Ketika di padang mahsyar nanti Allah bertanya pada anda: "Dari mana kau
peroleh hartamu di dunia?" Anda akan menjawab, "harta itu kuperoleh dengan
kolusi dan korupsi, dengan memalsu kuitansi, dengan mendapat cipratan
komisi."
Allah bertanya lagi, "apa saja yang telah engkau lakukan di dunia?"
"Kuhiasi hidupku dengan dosa dan nista, tak henti-hentinya kucintai indah
dan gemerlapnya dunia hingga aku dipanggil menghadap-Mu." Allah dengan
murka akan menjawab, "kamu benar!"

Bandingkan dengan seorang hamba lain yang ketika di padang mahsyar berkata
pada Allah: "Telah kutahan lapar dan dahaga di dunia, telah kubasahi
bibirku dengan dzikir, dan telah kucurahkan waktu dan tenagaku untuk
keagungan nama-Mu, telah kuhiasi malamku dengan ayat suci-Mu dan telah
kuletakkan dahiku di tikar sembahyang bersujud di kaki kebesaran-Mu."
Dan Allah akan menjawab, "kamu benar!"
Duhai.... adakah kebahagian yang lebih dari itu; ketika seorang hamba
menceritakan amal-nya dan Allah akan membenarkannya.
Maukah kita pulang nanti ke kampung akherat dengan membawa amal yang bisa
kita banggakan? Maukah kita temui "kekasih" kita sambil membawa amalan
yang
akan menyenangkan-Nya?
Armidale, 18 September 1997
Nadirsyah Hosen
UKHUWAH
ISLAMIYYAH
*******************************************************************************
Dalam pembahasan topic ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah ini, ana hendak
bagi pembicaraan ana dalam tiga bagaian, yakni:
1. pentingnya (urgency) daripada ukhuwah Islamiyah,
2. pengaturan Ukhuwah Islamiyah dalam Al Qur'an dan As-Sunnah,
3. tahap-tahap pembentukan Ukhuwah Islamiyah.
Insya Allah, ana hendak mulai dengan subtopic yang pertama, yakni
pentingnya ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana yang Antum semua telah ketahui,
problema umat Islam saat ini banyak sekali, baik di kalangan umat Islam sendiri
maupun di dunia internasional, terutama setelah jatuhnya kekhalifahan Islam
terakhir tahun 1924.
1. Di kalangan sendiri, umat Islam saat ini terpecah-pecah menjadi 55 (lebih),
masing-masing bangga dengan negaranya. Sering-seringnya negara-negara
Islam
sendiri tidak damai satu dengan yang lain. Bahkan tidak jarang satu dengan
yang lain terjadi perang karena masalah yang sepele, misalnya batas wilayah.
2. Umat Islam menjadi kehilangan satu leadership dan akibatnya sering 'loyo'
dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Lihat saja kasus pembantaian umat
Islam
di Palestina, Kasmir, Bosnia, Asia Tengah, India, dll.
3. Hubungan di antara orang-orang Islam sendiri sering terjadi tidak jelas,

yakni seperti orang-orang biasa. Sering kita ini tidak memberikan hak
daripada saudara kita se-Islam dengan semestinya. Akibatnya yah ikatannya
lemah sekali, kalau ada untungnya ya berbaik-baikan, kalau nggak ada
ngapain
susah-susah mikiran "orang lain". Seolah-olah tidak ada ikatan yang istimewa
di antara orang-orang Islam.
4. dst. (masih banyak lagi problema umat Islam)
Coba renungkan ya Ikhwah/Akhwat sekalian. Kenapa umat Islam jatuh ke
kondisi seburuk saat ini? Di sinilah letak pentingnya Ukhuwah Islamiyah.
Banyak dari problem Umat Islam akan mudah sekali terpecahkan kalau kita
benar-benar mampu memahami kaidah ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah dan
membina ukhuwah Islamiyah.
Allah Subhanahu wa ta'ala secara cantiknya menggambarkan hubungan
antara sesama orang-orang yang beriman:
"Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu,
damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan patuhlah
kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al Hujuraat 10)
Dalam ayat ini Allah SWT mengkaitkan ukhuwah (persaudaraan) dengan
iman, menunjukkan betapa pentingnya ma'na ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah
dijadikan
oleh Allah SWT sebagai salah satu dari tanda-tanda orang yang beriman.
Dalam shirah Rasulullah s.a.w., Antum dapat menghayati ma'na daripada
ayat di atas; bagaimana Rasulullah s.a.w. mengimplementasikan perintah Allah
ini dalam membina umat Islam saat itu. Segera setelah beliau hijrah dan sampai
di Medinah, salah satu langkah yang paling awal yang beliau lakukan adalah
mengikat persaudaraan antara orang-orang Muhajirin dan Anshor. Ikatan
persaudaraan yang dibina oleh Rasulullah ini sedemikian kuatnya sehingga
melebihi rasa persaudaraan di antara dua saudara kandung. Beliau juga
memerintahkan dibangunnya Masjid, sebagai pusat bertemunya orang-orang
yang
beriman paling sedikit 5 kali sehari.
Dalam pembentukan Ukhuwah Islamiyah, ada tiga tahapan yang harus
dilalui:
1. tahap ta'aaruf (saling mengenal),
2. tahap tafaahum (saling memahami),
3. tahap takaaful (saling mencukupi).
Mari kita tengok secara singkat 3 tahapan ini.
Pada tahap "ta'aaruf", ukhuwah mulai dirintis. Yakni, dua (atau lebih)

ikhwah saling mengenal, dengan saling mengunkapkan latar-belakang


masing-masing. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam hal ini:
"Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku ,
supaya kamu mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara
kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya ALlah
Maha
Tahu dan Mengerti." (Q.S. Al Hujurat 13).
Dengan pengenalan ini maka kita mampu menghayati hakekat perbedaanperbedaan
(bangsa, kedudukan, status, ras, bahasa, dll.) di antara kita dan akhirnya mampu
menerima perbedaan-perbedaan ini sebagai kehendak Allah agar kita bisa saling
mengenal.
Pada tahap "tafaahum", level ukhuwah adalah lebih tinggi lagi. Setelah
kita mengenal latar-belakang Akh kita, maka selanjutnya kita perlu memahami
diri Akh kita lebih detail lagi.
- Yakni sampai pada taraf mengenal dan memahami apa-apa yang disukai dan
apa-apa yang dibenci oleh Akh kita, sehingga kita dapat bertindak sebaik-baik
nya kepadanya.
- Yakni sampai pada taraf kita memahami kelebihan dan kelemahan Akh kita
sehingga dapat bertindak demi untuk kebaikan Akh kita.
Pada tahap "takaaful", disinilah level yang tertinggi. Setelah kita
saling mengenal, kemudian saling memahami, akhirnya kita bisa saling
mencukupi.
Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada kita:
"....Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan
janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran
hukum...." (Q.S. Al-Maidah 2).
Bagaimana kita melaksanakan perintah ALlah ini kalau kita tidak saling
mengenal
maupun satu sama lain? Jadi kedua tahapan ukhuwah merupakan pre-requisite
untuk
tahapan takaaful ini.
Dalam harakah Islamiyah, terbinanya ukhuwah Islamiyah berperan penting
sekali demi keberhasilan da'wah. Imam Syahid Hasan Al Banna menjadikan
ukhuwah
Islamiyah ini sebagai salah satu dari 10 tiang bai'ah dalam organisasi da'wah
yang beliau bina. Beberapa ungkapan beliau yang mungkin dapat kita kaji dalam

membentuk ukhuwah Islamiyah adalah sebagai berikut:


1. Kekuatan jama'ah, sebagaimana organisasi-organisasi secara umumnya,
adalah
terletak pada kekuatan ikatan para anggotanya.
2. Tiada ikatan yang lebih kuat dalam hal ini selain ikatan "cinta" yang
didasarkan pada aqidah Islam.
3. Tingkatan daripada "ikatan cinta" ini yang paling lemah adalah kebersihan
hati kita terhadap Akh kita (yakni dari segala macam penyakit hati, seperti
buruk sangka, iri-dengki, congkak, tamak, dll.).
4. Tingkatan yang paling tinggi daripada "ikatan cinta" ini adalah mendahulukan
Akh kita dan kepentingannya sebelum kita dan kepentingan kita.
Akhirnya, ana hendak menutup uraian tentang ukhuwah Islamiyah ini
dengan sekali lagi menguraikan betapa pentingnya ukhuwah Islamiyah ini bagi
kita sendiri sebagai individu Muslim. Kita semua tahu kan agama Islam adalah
agama Allah. Dan Allah telah menjanjikan kelanggengan Islam. Jadi, apa kita
mau
menjalin ukhuwah Islamiyah atau tidak, Islam akan tetap jaya dan da'wah Islam
akan berjalan terus. Tetapi kita tidak bisa hidup tanpa ukhuwah Islamiyah.
Ibaratnya sekelompok biri-biri di pinggir hutan. Seekor serigala hanya akan
mampu menangkap seekor biri-biri yang terpencar dari kelompoknya.
Mohon maaf kalau ada kata-kata yang nggak berkenan. Kalau ada
pertanyaan tolong diajukan. Ana akan coba jawab yang
Ikhwah/Akhwat
yang lain insya Allah akan melengkapinya.

AL FAATIHAH
ayat ke-6 dan -7
" Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orangorang yang telah engkau anugerahkan ni'mat kepada
mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan
pula jalan mereka yang sesat "

Dalam terjemahan depag kata "tunjukilah" (ihdina) yang berasal


dari kata "hidayaat" juga mempunyai makna memberi taufik.
Orang-orang yang dianugerahkan ni'mat, dijelaskan dalam surat
An Nisaa':69,
" ...orang-orang yang dianugerahkan ni'mat oleh Allah yaitu;
nabi-nabi, para shiddiiqiin (yang amat teguh kepercayaannya
kepada kebenaran Rasul), orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang yang sholeh ",

setahu

ana.

sedang mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat dalam catatan
kaki terjemahan depag dimaksudkan sebagai semua golongan yang
menyimpang dari ajaran Islam.
Ayat penutup dari ummul Qur'an ini, yang selalu kita baca
saat shalat, merupakan do'a dan permohonan kita pada Allah Aza
Wa'zala, agar Dia menunjuki kita jalan para nabi dan para shiddiqiin, para syuhada dan para sholihin, jalan yang lurus menghadap
Allah, jalan yang mulia, jalan yang telah ditempuh Ibrahim AS,
Isa putra Maryam, dan Muhammad SAW. Jalan seperti apakah ini ?
Jalan para nabi Allah adalah jalan yang mendaki lagi sukar,
jalan yang banyak mengeluarkan banyak keringat dan darah, jalan
yang penuh dengan celaan dari orang-orang yang suka mencela,
jalan yang penuh fitnah dan dengki dari orang-orang yang suka
memfitnah, jalan dimana makar, caci-maki, teror, tekanan, hasutan,
dan bujuk-rayu menyesatkan merupakan duri-duri yang merealitas.
Jalan yang bukan saja kelaparan, kedinginan, dan kesengsaraankesengsaraan lain menghadang, namun juga jalan dimana was-was
menyusup menikam hati dan mencekam jiwa. Jalan yang diliputi
dengan perjuangan dan pengorbanan panjang, kesengsaraan dan
penderitaan yang meletihkan jiwa, serta cobaan yang datang bertubitubi, sehingga dapat membuat jiwa bimbang, perasaan putus asa,
dan hati menjadi goncang. Sebagaimana dilukiskan surat
Al Baqarah:214,
"...Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan dengan bermacam-macam ujian sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang beriman bersamanya, ' Bilakah datangnya pertolongan Allah ?' Ingatlah sesungguhnya pertolongan Aallah itu
amat dekat "
Bayangkan ! betapa berat goncangan dan kesengsaraan dalam jalan
ketaqwaan ini, sehingga Rasul dan para shiddiqiin, yang yakin akan
kebenaran Rasul, sampai berkata " Bilakah pertolongan Allah ?"
" Kapan pertolongan Allah datang ?".
Itulah jalan yang lurus, jalan yang kita mohonkan pada Allah,
agar kita dianugerahkan untuk menapakinya. Do'a ini kita ulangi
terus-menerus dalam shalat-shalat kita dengan lancardan kesadaran
penuh, dengan sungguh-sungguh. benarkah kita telah sungguh-sungguh
dan dengan penuh kesadaran ingin mengarungi jalan itu ? Fahamkah
kita akan tajamnya duri di jalan itu ?
Islam, agama ini hanya memiliki satu jalan, jalan yang lurus,
jalan ketaqwaan, jalan yang mengajak manusia untuk memerdekakan

diri dari setiap ikatan yang tak bersumber pada ikatan ilahiah,
jalan yang mengajak manusia untuk memberikan loyalitas penuh
kepada Rabb, Khalik, dan Malik manusia. Jalan yang memuliakan
manusia dan kemanusiaan, jalan yang menihilkan penghambaan manusia
atas manusia, penghambaan manusia atas hawa nafsu, jalan yang
aktif dan penuh motivasi, bukan jalan orang-orang yang mudah
menyerah. Agama ini mengajarkan partisipasi aktif di dalam penegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta
mengembalikan perikemanusiaan seluruhnya dari kelenyapannya.
Agama ini mengajarkan manusia untuk hidup dalam masyarakatnya,
mengarahkan, dan berjuang untuk terus-menerus menentang arus yang
mengarahkan pada kesesatan dan kerendahan. Inilah tugas kekhalifahan
di bumi, tugas untuk hanya membesarkan nama Allah dan tidak nama
selain Allah, tugas untuk hanya meninggikan nama Allah dan tidak
yang lain, tugas untuk menjadi hamba, budak tak berharga, tugas
untuk menjadi prajurit pembela agama Allah, pembela agama Allah
hingga air mata menjadi kering, keringat menjadi asin, darah menjadi
putih, pembela agama Allah dan mencari ridla Allah, meski sejuta
orang menyatakan kita bodoh dan tak faham zaman. Inilah jalan yang
lurus jalan para nabi dan shiddiiqiin.
Melepaskan diri dari tantangan dan hambatan, menghindar dari
jalan yang terjal lagi mendaki amatlah mudah dan tidak sulit.
Mengurung diri atau bertapa serta segala panteisme lain bukanlah
khas agama ini. Agama ini penuh dengan sifat kepemimpinan, tampil
kedepan, dan perjuangan, agama yang menilai tinggi usaha/ikhtiar/
perjuangan. Agama yang siap menghadapi tantangan dan bukan lari
dari medan laga kesengsaraan. Agama ini bukan agama untuk kaum
pengecut atau pemberani gaya Don Quisot (yang tanpa perhitungan),
namun agama yang telah dirancang Allah untuk ummat pilihan, yang
akan meberi rakhmat kepada alam. Inilah agama yang lurus, agama
Ibrahim AS, Agama Isa putra Maryam, dan agama Muhammad SAW.
Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang
yang engkau beri ni'mat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai
dan sesat. Tunjukillah kami jalan ketaqwaan, jalan yang Engkau
ridhai. Kuatkanlah hati kami untuk menapakinya, mantabkanlah
hati kami, dan masukanlah kami ke dalam golongan para shalihin,
amien.
wallahu a'lam bishowab
RENUNGAN DIRI
Assalamu'alaikum wr wb,
Semoga renungan-2 berikut ini, bermanfaat buat saya

dan ikhwan/akhwat rohimakumullah...


Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a.
" Wahai 'Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya.
Penyakit bicara adalah bohong, penyakit ilmu adalah lupa,
penyakit ibadah adalah riya',
penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri,
penyakit berani adalah menyerang, penyakit dermawan adalah
mengungkap pemberian, penyakit tampan adalah sombong,
penyakit bangsawan adalah membanggakan diri,
penyakit malu adalah lemah, penyakit mulia adalah
menyombongkan diri, penyakit kaya adalah kikir,
penyakit royal adalah hidup mewah, dan
penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan....
Ketika berwasiat kepada 'Ali bin Abi Thalib r.a.
Rasulullah SAW bersabda :
Wahai 'Ali, orang yang riya' itu punya tiga ciri, yaitu :
rajin beribadah ketika dilihat orang,
malas ketika sendirian dan ingin mendapat pujian dalam segala
perkara.
Wahai 'Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo'alah :
" Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik daripada yang
dikatakannya, ampunilah dosa-2ku yang tersembunyi darinya,
dan janganlah kata-2nya mengakibatkan siksaan bagiku..."

Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang


resah dan gundah gulana, Ibnu Mas'ud r.a berkata :
" Dengarkanlah bacaan Al-Qur'an atau datanglah ke majelis-2 dzikir
atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT
Jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati
yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu pakai
bukan lagi hatimu..."

Anda mungkin juga menyukai